Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD


“ Konsep, Jenis Pendekatan, Strategi, Model, Metode, dan Teknik dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Pembelajaran Menyimak ”

Oleh Kelompok 2 :

1. Nadya Adila Fitri : 21129258


2. Nur Azizah : 21129083
3. Tasya Aulia : 21129126
4. Wini Media Putri : 21129139
5. Zura Vazira : 21129518

Dosen Pengampu :

Ari Suriani, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep, Jenis Pendekatan, Strategi, Model,
Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran menyimak ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang Konsep,
Jenis Pendekatan, Strategi, Model, Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia dan pembelajaran menyimak baik bagi penulis maupun bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Ari Suriani, S.Pd, M.Pd selaku dosen
Pengampu Mata Kuliah pembelajaran Bahasa Indonesia. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Padang, 14 Februari 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Hakikat pendekatan, strategi, model, dan teknik dalam pembelajaran bahasa................3

B. Pendekatan whole language, pendekatan terpadu, pendekatan structural, pendekatan


proses dan pendekatan komunikatif.....................................................................................10

C. Jenis pendekatan, strategi, model, metode dan teknik dalam pembelajaran


menyimak……………………………………………………………………………………15
D. Metode pembelajaran Hypnoteaching…………………………………………………23
E. Metode simak tulis, simak terka, simak cerita, bisik berantai, simak ulang ucap, dan
simak kerjakan………………………………………………………………………………25

BAB III.....................................................................................................................................29

PENUTUP................................................................................................................................29

A. Kesimpulan...................................................................................................................29

B. Saran..............................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa pada intinya merupakan proses belajar bahasa,
sedangkan pengajaran bahasa menitikberatkan pada proses mengajarkan bahasa. Jadi,
dalam pembelajaran bahasa yang aktif adalah siswa sebagai pembelajar bahasa.
Dalam rangka mewujudkan pemerataan hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan
kurikulum dengan kompetensi lulusan yang memiliki keunggulan bertaraf lokal,
nasional dan global.Untuk itu diperlukan pembelajaran yang handal. Banyak sekali
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Agar
diperoleh hasil yang memuaskan diperlukan pendekatan yang tepat untuk
mengajarkan suatu pengetahuan atau materi sehingga hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan. Pembelajaran bahasa Indonesia ditekankan pada proses belajar siswa
sehingga siswa lebih aktif dalam belajar bahasa. Menurut Fuad (1988: 1)
pembelajaran bahasa adalah proses sadar yang menghasilkan pengetahuan tentang
bahasa dan pemerolehan adalah proses ambang sadar yang identik dengan proses
yang dilalui seorang anak dalam memperoleh bahasa ibunya.
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi
sasaran pembelajaran yang perlu dikembangkan dalam diri siswa. Proses belajar
mengajar merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena pembelajaran tidak akan berhasil
tanpa adanya proses menyimak dengan baik. Guru sebagai fasilitator, menyampaikan
ilmunya melalui bentuk-bentuk ajaran bahasa yang diharapkan dapat disimak oleh
siswanya. Tarigan (1980:3) mengemukakan bahwa menyimak merupakan proses
memperhatikan, mendengarkan sekaligus memahami suatu pesan yang disampaikan
kemudian dapat menyimpulkan hasil simakan tersebut dengan berbicara, menyimak
bertjuan untuk memperoleh informasi serta memahami pesan dalam berkomunikasi.
Melalui kegiatan menyimak siswa mampu menuangkan semua gagasan dan
pemikiran ke dalam suatu tulisan yang nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat pendekatan, strategi, model, metode, dan tenik dalam pembelajaran
bahasa
2. Apa pendekatan whole language, pendekatan terpadu, pendekatan sruktural,
pendekatan proses dan pendekatan komunikatif
3. Apa jenis pendekatan, strategi, model, metode, dan teknik dalam pembelajaran
menyimak
4. Apa metode pembelajaran hypnoteaching
5. Apa metode simak tulis, simak terka, simak cerita, bisik berantai, simak ulang
ucap, dan simak kerjakan.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat pendekatan, strategi, model, metode, dan tenik dalam
pembelajaran bahasa
2. Untuk mengetahui pendekatan whole language, pendekatan terpadu, pendekatan
sruktural, pendekatan proses dan pendekatan komunikatif
3. Untuk mengetahui jenis pendekatan, strategi, model, metode, dan teknik dalam
pembelajaran menyimak
4. Untuk mengetahui metode pembelajaran hypnoteaching
5. Untuk mengetahui metode simak tulis, simak terka, simak cerita, bisik berantai,
simak ulang ucap, dan simak kerjakan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat, Pendekatan, Strategi, Model Metode dan Teknik dalam Pembelajaran


Bahasa
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989).


Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar
komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis (Depdikbud, 1995). dengarkan. Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa,
menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks
komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna,
peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa.
Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan
penggunaan. disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
secara umum meliputi :
a. siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara,
b. siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan,
keperluan, dan keadaan,
c. siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan
kematangan sosial,
d. siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis),
e. siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan
f. siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui
prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan
pembelajarannya, serta menjadikan aspekaspek tersebut sebagai petunjuk
dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat
disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila :

1) diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat,


2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara
komunikatif dalam berbagai macam aktivitas,
3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk,
keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa,
4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan
budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran,
5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya,
6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan
7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri
(Aminuddin, 1994).
2. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategia, yang berarti „ilmu
perang‟ atau „panglima perang‟. Berdasarkan pengertian atau konsep tersebut,
maka dapat dinyatakan bahwa strategi adalah suatu seni merancang operasi
dalam peperangan, misalnya cara mengatur posisi atau siasat berperang
angkatan darat, angkatan laut, atau angkatan udara. Strategi dapat pula diartikan
sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian, peristiwa, atau hal-ihwal
lainnya. Dalam hal ini, Anda sebagai calon pendidik diharapkan dapat
menerapkan dan memilih strategi apa yang cocok dengan karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan situasi satuan pendidikan tempat Anda
bertugas.Pembicaraaan mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas
dari pembicaraan mengenai pendekatan, metode, dan teknik mengajar.
3. Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran Bahasa Idonesia

