Anda di halaman 1dari 33

Accelerat ing t he world's research.

METODOLOGI PEMBELAJARAN
MEMBACA DAN MENULIS
PERMULAAN METODE
PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK
KELAS TINGGI
M. Miftah Arief Al-Ghifari

M. MIFTAH ARIEF, M. PD

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN


HENDRA SET IANA

BIDANG BAHASA INDONESIA


Deni Demian Renovt ri

Pengaruh Met ode St rukt ur Analit ik Sint et ik (SAS) Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Kelas I…
Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam
METODOLOGI PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
PERMULAAN
METODE PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK KELAS TINGGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu
Dr. Yuliyati, M. Pd

Oleh : MUHAMMAD MIFTAH ARIEF


Kelas :A
NIM : 14760008

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2015

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis

ucakan kepada Allah Swt karena bimbingannyalah maka penulis bisa

menyelesaikan sebuah Tugas Makalah berjudul “Metodologi Pembelajaran

Membaca dan Menulis Permulaan Serta Pembelajaran Bahasa Untuk Kelas

Tinggi.”

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan ini,

khususnya kepada: Ibu Dr.Yuliyati, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah

Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka

penyelesaian penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar

pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk

memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu

pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih

positif bagi kita semua.

Batu, Oktober 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan ................................................ 4
1. Pengertian Membaca ....................................................................................... 4
2. Membaca Permulaan ....................................................................................... 7
3. Menulis Permulaan.......................................................................................... 11
B. Phonic Bunyi/Eja, Suku Kata, Kata Lembaga, SAS dan Global .......................... 12
1. Metode Phonic Bunyi/Eja ............................................................................... 13
2. Metode Suku Kata ........................................................................................... 15
3. Metode Kata Lembaga .................................................................................... 16
4. Metode SAS .................................................................................................... 17
5. Metode Global ................................................................................................. 18
C. Metode Pembelajaran Bahasa Untuk Kelas Tinggi .............................................. 20
1. Pengertian Metode Pembelajaran .................................................................... 20
2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi ................................. 21
a. Metode Langsung ...................................................................................... 21
b. Metode Alamiah ........................................................................................ 22
c. Metode Tatabahasa.................................................................................... 22
d. Metode Terjemah ...................................................................................... 23
e. Metode Pembatasan Bahasa ...................................................................... 23
f. Metode Linguistik ..................................................................................... 24
g. Metode Unit .............................................................................................. 24

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bermasyarakat seseorang tidak mungkin hidup

menyendiri tanpa kehadiran orang lain atau tanpa bergaul dengan orang lain. Hal

itu membuktikan bahwa pada hakikatnya manusia memang merupakan makhluk

sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia secara naluriah terdorong untuk bergaul

dengan mnusia lain, baik itu menyatakan keberadaan dirinya, mengeksprisikan

kepentingannya, menyatakan pendapatnya, maupun untuk mempengaruhi orang

lain demi kepentingan dirinya sendiri, kepentingan kelompok atau kepentingan

bersama. Berkenaan dengan itu, bahasa memegang peranan yang amat penting. 1

Dapat kita ketahui bersama bahwa kepentingan bahasa itu hampir

mencakupi segala bidang dan selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,

karena segala sesuatu yang dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh

seseorang hanya dapat diketahui orang lain jika telah diungkapkan dengan bahasa,

baik tulisan maupun lisan.

Keterampilan membaca dan menulis sangat penting dikuasai oleh siswa

pada jenjang SD/Mi. keberhasilan belajar mereka dalam mengikuti setiap proses

pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan mereka

membaca pada tahap permulaan. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik

1
Mustakim, Membina Kemampuan Berbahasa Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 1.

4
tentunya dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam setiap kegiatan-

kegiatan pembelajaran. Apabila ini terjadi menyebabkan siswa tersebut akan

lamban dalam menyerap setiap pelajaran sehingga berdampak kemajuan belajar

siswa juga akan lamban dibandingkan teman-temannya yang tidak mengalami

kesulitan dalam membaca.

