METODOLOGI PEMBELAJARAN
MEMBACA DAN MENULIS
PERMULAAN METODE
PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK
KELAS TINGGI
M. Miftah Arief Al-Ghifari
M. MIFTAH ARIEF, M. PD
Pengaruh Met ode St rukt ur Analit ik Sint et ik (SAS) Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Kelas I…
Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam
METODOLOGI PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
PERMULAAN
METODE PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK KELAS TINGGI
Dosen Pengampu
Dr. Yuliyati, M. Pd
PROGRAM PASCASARJANA
2015
1
KATA PENGANTAR
Tinggi.”
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan ini,
pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan ................................................ 4
1. Pengertian Membaca ....................................................................................... 4
2. Membaca Permulaan ....................................................................................... 7
3. Menulis Permulaan.......................................................................................... 11
B. Phonic Bunyi/Eja, Suku Kata, Kata Lembaga, SAS dan Global .......................... 12
1. Metode Phonic Bunyi/Eja ............................................................................... 13
2. Metode Suku Kata ........................................................................................... 15
3. Metode Kata Lembaga .................................................................................... 16
4. Metode SAS .................................................................................................... 17
5. Metode Global ................................................................................................. 18
C. Metode Pembelajaran Bahasa Untuk Kelas Tinggi .............................................. 20
1. Pengertian Metode Pembelajaran .................................................................... 20
2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi ................................. 21
a. Metode Langsung ...................................................................................... 21
b. Metode Alamiah ........................................................................................ 22
c. Metode Tatabahasa.................................................................................... 22
d. Metode Terjemah ...................................................................................... 23
e. Metode Pembatasan Bahasa ...................................................................... 23
f. Metode Linguistik ..................................................................................... 24
g. Metode Unit .............................................................................................. 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
menyendiri tanpa kehadiran orang lain atau tanpa bergaul dengan orang lain. Hal
sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia secara naluriah terdorong untuk bergaul
bersama. Berkenaan dengan itu, bahasa memegang peranan yang amat penting. 1
karena segala sesuatu yang dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh
seseorang hanya dapat diketahui orang lain jika telah diungkapkan dengan bahasa,
pada jenjang SD/Mi. keberhasilan belajar mereka dalam mengikuti setiap proses
membaca pada tahap permulaan. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik
1
Mustakim, Membina Kemampuan Berbahasa Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 1.
4
tentunya dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam setiap kegiatan-
sangat penting bukan hanya untuk membina siswa dalam membina keterampilan
bahasalah insan manusia belajar, bila dikaitkan dalam konteks sekolah, bahasa
dan menulis dan lain sebagainya, untuk itulah maka selanjutnya akan difokuskan
B. Rumusan Masalah
2. Apa pengertian dalam metode MMP (phonic bunyi/eja suku kata, kata
2
Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Karakter, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012),
hlm. 6.
5
3. Apa saja jenis-jenis metode metode dalam pembelajaran bahasa untuk kelas
tinggi?
C. Tujuan Penulisan
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Membaca
merekontruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna
yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi
fakta dan informasi yang tersimpan dalam memori otak/pikiran pembaca atau
juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu
3
Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar, (Cet; II, Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 73.
4
Abdul Jail Dan Elmustian, Pendidikan Bahasa Indonesia Di Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar,
(Pekanbaru: Unri Press, 2006), hlm 66.
7
gagasan, kesimpulan dan berbagai pandangan dari pengarang melalui bukti
tertulis.5
memahaminya dan kita dapat membuat catalog. 6 Dapat ditarik sebuah kesimpulan
memperoleh suatu pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media
tulisan.
Menurut Frida Rahim, suatu proses membaca itu terdiri dari beberapa
aspek:7
d. Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca dan
5
Abdul Razak, Membaca Pemahaman Teori Dan Aplikasinya Pengajaran, (Pekanbaru:
Autografika, 2005), hlm. 1.
6
Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Cet; I, Jakarta: Direktoral Jenderal Penidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm. 95.
7
Farida Rahim, Pengajaran Membaca, hlm. 76.
8
Jika ditarik sebuah kesimpulan dari beberapa pendapat yang sudah
pengolahan bacaan atau teks yang bertujuan untuk menggali informasi yang
terdapat dalam teks tersebut serta tentunya melibatkan komponen, gagasan, nada
dan gaya serta yang termasuk dalam katagori konteks, dan komponen konteks
bahan cetak. Definisi ini menyiratkan makna bahwa membaca bukan hanya
sekedar mengubah lambang menjadi bunyi dan mengubah bunyi menjadi makna,
mampu memperoleh suatu informasi serta tanggapan atas berbagai hal, mencari
8
Yeti Mulyati, Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia Modul 1-9, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hlm. 4-5.
9
Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
hlm. 3.
9
Tujuan pengajaran membaca memiliki dua maksud utama yaitu tujuan
kesimpulan bahwa membaca merupakan salah satu usaha untuk memahami pesan
dengan baik yang tertulis maupun yang tersirat hal tersebut agar dapat dipahami
dengan baik.
2. Membaca Permulaan
kelompok besar, yakni membaca dan menulis pada kelas rendah (kelas 1, 2) dan
pada kelas tinggi (kelas 3, 4, 5 dan 6). Pembelajaran membaca dan menulis pada
kelas rendah secara umum berisi pembelajaran membaca dan menulis permulaan.
membaca kata, membaca kalimat pendek, diteruskan dengan menulis yang berisi
kegiatan merangkai huruf menjadi kata dan merangkai kata-kata menjadi kalimat-
kalimat pendek. Sementara itu, pada kelas tinggi siswa mulai dikenalkan dengan
merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal.
10
Abdul Jail Dan Elmustian, Pendidikan Bahasa Indonesia, hlm. 67.
11
Jauharoti Alfin, et al, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, (Surabaya: AprintA, 2009), hlm.14-
15.
10
Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan sangat
dan tentunya kokoh, oleh karena itu harus dilayani dan dilaksanakan secara
dalam melatih dan membimbing serta mengarahkan siswa demi tercapainya tujuan
yang diharapkan.
12
Abdul Jail Dan Elmustian, Pendidikan Bahasa Indonesia,hlm. 67.
13
Solchan dkk, Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008),
hlm. 86.
14
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008),
hlm. 12.
11
b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause,
biologis dan psikis yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dengan huruf, suku
kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan pada tingkatan awal dalam belajar
membaca awal, kemampuan membaca yang diperoleh anak kelas 1 dan 2 tersebut
akan menjadi faktor penentu pada kelas selanjutnya dan juga menjadi dasar
pembelajaran membaca.
paling dasar yang terjadi pada kegiatan membaca permulaan. Pada tahap ini
yang belum menekankan aspek makna atau informasi.15 Dalam arti lain membaca
melisankan simbol bahasa itu tanpa menghiraukan isi yang terkandung dalam
15
Yeti Mulyati, Buku Materi Pokok, hlm. 44.
12
Pada tahap selanjutnya membaca permulaan dapat dilanjutkan pada
saja memvokalisasikan huruf pada satuan kata melainkan juga terampil mengenal
dan membedakan intonasi suatu kalimat, misalanya kalimat yang bertanda baca
tanda tanya harus dibaca sebagai lagu tanya dan kalimat yang bertanda baca seru
harus dibaca sebagai lagu berita.16 Pada tahap akhir, membaca permulaan dapat
memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar untuk dasar
mengenali huruf, suku kata, kata, kalimat dan mampu membaca dalam berbagai
16
Abdul Razak, Kumpulan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Pekanbaru: Autografika,
2007), hlm. 143.
17
Farida Rahim, Pengajaran Membaca, hlm. 11.
18
Puji Santosa dkk, Buku Materi Pokok Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), hlm. 319.
13
kata-kata dan kalimat sederhana.19 Berdasarkana uaraian di atas dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa membaca permulaan adalah siswa dapat mengenal dan
membaca huruf, suku kata, kata kalimat dengan tepat dan benar.
3. Menulis Permulaan
sini adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan, sedangkan tulisan pada
yang melibatkan empat unsur, yakni penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau
isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.20
lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara
19
Solchan dkk, Buku Materi, hlm. 87.
20
Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa, hlm. 13.
14
B. Phonic Bunyi/Eja Suku Kata, Kata Lembaga, Sas dan Global
ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau sistem bunyi suatu bahasa. 21
Menurut Mansur Muslich, fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan
kajian bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran
perbedaan bunyi vokal depan madya atas [ e ] dengan vokal depan madya [ e ]
h
hambat letup bilabial [ b ] tak beraspirasi dengan [ b ] beraspirasi dalam bahasa
Indonesia dan Jawa; perbedaan bunyi hambat letup apikopalatal tak bersuara [ t ]
dengan hambat letup apiko-alveolar tak bersuara [ t ] dalam bahasa Indonesia dan
membaca dan menulis, hal ini tentunya untuk menunjang keberhasilan dalam
21
AKA Kamarulzaman dan M. Dahlan, Kamus Ilmiah Serapan Disertasi Entri Tambahan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Jogja: Absolut, 2005), hlm. 205.
22
Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriftif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia, (Jakaarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 8.
23
Marsono, Fonetik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 1.
15
pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut ini akan dipaparkan beberapa metode
sama dengan metode eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pelafalan
dilafalkan /geh/ p dilafalkan /peh dan sebagainya. Dengan demikian kata “nani”
huruf, tetapi langsung pada bunyi. Ada dua teknik yang bisa dilakukan, yaitu
analisis kemudian diurai menjadi bunyi huruf-huruf. Bisa juga dimulai dengan
kalimat kemudian diurai menjadi kata dan diurai lagi menjadi huruf-huruf.24
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar
Perbedaannya hanya terletak pada cara atau sistem pembacaan (pelafalan) abjad
misalnya:
24
Syamsuddin Asyrafi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja Akademik,
2006), hlm.123-124.
16
Metode bunyi : en.a-na, be.i-bi = nabi
dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh Aa,
Bb, Cc, Dd, Ee, Ff dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan
seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang tulisan, seperti a,
Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku
Misalnya :
huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambilah kata ”badu” tadi.
25
Mustakim, Membina Kemampuan Berbahasa, hlm. 130.
17
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat
sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata,
pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal
yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab,
familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin
suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku,
ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata
bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat
berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar
ba – bi cu – ci da – da ka – ki
ba – bu ca – ci du – da ku – ku
bi – bi ci – ca da – du ka – ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata
18
menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan
dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata.
mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode
rangkai kupas.
Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu dengan cara
permulaan dengan mengenalkan kata, menguraikan kata menjadi suku kata, suku
kata menjadi huruf, kemudian menggabungkan huruf menjadi suku kata, dan suku
kata menjadi kata, selanjutnya menvariasikan huruf yang sudah dikenal menjadi
kata lembaga :
26
Siti Mutingah, Kata Lembaga, http://core.ac.uk/download/pdf/12351379.pdf, diakses pada 25
Oktober 2015, Pukul 23:21 Wib.
19
e. Memvariasikan huruf-huruf m, a, d, u menjadi suku kata dan kata lain misalnya
menjadi duma.
4. Metode SAS
kepada asumsi bahwa bahasa memiliki struktur. Hal itu sesuai dengan pandangan
fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan satuan yang lebih besar disebut
wacana. Secara struktural bahasa yang berujud wacana itu dapat diurkaikan
menjadi kalimat, klausa, frase, kata, morfem, dan fonem. Analisis yang
menguraikan berdasarkan unsur langsung dari satuan yang lebih besar, disebut
metode SAS.27
27
Mansoer Pateda, Linguistik Terapan, (Yogyakarta: Nusa Indah, 1991), hlm. 142.
20
Beberapa prinsip metode SAS adalah:
i n i k a k a a m i n
Anlisis ini kemudian disatukan kembali, dan itu yang disebut sintesis. Dari
sini bisa kita lihat bahwa metode ini memiliki keunggulan yakni si terdidik akan
5. Metode Global
global artinya secara utuh atau bulat. Dalam metode global yang disajikan
28
Mansoer Pateda, Linguistik Terapan, hlm. 143.
21
pertama kali kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan
di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukan untuk
membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh, di bawah ini dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata menjadi suku kata; suku
ini ayam
i-ni ay – am
i-n-i a-y-a-m
22
C. Metode Pembelajaran Bahasa Untuk Kelas Tinggi
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain
adalah tehnik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara
kelompok/ klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan
oleh siswa dengan baik, makin baik metode mengajarnya, makin efektif pula
pencapaian tujuan.29
sistematis bahan yang akan diajarkan serta kemungkinan pengadaan remidi dan
secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan
dikuasai oleh siswa. Suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut
digunakan.30
29
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Cet.6; Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1997), hlm. 142.
30
Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, hlm. 77.
23
pembelajaran untuk memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan materi
pelajaran. Bila kita kaitkan dengan metode dalam pembelajaran bahasa untuk
kelas tinggi maka melihat dari metode pada tingkat permulaan yang sudah
a. Metode Langsung
Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa
daerah, bahasa pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa
daerah/ bahasa ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar dari
verbalistik dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan
kontekstual.
24
b. Metode Alamiah
Metode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural
atau “customary method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa
baru (seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang
ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah
yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia.
Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar,
Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka
mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan
c. Metode Tatabahasa
diajarkankan dan untuk itu sering pula diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini
31
Tata Hartati, Modul 4 Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa Di Sekolah Dasar.
hlm.1213,http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/PENDIDIKAN_BAHASA_DAN_SASTRA
INDONESIA_DI_SEKOLAH_DASAR_KELAS_RENDAH/BBM_4.pdf, diakses pada 25
Oktober 2015. Pukul 17:37 Wib.
25
memberikan daftar kosakata dari teks dan kemudian diberikan penjelasan-
d. Metode Terjemahan
digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa
bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa
penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahandari bahasa
asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal:
latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari
Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal
struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau
penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang
26
f. Metode Linguistik
Nama lain dari metode ini adalah metode “oral aural”. Prinsip yang
menjadi landasan metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang menjadi
bahasa yang akan diajarkan, terutama persamaan dan perbedaan mengenai: bunyi-
mungkin dialami siswa. Persamaan kedua bahasa tersebut terlebih dulu diajarkan,
Dengan demikian pada metode ini tidak dilarang menggunakan bahasa ibu murid,
karena bahasa ibu murid akan memperkuat pemahaman bahasa baru tersebut.
g. Metode Unit
1) Dipilih unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara
murid.
27
3) Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan
berikut tatabahasanya.
4) Guru memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut,
dianggap sukar.
konteks pemakaiannya.
tatabahasa.
mengarang bebas.
berikutnya Anda harus memahami dan dapat menggunakan strategi atau teknik-
teknik dalam pembelajaran bahasa yang dalam pengajaran umum lazim juga
guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun berdasarkan metode dan
32
Tata Hartati, Modul 4 Pendekatan, hlm. 14-16.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan kata-kata, disusun sehingga kita dapat belajar memahaminya dan kita
siswa diharapakn mampu mengenali huruf, kata, kata, kalimat dan mampu
hampir sama dengan metode eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem
pelafalan abjad atau huruf. Proses pembelajaran MMP dengan metode suku
kata diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu,
ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Metode kata
menguraikan kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf, kemudian
menggabungkan huruf menjadi suku kata, dan suku kata menjadi kata,
29
selanjutnya menvariasikan huruf yang sudah dikenal menjadi suku kata dan
kata lain. Metode SAS yaitu singkatan dari Struktural Analitik Sintetik,
metode pembelajaran bahasa untuk kelas tinggi antara lain: Metode langsung,
30
DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, Yeti. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia Modul 1-9. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2009.
31
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
2005.
Santosa, Puji dkk. Buku Materi Pokok Materi dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.
Solchan, dkk. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2008.
32