Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD KELAS RENDAH

Tentang

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN

Disusun oleh :

Kelompok : 4 (EMPAT)

Nama/NIM :

Ulfi Fatul Rafiah (2022201065)

Umi Lailatul Mamudah (2022201066)

Vina Kusuma Cahyani (2022201069)

Kelas/Semester : 17/ III (tiga)

Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dosen Pengampu: Estri Rukmana Jayanti, S.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH OKU TIMUR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan dan rahmatnya hingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul "Pembelajaran membaca
permulaan". Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, yang senantiasa kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumil
qiyamah nanti, Amin.

Dalam penulisan tugas makalah ini, tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak yang telah mendukung kami hingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.

Kami memohon maaf apabila banyak kesalahan baik dalam penyusunan, tata
bahasa, dan sebagainya. Saran dan kritik tentu kami harapkan dari para pembaca atas
kekurangan makalah kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca, dan tentunya sebagai pembelajaran bagi penulis sendiri.

Belitang 27 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Menjelaskan Teknik Pembelajaran Membaca Permulaan..............................................3

B. Menjelaskan Metode Pembelajaran Membaca Permulaan.............................................5

C. Menjelaskan Model Pembelajaran Membaca Permulaan...............................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................10

B. Saran...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut Tarigan dalam Rejana (2001:119) mengatakan bahwa “Membaca


merupakan proses pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan”.
Adapun menurut Diknas (2006:49) mengemukakan bahwa “Membaca merupakan salah
satu jenis kemampuan berbahasa tulisan, yang bersifat reseptif karena dengan membaca
seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu pengetahuan serta
pengalaman baru, semua yang di peroleh mampu mempertinggi daya pikirnya.
Mempertajam daya pandangnya dan perhias wawasannya. Dengan demikian maka
kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat di perlukan oleh siapa pun yang
ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu pembelajaran membaca disekolah
mempunyai peranan penting”.

Dalam Nurul Hidayah (2016) menyebutkan bahwa membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca adalah suatu
proses berfikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta
memberikan makna terhadap bacaan. Menurut Juel mengartikan bahwa membaca
adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur
bacaan, sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat
intisari dari bacaan.

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat


berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang
mendasari kemampuan berikutnya, kemampuan membaca permulaan benar-benar
memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca
lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca
yang memadai.

Kemampuan membaca merupakan bekal dan kunci keberhasilan seseorang anak


dalam menjalani proses pendidikan di sekolah. Dalam masyarakat modern atau abad
informasi seperti sekarang ini, peranan membaca tampak semakin jelas. Peranan

1
membaca dalam kehidupan manusia untuk mempelajari ilmu pengetahuan sangat
mendasar dan konseptual, artinya apabila manusia tidak dapat membaca dan menulis
tidak dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan kemampuan membaca yang
memadai, anak akan dapat menggali informasi dari berbagai sumber tertulis, dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat berperan secara lebih baik
dalam kegiatan pembangunan (Akhadiah, 1992: 22).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik pembelajaran membaca permulaan?

2. Bagaimana metode pembelajaran membaca permulaan?

3. Bagaimana model pembelajaran membaca permulan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teknik pembelajaran membaca permulaan

2. Untuk mengetahui metode pembelajaran membaca permulaan

3. Untuk mengetahui model pembelajaran membaca permulaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik Membaca Permulaan

Teknik membaca permulaan ini sangat penting dikuasai oleh seorang guru kelas
rendah ataupun orang tua yang memiliki anak yang sedang tahap awal membaca.
Dengan teknik yang tepat tentu saja kemampuan belajar si anak juga akan lebih cepat
mengalami perkembangan.ada beberapa Teknik membaca permulaan antara lain:

1. Metode Alfabet

Metode ini sering disebut metode harfiah, Metode “letter by letter method”
atau “ABC method”. Mula-mula dikenalkan abjad dari A sampai Z. Setelah hafal
beberapa huruf barulah huruf-huruf tersebut dirangkai menjadi suku kata. Suku kata-
suku kata tersebut setelah dikenalkan barulah dirangkai menjadi kata. Dengan modal
beberapa kata itu, terciptalah kalimat.