Mencoba mengaitkan pendapat dari Yunus Abidin yang diungkapkannya

didalam buku Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter dengan

keterangan diatas, bahwa menurutnya pembelajaran bahasa sangat berperan yang

sangat penting bukan hanya untuk membina siswa dalam membina keterampilan

berkonunikasi tetapi juga penting untuk penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui

bahasalah insan manusia belajar, bila dikaitkan dalam konteks sekolah, bahasa

digunakan setiap peserta didik bukan hanya dipergunakan untuk kepentingan

pembelajaran bahasa saja, tetaapi juga dipergunakan untuk memahami semua

macam ilmu pengetahuan yang diajarkan dilembaga sekolah.2

Membicarakan bahasa maka tentunya ada tersirat didalamnya membaca

dan menulis dan lain sebagainya, untuk itulah maka selanjutnya akan difokuskan

pembahasan selanjutnya yang akan dipertegas dirumusan masalah sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan tujuan MMP?

2. Apa pengertian dalam metode MMP (phonic bunyi/eja suku kata, kata

lembaga, sas dan global)?

2
Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Karakter, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012),
hlm. 6.

5
3. Apa saja jenis-jenis metode metode dalam pembelajaran bahasa untuk kelas

tinggi?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan MMP.

2. Untuk mengetahui pengertian dalam metode MMP (phonic bunyi/eja suku

kata, kata lembaga, sas dan global).

3. Untuk mengetahui jenis-jenis metode metode dalam pembelajaran bahasa

untuk kelas tinggi.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan

1. Pengertian Membaca

Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan

merekontruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna

yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi

dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat

fakta dan informasi yang tersimpan dalam memori otak/pikiran pembaca atau

dapat disebut dengan sumber informasi nonvisual, kedua macam sumber

informasi tersebut perlu dimiliki secara berimbang oleh pembaca. Artinya

kemampuan mengenal informasi visual perlu diikuti dengan pengetahuan dasar

yang diperlukan untuk memahami suatu teks bacaan.3

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang

bersifat (menerima), dikatakan reseptif karena dengan membaca akan memperoleh

informasi, ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru.4 Membaca

juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu

3
Farida Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar, (Cet; II, Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 73.
4
Abdul Jail Dan Elmustian, Pendidikan Bahasa Indonesia Di Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar,
(Pekanbaru: Unri Press, 2006), hlm 66.

7
gagasan, kesimpulan dan berbagai pandangan dari pengarang melalui bukti

tertulis.5

Membaca adalah menerjemahkan simbol kedalam suara yang

dikombinasikan dengan kata-kata, disusun sehingga kita dapat belajar

memahaminya dan kita dapat membuat catalog. 6 Dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa membaca adalah sebuah kegiatan meresapi, mengalisa, dan

mengintepretasi yang dilakukan oleh seorang pembaca untuk mendapatkan atau

memperoleh suatu pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media

tulisan.

Menurut Frida Rahim, suatu proses membaca itu terdiri dari beberapa

aspek:7

a. Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis

b. Aspek perseptual, yaitu kemampuan menginterpresentasikan apa yang

dilihat sebagai simbol

c. Aspek skema, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis

dengan struktur pengetahuan dan evaluasi dari materi yang dipelajari

d. Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca dan

berpengaruh terhadap kegiatan membaca.

5
Abdul Razak, Membaca Pemahaman Teori Dan Aplikasinya Pengajaran, (Pekanbaru:
Autografika, 2005), hlm. 1.
6
Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Cet; I, Jakarta: Direktoral Jenderal Penidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm. 95.
7
Farida Rahim, Pengajaran Membaca, hlm. 76.

8
Jika ditarik sebuah kesimpulan dari beberapa pendapat yang sudah

dijelaskan sebelumnya maka membaca adalah merupakan suatu proses sebuah

pengolahan bacaan atau teks yang bertujuan untuk menggali informasi yang

terdapat dalam teks tersebut serta tentunya melibatkan komponen, gagasan, nada

dan gaya serta yang termasuk dalam katagori konteks, dan komponen konteks

yang berada diluar komponen bahasaan.

Keterampilan membaca memegang peran penting dalam aktivitas

komunikasi tertulis. Membaca merupakan proses merekonstruksi dari bahan-

bahan cetak. Definisi ini menyiratkan makna bahwa membaca bukan hanya

sekedar mengubah lambang menjadi bunyi dan mengubah bunyi menjadi makna,

melainkan lebih ke proses pemetikan informasi atau makna sesuai dengan

informasi atau makna yang diusung si penulinya. 8 Selain itu keterampilan

membaca mempunyai kedudukan yang penting dan strategis karena melalui

membaca orang dapat memahami kata yang diutarakan seseorang. 9

Pembelajaran membaca di tingkat MI/SD menjadi bagian penting dari

pembelajaran Bahasa Indonesia karena melalui membaca siswa diharapkan

mampu memperoleh suatu informasi serta tanggapan atas berbagai hal, mencari

sumber, menyimpulkan, menyaring, menyerap informasi dari sebuah bacaan dan

mampu mendalami, menikmati serta mengambil manfaat dari bacaan.