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori


tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber
landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa
mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat bahasa,
karakteristik bahasa, unsurunsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai
media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa
mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana
dikemukakan dalam psikolinguistil.
Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa
kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa.
Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang
mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan
pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan
metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar
Method).
1) Pendekatan Tujuan ,
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap
kegiatan belajar-mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu
ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah
ditetapkan itu, maka dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan
teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran
tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar-mengajar ditentukan oleh tujuan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan itu sendiri.
2) Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai
seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Atas dasar anggapan tersebut, timbul
pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan
kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa
perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang terdiri
atas: fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam hal ini, pengetahuan tentang
pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Jelas
bahwa aspek kognitif bahasa lebih diutamakan daripada aspek afektif dan
aspek psikomotor.

3) Pendekatan Komunikatif
Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang
bahasa dan pembelajaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan
dengan perkembangan pola pikir masyarakat. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran bahasa Indonesia, akhir-akhir ini sedang digalakkan penerapan
pendekatan komunikatif dalam bahasa Indonesia. Pendekatan komunikatif
merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan
menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan komunikatif lahir dari
banyaknya penggunaan komunikasi (bahasa).
Komunikasi itu sendiri dapat diartikan proses interaksi yang terjadi
secara dua arah antara penutur dan petutur. Tampak bahwa komunikasi
melalui bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah tetapi
lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti bahasa
ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif. Selanjutnya,
bentuk-bentuk komunikasi dapat dilakukan melalui: (1) komunikasi searah
dan (2) komunikasi dua arah. Komunikasi searah adalah komunikasi yang
terjadi secara searah atau disampaikan oleh penutur saja tanpa adanya
respons dari petutur. Contoh komunikasi searah adalah ceramah, khotbah,
dan pidato. Sementara itu, komunikasi dua arah adalah komunikasi yang
terjadi secara dua arah atau disampaikan oleh penutur dan petutur dengan
adanya respons dari keduanya. Contoh komunikasi dua arah adalah dialog,
debat, dan diskusi.
4. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan


materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti
penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui
langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan
penilaian hasil belajar. Metode pembelajaran bahasa ialah rencana aktivitas
pembelajaran bahasa yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan
secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan
remedi dan bagaimana pengembangannya.
Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar dilakukan oleh guru
dengan menyesuaikan apa yang ada pada kompetensi dasar. Pemilihan,
penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan
ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan
pada pendekatan yang dianut. Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel
metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi
pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan
(c) strategi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1989). Hal ini akan dijelaskan
sebagai berikut :
(a) Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk
pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi,
penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu.
Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan
pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang
berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode
untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan
penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
strategi pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu
pada metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu
konsep atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada
metode untuk mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu
konsep atau prosedur atau prinsip.
(b) Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu
(1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk
kerja (seperti latihan tes). Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu
diperhatikan dalam mendeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (1) media
pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media, dan (3) bentuk kegiatan
pembelajaran.

(c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran


Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode
yang berurusan dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-
variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling
sedikit ada empat klasifikasi variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang
meliputi
(1) penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran,
(2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan
(3) pengelolaan motivasional, dan
(4) kontrol belajar.
Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi
baik untuk strategi pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian
pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran.
Penjadwalan penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya
mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap
komponen strategi pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan
strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa
lama seorang siswa menggunakan suatu jenis media”.
Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat
dimuat pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat,
maupun bahan. Interkasi pebelajar dengan emdia adalah komponen strategi
penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun
bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran
yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok
kecil, perseorangan atau mandiri (Degeng, 1989). Martin dan Brigss (1986)
mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran
5. Teknik Pembelajaran Bahasa

Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian


implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran
dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik pembelajaran
merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam
metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru
bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses
belajar-mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam
menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi
kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain.

Dengan demikian, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat


bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran
yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut .Teknik mengajar
berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan
pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran
bersifat implementasi, individual, dan situasional. Saksomo (1983) menyebutkan
teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) ceramah, (2) tanya
—jawab , (3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan resitasi, (5) demonstrasi dan
eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar di laboratorium,
(8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif, (10)
simulasi, main peran, dan sosiodrama, (11) karya wisata dan bermain-main, dan
(12) eklektik, campuran, dan serta-merta.
Berikut ini adalah teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
a. Teknik Pembelajaran Menyimak.
1) simak-ulang ucap, 2) simak-tulis (dikte), 3) simak-kerjakan, 4) simak-
terka, 5) memperluas kalimat, 6) menyelesaikan cerita, 7) membuat rangkuman,
8) menemukan benda, 9) bisik berantai, 10) melanjutkan cerita, 11) parafrase,
12) kata kunci.

b. Teknik Pembelajaran Berbicara.


1) ulang-ucap, 2) lihat-ucapkan, 3) memerikan, 4) menjawab pertanyaan, 5)
bertanya, 6) pertanyaan menggali, 7) melanjutkan, 8) menceritakan kembali, 9)
percakapan, 10) parafrase, 11) reka cerita gambar, 12) bermain peran, 13)
wawancara, 14) memperlihatkan dan bercerita.

c. Teknik Pembelajaran Membaca.