2. Metode Suara

Metode suara juga disebut: “Phonic Method”. Metode ini merupakan


penyempurnaan metode alphabet. Pada metode ini bukan abjadnya yang diajarkan,
melainkan bunyi-bunyi bahasa sebagai pengganti huruf-huruf tersebut. Ucapan
huruf-huruf tidak berdasarkan atas bunyi abjadnya melainkan ucapan hurufnya.

3. Metode Suku Kata

Metode ini biasa juga disebut: “Syllabic Method”. Dalam metode ini suku kata
merupakan kunci pokok dalam membuat kata. Metode suku kata sebenarnya suatu
metode pengajaran membaca permulaan yang didasarkan atas kata-kata dianalisis
menjadi suku kata-suku kata. Suku kata-suku kata tersebut disintesiskan kembali
menjadi kata-kata.

Contoh:

Buku
bu – ku

3
buku
4. Metode Kata-Kata

Lain Pelaksanaan metode ini selalu di awali dengan kata-kata tertulis: da – da,
gi – gi, ku – ku dan lain-lain. Setelah kata-kata itu dikenalkan, kata-kata tersebut
dianalisis atas suku katanya. Selanjutnya suku kata itu di analisis lagi atas huruf-
hurufnya. Barulah huruf-huruf itu digabungkan kembali dalam bentuk kata semula.

Contoh:
Cucu
cu – cu
c-u-c–u
cu – cu
cucu
5. Metode Cerita

Pelaksanaan metode cerita dalam mengajarkan membaca permulaan diawali


dengan menghafalkan cerita atau sebuah puisi. Cerita atau puisi itu diuraikan atas
kalimat-kalimatnya sampai pada kata-katanya. Dalam mengucapkan kata-kata
metode ini menggunakan kata-kata fonetik.

6. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Adapun contoh pelaksanaan metode SAS sebagai berikut: Mula-mula diberikan


kalimat secara keseluruhan. Kalimat itu diuraikan atas kata-kata yang
mendukungnya. Dari kata-kata itu kita ceraikan atas suku-suku katanya dan akhirnya
atas huruf-hurufnya. Kemudian huruf-huruf itu kita sintetiskan kembali menjadi suku
kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat

Contoh:
ini buku baru
ini - buku – baru
i - ni - bu - ku - ba – ru
i - n - i - b - u - k -u - b - a - r – u

4
i - ni - bu - ku - ba – ru
ini - buku – baru

B. Macam-Macam Metode Membaca Permulaan


Dalam membaca permulaan ada beberapa macam metode yang dapat digunakan,
macam-macam metode tersebut antara lain:
1. Metode Abjad dan Metode Bunyi
Metode abjad dan metode bunyi, menurut Akhadiah merupakan metode-metode
yang sudah sangat tua. Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering
menggunakan kata-kata lepas. Beda antara metode abjad dan metode bunyi terletak
pada pengucapan huruf. Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad (/a/,
/be/, /ce/, dan seterusnya), sedangkan pada metode bunyi, huruf diucapkan sesuai
dengan bunyinya [a], [b], [c], dan seterusnya.
Contoh: bo-bo ------bobo
2. Metode Global
Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu merupakan
keseluruhan. Metode ini timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi
gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna
daripada jumlah bagian-bagiannya. Dalam penerapannya, metode ini
memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat untuk dibaca. Sesudah siswa dapat
membaca kalimat-kalimat itu, salah satu di antaranya dipisahkan untuk dikaji,
dengan cara menguraikannya atas kata, suku kata dan huruf-huruf. Sesudah siswa
dapat membaca huruf-huruf itu, kemudian huruf-huruf dirangkaikan lagi sehingga
terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat lagi.
3. Metode Struktur Analitik dan Sintetik (SAS)

Dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua teknik yaitu membaca
tanpa buku dan membaca dengan buku.

a. Membaca Tanpa Buku

Tahap membaca tanpa buku merupakan tahap pertama dalam proses


pengajaran membaca permulaan. Pada periode ini guru menggunakan alat bantu

5
atau media kecuali buku. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara sebagai
berikut.