8
Yeti Mulyati, Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia Modul 1-9, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hlm. 4-5.
9
Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
hlm. 3.

9
Tujuan pengajaran membaca memiliki dua maksud utama yaitu tujuan

behavioral yang mengarah pada kegiatan memahami kata dan pemahaman,

sedangkan tujuan ekspresif mengarah pada kegiatan membaca pengarahan diri

sendiri, membaca penafsiran dan membaca kreatif.10 Berdasarkan beberapa

pendapat yang sudah dipaparkan sebelumnya maka dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa membaca merupakan salah satu usaha untuk memahami pesan

dengan baik yang tertulis maupun yang tersirat hal tersebut agar dapat dipahami

dengan baik.

2. Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca dan menulis di MI/SD dibedakan menjadi dua

kelompok besar, yakni membaca dan menulis pada kelas rendah (kelas 1, 2) dan

pada kelas tinggi (kelas 3, 4, 5 dan 6). Pembelajaran membaca dan menulis pada

kelas rendah secara umum berisi pembelajaran membaca dan menulis permulaan.

Inti pembelajaran membaca dan menulis permulaan adalah mengenal huruf,

membaca kata, membaca kalimat pendek, diteruskan dengan menulis yang berisi

kegiatan merangkai huruf menjadi kata dan merangkai kata-kata menjadi kalimat-

kalimat pendek. Sementara itu, pada kelas tinggi siswa mulai dikenalkan dengan

aktivitas menulis yang mengarah kepada kegiatan menuangkan gagasan menjadi

kalimat-kalimat sederhana dan paragraf/karangan pendek.11 Membaca permulaan

merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal.

10
Abdul Jail Dan Elmustian, Pendidikan Bahasa Indonesia, hlm. 67.
11
Jauharoti Alfin, et al, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, (Surabaya: AprintA, 2009), hlm.14-
15.

10
Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan sangat

berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut.12

Dapat diatrik sebuah kesimpulan bahwa sebagai kemampuan yang

mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-

benar memerlukan perhatian guru, membaca permulaan di kelas rendah

merupakan pondasi bagi pengajaran selanjutnya. Sebagai pondasi haruslah kuat

dan tentunya kokoh, oleh karena itu harus dilayani dan dilaksanakan secara

berdaya guna dan sungguh-sungguh. Kesabaran dan ketelitian sangat diperlukan

dalam melatih dan membimbing serta mengarahkan siswa demi tercapainya tujuan

yang diharapkan.

Tujuan membaca permulaan adalah untuk membina kemampuan siswa

dalam hal-hal berikut:13

a. Mekanisme membaca, yaitu mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi

bahasa yang wakilinya

b. Membina gerak mata membaca dari kiri kenanan

c. Membaca dari kata-kata dan kalimat-kalimat pendek

Sedangkan aspek yang perlu diperhatikan karena merupakan sesuatu yang

penting dalam keterampilan membaca permulaan yaitu:14

a. Pengenalan bentuk huruf

12
Abdul Jail Dan Elmustian, Pendidikan Bahasa Indonesia,hlm. 67.
13
Solchan dkk, Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008),
hlm. 86.
14
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008),
hlm. 12.

11
b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause,

kalimat, dan lain-lain)

c. Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi.

d. Kecepatan membaca bertarap lambat

Dapat ditarik sebuah kesimpulan dari beberapa pendapat dan penjalasan

diatas bahwa membaca permulaan merupakan suatu kegiatan dalam menerapkan

kemampuan berbahasa atau disebut linguisti tentunya dengan melibatkan faktor

biologis dan psikis yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dengan huruf, suku

kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan pada tingkatan awal dalam belajar

membaca. Pembelajaran membaca pada kelas 1 dan 2 merupakan pelajaran

membaca awal, kemampuan membaca yang diperoleh anak kelas 1 dan 2 tersebut

akan menjadi faktor penentu pada kelas selanjutnya dan juga menjadi dasar

pembelajaran membaca.

Membaca merupakan proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi

lambang bunyi (auditoris). Pengertian ini menyiratkan makna membaca yang

paling dasar yang terjadi pada kegiatan membaca permulaan. Pada tahap ini

kegiatan membaca lebih ditunjukkan pada pengenalan lambang-lambang bunyi

yang belum menekankan aspek makna atau informasi.15 Dalam arti lain membaca

permulaan fokus awalnya adalah untuk mencapai kesanggupan melafalkan atau

melisankan simbol bahasa itu tanpa menghiraukan isi yang terkandung dalam

simbol atau lambang bunyi bahasa.

15
Yeti Mulyati, Buku Materi Pokok, hlm. 44.

12
Pada tahap selanjutnya membaca permulaan dapat dilanjutkan pada

kegiatan menvokalisasikan satuan kalimat. Pembaca diharapkan terampil bukan

saja memvokalisasikan huruf pada satuan kata melainkan juga terampil mengenal

dan membedakan intonasi suatu kalimat, misalanya kalimat yang bertanda baca

tanda tanya harus dibaca sebagai lagu tanya dan kalimat yang bertanda baca seru

harus dibaca sebagai lagu berita.16 Pada tahap akhir, membaca permulaan dapat

dilanjutkan pada kegiatan memvokalisasikan satuan paragraf, misalnya melatih

siswa membaca nyaring.

Pada dasarnya, tujuan membaca permulaan adalah sebagai berikut.

Pertama, memperoleh kesenangan. Kedua, menyempurnakan membaca nyaring.

Ketiga, memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik. Keempat, dapat

mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya. Kelima,

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.17

Tujuan dari membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan

memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar untuk dasar

membaca lanjut. Melalui membaca permulaan siswa diharapkan mampu

mengenali huruf, suku kata, kata, kalimat dan mampu membaca dalam berbagai

konteks.18 Selain itu membaca permulaan adalah untuk membina kemampuan

siswa mengasosiasikan huruf dengan bunyi (penggalan bentuk huruf), membaca

16
Abdul Razak, Kumpulan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Pekanbaru: Autografika,
2007), hlm. 143.
17
Farida Rahim, Pengajaran Membaca, hlm. 11.
18
Puji Santosa dkk, Buku Materi Pokok Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), hlm. 319.

13
kata-kata dan kalimat sederhana.19 Berdasarkana uaraian di atas dapat ditarik

sebuah kesimpulan bahwa membaca permulaan adalah siswa dapat mengenal dan

membaca huruf, suku kata, kata kalimat dengan tepat dan benar.

3. Menulis Permulaan

Menulis merupakan kegiatan komunikasi verbal yang berisi penyampaian

pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan yang dimaksud di

sini adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan, sedangkan tulisan pada

dasarnya adalah rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan

lambang tulisan seperti ejaan dan pungutasi. Dengan demikian, menulis

merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa, disebut keterampilan berbahasa,

yang melibatkan empat unsur, yakni penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau

isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.20

Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan

membaca permulaan. Pada tingkat dasar atau permulaan, pembelajaran menulis

lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih

untuk dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar)

lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-

lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara

perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan,

pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis

yang sudah dikuasainya.

19
Solchan dkk, Buku Materi, hlm. 87.
20
Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa, hlm. 13.

14
B. Phonic Bunyi/Eja Suku Kata, Kata Lembaga, Sas dan Global

Kata fonik dalam kamus ilmiah serapan adalah metode pengajaran

membaca dengan menggunakan konsep-konsep fonetik yang sederhana,

sedaangkan fonetik adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis bunyi-bunyi

ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau sistem bunyi suatu bahasa. 21

Menurut Mansur Muslich, fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan

kajian bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran

yang diterima.22 Marsono memberikan contoh bahwa fonetik merupakan jenis

perbedaan bunyi vokal depan madya atas [ e ] dengan vokal depan madya [ e ]

dalam bahasa Indonesia, Batak Angkola/Mandailing, dan Jawa; perbedaan bunyi

h
hambat letup bilabial [ b ] tak beraspirasi dengan [ b ] beraspirasi dalam bahasa

Indonesia dan Jawa; perbedaan bunyi hambat letup apikopalatal tak bersuara [ t ]

dengan hambat letup apiko-alveolar tak bersuara [ t ] dalam bahasa Indonesia dan

Bali; karena bunyi-bunyi itu dalam bahasa-bahasa yang bersangkutan tidak

membedakan makna maka diselidiki dalam fonetik.23

Keterangan diatas dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa dalam

pembelajaran bahasa Indonesia banyak terdapat metode-metode pengajaran

membaca dan menulis, hal ini tentunya untuk menunjang keberhasilan dalam

21
AKA Kamarulzaman dan M. Dahlan, Kamus Ilmiah Serapan Disertasi Entri Tambahan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Jogja: Absolut, 2005), hlm. 205.
22
Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriftif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia, (Jakaarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 8.
23
Marsono, Fonetik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 1.

15
pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut ini akan dipaparkan beberapa metode

dalam pembelajaran bahasa Indonesia:

1. Metode Phonic Bunyi/Eja

Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode bunyi hampir

sama dengan metode eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pelafalan

abjad atau huruf.

Misalnya: huruf b dilafalkan /beh/, d dilafalkan /deh/ c dilafalkan /ceh/, g

dilafalkan /geh/ p dilafalkan /peh dan sebagainya. Dengan demikian kata “nani”

dieja menjadi: En.a  na, En.i ni dibaca na-ni.

Dalam teknik ini, pengajaran tidak dimulai dengan pengenalan nama

huruf, tetapi langsung pada bunyi. Ada dua teknik yang bisa dilakukan, yaitu

teknik sintetik (merangkai) dan teknik analitik (mengurai). Sedangkan teknik

analisis kemudian diurai menjadi bunyi huruf-huruf. Bisa juga dimulai dengan

kalimat kemudian diurai menjadi kata dan diurai lagi menjadi huruf-huruf.24

Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar

proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad.

Perbedaannya hanya terletak pada cara atau sistem pembacaan (pelafalan) abjad

misalnya:

Metode abjad : bo-bo-bobo la-ri-lari

24
Syamsuddin Asyrafi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja Akademik,
2006), hlm.123-124.

16
Metode bunyi : en.a-na, be.i-bi = nabi

Pembelajaran MMP dengan metode eja memulai pengajarannya dengan

memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan

dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh Aa,

Bb, Cc, Dd, Ee, Ff dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan

seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang tulisan, seperti a,

b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.

Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku

kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. 25

Misalnya :

b, a → ba (dibaca be. a → ba)

d, u → du (dibaca de, u → du)

ba-du dilafalkan Badu

b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu)

k, u → ku (dibaca ka, u → ku) contoh, ambilah kata’’

Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat

menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai

huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambilah kata ”badu” tadi.

Selanjutnya, murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.

25
Mustakim, Membina Kemampuan Berbahasa, hlm. 130.

17
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat

sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata,

dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral,

pendekatan kumunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya,

pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal

yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab,

familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin

merupakan sesuatu yang baru bagi murid.

2. Metode Suku Kata

Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan

suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku,

ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata

bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat

berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar

MMP. Kata-kata tadi misalnya :

ba – bi cu – ci da – da ka – ki

ba – bu ca – ci du – da ku – ku

bi – bi ci – ca da – du ka – ku

ba – ca ka – ca du – ka ku – da

Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata

menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata

18
menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan

atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil

dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata.

Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan

mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode

rangkai kupas.

3. Metode Kata Lembaga

Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu dengan cara

melalui mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan

kata-kata. Metode kata lembaga memulai mengajar membaca dan menulis

permulaan dengan mengenalkan kata, menguraikan kata menjadi suku kata, suku

kata menjadi huruf, kemudian menggabungkan huruf menjadi suku kata, dan suku

kata menjadi kata, selanjutnya menvariasikan huruf yang sudah dikenal menjadi

suku kata dan kata lain.26

Langkah-langkah mengajar membaca menulis permulaan dengan metode

kata lembaga :

a. Mengenalakan kata, misalnya : madu

b. Menguraikan kata atas suku-sukunya, misalnya : ma – du

c. Menguraikan suku kata atas huruf-huruf, misalnya : m – a – d – u

d. Menggabungkan huruf dengan kata, misalnya : madu

26
Siti Mutingah, Kata Lembaga, http://core.ac.uk/download/pdf/12351379.pdf, diakses pada 25
Oktober 2015, Pukul 23:21 Wib.

19
e. Memvariasikan huruf-huruf m, a, d, u menjadi suku kata dan kata lain misalnya

: m, a, d, u (d dilafalkan d, u dengan m ditambah a dibaca uma kalau disatukan

menjadi duma.