1) membaca survei, 2) membaca sekilas,  PBIN4218/MODUL 1 1.15 3)
membaca dangkal, 4) membaca nyaring, 5) membaca dalam hati, 6) membaca
kritis, 7) membaca teliti, 8) membaca pemahaman. d. Teknik Pembelajaran
Menulis. 1) menyalin kalimat, 2) membuat kalimat, 3) meniru model, 4) menulis
cerita dengan gambar berseri, 5) menulis catatan harian, 6) menulis berdasarkan
foto, 7) meringkas, 8) parafrase, 9) melengkapi kalimat, 10) menyusun kalimat,
11) mengembangkan kata kunci

B. Pendekatan Whole Language, Pendekatan Terpadu, Pendekatan Sructural,


Pendekatan Proses dan Pendekatan Komunikatif

1. Pendekatan Whole Language


Whole language dapat dinyatakan sebagai perangkat wawasan yang
mengarahkan kerangka pikir praktisi dalam menentukan bahasa sebagai meteri
pelajaran, isi pembelajaran, dan proses pembelajaran. Pengembangan wawasan
whole language diilhami konsep konstrutivisme, language experience approach
(LEA), dan progresivisme dalam pendidikan. Wawasan yang dikembangkan
sehubungan dengan bahasa sebagai materi pelajaran dan penentuan isi
pembelajarannya diwarnai oleh fungsionalisme dan semiotika (Edelsky,
Altwerger, dan Flores, 1991). Sementara itu, prinsip dan penggarapan proses
pembelajarannya diwarnai oleh progresivisme dan konstruktivisme menyatakan
bahwa siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam
belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Roberts, 1996)

Pendekatan “Whole Language” Suatu pendekatan untuk mengembangkan


mengajarkan bahasa yang dilaksanakan secara menyeluruh, meliputi: mendengar,
berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang
interaktif yang tidak terpisahpisah dengan aspek kebahasaan: fonem, kata, ejaan,
kalimat, wacana dan sastra. Di samping itu pendekatan ini juga mementingkan
multimedia, lingkungan, dan pengalaman belajar anak. Sedangkan pendekatan
terpadu berdasarkan paham filosofi Whole Language, memandang bahwa belajar
bahasa menjadi mudah apabila: 1) Bersifat holistik, realistis, relevan 2) Bermakna
dan fungsional 3) Tidak terlepas dari konteks pemakaiannya Untuk menciptakan
proses pengajaran bahasa yang mudah dipelajari, Goodman (1986:8) menyatakan
bahwa pengajaran bahasa dilangsungkan secara whole language dengan
memperhatikan sejumlah kenyataan, yaitu: 1) Bahasa harus nyata (alamiah) 2)
Bersifat menyeluruh 3) Logis 4) Menarik 5) Relevan dengan pebelajar 6) Menjadi
milik pebelajar 7) Menggunakan bagian dari peristiwa nyata 8) Diperlukan
masyarakat 9) Sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pebelajar 10) Dapat
dimengerti dan digunakan pebelajar.

Sesuai dengan definisi whole language yaitu pembelajaran bahasa yang disajikan
secara utuh dan tidak terpisah-pisah, maka dalam menerapkan setiap komponen
whole language di kelas harus pula melibatkan semua keterampilan dan unsur
bahasa dalam kegiatan pembelajaran.
a. Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku
cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang benar
sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya.
b. Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading (SSR) adalah kegiatan membaca dalam hati yang
dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini kesempatan untuk memilih sendiri
buku atau materi yang akan dibacanya. Pada kegiatan ini guru memberikan
kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan bacaan yang sesuai dengan
kemampuan mereka sendiri sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca
bacaan tersebut.
c. Journal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk meningkatkan
keterampilan siswa menulis adalah dengan mengimplementasikan
pembelajaran menulis jurnal atau menulis informal. Melalui menulis jurnal,
siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian di
sekitarnya tanpa sekaligus memikirkan hal-hal yang bersifat mekanik.
d. Guided Reading
Dalam guided reading, guru lebih berperan sebagai model dalam membaca,
dalam guided reading atau disebut juga membaca terbimbing guru menjadi
pengamat dan fasilator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan
dalam cara membaca itu sendiri tetapi lebih pada membaca pemahaman.
e.Guided Writing
Guided writing atau menulis terbimbing seperti dalam membaca terbimbing,
dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilator, membantu siswa
menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas,
sistematis, dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur,
sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk.

2. Pendekatan Terpadu
Dalam Pembelajaran Bahasa Pendekatan integratif atau pendekatan terpadu
merupakan pendekatan pembelajaran bahasa dengan cara berpikir menyeluruh,
yang menghubungkan semua aspek keterampilan berbahasa sebagai kesatuan yang
bermakna. Selain itu, Sutikno (2009) mengataka bahwa pendekatan integrative
merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa,
yang bersama-sama membentuk bahasa. Dalam pembelajaran bahasa, materi
pembelajaran bahasa disajikan secara terpadu, yaitu terpadu antar-materi dalam
pembelajaran bahasa dan berpijak pada satu tema tertentu. Pendekatan integratif
berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa aktif dan merupakan pengajaran yang bersifat konstruktif,
2. Bahasa digunakan untuk bermacam-macam pola;
3. Pengetahuan diorganisasikan dan dibentuk oleh pembelajar secara individual
melalui interaksi sosial.

3. Pendekatan Sructural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran
bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah,
norma, dan aturan. Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai
seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Atas dasar anggapan tersebut timbul
pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-
kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu
dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam
fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola
kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Jelas bahwa aspek
kognitif bahasa lebih diutamakan.
Di samping mempunyai kelemahan, pendekatan ini juga memiliki kelebihan.
Dengan pedekatan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun
kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya. Misalnya saja, mereka
mungkin tidak akan membuat kesalahan seperti di bawah ini. "Bajunya anak itu
baru"."Di sekolahan kami mengadakan pertandingan sepak bola"."Anak-anak itu
lari-lari di halaman". Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan
dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai
seperangkat kaidah, norma, dan aturan.

4. Pendekatan Proses
Dalam proses belajar atau belajar bagaimana belajar diperlukan keterampilan
intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Ketiga keterampilan inilah
yang disebut keterampilan proses. Setiap keterampilan ini terdiri atas sejumlah
keterampilan. Dengan perkataan lain keterampilan proses terdiri atas sejumlah sub
keterampilan proses. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan
mengembangkan konsep. Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan
berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara
pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses
belajar-mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya
terlihat pada diri siswa seperti, teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa,
bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama , rajin, dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun oleh sejumlah keterampilan-keterampilan.
Karena itu pencapaian atau pengembangnya dilaksanakan dalam setiap proses
belajar-mengajar dalam semua mata palajaran. Tidak ada satu pelajaran pun yang
dapat mengembangkan keterampilan itu secara utuh. Karena itu pula, ada
keterampilan yang cocok dikembangkan oleh pelajaran tertentu dan kurang cocok
dikembangkan oleh mata pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran mempunyai
karakteristik sendiri. Karena itu penjabaran keterampilan proses dapat berbeda
pada setiap mata pelajaran.

5. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada
pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Zuchdi dan
Budiarsih, 1996/1997:33-34). Hal ini sesuai dengan yang dituntut baik oleh
Kurikulum 1994 maupun oleh Kurikulum 2004, bahwa tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia di SD tidak lagi untuk menciptakan bagaimana peserta didik
memahami tentang bahasa, tetapi lebih ditekankan pada kemampuan
menggunakan Bahasa Indonesia secara lisan dan tulisan. Kompetensi berbahasa
seseorang tidak memberikan pengaruh terhadap performansi berbahasanya atau
sebaliknya.
Pengetahuan kebahasaan bertalian dengan pengetahuan penutur terhadap
bahasa sebagai suatu sistem dan merupakan kemampuan potensial dalam diri
penutur. Melalui kemampuan potensial ini penutur dapat menciptakan
tuturantuturan, biasanya berupa kalimat-kalimat. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa kompetensi linguistik merupakan daya dorong untuk berbahasa secara
kreatif. Pandangan tersebut diperluas oleh para pakar dari versi kuat. Jadi
pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan
kebahasaan dan mengunjukkan dalam kegiatan berbahasa, baik kegiatan produktif
maupun reseptif sesuai denagn situasi yang nyata, bukan situasi buatan.yang
terlepas dari konteks.

C. Jenis Pendekatan, Strategi, Model, Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran


Menyimak

1. PENDEKATAN
Pendekatan adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai pengajaran
suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan
didasarkan kepada asumsi yang berkaitan.
a. Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran
yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi (Syafi’ie, 1993: 17,
Hymes dalam Brumfit, 1987: 2, dan Djiwandono, 1996: 13). Pendekatan
komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi
bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran.
b. Pendekatan Integratif
Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Para siswa dituntut untuk
terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam
satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan.
c. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar
yang melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat dalam proses
pengajaran.
d. Pendekatan Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja sama dan saling membantu
dalam menyelesaikan tugas.

e. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah
tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan
itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran
yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
f. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran
bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat
kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran
bahasa harus diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa.
Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata
menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Dengan
pendekatan struktural siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena
mereka memahami kaidah-kaidahnya.
g. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini mempunyai konsep,
guru menggunakan objek di sekitar siswa sebagai media pembelajaran di kelas.

2. STRATEGI
1) Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk teknik
pembelajaran Ekspositoris , atau teknik penyampaian semacam kuliah (sering juga
digunakan istilah “chalk and talk ”). Strategi pembelajaran langsung merupakan
bentuk dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach). Dikatakan demikian, sebab dalam staretgi ini guru memegang peran yang
sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur. Diharapkan apa yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement)
siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah dan demonstrasi merupakan bentuk-
bentuk strategi pembelajaran langsung.
2) Strategi Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3 sampai 5 orang
siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Strategi
pembelajaran Cooperative Learning mulai populer akhir-akhir ini. Melalui
Cooperative Learning siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai
dengan keadaan kelompoknya. Kerja sama di sini dimaksudkan setiap anggota
kelompok harus saling bantu. Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat
bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu
perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif.
Perspektif motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantuBekerja secara tim
dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang
bagus, di mana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh
keberhasilan. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya
interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk
berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa
akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah
pengetahuan kognitifnya.

3) Strategi Pembelajaran Problem Solving


Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan
masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah
mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan
soal-soal matematika. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah
teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran
dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan
keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu. Mengajar memecahkan
masalah berarti pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran,
sedangkan pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi. Jadi, kedudukan
pemecahan masalah hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi
pembelajaran

4) Strategi Mengulang
Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca ulang
materi tertentu untuk menghafal saja. Contoh lain dari strategi sederhana adalah
menghafal nomor telepon, arah tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan
sebagainya. Memori yang sudah ada di pikiran dimunculkan kembali untuk
kepentingan jangka pendek, seketika, dan sederhana. Penyerapan bahan belajar
yang lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks. Menggarisbawahi
ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan menuliskan kembali inti informasi yang
telah diterima merupakan bagian dari mengulang kompleks. Strategi tersebut
tentunya perlu diajarkan ke siswa agar terbiasa dengan cara demikian.
5) Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru
akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah
dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan
informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang
dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang
pernah ada. Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi,
dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara
informasi yang dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang didapat melalui
proses mencatat. Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru dari
percampuran dua informasi itu. Analogi merupakan cara belajar dengan
pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda
atau ide, misalnya otak kiri mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan
informasi.
6) Strategi Organisasi
Strategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan
bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi organisasi terdiri
atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil.
Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci
dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Bentuk strategi organisasi adalah
Outlining, yakni membuat garis besar. Siswa belajar menghubungkan berbagai
macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Mapping, yang lebih dikenal
dengan pemetaan konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining.
Mnemonics membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan
sebagai satu strategi, elaborasi atau organisasi. Mnemonics membantu dengan
membentuk asosiasi yang secara alamiah tidak ada yang membantu
mengorganisasikan informasi menjadi memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas
pemotongan, akronim, dan kata berkait.
3. METODE
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang
digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
a. Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam
metode langsung terdapat 5 fase yaitu demonstrasi, pembimbingan,pengecekan,
dan pelatihan.

b. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua
keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa pembelajaran
menyimak harus berorientasi pada fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat
komunikasi.
c. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif
terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
d. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke
dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah
tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas,
kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan harus diolah
sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Semua siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya.
e. Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivitas adalah belajar itu menemukan. Artinya,
meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses
mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam
pemahaman mereka. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar
kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif
strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif
lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
f. Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran
yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya
dengan kehidupan sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah
satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi dunia
nyata.
4. MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
(Soekamto dan Winaputra 1997:78-79)

1. Student Teams - Achievment Divisions (STAD)


Tim siswa kelompok prestasi (Slavin 1995)
Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin)
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab tidak boleh saling membantu
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan

5. Problem Based introduction (Pembelajaran berdasarkan Masalah )


Langkah-langkah
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana
atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan
topik,tugas,jadwal)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

6. Demonstration
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario
yang telah disiapkan
e. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya
f. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
didemonstrasikan.
g. Guru membuat kesimpulan

7. Word Square
Media: Soal dalam bentuk teka-teki
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
b. b.Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
c. Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf
sesuai pertanyaan )
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

8. Complete Sentence
Media: Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
Langkah – langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. b.Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan
buku atau model dengan waktu secukupnya
c. Guru membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogen
d. Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum
lengkap
e. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang
tersedia.
f. Siswa berdiskusi secara kelompok
g. Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap peserta
membaca sampai mengerti.
h. Kesimpulan.

9. Artikulasi
Langkah – langkah
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikn materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan dua
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannyamendengar sambil membuat
catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil
wawancara dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulang/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa
g. Kesimpulan/ penutup.

5. TEKNIK

1) Simak-ulang ucap
Teknik simak – ulang ucap biasanya digunakan dalam melatih siswa
melafalkan dengan tepat unit-unit bahasa mulai dari unit terkecil sampai unit
terbesar misalnya fonem, kata, kelompok kata, kalimat, dan paragraf atau wacana
pendek.Model ucapan yang akan diperdengarkan dan tiru oleh siswa harus
dipersiapkan secara cermat oleh guru. Bila memungkinkan guru dapat merekam
model itu dalam pita rekaman.
Metode simak-ulang ucap biasanya digunakan dalam memperkenalkan
bunyibunyi tertentu seperti bunyi kendaraan, suara binatang, bunyi pintu ditutup
atau juga bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau huruf biasanya diperkenalkan pada
saat pertama anak belajar membaca atau mengenal bunyi-bunyi huruf.
Kemampuan menyimak tidak dapat dikuasai dengan sendirinya oleh anak. Akan
tetapi, kemampuan menyimak tersebut akan diperoleh anak melalui proses
pembelajaran atau upaya pengembangan kemampuan menyimak yang dilakukan
orang tua atau guru. Proses pembelajaran atau upaya kemampuan menyimak anak
harus dilakukan dengan menyenangkan dan menarik agar anak tidak mudah
merasa bosan atau jenuh terhadap pembelajaran bahasa. Metode yang dapat
digunakan guru dalam proses pembelajaran atau upaya pengembangan
kemampuan menyimak tersebut adalah permainan simak-ulang ucap.

2) Simak-tulis (dikte)
Teknik simak – tulis dikenal juga dengan dikte. Latihan dikte menuntut
keseriusan siswa seperti memusatkan perhatian, mengenali fonem, tanda-tanda
baca, penulisan huruf besar, membedakan ujaran langsung dan tak langsung,
memperhatikan permulaan atau akhir paragraf dsb.

3) Simak-kerjakan
Metode ini berupa ucapan guru berisi kalimat perintah. Anak mereaksi atas
perintah guru. Reaksi anak dalam bentuk perbuatan. Penggunaan metode ini bisa
dilakukan dalam bentuk permainan atau perlombaan. Misalnya anak dibagi
menjadi dua kelompok. Kedua kelompok berbaris dengan rapi dan guru
menyampaikan aturan permainan, misalnya anak tidak boleh menyebut kata yang
dibisikkan guru dengan suara keras. Lalu masing-masing kelompok menunjuk
siapa komandannya. Kemudian guru membisikkan kalimat perintah pada
komandan kelompok dan komandan kelompok membisikkan pada anggota
berikutnya. Selanjutnya dilihat kelompok mana yang lebih dahulu mengerjakan
perintah yang dibisikkan guru. Kegiatan ini bisa dilakukan di luar kelas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati dan Simatupang (2014:
4) menyimpulkan bahwa tindakan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
menyimak anak menggunakan stategi simak-kerjakan di Kelompok Bermain
Hidayatus Shibyan Kecamatan Dlanggu, Mojokerto telah berhasil karena sudah
memenuhi kriteria keberhasilan tindakan. Data yang diperoleh berupa
pengamatan pembelajaran melalui kegiatan simak - kerjakan dan pengamatan
terhadap aktifitas guru dan anak, serta kemampuan menyimak anak pada setiap
siklus. Data lembar observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan menyimak anak yaitu mengerti dan melaksanakan 2-3 perintah
sederhana serta menunjukkan gambar/benda yang dikenalnya.

4) Simak-terka
Kegiatan ini dilakukan dengan cara guru menyiapkan benda-benda yang tidak
diketahui atau diperlihatkan kepada anak. Guru lalu menyebutkan ciri-ciri benda
tersebut dan anak ditugaskan untuk menebak benda yang dimaksud. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Najizah dan Mas’udah (2014: 4) dalam artikel
yang berjudul penggunaan strategi simak terka untuk meningkatkan kemampuan
menyimak pada Kelompok B Play Group Arriyadl Blimbingsari Sooko
Mojokerto, dari hasil penelitian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan strategi simak-terka dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada
anak kelompok B PG Arriyadl Blimbingsari Sooko Mojokerto. Pembelajaran
dengan strategi simak- terka meningkatkan kualitas pembelajaran dan
kemampuan menyimak anak pada Play Group Arriyadl.

5) Memperluas kalimat
Guru mengucapkan kalimat sederhana. Siswa menirukan ucapan guru. Guru
mengucapkan kata atau kelompok kata. Siswa menirukan ucapan guru.
Selanjutnya siswa disuruh menghubungkan ucapan yang pertama dan kedua
sekaligus, sehingga menjadi kalimat yang panjang.

6) Simak cerita
Guru bercerita siswa menyimak cerita tersebut dengan seksama. Guru
berhenti bercerita, ceritanya baru sebagian. Cerita dilanjutkan oleh anak secara
bergilir sampai cerita itu selesai sebagai suatu keutuhan. Cerita seperti ini seolah
memaksa siswa untuk menyimak dengan teliti jalan ceritanya sambil menghayati
cerita tersebut karena siswa dituntut menyelesaikan cerita secara bergilir.
7) Bisik berantai
Metode ini dilakukan dengan cara guru membisikkan suatu pesan kepada
seorang anak, atau yang dibisikkan juga bisa berupa tiga kata berurutan sesuai
tema tertentu. Lalu anak yang pertama membisikkan pesan atau kata-kata tersebut
pada pada anak kedua. Anak kedua kemudian membisikkan pada anak ketiga,
begitu seterusnya. Anak terakhir menyebutkan isi pesan itu dengan suara keras di
depan kelas.
Dewi, Sujana dan Tirtayani (2017: 321-322) melakukan sebuah penelitian
dalam artikel yang berjudul Pengaruh Metode Bermain Berbantuan Media Audio
Bisik Berantai terhadap Kemampuan Menyimak pada Anak menyimpulkan
bahwa metode bermain berbantuan media audio bisik berantai berpengaruh
terhadap kemampuan menyimak aktif anak. Penerapan metode bermain
berbantuan media audio bisik berantai melibatkan seluruh kemampuan yang
dimiliki oleh siswa untuk dapat menemukan suatu proses pembelajaran dalam
pencapaian tujuan. Keterlibatan tersebut dapat berbentuk pengekspresian diri
serta penggunaan bahasa yang baik dan benar. Metode bermain berbantuan media
audio bisik berantai dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak, tingkat
konsentrasi anak, dapat memotivasi anak dan dapat mengembangkan interaksi
sosial anak dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

D. Metode pembelajaran HYPNOTEACHING


Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang dalam menyampaikan
materi, guru memakai Bahasa-bahasa bawah sadar yang bisa menumbuhkan
ketertarikan tersendiri kepada anak didik (N. Yustisia 2012 : 75). hypnoteaching
adalah metode pembelajaran yang dalam menyampaikan materi pelajaran, guru
menggunakan teknik berkomunikasi yang sangat persuasif dan sugestif dengan
tujuan agar peserta didik mudah memahami materi pelajaran. Pikiran bawah sadar
dengan mudah menyerap hal yang negatif, tidak memotivasi, dan menjatuhkan. Oleh
karena itu, hati-hati dalam menggunakan kata-kata karena hal tersebut bisa
berdampak buruk terhadap kualitas peserta didik. Hypnoteaching menekankan pada
komunikasi alam bawah sadar siswa yang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti sugesti dan imajinatif. Kemampuan sugesti yang terus terngiang dalam otak,
mampu mengantarkan seseorang pada apa yang dipikirkannya. Sedangkan imajinasi
merupakan proses membayangkan sesuatu terlebih dahulu baru melakukannya.
Dalam hal ini seorang guru harus mampu membiarkan peserta didiknya berekspresi
dan berimajinasi. Hipnosis merupakan kondisi ketika seseorang menerima saran,
informasi, dan sugesti tertentu yang mampu mengubah seseorang dari hal yang
kurang baik menjadi hal yang lebih baik.

Langkah-langkah Hypnoteaching dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif


Penerapan hypnoteaching untuk menciptakan pembelajaran efektif, dilakukan melalui
langkah-langkah tertentu17. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut;

