Anda di halaman 1dari 15

Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia

Fokus Menyimak

Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD

Jumlah SKS : 3 SKS

Semester/Kelas : 4/B

Dosen Pengampu : 1. Frida Destini, M.Pd.

2. Siska Mega Diana, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Anjelly Triane Chaterina 2063053003

2. Nadia Salsabila Adzkia 2013053182

3. Yasinta Almaida 2013053072

4. Yozha Fatonah 2013053136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Fokus
Menyimak” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD program studi PGSD Universitas Lampung.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembacanya.

Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Frida Destini, M.Pd. dan Ibu
Siska Mega Diana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia SD. Tugas yang diberikan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik materi serta
teknis penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Hakikat Pembelajaran.....................................................................................................2

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD............................................................................2

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak............................................3

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran maupun bahasa lisan. Untuk meningkatkan daya
simak tersebut banyak sekali kegiatan-kegiatan yang bisa menunjang meningkatnya
keterampilan menyimak para siswa. Kita dapat menggunakan aneka pengalaman audio untuk
mempertinggi kemampuan menyimak dan aneka kegiatan peningkat daya simak lainnya. Tak
hanya dari kegiatan dan pengalaman saja untuk meningkatkan daya simak para siswa, namun
sikap guru juga turut mempertinggi daya simak siswa.

Seorang guru khususnya guru menyimak harus memiliki kualifikasi yang baik
ataupum baik sekali, tentunya dengan beberapa tuntutan yang bisa membantu kita pada saat
melakukan pengajaran. Guru menyimak harus bisa menyimak dengan baik dan benar. Itulah
syarat yang harus di penuhi agar menjadi seorang guru yang dapat membantu meningkatkan
daya simak peserta didiknya. Selain itu, banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menjadi
penyimak efektif, dengan catatan kita harus selalu berupaya melatih diri kita menjadi
penyimak tepat guna. Kurangnya perhatian kepada pembicara adalah kendala bagi menyimak
yang efektif. Tapi jangan biarkan kendala tersebut di biarkan begitu saja secara
berkesinambungan. Setiap orang pasti ingin meningkatkan daya simaknya, kita dapat
menerapkan beberapa kaidah yang dikemukakan oleh beberapa pakar tentang kemajuan atau
peningkatan kegiatan menyimak.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran?

2. Bagaimanakah pembelajaran bahasa Indonesia di SD?

3. Bagaimanakah pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus menyimak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran

2. Untuk mengetahui dan memahami pembelajaran bahasa Indonnesia di SD

1
3. Untuk mengetahui dan memahami pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus menyimak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik serta sumber
belajar pada sesuatu lingkungan belajar. Pembelajaran ialah dorongan yang diberikan
pendidik supaya bisa terjalin proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, kemampuan
keahlian serta tabiat, dan pembuatan perilaku serta keyakinan pada peserta didik. Proses
pembelajaran dirasakan selama hayat seseorang manusia dan bisa berlaku di manapun
serta kapanpun.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan
pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran memiliki makna tiap aktivitas yang dirancang buat menolong seorang
menekuni sesuatu keahlian serta nilai yang baru. Proses pendidikan pada awal mulanya
memohon guru buat mengenali keahlian bawah yang dipunyai oleh siswa meliputi
keahlian dasarnya, motivasinya, latar balik akademisnya, latar balik ekonominya, serta
lain sebagainya. Kesiapan guru guna memahami ciri siswa dalam pembelajaran ialah
modal utama penyampaian bahan belajar serta jadi penanda suksesnya penerapan
pembelajaran.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


Menurut kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar dengan menjadikan bahasa
sebagai ilmu pengetahuan dan pembelajaran berbasis teks. Teks ialah ungkapan benak
manusia yang lengkap yang di dalamnya mempunyai suasana serta konteks, dengan kata

2
lain belajar bahasa Indonesia tidak semata- mata mengenakan bahasa Indonesia selaku
perlengkapan komunikasi, namun butuh pula mengenali arti ataupun bagaimana memilah
kata yang pas yang cocok tatanan budaya dan masyarakat pemakainya.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak terlepas dari empat keterampilan
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa
sangat penting bagi manusia, sebagai makhluk sosial, manusia perlu berinteraksi dengan
sesama manusia lainnya dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik secara lisan
maupun tulisan.

Keahlian berbahasa yang dilakukan manusia yang berupa menyimak, berdialog,


membaca, serta menulis yang dimodali kekayaan kosakata, ialah kegiatan intelektual,
karya otak manusia yang berpendidikan. Keahlian berbahasa tidaklah insting, tidak
dibawa semenjak lahir, melainkan didapat dari hasil belajar hingga terampil berbahasa
buat kebutuhan berbicara.
Untuk kelas I dan II (kelas rendah), pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada
aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan, sedangkan untuk kelas
III - VI (kelas tinggi) menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan
dan tulis. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditentukan dalam kurikulum.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia bersumber pada hakikat
pembelajaran bahasa, yakni belajar bahasa merupakan berbicara serta belajar sastra
belajar menghargai manusia dan nilai- nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, pembelajaran
Bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi
secara lisan dan tulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia, Ruang lingkup
standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia SD terdiri atas aspek mendengarkan
(menyimak lisan), berbicara, membaca, dan menulis.

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak


1. Pengertian Menyimak
Pengertian menyimak menurut Akhadiah (dalam Sutari, dkk. 1998:19) ialah suatu
proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi,
menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Keterampilan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–

3
komponen keterampilan baik keterampilan mempersepsi, menganalisis maupun
menyintesis.
Tarigan (1991:4) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai,
dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1994:94) disebutkan bahwa menyimak adalah mendengarkan
(memperhatikan) baik–baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, menyimak adalah kegiatan menyimak isyarat
kata-kata, yang dengan sengaja, cermat, dipahami, diapresiasi, dan dimaknai untuk
menerima pesan dan informasi serta memahami makna komunikasi. itu. Ini untuk
menanggapi apa yang terkandung dalam lambang kata yang didengarkan. Henry
Guntur Tarigan (2008: 37-59) membagi jenis menyimak dalam dua macam, yaitu
menyimak ekstensif dan menyimak intensif:
a. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah kegiatan menyimak mengenai
hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu
dibawah bimbingan langsung dari seorang guru. Pada umumnya menyimak
ekstensif dapat dipergunakan untuk dua tujuan yang berbeda. Menyimak
ekstensif bisa juga disebut sebagai proses menyimak yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan
orang di jalan, di pasar, kotbah di masjid dan sebagainya.

Beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif antara lain:


1) Menyimak sosial (social listening) yaitu kegiatan menyimak yang
dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di jalan, dan
sebagainya.
2) Menyimak sekunder (secondary listening) adalah kegiatan menyimak
yang dilakukan secara kebetulan. Contoh menyimak sekunder yaitu pada
saat kita belajar dan tiba-tiba kita mendengar suara anggota keluarga kita
bercanda di ruang tamu, suara radio, televisi, atau suara-suara lain yang
ada disekitar tempat tinggal kita.
3) Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak
apresiatif adalah kegiatan menyimak untuk menikmati atau menghayati
sesuatu. Misalnya menyimak pembacaan puisi.

4
4) Menyimak pasif adalah kegiatan menyimak suatu bahasan yang dilakukan
tanpa sadar.
b. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah menyimak yang dilakukan untuk memahami makna
yang dikehendaki. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam menyimak
intensif diantaranya yaitu menyimak intensif pada dasarnya menyimak
pemahaman, menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pemikiran
dan perasaan yang tinggi, menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa
formal dan menyimak intensif memerlukan produksi materi yang disimak.
Jenis-jenis yang termasuk dalam menyimak intensif diantaranya adalah:
1) Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak
berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang
baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang
kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis
lebih cenderung meneliti letak kekurangan, kekeliruan, dan ketidaktelitian
yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang.
2) Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut
menyimak sejenis telaah. Menurut Dawson (dalam Tarigan: 2008: 49)
kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif yaitu: (a)
mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan; (b)
mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat,
kualitas, waktu, urutan, serta sebab-akibat; (c) mendapatkan atau
memperoleh butir-butir informasi tertentu; (d) memperoleh pemahaman
dan pengertian yang mendalam; (e) merasakan serta menghayati ide-ide
sang pembicara, sasaran, ataupun pengorganisasiannya; (f) memahami
ide-ide sang pembicara; (g) mencari dan mencatat fakta-fakta penting.
3) Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam
menyimak yang mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para
penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan
kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya.
Dalam kegiatan menyimak kreatif ini tercakup kegiatan-kegiatan: (a)
menghubungkan makna-makna dengan segala jenis pengalaman
menyimak; (b) membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual
dengan baik sementara menyimak; (c) menyesuaikan atau

5
mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan
karya baru dalam tulisan, lukisan, dan pementasan; (d) mencapai
penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta sekaligus memeriksa
dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian tersebut.
4) Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidik, atau
exploratoty listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan
maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan
perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang
menarik perhatian, informasi tambahan mengenai suatu topik dan isu,
penggunjingan atau buah mulut yang menarik.
5) Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi,
pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara
karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. Dalam kegiatan
menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta
mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara
menginterogasi atau menanyai sang pembicara. Dawson (dalam Tarigan,
2008: 52).
6) Menyimak selektif adalah menyimak secara cerdas dan cermat aneka
ragam ciri-ciri bahasa yang berurutan (nada suara, bunyi, bunyi asing,
bunyi-bunyi yang bersamaan, kata dan frase, serta bentuk-bentuk
ketatabahasaan). Satu-satunya cara yang mungkin membuat kita terbiasa
dengan bentuk akustik bahasa ialah mendengarkannya atau menyimaknya
secara selektif. Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif
pada struktur-struktur ketatabahasaan ialah struktur-struktur yang diserap
oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan dalam otak kita.
Bahkan setelah kita berhenti menyimak pun, terutama bagi susunan kata-
kata seperti itu, otak kita terus melanjutkan proses pengklasifikasian
secara otomatis segala sesuatu yang telah kita dengar itu.
2. Tahap-tahap Menyimak
Strickland dan Dawson (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 31-32) menyatakan, dari
pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada para siswa sekolah
dasar, Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya Sembilan tahap menyimak, mulai

6
dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh.
Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut:
1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan
keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
2) Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan
dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar
pembicaraan;
3) Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan
untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam
hati sang anak;
4) Menyimak sarapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorbsi
hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang
sesungguhnya;
5) Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak;
perhatian secara saksama berganti dengan keasyikan lain; hanya
memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja;
6) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara
konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan
reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara;
7) Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat
komentar atau mengajukan pertanyaan;
8) Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran
sang pembicara;
9) Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran,
pendapat, dan gagasan sang pembicara.
3. Proses Menyimak
Logan dan Loban (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 63) menyatakan bahwa
menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses
menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:
1) Tahap Mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya.
2) Tahap Memahami; setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk
mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh
pembicara.

7
3) Tahap Menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum
puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia
ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang
terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.
4) Tahap Mengevaluasi; setelah memahami atau dapat menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan
kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara.
5) Tahap Menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan
menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima
gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya.
4. Metode dan Teknik Pembelajaran Menyimak
1) Metode Simak-Ulang Ucap (metode Integratif)
Biasanya digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dan cara
pengucapannya. Mengintegrasikan keterampilan menyimak dan berbicara.
Metode ini biasanya digunakan pada kelas rendah atau sekolah dasar. Metode
ini masuk pada pembelajaran bahasa dan sastra dan lebih condong pada
ekspresi atau keterampilan berbicara.
Langkah-langkah :
a. Guru sebagai model pembelajaran membacakan atau memutar rekaman
bunyi bahasa tersebut, seperti fonem , kata mutiara, puisi pendek
dengan perlahan-lahan serta intonasi yang jelas dan tepat.
b. Siswa meniru ucapan guru. Peniruan ini dapat dilakukan secara
individu, kelompok atau klasikal.
c. Simak kerjakan (metode integratif)
Keterampilan menulis, biasanya diberi soal. Diterapkan pada test listening.
Simak, kerjakan soal. Masuk dalam bahasa dan sastra, kaitannya dengan
apresiasi. Misalnya pada pemutaran pada pembacaan cerpen, setelah
menyimak maka akan diberi apresiasi berupa menjawab unsur-unsur
instrinsik.

2) Metode Simak Tulis


Langkah-langkah :

8
Metode simak tulis dikenal dengan dikte/imlak. Guru mempersiapkan bahan-
bahan yang akan didiktekan kepada siswanya. Siswa menulis apa yang
diucapkan oleh guru.
Misalnya :
Guru    : Tulislah kata/kalimat “Ini Mama ”
Siswa   : Mendengarkan dengan cermat, kemudian menulis, “Ini Mama “

3) Metode Memperluas kalimat


Langkah-langkah :
Guru mengucapkan kalimat sederhana. Siswa menirukan ucapan guru. Guru
mengucapkan kata atau kelompok kata. Siswa menirukan ucapan guru.
Selanjutnya siswa disuruh menghubungkan ucapan yang pertama dan kedua
sekaligus, sehingga menjadi kalimat yang panjang. Misalnya :
Guru : Kakak belajar
Menirukan kakak belajar (memerintahkan) menyambung kalimat
Siswa : Kakak belajar di kamar belajar

4) Metode Bisik Berantai


Langkah-langkah :
Guru membisikkan kaliamat kepada seseorang siswa. Siswa tersebut
membisikkan kalimat tersebut kepada siswa kedua, dan seterusnya sampai
anak terakhir. Guru memeriksa apakah kalimat pesan tersebut sampai kepada
siswa terakhir dengan benar.

5) Metode Menjawab Pertanyaan


Langkah-langkah :
Siswa-siswa yang  merasa malu untuk membicarakan atau bercerita dapat
dibimbing  dengan pertanyaan guru, sehingga siswa bersangkutan menjawab
pertanyaan  guru. Pertanyaan yang ajukan dapat berupa berbagai jenis
pertananyaan sesuai dengan tema yang diajarkan. Misalnya, untuk
memperkenalkan diri siswa, guru dapat mengajukan sejumlah pertanyaan
kepada siswa mengenai nama orang tua, jumlah, umur, jumlah keluarga dan
sebagainya.

9
6) Metode Identifikasi Tema/Kalimat Topik/Kata Kunci
Langkah-langkah ;
Metode identifikasi tema, kalimat topik, dan kata kunci ini pada prinsipnya
sama. Perbedaannya terletak pada materi yang harus diidentifikasi. Identifikasi
tema untuk sebuah wacana/cerita. Siswa disuruh menerka tema/topik/
judulnya. Kalimat topik untuk semua paragraf. Sedangkan kata kunci untuk
sebuah kalimat. Apabila hal ini belum dapat dilaksanakan, guru dapat melatih
siswa dengan cara memberikan pertanyaan yang memancing ke arah
pengidentifikasian yang tepat. Hal ini juga baik untuk mengembangkan
diskusi kelas/kelompok, yang berarti pula memupuk kerjasama antar siswa.

7) Metode Parafrase
Paraprase berarti alih bentuk, dalam pembelajaran bahasa, paraprase biasanya
diwujudkan dalam bentuk pengalihan bentuk puisi ke prosa atau memprosakan
sebuh puisi.  Guru mempersiapkan puisi sederhana yang sekiranya sesuai
dengan karakteristik kelas yang dibelajarkan. Puisi tersebut dibacakan kepada
siswa dan siswa menyikam dengan seksama. Pembacaan puisi tersebut
hendaknya dengan jeda yang jelas dan intonasi yang tepat. Setelah selesai
siswa disuruh bercerita isi puisi dengan bahasanya sendiri dalam bentuk prosa.
8) Metode Merangkum
Merangkum berarti menyingkat atau meringkas dari bahan yang telah disimak.
Dengan kata lain menyimpulkan bahan simakan secara singkat dan kata-
katanya sendiri. Siswa mencari intisari bahan yang disimaknya. Bahan yang
disimak sebaiknya wacana yang pendek dan sederhana sesuai dengan tingkat
kematangan anak.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam makalah ini yaitu menyimak menurut Akhadiah (dalam Sutari, dkk.
1998:19) ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa
mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di
dalamnya. Keterampilan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–
komponen keterampilan baik keterampilan mempersepsi, menganalisis maupun
menyintesis. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 37-59), terdapat dua jenis menyimak
yaitu ekstensif dan menyimak intensif. Dalam fokus menyimak juga terdapat tahapan,
proses, metode serta tujuan menyimak.

B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Fokus
Menyimak” ini kami buat. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca mengenai pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia fokus menyimak. Kami
sangat menyadari dam memohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan ejaan
dalam kata dan kalimat yang kurang jelas, dan berhubungan. Sekian penutup dari kami,
kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca yang telah menyempatkan
untuk membaca makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, A. (2014).Hakikat dan Pengertian Pembelajaran. Artikel. Diakses melalui


https://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/hakikat-dan-pengertian
pembelajaran.html pada 24 Februari 2022 pukul 14.10
Firduas, H. (2017). Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Artikel. Diakses
melalui https://www.blogbarabai.com/2017/11/pembelajaran-bahasa-indonesia-
di.html pada 24 Februari 2022 pukul 14.59
Rijal. (2016).Pengertian Keterampilan Menyimak. Artikel. Diakses melalui
https://www.rijal09.com/2016/04/keterampilan-menyimak.html pada 24 Februari
2022 pukul 17.15
Darminto. (2020).Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Menyimak. Makalah.
Diakses melalui https://pdfcoffee.com/pembelajaran-bahasa-indonesia-dengan-fokus-
menyimak-peta-konsep-dan-resume-pendidikan-bahasa-indonesia-di-sd-modul-10-
pdf-free.html pada 24 Februari 2022 pukul 18.03
Sriyana. (2015). Metode Pembelajaran Menyimak. Artikel. Diakses melalui
https://sriyanablog.wordpress.com/2015/12/03/metode-pembelajaran-menyimak/ pada
24 Februari 2022 pukul 18.27

12

Anda mungkin juga menyukai