4. Metode SAS

Metode SAS yaitu singkatan dari Struktural Analitik Sintetik adalah

metode yang dikembangkan oleh pembaharuan kurikulum dan metode mengajar,

Departemen Pendidikan dan Kebudayan RI, khususnya dalam pengajaran bahasa

Indonesia. Metode ini didasarkan pada pertimbangan psikologis, pedagogis, dan

linguistik. Pertimbangan psikologis mengacu kepada pemilihan bahan yang

diselaraskan dengan perkembangan pisikis si terdidik. Pertimbangan pedagogis

mengacu kepada usaha si terdidik mencari dan menemukan sendiri jawabaan

terhadap persoalan yang ia hadapi, sedangkan pertimbangan lingustik mengacu

kepada asumsi bahwa bahasa memiliki struktur. Hal itu sesuai dengan pandangan

penganut aliran struktural dalam linguistik. Bahasa memiliki struktur berupa

fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan satuan yang lebih besar disebut

wacana. Secara struktural bahasa yang berujud wacana itu dapat diurkaikan

menjadi kalimat, klausa, frase, kata, morfem, dan fonem. Analisis yang

menguraikan berdasarkan unsur langsung dari satuan yang lebih besar, disebut

analisis IC (immediate constituents). Analisis seperti ini yang digunakan dalam

metode SAS.27

27
Mansoer Pateda, Linguistik Terapan, (Yogyakarta: Nusa Indah, 1991), hlm. 142.

20
Beberapa prinsip metode SAS adalah:

a. Bahan pelajaran bertitik tolak dari pengalaman si terdidik.

b. Pelajaran dimulai dengan struktur bahasa yang bermakna, yaitu kalimat.

ini kaka amin

ini kaka amin

i n i k a k a a m i n

ini kaka amin

ini kaka amin

c. Kalaimat dianalisis dengan menggunakan pendekatan IC yang kemudian

disentiseskan menjadi kalimat.28

Dapat ditarik sebuah kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa kalimat

pendek diperlihatkan terlebih dahulu kemudian selanjutnya diadakan anlisisnya.

Anlisis ini kemudian disatukan kembali, dan itu yang disebut sintesis. Dari

sini bisa kita lihat bahwa metode ini memiliki keunggulan yakni si terdidik akan

melihat keseluruhan kalimat terlebihdahulu kemudian membuat suatu analisis dan

selanjutnya berusaha menggabungkannya kembali.

5. Metode Global

Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai “Metode Kalimat”,

global artinya secara utuh atau bulat. Dalam metode global yang disajikan

28
Mansoer Pateda, Linguistik Terapan, hlm. 143.

21
pertama kali kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan

di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukan untuk

mengingatkan murid kepada kalimat yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali

membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.

Sebagai contoh, di bawah ini dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang

menggunakan metode global.

a. Memperkenalkan gambar dan kalimat

b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata menjadi suku kata; suku

c. Kata menjadi huruf-huruf.

Misalnya : ini ayam

ini ayam

i-ni ay – am

i-n-i a-y-a-m

22
C. Metode Pembelajaran Bahasa Untuk Kelas Tinggi

1. Pengertian metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara

mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain

adalah tehnik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan

bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara

kelompok/ klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan

oleh siswa dengan baik, makin baik metode mengajarnya, makin efektif pula

pencapaian tujuan.29

Dalam buku Isah Cahyani, metode pembelajaran adalah rencana

pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara

sistematis bahan yang akan diajarkan serta kemungkinan pengadaan remidi dan

bagaimana pengembangannya. Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar

secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan

dikuasai oleh siswa. Suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut

dengan kata lain pendekatan merupakan dasar menentukan metode yang

digunakan.30

Melihat dari penjelasan sebelumnya dapat ditarik sebuah kesimplan bahwa

metode dalam pembelajaran bahasa Indonesia ialah sebagai sistem perencanaan

29
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Cet.6; Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1997), hlm. 142.

30
Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, hlm. 77.

23
pembelajaran untuk memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan materi

pelajaran. Bila kita kaitkan dengan metode dalam pembelajaran bahasa untuk

kelas tinggi maka melihat dari metode pada tingkat permulaan yang sudah

dipaparkan sebelumnya, bila diterapkan dengan benar maka tujuan pembelajaran

yang diinginkan akan tercapai sehingga pembelajaran pada tingkat selanjutnya

akan mudah diterapkan.

2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi

Metode meliputi, pemilihan bahan, penentuan urutan bahan,

pengembangan bahan, rancangan evaluasi dan remedial. Dikaitkan dengan

Kurikulum 2004, maka langkah metode ditetapkan setelah guru menetapkan

kompetensi dasar beserta indikator-indikatornya. Dewasa ini ada beberapa metode

pembelajaran bahasa yang masih dipergunakan, baik secara terpisah-pisah

maupun digabungkan beberapa metode dalam pelaksanaannya .

a. Metode Langsung

Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa

yang diajarkan. Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di

daerah, bahasa pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa

daerah/ bahasa ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar dari

verbalistik dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan

kontekstual.

24
b. Metode Alamiah

Metode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural

atau “customary method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa

baru (seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang

sesungguhnya sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa

ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah

yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia.

Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar,

kemudian berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang.

Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka

memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah

mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan

selanjutnya mulai diperkenalkan dengan membaca dan menulis.31

c. Metode Tatabahasa

Metode ini dipusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata) dan

tatabahasa. Isi pelajaran terutama ditujukan untuk mempelajari kata-kata dan

tatabahasa. Daftar kata-kata dipandang sebagai unit bahasa yang harus

diajarkankan dan untuk itu sering pula diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini

terletak pada kesederhanaannya dan sangat mudah dalam pelaksanaanya. Guru

31
Tata Hartati, Modul 4 Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa Di Sekolah Dasar.
hlm.1213,http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/PENDIDIKAN_BAHASA_DAN_SASTRA
INDONESIA_DI_SEKOLAH_DASAR_KELAS_RENDAH/BBM_4.pdf, diakses pada 25
Oktober 2015. Pukul 17:37 Wib.

25
memberikan daftar kosakata dari teks dan kemudian diberikan penjelasan-

penjelasan tentang tatabahasanya.

d. Metode Terjemahan

Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim

digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa

Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan

bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa

penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahandari bahasa

asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal:

latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari

Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal

kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan

tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.

e. Metode Pembatasan Bahasa

Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan

struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau

penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang

tinggi pemakaiannya dimasyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan

penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan

maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.

26
f. Metode Linguistik

Nama lain dari metode ini adalah metode “oral aural”. Prinsip yang

menjadi landasan metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang menjadi

landasan pembelajarannya senantiasa hasil penelitian para linguis (ahli-ahli

bahasa). Titik pembelajarannya pada penguasaan bahasa lisan. Sebelum

pembelajaran, diteliti terlebih dahulu persamaan dan perbedaan bahasa ibudengan

bahasa yang akan diajarkan, terutama persamaan dan perbedaan mengenai: bunyi-

bunyi bahasa, perbendaharaan kata-kata, struktur kata dan kalimat. Urutan

penyajian bahan pembelajaran disusun sesuai tahap-tahap kesukaran yang

mungkin dialami siswa. Persamaan kedua bahasa tersebut terlebih dulu diajarkan,

kemudian baru perbedaan-perbedaannya melalui latihan-latihan yang intensif.

Dengan demikian pada metode ini tidak dilarang menggunakan bahasa ibu murid,

karena bahasa ibu murid akan memperkuat pemahaman bahasa baru tersebut.

g. Metode Unit

Metode ini berdasarkan 5 tahapan pembelajaran, yaitu: mempersiapkan

murid untuk menerima pelajaran, penyajian bahan, bimbingan melalui proses

induksi, generalisasi dan penggunaannya. Di sekolah dasar, tahap-tahap tersebut

dapat dikembangkan sebagai berikut:

1) Dipilih unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara

memungut suara terbanyak dari siswa suatu kelas.

2) Dibentuk kelompok untuk mempersiapkan percakapan dalam bahasa ibu

murid.

27
3) Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan

berikut tatabahasanya.

4) Guru memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut,

kemudian siswa mempelajari kosakata, terutama kosakata baru dan yang

dianggap sukar.

5) Siswa mulai berlatih menggunakan kata-kata tersebutdalam kalimat sesuai

konteks pemakaiannya.

6) Guru memperhatikan kalimat-kalimat yang disusun siswa sesuai kaidah

tatabahasa.

7) Siswa membaca kalimat-kalimat tersebut atau mendramatisasikannya, jika

siswa telah mampu menyusun wacana percakapan yang sederhana.

8) Untuk kelas-kelas tinggi kegiatan di atas dapat dilanjutkan dengan

mengarang bebas.

Setelah Anda memahami pendekatan dan metode pembelajaran bahasa,

berikutnya Anda harus memahami dan dapat menggunakan strategi atau teknik-

teknik dalam pembelajaran bahasa yang dalam pengajaran umum lazim juga

disebut metode. Strategi yang dimaksud adalah : ceramah, diskusi, demonstrasi,

bermain peran, karyawisata dan sebagainya. Teknik pembelajaran merupakan cara

guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun berdasarkan metode dan

pendekatan yang dipilih guru. 32

32
Tata Hartati, Modul 4 Pendekatan, hlm. 14-16.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Membaca adalah menerjemahkan simbol kedalam suara yang dikombinasikan

dengan kata-kata, disusun sehingga kita dapat belajar memahaminya dan kita

dapat membuat catalog. Membaca adalah sebuah kegiatan meresapi,

mengalisa, dan mengintepretasi. Adapun tujuan membaca permulaan adalah

siswa diharapakn mampu mengenali huruf, kata, kata, kalimat dan mampu

membaca dalam berbagai konteks. Sedangkan menulis permulaan adalah

merupakan kegiatan komunikasi verbal yang berisi penyampaian pesan

dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Adapun tujuannya yaitu

agar anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan

melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan

dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.

2. Proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode bunyi

hampir sama dengan metode eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem

pelafalan abjad atau huruf. Proses pembelajaran MMP dengan metode suku

kata diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu,

ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Metode kata

lembaga didasarkan atas pendekatan kata dengan mengenalkan kata,

menguraikan kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf, kemudian

menggabungkan huruf menjadi suku kata, dan suku kata menjadi kata,

29
selanjutnya menvariasikan huruf yang sudah dikenal menjadi suku kata dan

kata lain. Metode SAS yaitu singkatan dari Struktural Analitik Sintetik,

metode ini didasarkan pada pertimbangan psikologis, pedagogis, dan

linguistik. Metode global atau metode kalimat adalah menyajikan kalimat

seutuhnya, kalimat itu ditulisakan dibawah gambar yang sesuai dengan

kalimatnya kemudian murid disuruh membaca berkali-kali sampai mereka

mampu mengidentipikasi kalimat tersebut tanpa gambar.

3. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Adapun jenis-jenis

metode pembelajaran bahasa untuk kelas tinggi antara lain: Metode langsung,

metode alamiah, metode tatabahasa, metode terjemah, metode pembatasan

bahasa, metode lingistik dan metode unit.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. Pembelajaran Bahasa Berbasis Karakter. Bandung: PT. Refika


Aditama. 2012.

Alfin,, Jauharoti. et al. Pembelajaran Bahasa Indonesia MI. Surabaya: AprintA.


2009.

Asyrafi, Syamsuddin. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Pokja


Akademik. 2006.

Cahyani, Isah. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Cet; I. Jakarta: Direktoral


Jenderal Penidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. 2009.

Hartati, Tata. Modul 4 Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa Di Sekolah


Dasar.hlm.12-13, http:// file.upi.edu/ Direktori/ DUALMODES/
PENDIDIKAN_BAHASA_DAN_SASTRAINDONESIA_DI_SEKOLAH
_DASAR_KELAS_RENDAH/BBM_4.pdf, diakses pada 25 Oktober
2015. Pukul 17:37 Wib.

Jail, Abdul Dan Elmustian. Pendidikan Bahasa Indonesia Di Kelas-Kelas Rendah


Sekolah Dasar. Pekanbaru: Unri Press. 2006.

Kamarulzaman, AKA dan M. Dahlan. Kamus Ilmiah Serapan Disertasi Entri


Tambahan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jogja: Absolut.
2005.

Mansyur. Strategi Belajar Mengajar. Cet.6; Jakarta: Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka. 1997.

Marsono. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005.

Mutingah, Siti. Kata Lembaga, http://core.ac.uk/download/pdf/12351379.pdf,


diakses pada 25 Oktober 2015, Pukul 23:21 Wib.

Muslich, Masnur. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriftif Sistem Bunyi


Bahasa Indonesia. Jakaarta: PT Bumi Aksara. 2008.

Mulyati, Yeti. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia Modul 1-9. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2009.

Mustakim. Membina Kemampuan Berbahasa Panduan ke Arah Kemahiran


Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1994.

Pateda, Mansoer. Linguistik Terapan. Yogyakarta: Nusa Indah. 1991.

31
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
2005.

Razak, Abdul. Kumpulan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia. Pekanbaru:


Autografika. 2007.

Razak, Abdul. Membaca Pemahaman Teori Dan Aplikasinya Pengajaran.


Pekanbaru: Autografika. 2005.

Santosa, Puji dkk. Buku Materi Pokok Materi dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

Solchan, dkk. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2008.

Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa. 2008.

32

Anda mungkin juga menyukai