1) Pertama, Niat dan motivasi dalam diri sendiri. Kesuksesan seseorang dalam
berbagai bidang pekerjaan yang menjadi profesinya tergantung pada niat atau
keinginan dalam hati untuk berusaha dan bekerja keras dalam mencapai
kesuksesan tersebut. Sebab niat yang besar akan memunculkan motivasi yang
tinggi dan komitmen untuk selalu mencurahkan segala perhatian dan energi
yang dimilikinya untuk bidang yang ditekuninya.
2) Kedua, Pacing. Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta
gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik. Karena pada prinsipnya
manusia cenderung atau lebih suka berinteraksi dengan teman yang memiliki
banyak kesamaan, sehingga ia akan merasa nyaman. Dengan kenyamanan
yang bersumber dari kesamaan gelombang otak inilah, maka setiap pesan
yang disampaikan dari satu orang ke orang lain bisa diterima dan dipahami
dengan baik.
3) Ketiga, Leading. Leading memiliki pengertian memimpin atau mengarahkan
sesuatu. Setelah melakukan pacing, para siswa akan merasa nyaman dengan
guru. Pada saat itulah hampir setiap apapun yang guru ucapkan atau tugaskan
kepada mereka, akan dilakukan dengan suka rela dan senang hati. Sehingga
sesulit apapun materinya, pikiran bawah sadar mereka akan menangkap
materi pelajaran dengan mudah.
4) Keempat, Gunakan kata-kata positif. Penggunaan kata positif ini sesuai
dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negatif.
Pada dasarnya kata-kata yang diberikan oleh guru, baik langsung maupun
tidak, sangat mempengaruhi kondisi psikis para siswa, sehingga mereka
merasa lebih percaya diri dalam menerima materi yang diberikan. Kata-kata
tersebut dapat berupa ajakan dan himbauan. Jadi apabila ada hal-hal yang
tidak boleh dilakukan oleh mereka, hendaknya menggunakan kata ganti yang
positif untuk mengganti kata-kata negatif. Sebagai contoh apabila akan
menenangkan kelas yang ramai (ribut), biasanya kata perintah yang keluar
adalah, “Jangan ribut!” Dalam mengaplikasikan hypnoteaching, hendaknya
kata-kata jangan ribut ini diganti dengan, “Mohon tenang.”
5) Kelima, Berikan pujian. Salah satu hal yang paling penting dalam
pembelajaran adalah reward and punishment. Pujian merupakan reward atas
peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk
membentuk konsep diri seseorang. Maka dari itu, berikanlah pujian kepada
para peserta didik dengan tulus, sehingga mereka akan terdorong untuk
melakukan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Pemberian pujian bisa
dilakukan ketika peserta didik berhasil melakukan atau mencapai prestasi.
Berikanlah pujian sekecil apapun bentuk prestasinya, termasuk ketika ia
berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri.
6) Keenam, Modeling. Modeling adalah proses memberi teladan atau contoh
melalui ucapan dan perilaku yang konsisten dan merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam hypnoteaching. Setelah peserta didik merasa nyaman
dengan guru, maka ia perlu memantapkan perilakunya agar konsisten dengan
ucapan dan ajarannya, sehingga ia selalu menjadi figur yang dipercaya.

E. Metode Simak Tulis, Simak Terka, Simak Cerita, Bisik Berantai, Simak Ulang
Ucap, dan Simak Kerjakan
1) Simak-ulang ucap
Teknik simak – ulang ucap biasanya digunakan dalam melatih siswa melafalkan
dengan tepat unit-unit bahasa mulai dari unit terkecil sampai unit terbesar
misalnya fonem, kata, kelompok kata, kalimat, dan paragraf atau wacana
pendek.Model ucapan yang akan diperdengarkan dan tiru oleh siswa harus
dipersiapkan secara cermat oleh guru. Bila memungkinkan guru dapat merekam
model itu dalam pita rekaman.Metode simak-ulang ucap biasanya digunakan
dalam memperkenalkan bunyibunyi tertentu seperti bunyi kendaraan, suara
binatang, bunyi pintu ditutup atau juga bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau huruf
biasanya diperkenalkan pada saat pertama anak belajar membaca atau mengenal
bunyi-bunyi huruf. Kemampuan menyimak tidak dapat dikuasai dengan
sendirinya oleh anak. Akan tetapi, kemampuan menyimak tersebut akan
diperoleh anak melalui proses pembelajaran atau upaya pengembangan
kemampuan menyimak yang dilakukan orang tua atau guru. Proses pembelajaran
atau upaya kemampuan menyimak anak harus dilakukan dengan menyenangkan
dan menarik agar anak tidak mudah merasa bosan atau jenuh terhadap
pembelajaran bahasa. Metode yang dapat digunakan guru dalam proses
pembelajaran atau upaya pengembangan kemampuan menyimak tersebut adalah
permainan simak-ulang ucap.

2) Simak-tulis (dikte)
Teknik simak – tulis dikenal juga dengan dikte. Latihan dikte menuntut
keseriusan siswa seperti memusatkan perhatian, mengenali fonem, tanda-tanda
baca, penulisan huruf besar, membedakan ujaran langsung dan tak langsung,
memperhatikan permulaan atau akhir paragraf dsb.

3) Simak-kerjakan
Metode ini berupa ucapan guru berisi kalimat perintah. Anak mereaksi atas
perintah guru. Reaksi anak dalam bentuk perbuatan. Penggunaan metode ini bisa
dilakukan dalam bentuk permainan atau perlombaan. Misalnya anak dibagi
menjadi dua kelompok. Kedua kelompok berbaris dengan rapi dan guru
menyampaikan aturan permainan, misalnya anak tidak boleh menyebut kata yang
dibisikkan guru dengan suara keras. Lalu masing-masing kelompok menunjuk
siapa komandannya. Kemudian guru membisikkan kalimat perintah pada
komandan kelompok dan komandan kelompok membisikkan pada anggota
berikutnya. Selanjutnya dilihat kelompok mana yang lebih dahulu mengerjakan
perintah yang dibisikkan guru. Kegiatan ini bisa dilakukan di luar kelas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati dan Simatupang (2014:
4) menyimpulkan bahwa tindakan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan menyimak anak menggunakan stategi simak-kerjakan di Kelompok
Bermain Hidayatus Shibyan Kecamatan Dlanggu, Mojokerto telah berhasil
karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan. Data yang diperoleh
berupa pengamatan pembelajaran melalui kegiatan simak - kerjakan dan
pengamatan terhadap aktifitas guru dan anak, serta kemampuan menyimak anak
pada setiap siklus. Data lembar observasi digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menyimak anak yaitu mengerti dan melaksanakan 2-3
perintah sederhana serta menunjukkan gambar/benda yang dikenalnya.

4) Simak-terka
Kegiatan ini dilakukan dengan cara guru menyiapkan benda-benda yang tidak
diketahui atau diperlihatkan kepada anak. Guru lalu menyebutkan ciri-ciri benda
tersebut dan anak ditugaskan untuk menebak benda yang dimaksud. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Najizah dan Mas’udah (2014: 4) dalam artikel
yang berjudul penggunaan strategi simak terka untuk meningkatkan kemampuan
menyimak pada Kelompok B Play Group Arriyadl Blimbingsari Sooko
Mojokerto, dari hasil penelitian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan strategi simak-terka dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada
anak kelompok B PG Arriyadl Blimbingsari Sooko Mojokerto. Pembelajaran
dengan strategi simak- terka meningkatkan kualitas pembelajaran dan
kemampuan menyimak anak pada Play Group Arriyadl.

5) Memperluas kalimat
Guru mengucapkan kalimat sederhana. Siswa menirukan ucapan guru. Guru
mengucapkan kata atau kelompok kata. Siswa menirukan ucapan guru.
Selanjutnya siswa disuruh menghubungkan ucapan yang pertama dan kedua
sekaligus, sehingga menjadi kalimat yang panjang.

6) Simak cerita
Guru bercerita siswa menyimak cerita tersebut dengan seksama. Guru berhenti
bercerita, ceritanya baru sebagian. Cerita dilanjutkan oleh anak secara bergilir
sampai cerita itu selesai sebagai suatu keutuhan. Cerita seperti ini seolah
memaksa siswa untuk menyimak dengan teliti jalan ceritanya sambil menghayati
cerita tersebut karena siswa dituntut menyelesaikan cerita secara bergilir.
7) Bisik berantai
Metode ini dilakukan dengan cara guru membisikkan suatu pesan kepada
seorang anak, atau yang dibisikkan juga bisa berupa tiga kata berurutan sesuai
tema tertentu. Lalu anak yang pertama membisikkan pesan atau kata-kata
tersebut pada pada anak kedua. Anak kedua kemudian membisikkan pada anak
ketiga, begitu seterusnya. Anak terakhir menyebutkan isi pesan itu dengan suara
keras di depan kelas.

Dewi, Sujana dan Tirtayani (2017: 321-322) melakukan sebuah penelitian dalam
artikel yang berjudul Pengaruh Metode Bermain Berbantuan Media Audio Bisik
Berantai terhadap Kemampuan Menyimak pada Anak menyimpulkan bahwa
metode bermain berbantuan media audio bisik berantai berpengaruh terhadap
kemampuan menyimak aktif anak. Penerapan metode bermain berbantuan media
audio bisik berantai melibatkan seluruh kemampuan yang dimiliki oleh siswa
untuk dapat menemukan suatu proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan.
Keterlibatan tersebut dapat berbentuk pengekspresian diri serta penggunaan
bahasa yang baik dan benar. Metode bermain berbantuan media audio bisik
berantai dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak, tingkat konsentrasi anak,
dapat memotivasi anak dan dapat mengembangkan interaksi sosial anak dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dapat menarik maka guru diharapkan
mampu melaksanakan pembalajaran dengan menerapkan/ menggunakan strategi
pembelajaran (metode dan teknik) ,Pendekatan, model yang tepat. Dalam
pembelajaran bahasa terdapat tiga istilah yang saling berhubungansatu sama lain,
yaitu pendekatan, metode dan teknik. Pendekatan adalah sikap atau pandangan
tentang hakikat bahasa dan pengajarannya. Metode berhubungan dengan pemilihan
bahan, pengurutan bahan, penyajian bahandan pengulangan bahan. Sedangkan teknik
adalah cara-carayang dilakukan guru dalam kelas untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Selain itu juga istilah strategi dan model. strategi adalah suatu seni
merancang operasi dalam peperangan, misalnya cara mengatur posisi atau siasat
berperang angkatan darat, angkatan laut, atau angkatan udara. Strategi dapat pula
diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian, peristiwa, atau hal-
ihwal lainnya. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis
untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip
reaksi dan sistem pendukung (Joice&Wells).
Paradigma pembelajaran yang diterapkan oleh guru mulai sekarang harus
diubah yakni dari pembelajaran yang teacher oriented menjadi pembelajaran yang
student oriented. Kegiatan pembelajaran ini memungkinkan siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dibandingkan dengan guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator
dan motivator dalam setiap pembelajaran sehingga peserta didik benar-benar menjadi
pusat dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada pembaca agar lebih
memahami konsep, jenis pendekatan, strategi, model, metode dan teknidalam
pembelajaran bahasa serta dalam pembelajaran menyimak sehingga meningkatkan
rasa penasaran dan rasa ingin tahu pada diri pembaca untuk mempelajari lebih dalam
lagi. Selain itu, penulis juga berharap agar pembaca sekalian memberikan masukan
dan saran terhadap makalah yang penulis tulis.
DAFTAR PUSTAKA

Basiran, M. (1999). Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum 1994?.
Yogyakarta: Depdikbud
Degeng, I.N.S. (1997). Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model
Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI
Depdikbud. (1995). Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek
Pembinaan Sekolah Dasar
Machfudz, I. (2000). Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa
dan Sastra UM
Saksomo, Dwi. (1983). Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang
Salamun, M. (2002). Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren. Tesis..
Tidak diterbitkan.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Siregar, Eveline dan Hartin, 2010. Teori Belajar dan Pemebeljaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka.

Rofi’uddin, Ahmad & Darmiyati Zuhdi. 2002. Pendidikan Bahasa dan sastra
Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negri Malang.

Saleh Abbas. 2006.Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar.


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Hairuddin, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional

Iskandarwassid, Dadang S. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:


Rosdakarya.

Anwar. HM, Muhammad, Mengajar dengan Teknik Hipnosis (Teori dan Praktek),
Jakarta: Yayasan Yapma, 2014.
Hajar, Ibnu, Hypnoteaching. Jogjakarta: Diva Press, 2012.

Lucy, Bunda, 5 Menit Menguasai Hypnoparenting. Jakarta: Penebar Plus, 2012.


Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai