Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STRATEGI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas
Tinggi

Dosen Pengampu:

Drs Sukarir Nuryanto, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Namiratuz Zahra ( 1401419136 / 01 )


2. Nia Listiani ( 1401419148 / 12 )
3. Dwi Setia Sari ( 1401419153 / 16 )
4. Syarafina Fajrin Wijayanti ( 1401419161 / 20 )
5. Dila Ayuningtyas ( 1401419162 / 21 )
6. Rochmat Budi Prasetyo ( 1401419163 / 22 )

Kelompok 1

ROMBEL D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hiday-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Strategi Meningkatkan Keterampilan
Berbahasa Lisan”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD kelas Tinggi

Kami juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah bersedia membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dalam susunan tata bahasa maupun sistematikanya. Oleh
karena itu kami selalu terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sehingga dalam pembuatan makalah yang akan datang, kami dapat membuat lebih baik lagi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Semarang, 30 Agustus 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Definisi Keterampilan Berbahasa Lisan ......................................................................... 3

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Berbahasa Lisan .......................................... 8

C. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan


…………………………………………………….........………………………………8

D. Hubungan Menyimak dan Berbicara ............................................................................ 10

E. Strategi Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Lisan Melalui Kegiatan Bercerita dan


Dramatisasi Kreatif .............................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia Merupakan salah satu muatan pembelajaran di Sekolah Dasar, maka
dari itu pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi muatan wajib yang ada dalam pembelajaran
di Sekolah. Kurikulum tingkat satuan pendidikan memberikan peluang kepada tiap satuan
pendidikan, terutama pendidik yang dalam hal ini merupakan satu komponen yang langsung
berperan dalam proses pembelajaran telah banyak perubahan paradigma dalam proses
pendidikan khususnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi lebih mementingkan
peran peserta didik dan karakteristik sumber daya yang ada pada tiap-tiap satuan pendidikan.

Pembelajaran berpusat pada siswa, oleh karenanya siswalah yang diharapkan dapat
berperan aktif dalam mengeksplorasi dan menginterprestasikan pengetahuan dan permasalahan
baru yang dibandingkan, dikombinasi dan di analisa dengan pengetahuan dasar yang telah
dimiliki oleh peserta didik. Proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil yang
diperoleh pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) cenderung lebih
memperlihatkan paradigma pendidikan saat ini, sebagaimana yang terkandung dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Hal ini merupakan suatu hal untuk meningkatkan
keefektifian peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berbahasa lisan.

Belajar Berbahasa Lisan merupakan salah satu upaya yang harus ditingkatkan oleh
peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berbicara secara lisan, maka Berbahasa Lisan
juga sangat perlu ditingkatkan, oleh sebab itu tiap-tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana
cara meningkatkan keterampilan berbahasa di Sekolah Dasar agar dapat mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Pada kenyataannya peningkatan kemampuan berbahasa lisan tersebut dimaksudkan agar


anak-anak Sekolah Dasar mampu memahami pembicaraan orang lain baik langsung maupun
lewat media misalnya radio, televisi, dan pita rekaman, tujuan yang lain adalah agar anak-anak
mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan. Dengan demikian
kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara lisan diharapkan dapat meningkat sesuai
dengan tujuan yang ingin di capai.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari Keterampilan Berbahasa Lisan ?

2. Apa Faktor yang mempengaruhi keterampilan Berbahasa Lisan ?

3. Apa yang harus di perhatikan dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan ?

4. Bagaimana Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara ?

5. Bagaimana Strategi Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Lisan ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi Keterampilab Berbahasa Lisan

2. Untuk Mengetahui Faktor yang mempengaruhi keterampilan berbahasa lisan

3. Untuk Menambah Pemahaman mengenai keterampilan berbahasa lisan

4. Untuk Memberikan Informasi mengenai startegi dalam keterampilan berbahasa lisan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Keterampilan Berbahasa Lisan

Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang.
Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara
berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur
penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.

Keterapilan berbahasa lisan merupakan keterampilan seseorang untuk mengungkpakan


“sesuatu” dan memahami “sesuatu” yang diungkapkan oleh orang lain secara lisan. Dengan
bahasa lisan seseorang dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, kepekaan sosial dan
kematangan emosionalnya. Keterampilan berbahasa lisan terdiri dari keterampilan menyimak
dan berbicara. Keterampilan menyimak dan berbicara sangat erat kaitannya bersifat resiprokal.
Dalam kehidupan sehari-hari, penyimak dan pembicara bisa berganti peran secara spontan,
yaitu dari penyimak menjadi pembicara dan dari pembicara menjadi penyimak.

1. Menyimak
a. Penyertian Menyimak

Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan


yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan
tetapi juga memahaminya. Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi
atas makna yang terkandung di dalamnya. Adapun menyimak adalah mendengarkan,
memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menjelaskan bahwa


menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan non-
bahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh
informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.

a. Bahan Pembelajaran Menyimak

Tujuan utama pembelajaran menyimak adalah melatih siswa memahami


bahasa lisan. Hal ini perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Secara umum,

3
bahan pembelajaran menyimak dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca,
menulis, kosakata, karya sastra, bahan yang pendidik susun sendiri atau di ambil dari
media cetak. Teknik penyajiannya dapat dibacakan langsung oleh pendidik atau melalui
alat perekam suara.

Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, pendidik secara langsung dapat


mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikannya atau menugasi
peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu.
Pertanyaan yang baik harus disusun secara sistematis.

b. Strategi Meningkatkan Keterampilan Menyimak


1. Simak-Ulang Ucap

Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa


dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau
memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan,
kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini
dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal.

2. Simak-Tulis (Dikter)

Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat,


idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus
menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa menuliskannya.

3. Simak-Kerjakan

Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom,
semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus
menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa mengerjakan apa yang
diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan menyimak.

4. Simak-Terka

Guru menyusun deskripsi suatu benda atau mainan siswa yang paling disukai
atau gambar foto tanpa menyebutkan mana bendanya. Deskripsi diperdengarkan kepada
siswa. Siswa menyimak teks deskripsi dan harus menerkanya.

4
5. Memperluas Kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat. Kemudian guru mengucapkan kata atau
kelompok kata lain, kemudian siswa melengkapi kata-kata yang telah diucapkan guru
dengan kata lain ayang sesuai yang hasilnya kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat
yang utuh dan lebih luas.
6. Menyelesaikan Cerita
Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai
menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-
katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan
menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu
seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
7. Membuat Rangkuman
Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan
secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa
disuruh membuat rangkuman.
8. Permainan Untuk meningkatkan Ketrampilan Menyimak (Bisik Berantai)
Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan
pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa
terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah
menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan
dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.
9. Mendengarkan Cerita Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat
tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau
dilisankan. Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan
maupun kelompok.
10. Mendengarkan Berantai Tujuan
Dalam kegiatan ini siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh
temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang
disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman
sebelahnya secara berantai dalam kelompok.

5
2. Berbicara

a. Pengertian Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan pikiran atau ide
melalui lambang-lambang bunyi. Seorang pembicara yang handal dan terlatih mampu
memilih kata-kata yang efektif, dan gaya yang tepat sehingga mudah dipahami dan
bahkan dapat memukau pendengarnya. Berbicara merupakan salah satu jenis
keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
b. Bahan Pembelajaran Berbicara
Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD melatih siswa dapat berbicara
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru
dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan sastra
sebagai bahan pembelajaran berbicara. Misalnya menceritakan pengalaman yang
mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar,
mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain
peran, berpidato, dan lain sebagainya. Untuk memantau kemajuan siswa dalam berbicara,
guru dapat melakukannya ketika siswa sedang melaksanakan kegiatan diskusi kelompok,
tanya jawab, dan sebagainya. Pengamatan guru terhadap aktivitas berbicara para
siswanya dapat direkam dengan menggunakan format yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi kalimat, kosakata, tata
bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.
c. Strategi Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila siswa
memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang
lain. Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai lapangan
pengalaman yang memungkinkan siswa mengembangkan kemapuan berbicara.
Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain sebagai berikut.
1) Menyajikan Informasi

Salah satu bentuk kegiatan untuk melatih penyajian informasi adalah dengan
berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa
percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan

6
suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan
sejumlah pendengar.

2) Berpartisipasi dalam Diskusi


Diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan
siswa-siswa yang lain dan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap, mengajukan
berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan
dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang
dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil penelitian membuktikan bahwa diskusi
merupakan strategi yang membuat siswa bergairah dalam proses pembelajaran.
3) Menghibur (Menyajikan Pertanyaan)
Siswa dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman sekelas, teman-
teman dari kelas yang lain, orang tua dan anggota masyarakat sekitar gedung sekolah.
4) Sandiwara Boneka
Di dalam kelas anak-anak dapat menggunakan boneka dengan dua cara.
Mereka menemukan (mencari) cerita yang sesuai dengan boneka-boneka yang sudah
tersedia, atau mereka dapat membuat boneka kemudian mengarang cerita yang sesuai.
5) Bercerita atau Membaca Puisi
Cerita atau puisi yang digunakan harus yang menarik bagi anak-anak, yang
mudah dipahmi secara lisan, dan yang mudah dihafalkan. Guru hendaknya tidak terlalu
mengharapkan penampilan yang benar-benar bagus, tetapi ia harus menolong murid-
murid belajar menafsirkan karya sastra secara lisan untuk memperoleh kesenangan.
6) Cerita Berangkai
TujuanSiswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan
tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5 orang) berdiri di depan
kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari
kanan ke kiri. Alat yang diperlukan adalah buku catatan. Cara menerapkannya, yaitu :
a. Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
b. Siswa membagi kelompok,
c. Kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan kelas,
d. Siswa bercerita secara berangkai di depan kelas,
e. Kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya,
f. Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
g. Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda Lainnya

7
Dalam hal ini siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa
menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka
menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan,
makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang diperlukan adalah botol obat, botol minuman,
makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Cara
menerapkannya, yaitu :

a. Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,


b. Siswa mengambil benda yang mereka kenal,
c. Dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang
mereka bawa ke dalam kelompok,
d. Siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya,
e. Siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami,
f. Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Berbahasa Lisan

Dalam berbahasa lisan proses menyimak mempunyai peranan penting dalam


meningkatkan pengetahuan siswa dalam berbahasa lisan adapun faktor yang mempengaruhi
diantaranya:

1. Kurangnya minat siswa dalam membaca.

2. Tidak adanya kemampuan dalam mendengar.

3. Sedikitnya keterampilan dalam berbicara.

4. Kurangnya motivasi dalam melakukan proses pembelajaran.

Dari penjelasan diatas itu merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi siswa
dalam meningkatkan kemampuan berbahasa lisan, untuk itu bagi pendidik harus mempunyai
beberapa kriteria yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa.

C. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan

Dalam meningkatkan kemampuan berbahasa lisan, setiap anak harus berperan aktif
dalam melakukan proses belajar mengajar, baik dalam menjelaskan, mengemukakan pendapat,
bertanya, menjawab pertanyaan dan sebagainya. Setiap anak memiliki dorongan untuk
mengemukakan pandangan dan pendapatnya Berdasarkan imformasi yang telah didapatkan. Di
samping itu menyimak juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam

8
meningkatkan kemampuan berbahasa lisan, karena dari proses menyimak setiap anak akan
terlatih dalam memperhatikan pembicaraan orang lain serta mengemukakan beberapa
pandangannya. Selanjutnya dari proses itu akan terbentuk kebiasaan memahami, dan
menanggapi secara kritis pembicaraan orang lain sehingga anak itu menimbulkan kemampuan
dalam berbahasa lisan.

Strategi lain yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan adalah
dengan menggunakan permainan bahasa lisan. Bermain merupakan sarana yang cukup efektif
untuk belajar. Dalam suasana bermain, perhatian anak terhadap pelajaran akan lebih menarik,
lebih menyenangkan, lebih bermakna dan berkesan. Ciri khusus dan permainan Bahasa Lisan
adalah mengembangkan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang
ditempuh dengan langkah yang menyenangkan dan mengembirakan.

Ellis (lewat Numan, 1991: 46) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan
secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara:

1. Menirukan pembicaraan orang lain.

2. Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai.

3. Mendekatkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran
orang dewasa yang sudah benar.

Upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah, dapat


dilaksanakan program sebagai berikut :

1. Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa. Siswa sangat membutuhkan
suatu model guru yang dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Guru hendaknya memberikan contoh konkret dengan keteladanan dalam berbahasa.
Agar siswa dapat menirukan dan melafalkan kata atau kalimat dengan tepat sesuai kaidah
yang berlaku.
2. Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way. Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia perlu
menerapkan pendekatan modeling the way (membuat contoh praktik). Strategi ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan berbicara
bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini kemudian diterapkan
dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil,
identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan di ruang kelas dan luar kelas

9
dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar, kemudian siswa
mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara bahasa Indonesia.
3. Adanya penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Walaupun pelaksanaannya di
luar kegiatan belajar mengajar tetapi guru harus mengadakan penilaian keterampilan
berbicara pada kesehariannya. Penilaian ini akan menjadi motivasi bagi siswa untuk
berusaha mempraktikkannya baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan demikian
siswa termotivasi untuk melakukan perbuatan yang sama bahkan berusaha
meningkatkannya.
4. Sekolah Membuat Program Sehari Berbahasa Indonesia. Program sehari berbahasa di tiap
sekolah merupakan kondisi eksternal yang efektif untuk mempraktikkan keterampilan
berbahasa.

D. Hubungan Menyimak dan Berbicara

Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau
melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita
diidentifikasi jenis dan pengelompokkannya menjadi suku kata, kata, frase, kalusa, kalimat,
dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang
diterima kemudian ditafsirkan maknanya, dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima
tidaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan
mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Menyimak dan berbicara
merupakan proses interaksi yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang
dimiliki dan dipahami bersama.

Secara sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami
pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses
penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak
bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahsa yang kemudian dialihkan menjadi
bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara.
Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan
jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan.
Dengan berbicara seorang menyampaikan informasi melalui ujaran. Dengan menyimak kita
menerima informasi dari sesorang. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi
dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara.

10
Dalam kegiatan komunikasi kedfuanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian,
komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak,
tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi.

E. Strategi Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Lisan Melalui Kegiatan Bercerita dan


Dramatisasi Kreatif

Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional
dalam kehidupan sehari-hari. Betapa tidak karena dengan menyimak dan berbicara kita dapat
memperoleh dan menyampaikan informasi. Dalam kegiatan komunikasi lisan, kegiatan
menyimak dan berbicara merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, sangatlah
beralasan apabila setiap orang, lebih-lebih siswa, dituntut keterampilannya untuk mampu
menyimak dan berbicara dengan baik.

Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dapat diterapkan di sekolah dasar
adalah sebagai berikut.

1. Menjawab Pertanyaan

Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat


menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima pertanyaan yang
perlu disajikan guru, yaitu :

a. siapa yang berbicara

b. apa yang dibicarakan

c. mengapa hal itu dibicarakan

2. Bermain Tebak-Tebakan
Bermain tebak-tebakan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Cara yang
sederhana, guru mendeskrepsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebut nama
bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.

Contoh :

Guru : Anak-anak Ibu punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan dengan seksama, nanti
kalau ada yang tau jawabannya langsung acungkan tangan dan langsung jawab, kalian
mengerti?”

Siswa : Mengerti, Bu Guru!

11
Guru : Bagus! Dengarkan, siapa aku. Aku sangat diperlukan untuk lalu lintas. Banyak
tempat dan kota yang kuhubungkan. Berbagai jenis mobil lewat di punggungku. Aku
dikeraskan dengan batu dan aspal. Silakan terka, siapa aku!

Siswa : Jalan raya!

3. Memberi Petunjuk

Memberi petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah


atau letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petujuk harus jelas, singkat, dan
tepat. Siswa yang sering berlatih memberi petujuk secara lisan akan lebih terampil berbicara.
Karenanya, guru harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berlatih
memberikan petujuk.

4. Identifikasi Kalimat Topik

Guru membacakan sebuah paragraf siswa menuliskan kalimat topiknya.

Contoh :

Guru: “Simak baik-baik paragraf berikut. Yang manakah kalimat topiknya?”

Ruang kelas kami luas dan menyenangkan. Ukurannya 8x10 m. Jendelanya besar dan
menghadap ke taman. Penerangan listrik cukup sehingga kelas dapat digunakan di saat
langit mendung. Lantainya ubin berwarna abu-abu. Dinding kelas berwarna putih bersih.
Meja, kursi, dan papan tulis masih baru.

Siswa : (Menyimak dan mencari kalimat topik).

Guru: “Apa kalimat topik paragraf tadi? Coba sebutkan kamu, Ari.”

Siswa: “Ruang kelas kami luas dan menyenangkan.”

Guru: “Tepat, tepat sekali! Bagus, Ari, bagus!”

5. Main Peran

Main peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuan main
peran adalah sebagai berikut.

a. Melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya.

b. Melatih praktik berbahasa lisan secara intensif.

12
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya
berkomunikasi.

Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang
diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan
ragam-ragam bahasa yang sesuai.

6. Bercerita

Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan
bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai
pendengar, dan untuk berperilaku menarik.

Contoh :

Guru : Selamat pagi, Anak-anak

Siswa : Selamat pagi, Bu Guru

Guru : Sesuai dengan janji Ibu tiga hari yang lalu, pada hari ini ibu akan menunjuk
salah satu dari kalian untuk bercerita hari ini. Kalian sudah siap?

Siswa : Siap, Bu!

Guru : Bagus, nah sekarang Ibu akan menunjuk Dimas! Nah Dimas silahkan bacakan
cerita yang telah kamu siapkan. Sementara yang lain dengarkan dengan seksama cerita
Dimas!”

Dimas mulai membacakan cerita

Kancil dan Kera

Seekor Kera asik makan pisang. Satu persatu buah pisang masak di tandan itu di
petiknya. Dikupas dengan hati-hati lalu dimakannya. Kancil ingin juga menikmati pisang
itu. Bagaimana cara mengambilnya? Memintanya? Ah, pasti tidak diberi. Kancil tahu benar
kera itu sangat kikir. Kancil menemukan akal, dilemparinya kera itu dengan tanah. Kancil
terus melempari Kera. Ia berusaha membuat Kera marah. Lama-kelamaan Kera menjadi
marah. Ia balik melempari Kancil. Satu-persatu buah pisang dijadikannya peluru. Kancil
jadi sasaran peluru pisang. Kancil pura-pura kesakitan, ia melompat-lompat menggerakan
peluru. Kadang-kadang ia jatuh, sekali-kali iapun mengaduh kesakitan. Kera puas. Ia pergi
mencari pisang lain, ditinggalkannya kancil yang sedang mengerang-erang kesakitan. Akal

13
bulus sang Kancil berhasil. Kera meninggalkan buah pisang itu. Kancil tinggal
mengumpulkan pisang itu, lalu dimakannya dengan santai.

Siswa : (Menyimak dengan seksama)

Guru : Anak-anak setelah kalian mendengarkan cerita dari teman kalian Dimas,
sekarang coba kalian jawab pertanyaan dari Ibu. Siapa saja pelaku dari cerita tadi?

Ira : Kancil dan kera

Guru : Benar, Bagaimana sifat si Kancil?

Wiwi : Kancil sifatnya pintar, lihai, licik.

Guru : Bagus Wiwi, nah sebaliknya bagaimana sifat si Kera?

Rita : Sifatnya kikir dan mudah dibodohi.

Guru : Bagus, kalian memang murid-murid yang pintar.

7. Dramatisasi

Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita.
Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu
harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama
lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk
mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keterampilan berbahasa lisan merupakan keterampilan seseorang untuk


mengungkpakan “sesuatu” dan memahami “sesuatu” yang diungkapkan oleh orang lain
secara lisan. . Keterampilan berbahasa lisan terdiri dari keterampilan menyimak dan
berbicara. Keterampilan menyimak dan berbicara sangat erat kaitannya bersifat resiprokal.
Faktor yang mempengaruhi diantaranya kurangnya minat siswa dalam membaca,tidak
adanya kemampuan dalam mendengar, sedikitnya keterampilan dalam berbicara, dan
kurangnya motivasi dalam melakukan proses pembelajaran.

Strategi lain yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan adalah
dengan menggunakan permainan bahasa lisan. Ciri khusus dan permainan Bahasa Lisan
adalah mengembangkan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
yang ditempuh dengan langkah yang menyenangkan dan mengembirakan. Menyimak dan
berbicara merupakan proses interaksi yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut
bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Beberapa strategi pembelajaran berbahasa
lisan yang dapat diterapkan di sekolah dasar yaitu menjawab pertanyaan, bermain tebak-
tebakan, memberi petunjuk, identifikasin kalimat topic,bermain peran, bercerita, dan
dramatisasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglos. 1980: Princes Of Language Learning and Teaching Englewood Cliffs,N.J:
Pretince Hall,Inc.

Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi

Haryadi. Dkk. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta. Depdikbud


Dirjen Dikti.

http://herusweet.blogspot.co.id/2010/02/peningkatan-kemampuan-berbahasa-lisan.html

http://nurulelkhalieqy.blogspot.co.id/2012/03/pembelajaran-keterampilan-berbahasa.html

http://zaky0492.blogspot.co.id/2015/02/strategi-meningkatkan-kemampuan.html

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2012/01/01/pembelajaran-bahasa-lisan-di-sekolah-dasar/

https://lindaajja.wordpress.com/2011/02/27/hubungan-menyimak-dan-berbicara

Rofi’uddin, dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.jakarta.
Depdikbud.

Tarigan, Djago. 1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta. Depdikbud PPTKPT.

Yetti Mulyati dkk. (2007). Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.

16

Anda mungkin juga menyukai