1) Merekam Bahasa Siswa

Bahasa yang digunakan oleh siswa di dalam percakapan mereka,


direkam untuk digunakan bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan
sebagai bahan adalah bahasa siswa sendiri maka siswa tidak akan
mengalami kesulitan. Hal ini erat hubungannya dengan siswa pada waktu
sekolah. Dari segi kebahasaannya, mereka telah menguasai bahasa ibunya.
Mereka juga mempuyai berbagai pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar rumahnya.
Latar belakang kebahasaan, pengetahuan, serta pengalaman mereka
berbeda-beda. Pada hari pertama guru mencatat kalimat-kalimat yang
diucapkan. Kalimat-kalimat inilah yang dijadikan pola dasar untuk
pengajaran membaca permulaan.

2) Menampilkan Gambar Sambil Bercerita

Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil


bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan
guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan membaca.

Contoh : Guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis,


sambil bercerita, misalnya Ini Adi. Adi duduk di kursi. Ia sedang menulis
surat dan seterusnya. Kalimat-kalimat guru tersebut ditulis di papan tulis
dan digunakan sebagai bahan bacaan.

3) Membaca Gambar

Guru menunjukkan sebuah gambar, misalnya gambar seorang laki-laki


berumur 7 tahun dan melekatkannya di papan flanel. Ia mengtakan “ini
Nana”. Kemudian, ia melekatkan tulisan/ kalimat “ini Nana” di bawahnya.
Jika guru menunjuk gambar itu siswa menyebutkan kalimatnya. Demikian
dilakukan oleh guru dan siswa dengan beberapa gambar. Dalam hal ini
siswa belajar membaca gambar.

6
b. Membaca Dengan Buku
Setelah siswa mengenal huruf melalui kegiatan membaca tanpa buku,
selanjutnya anak dihadapkan pada tulisan dalam buku. Pembelajaran dapat
dilakukan melalui kegiatan membaca buku pelajaran, membaca bacaan
sederhana yang dipilih guru (gunakan gambar dan kartu kata), dan membaca
bacaan yang disusun siswa secara individual maupun kelompok. Pembelajaran
dapat dilakukan secara integratif.

C. Model Pembelajaran Membaca Permulaan

1. Model Pembelajaran Direct Instruction

Pembelajaran langsung (Direct Instruction) suatu model pembelajaran yang


bersifat berpusat pada guru. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung guru
harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang dilatihkan kepada
siswa secara langkah demi langkah. Pembelajaran langsung dirancang untuk
penguasaan pengetahuan prosedural maupun keterampilan. keunggulan terpenting
dari pembelajaran langsung adalah adanya fokus akademik, arahan dan control guru,
harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa, sistem manajemen dan atmosfer
akademik yang relatif stabil. Pembelajaran langsung dimaksudkan untuk
menuntaskan dua hasil belajar penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan
baik dan penguasaan keterampilan.

Adapun fase pembelajaran langsung sebagai berikut: (1) Fase 1, Estabilishing


Set: menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik, Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pembelajaran, mempersiapkan peserta
didik untuk belajar; (2) Fase 2, Demonstrating: mendemonstrasikan pengetahuan
atau keterampilan, Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan
informasi tahap demi tahap; (3) Fase 3, Guided Practice: membimbing pelatihan,
Guru merencanakan dan memberi pelatihan awal; (4) Fase 4, Feed Back: mengecek
pemahaman dan memberikan umpan bali, Guru mengecek apakah peserta didik
telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi umpan balik; (5) Fase 5,
Extended Practice: memberikan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan

7
perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan di kelas, hal ini sesuai dengan


pendapat Depdiknas. “CTL pada dasarnya dapat diterapkan dalam kurikulum apa
saja, bidang apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya” (Trianto,
2008:25). Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah
sebagai berikut: Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya, Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
ingkuiri untuk semua topik, Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya,
Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok kelompok), Hadirkan model
sebagai contoh pembelajaran, Lakukan refleksi di akhir pertemuan, Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. (Trianto, 2008:25-26)

Model pembelajaran kontekstual “sebuah sistem yang menyeluruh kontekstual


terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Jika bagian-bagian ini terjalin
satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan
bagian-bagiannya secara terpisah” (Jhonson, 2006:65). Model pembelajaran
kontekstual adalah “pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupan” (Komalasari, 2010:7)

3. Model Pembelajaran Scramble

Istilah scramble berasal dari bahasa Inggris: “scramble” yang artinya


perebutan, pertarungan, dan perjuangan. Menurut Soeparno (1988: 61) scramble
adalah salah satu permainan bahasa. Teknik scramble sering digunakan oleh anak-
anak sebagai permainan yang pada dasarnya merupakan latihan pengembangan dan
peningkatan wawasan pemilikan kosa-kata dan huruf yang tersedia. Scramble
dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan

8
dan peningkatan pemikiran kosa kata. Menurut Soeparno, (1988:76-79) teknik
scramble ada empat macam bentuk seperti berikut ini.

a. Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dari huruf-huruf


yang telah dikacaukan letak, sehingga membentuk suatu kata tertentu yang
bermakna.

p a l a k e menjadi kepala

t a m a menjadi mata

r i m a l a menjadi almari

j a m e menjadi meja

k u b u menjadi buku

b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata


yang di acak sebelumya sehingga membentuk kalimat logis, bermakna, tepat dan
benar. Tujuan permainan ini adalah melatih menyusun kalimat untuk latihan
menulis karangan/mengarang. Misalnya susu ani minum jawabannya: ani minum
susu, sepeda budi naik jawabannya: budi naik sepeda.

c. Scramble paragraf, yaitu permainan menyusun kembali suatu paragraf yang


kalimat-kalimatnya telah dikacaukan terlebih dahulu. Tujuan permainan ini
adalah melatih menyusun paragraf untuk keterampilan menulis
karangan/mengarang. 1) Desa itu terletak di Kabupaten Cianjur. 2) Pada liburan
naik kelas. 3) Kemudian ayah Tika dan Bayu pulang kembali ke Jakarta 4)
Mereka diantar oeh ayahnya. 5) Tika dan Bayu pergi ke rumah kakeknya di
desa. Jika disusun menjadi sebuah paragraf yang baik, urutan kalimat-kalimat di
atas menjadi 2, 5, 1, 4, 3.

d. Scramble wacana, yakni permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat


yang diacak. Hasil susunan wacana dalam permainan scramble hendaknyan logis
dan bermakna. Tujuan permainan ini adalah untuk melatih menyusun paragraf-
paragraf menjadi wacana.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kami simpulkan, bahwa metode pembelajaran
membaca permulaan yang diajarkan pada siswa kelas I dan kelas II Sekolah Dasar
mempunyai peranan sangat penting karena metode pembelajaran membaca permulaan
merupakan modal utama bagi siswa kelas I dan II dalam membaca lanjut. Dengan
pembelajaran metode membaca permulaan siswa belajar untuk memperoleh
kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan
baik. Oleh karena itu, seorang guru perlu merancang pembelajaran membaca
dengan sebaik mungkin sehingga mampu menumbuhkan kebisaan membaca pada
siswa sebagai sesuatu yang menyenangkan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Putu Aditya Antara, Putu Rahayu Ujianti, Anggun La Patissera. (2019). PENGARUH
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN
MEMBACA PERMULAAN ANAK. Jurnal mimbar ilmu, vol.24 no.2, 2019

Siti Asmonah (2019). Meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan


model direct instruction. Jurnal Pendidikan Anak, 8 (1), 2019, 29-37

Suyatinah. (2012). DENGAN TEKNIK SCRAMBLE SISWA KELAS RENDAH. Jurnal


Penelitian Ilmu Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, September 2012

Slbyapenas. 2010. “Penerapan Metode Membaca Permulaan” www.google.com. 2013

https://seputarpendidikansd.blogspot.com/2015/11/teknik-membaca-permulaan.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai