Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI MI/SD

MAKALAH

Kelompok 1

Diajukan sebagai salah satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum

pada Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Disusun oleh :

MAKHRUS ISLAMUDIN 20800121033

MUTHMAINNAH 208001210

NURFADILLA AGUS 208001210

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan limpahan rahmat-

Nya kepada kita semua, dan khususnya pada penulis, sehingga penulis dapat

membuat makalah ini dengan judul “Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa

Indonesia Di MI/SD” Untuk memenuhi tugas makalah Pembelajaran Bahasa

Indonesia. Shalawat serta salam tak lupa pula senantiasa terlimpahkan kepada

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senantiasa memberi

petunjuk kepada hamba Allah serta menegakkan agama Allah di muka bumi ini.

Makalah ini Sebagai tugas dari mata kuliah Pengembangan Kurikulum

Pembelajaran .Penulis amat menyadari bahwa dari awal penulisan hingga akhir

ini telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa

bimbingan, motivasi, pikiran, dan doa. Maka Makalah ini tidak dapat

diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama bimbingan dari Dosen, Untuk itu

kami ucapkan banyak terima kasih.

Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka

untuk menerima masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat kami harapkan dari dosen, rekan-rekan mahasiswa maupun yang

membaca makalah ini. Terima kasih.

Samata, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A.Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B.Rumusan Masalah................................................................................................2

C.Tujuan Penulisan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A.Pengertian Cerita Fiksi.......................................................................................3

B.Unsur-unsur Cerita Fiksi.....................................................................................3

C.Ciri-ciri Cerita Fiksi............................................................................................6

D.Jenis-jenis Cerita Fiksi........................................................................................7

E. Tujuan dan Manfaat Cerita Fiksi.......................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A.Kesimpulan.........................................................................................................10

B.Saran....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat

mengakses berbagai informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk itu,

kemahiran berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis

harus benar-benar dimiliki dan ditingkatkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, posisi bahasa Indonesia perlu mendapat

perhatian khusus terutama bagi pembelajar bahasa Indonesia. Hal ini terutama

bagi pembelajar bahasa Indonesia yang masih awal dalam penguasaan kaidah

bahasa Indonesia contohnya saja siswa di tingkat SD/MI. Selain itu, bahasa

Indonesia digunakan sebagai sarana komunikasi, buku-buku pengetahuan,

surat kabar, iklan, persuratan, percakapan sehari-hari, radio, televisi, pidato

dan sebagainya menggunakan bahasa Indonesia.

Agar bisa terlaksananya pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai guru, maka guru perlu memahami prinsip-prinsip pembelajaran

bahasa Indonesia. Pelaksanaan prinsip tersebut diwujudkan dengan

menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif,

kontestual dan bermakna. Tujuannya untuk meningkatkan dan

mengembangkan kompetensi, kreatifitas, kemandirian, kerjasama,

solodaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup pada

peserta didik, dan berikutnya dapat terbentuk watak serta meningkatnya

peradaban dan martabat bangsa.


Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan aspek kejiwaan yang perlu

dipahami setiap pendidik selaku tenaga profesional yang memikul tanggung

jawab besar dalam mencerdaskan anak bangsa.Prinsip pembelajaran

merupakan salah satu usaha pendidik dalam menciptakan dan mengondisikan

situasi pembelajaran agar peserta didik melakukan kegiatan belajar secara

optimal (Sudjana, 2000: 160).

Dalam perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia, prinsip

pembelajaran dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam aktivitas

pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pelaksanaanya, pengetahuan tentang

prinsip pembelajaran dapat membantu pendidik dalam memilih tindakan yang

tepat. Pendidik dapat terhindar dari tindakan yang kelihatannya baik tetapi

nyatanya tidak berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik.Selain itu,

prinsip-prinsip pembelajaran memiliki dan mengembangkan sikap yang

diperlukan guna menunjang peningkatan belajar peserta didik,

Maka prinsip-prinsip dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini

diharapkan agar peserta didik dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien

sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulisan, menghargai dan

bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa

Negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan, dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan

sosial, menikmati dan memanpaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan


kemampuan berbahsa dan menghargai juga membanggakan sastra Indonesia

sebagai kazanah budaya dan intelektual.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Dari Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia?

2. Apa Saja Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia Di MI/SD/?

3. Bagaimana Cara Menerapkan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa

Indonesia Di MI/SD ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dirumuskan

sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Prinsip Pembelajaran Bahasa

Indonesia?

2. Untuk Mengetahui Apa Saja Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa

Indonesia Di MI/SD/?

3. Untuk Mengetahui Cara Menerapkan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa

Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa adalah aspek yang begitu penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Mengutip pengertian bahasa menurut pendapat Keraf yang menyatakan ada

dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahwa bahasa sebagai

alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi

yang menggunakan simbol- simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer

(Suyanto, 2011).

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, prinsip adalah asas atau

kebenaran yang menjadi dasar berpikir, bertindak dan sebagainya (Akar Media,

2003).

Belajar adalah aktivitas adanya usaha sadar dan terencana dalam suatu

proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Konteksnya

belajar membuat dari yang tidak tahu jadi tahu, adanya kontak dengan manusia

dengan alam yang menghasilkan pengalaman, pengalaman yang terjadi secara

berulang kali melahurkan pengetahuan.(Suyono, 2017).

Pembelajaran merupakan aktivitas dengan sengaja untuk memodifikasi

berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya tujuan. Belajar, mengajar

dan pembelajaran terjadi bersamaan. Belajar dapat terjadi tanpa adanya guru,
sedangkan mengajar meliputi segala hal yang dilakukan oleh guru. Sebagai

pendidik guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi yang

merangsang siswa untuk belajar. (Mardia Hayati, 2012).

Prinsip dapat disebut juga sebagai landasan. Prinsip pembelajaran menurut

Larsen dan Freeman 1986 dalam Supani dkk. (1998) adalah represent the

theoretical framework of the method. Prinsip pembelajaran adalah representasi

dari kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran.

Persoalan tentang bagaimana sebuah metode diarahkan oleh beberapa teori

disebut sebagai kerangka teoretis. Metode dapat dilihat dari segi 1) bahan yang

akan dibelajarkan, 2) prosedur pembelajaran (bagaimana guru dengan siswa

ketika mengajar dan belajar), 3) guru, dan 4) siswa (Supani dkk., 1998).

Merujuk pada pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kerangka

teoretis yang merupakan petunjuk-petunjuk teoretis bagi penyusunan sebuah

metode pembelajaran bahasa dapat disebut sebagai prinsip pembelajaran

bahasa.

Secara ringkas, dalam pengertian pembelajaran, prinsip dapat disebut

sebagai kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

Berdasarkan hal yang sudah dinyatakan di atas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebuah


landasan atau kerangka teoritis yang merupakan representasi dari sebuah

metode belajar dan bagaimana mengajarkan Bahasa Indonesia yang

dimanistesfasikan dalam kurikulum untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia

Untuk bisa melaksanakan pembelajaran sehingga siswa mampu belajar

untuk mengetahui (larning how to now), belajar untuk belajar (learning how to

learn, to relearn, to unlearn), belajar untuk mengerjakan sesuatu (learning how

to do), belajar untuk memecahkan masalah (learning how to solve problems),

belajar untuk hidup bersama (learning how to live together), dan belajar untuk

kemajuan kehidupan (learning how to be) maka dalam melaksanaan

pembelajaran bahasa Indonesia guru perlu memahami prinsip-prinsip dan

landasan pembelajaran bahasa Indonesia yang akan dipaparkan berikut ini.

1. Prinsip Kontekstual

Menurut Nurhadi (2004) pembelajaran kontekstual adalah

konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki

dengan penerapan dalam kehiduan sehari-hari. Purnomo (2002) menjelaskan

bahwa “kontekstual adalah pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik

dalam konteks linguistik maupun dalam konteks nonlinguistik.”. pembelajaran

kontekstual melibatkan tujuh komponen untuk pembelajaran efektif, yaitu

konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan

penilaian sebenarnya.
a. Konstruktivisme (Constructivism). Teori konstruktivisme adalah teori

yang menjelaskan bahwa struktur pengetahuan dikembangkan oleh otak

manusia melalui dua cara, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya

struktur pengetahuan baru dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah

ada. Sementara itu, akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah

ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan hadirnya

pengalaman baru. Bagaimana pelaksanaannya di kelas dalam

pembelajaran bahasa Indonesia sehari-hari adalah dapat diwujudkan dalam

bentuk peserta didik disuruh menulis/mengarang dan atau bercerita di

depan kelas.

b. Menemukan (Inquiry). Komponen inkuiri merupakan bagian inti dari

kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh peserta didik bukan hasil mengingat

seperangkat fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri (Hairuddin et

al., n.d.: 13).

Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut.

1) Merumuskan masalah

2) Mengamati/melakukan observasi

3) Menganalisis dan menyajikan hasil

4) Mengkomunikasikan kepada pembaca


c. Bertanya (Questioning). Menurut Hairuddin et al., (n.d.: 13) bertanya

merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual.

Tujuan bertanya adalah untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan

apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian kepada aspek yang

belum diketahuinya. Kegiatan bertanya dapat diterapkan dalam bentuk

ketika peserta didik berdiskusi, bekerja dalam kelompok, menemui

kesulitan, mengamati sesuatu. Kegiatan bertanya ini dapat dilakukan

antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik, peserta didik

dengan guru, peserta didik dengan nara sumber.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community). Ciri kelas berbasis

masyarakat belajar adalah pembelajaran dilakukan dalam bentuk

kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama.

Kelompok belajar disarankan terdiri atas peserta didik yang

kemampuannya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang

sudah tahu membimbing yang belum tahu, yang memiliki gagasan segera

menyampaikan usulnya. Kelompok belajar bisa bervariasi, baik

jumlahnya, maupun keanggotaannya, bisa juga melibatkan peserta didik di

kelas atasnya (Hairuddin et al., n.d.: 13).

e. Pemodelan (Modeling). Pemodelan dalam pembelajaran dilakukan dengan

cara memberikan model atau contoh yang perlu ditiru. Jika dirasa merasa

kurang mampu membacakan puisi, atau bermain drama, tidak perlu cemas

karena guru bukan satu-satunya yang dapat dijadikan model. Pengajar

dapat meminta kepada teman sejawat, atau mendatangkan pihak luar,


pembaca puisi, atau pemain drama yang sudah terkenal (Hairuddin et al.,

n.d.: 13).

Dengan demikian pengajar dapat melaksanakan pembelajaran puisi drama

lewat model tadi. Demikian pula pembelajaran menulis/mengarang kita

dapat memberikan contoh-contoh tulisan yang baik yang telah kita pilih.

f. Refleksi (Reflection). Menurut (Hairuddin et al., n.d.: 14) refleksi yang

dimaksud di sini adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa yang baru dilakukan. Refleksi juga

merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang baru dilakukan atau

pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, kita

menyediakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi. 

Kegiatan refleksi ini diwujudkan dalam beberapa bentuk sebagai berikut:

1) pernyataan langsung tentang semua yang diperolehnya

2) catatan di buku peserta didik

3) kesan dan saran peserta didik tentang pembelajaran yang telah

berlangsung;

4) diskusi; dan

5) hasil karya.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Penilaian

pembelajaran berbasis kontekstual ini dilakukan dengan mengamati

peserta didik menggunakan bahasa, baik di dalam kelas maupun di luar

kelas. Kemajuan belajar juga dinilai dari proses, bukan semata-mata dari

hasil. Penilaian bukan hanya oleh guru, melainkan bisa juga dari teman
atau orang lain. Asesmen autentik dilaksanakan selama dan sesudah proses

pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan dan terintegrasi.

Asesmen tersebut pun dilaksanakan untuk keterampilan performansi

(Hairuddin et al., n.d.: 14).

2. Prinsip Integratif

Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan

(1994) yang mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu

keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk

mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi.

Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Keempat sistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Dapat diartikan bahwa, pada

saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur

tersebut. Sebagai contoh pada saat pembelajaran berbicara, kita menggunakan

kata, kata disusun menjadi kalimat, kalimat yang kita ucapkan menggunakan

intonasi yang tepat. Berkaitan dengan ini secara tidak sadar kita telah

memadukan unsur fonologi (lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis

(kalimat), dan semantik (makna kalimat).

Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa hendaknya

tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran Bahasa Indonesia harus

secara terpadu atau terintegratif. Kita bisa mengajarkan kosa kata dengan

memadukan pembelajaran membaca, menulis, atau berbicara. Mengajarkan

kalimat, bisa kita padukan dengan menyimak, berbicara, membaca, atau

menulis.
Dengan contoh pada saat pembelajaran bahasa, kita tidak hanya

mengajarkan berbicara saja, tetapi secara tidak langsung kita pun mengajarkan

menyimak. Kegiatan berbicara tidak dapat berlangsung tanpa ada kegiatan

menyimak. Begitu pula pada saat pembelajaran menulis atau mengarang

berlangsung, secara tidak langsung pembelajaran membaca juga

disinkronisasikan pada pembelajaran menulis atau mengarang.

3. Prinsip Fungsional

Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan

Kurikulum 2004 adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa

Indonesia dalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan

prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus

dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun dalam

memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2002).

Prinsip fungsional dalam pemabalajaran bahasa pada hakikatnya sejalan

dengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan

komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru

bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar. Sebaliknya, guru

harus sebagai penerina informasi (Hairuddin, 2000). Jadi, pembelajaran harus

berdasarka multisumber.

4. Prinsip Apresiatif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) kata

“apresiasi” berarti “penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,

istilah apresiatif dimaknai “menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang


apresiatif merupakan pembelajaran yang menyenangkan.

Jika dilihat dari artinya, prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku untuk

pembelajaran sastra, tetapi juga untuk pembelajaran aspek yang lain seperti

keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam

hal ini pembelajaran sastra dapat dipadukan dalam pembelajaran keempat

keterampilan berbahasa tersebut.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rancangan kegiatan pembelajaran adalah seperangkat tulisan yang

berisi rencana pembelajaran dari dosen/ tenaga pengajar dalam memberikan

suatu materi pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan

dengan cara merancang pembelajaran tersebut dengan baik, agar

meningkatkan upaya kualitas peserta didik sehingga dapat memperoleh hasil

dari pembelajaran yang membentuk sikap, prilaku dan pengtahuan yang baik.

Adapun Metode mengajar yang sampai saat ini masih banyak

digunakan dalam proses belajar mengajar dalam rangka pengembangan

metode pembelajaran adalah : metode ceramah, metode tanya jawab, metode

diskusi, metode tugas belajar dan resitasi, metode kerja kelompok, metode

demontrasi.

Sumber belajar dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu, sumber

belajar yang dirancang (by design) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by

utilization). Sumber belajar yang dirancang (by design) adalah Sumber

belajar yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan pembelajaran guna

mencapai tujuan. Contoh sumber belajar by design adalah Buku teks, Modul,

Program audio visual, dan lain-lain. Sedangkan sumber belajar yang

dimanfaatkan (by utilization) adalah Sumber belajar yang sudah ada

dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan guna menunjang pelaksanaan proses

pembelajaran.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat. Dengan harapan makalah

yang kami buat bisa dapat dipahami dengan baik dan Semoga makalah ini

bisa bermanfaat bagi semuanya. Tentu makalah ini jauh dari kata sempurna

maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

agar dapat menyempurnakan Makalah ini dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Edisi IV.


Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suyanto. (2011). Iartificial Intelligence searching, reasoning, planing, and
learning. Bandung: Bandung Informatika.
St. Hasniyati Gani Ali, (2013 ) "PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK" Jurnal Al-
Ta’dib , Vol 6 , hal. 37
Lesmi Hartati, (2013) "PERENCANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN",
(Bandung,), hal 10-11.
http://conditionaloflife.blogspot.com/2013/05/prosedur-pembelajaran.html
diakses pada tanggal 15 November 2022
Sridini Sopiani, Komponen Pembelajaran,
https://www.academia.edu/9551018/KOmponen_Pembelajaran di akses pada
tanggal 15 November 2022.
Abd. Hamid, (2019) "BERBAGAI METODE MENGAJAR BAGI GURU
DALAM PROSES PEMBELAJARAN", AKTUALITA jurnal penelitian sosial dan
keagamaan, Vol 9 No.2 , hal 3-4.
Eveline Siregar, (2014) "Konsep Media dan Sumber Belajar Dalam
Pembelajaran", hal 20-21

Anda mungkin juga menyukai