Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA

“Kemampuan Menyimak di SD”

DISUSUN OLEH:

Nurul Aulia

20129054

DOSEN PENGAMPU :

Dr.Nur Azmi Alwi,S.S.,M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kemampuan Menyimak di SD”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menambah khazanah keilmuan dalam
mempelajari mata kuliah dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa
saya harapkan demi penyempurnaan makalah berikutnya.

Bukittinggi, 8 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
.................................. ………………………………………………………………………..…2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………….4
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
A. Mengetahui pengertian Menyimak.……………………………………………………6
B. Mengetahui jenis-jenis menyimak ………………..………………………………...…8
C. Tahapan tahapan menyimak...…………………………………………………………9
D. Factor factor yang mempengaruhi dalam menyimak…………………………………13
E. Metode dan pembelajaran dalam menyimak…………………………………………16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.……………………………………………………………………………18
B. Saran…………………………………………………………………………….……..18
DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………………….…19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan memberikan pengetahuan kebahasaan agar murid
mampu menguasai bahasa Indonesia sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan ini maka, pada
dasarnya ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh murid secara baik dan
benar sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu
keterampilan menyimak (listening skill) keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan
membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill).
Dari keempat keterampilan berbahasa (language skill) yang dikemukakan di atas, hanya
keterampilan menyimak yang akan menjadi perhatian dalam makalah ini karena pada
umumnya pengetahuan diperoleh melalui keterampilan menyimak. Setiap orang mendengar
berita-berita melalui media massa maupun informasi melalui tatap muka, saat itu telah
berlangsung pula kegiatan menyimak. Oleh karena itu, pengajaran menyimak mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah dasar sebab kemampuan
menyimak yang baik adalah kondisi awal untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik.
Berbagai pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia
mengindikasikan bahwa kemampuan menyimak murid sekolah dasar belum optimal. Hal ini
dapat diketahui dari hasil penelitian Muhaimin (2006) yang dicapai murid dalam proses-
belajar mengajar di mana murid yang terlibat dalam kegiatan, yang mampu menyimak secara
baik dan benar mempunyai persentase yang masih rendah. Indikasi ini menandakan masih
rendahnya kemampuan menyimak murid tersebut terlihat pula hasil yang diperoleh dalam
ulangan semester misalnya. Daya serap murid pada semua mata pelajaran dari seluruh murid
dalam suatu kelas masih banyak nilai di bawah nilai standar 7,5. Ini berarti penguasaan murid
terhadap mata pelajaran juga masih rendah.
Setelah ditelusuri lebih jauh, hal tersebut di atas ternyata (salah satu) disebabkan oleh
kurangnya kemampuan murid menyimak materi pelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa ada kesenjangan antara hasil pengajaran menyimak dengan target ideal, yaitu
tercapainya kemampuan optimal murid dalam menyimak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan menyimak?
2. Apa tujuan menyimak?
3. Apa saja jenis menyimak?
4. Apa saja tahap-tahap menyimak?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak?
6. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan siswa menyimak dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian menyimak
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan menyimak
3. Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis menyimak
4. Mahasiswa dapat memahami tahap-tahap menyimak
5. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa
menyimak di Sekolah Dasar
6. Mahasiswa dapat memahami upaya meningkatkan kemampuan siswa menyimak dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

D. Manfaat
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita
dapat mengetahui dan memahami pengetahuan tentang menyimak dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Menyimak

Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, kalau
kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian. Mendengar
didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak
memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses mendengar
dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses
menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di
dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to
hear” untuk mendengar.
Menurut Sutari, (1998: 16) menyimpulkan bahwa mendengar mempunyai makna, dapat
menangkap suara (bunyi) dengan telinga, sadar atau tidak. Kalau ada bunyi, alat pendengaran
kita akan menangkap bunyi tersebut’. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan, tetapi
datang secara kebetulan, mungkin juga tidak.
Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan
lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang
datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna itu.
Dengan kata lain menurut Tarigan (1993: 19): “Dalam proses menyimak juga terdapat
proses mendengar, tetapi tidak selalu terdapat proses menyimak di dalam suatu proses
mendengar.”
Kalau keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain,
seperti keterampilan membaca, maka kedua keterampilan berbahasa ini berhubungan erat,
karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya terletak dalam
hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca
berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan,
yaitu memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi.
Menurut Tarigan (1993: 20) mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut:
menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi,
menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui
ucapan atau bahasa lisan.Dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau
diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi
yang tersirat di dalamnya. Dalam hal mendengarkan atau memerhatikan orang membaca atau
orang yang bercakap, penyimak menerima keterangan melalui rangkaian bunyi bahasa
dengan susunan nada dan tekanan suara orang yang membaca atau bercakap. Jika pembicara
dan pembaca dapat melihat, maka penyimak akan dapat melihat gerak muka dan gerak tangan
pembicara seperti, bibir, mimik, dan sebagainya. Jika penyimak menyimak lewat media bantu
seperti tape recorder, maka si penyimak hanya dapat menyimak bunyi bahasa yang
disampaikan oleh si pembicara. Dengan demikian, mendengar, mendengarkan, dan
menyimak memiliki makna yang berbeda. Dalam mendengar, yang terlibat hanya fisik dan
tidak ada unsur kesengajaan. Dalam menyimak, unsur mental terlibat lebih tinggi daripada
mendengarkan.
Proses mengidentifikasian bunyi merupakan suatu proses penerimaan bunyi yang
datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna bunyi tersebut. Dalam proses ini barulah
pada fase-fase mendengar.
Proses penyusunan pemahaman dan penafsiran menunjuk kepada cara pendengar
menyusun suatu penafsiran sebuah kalimat dari si pembicara, mulai dari identifikasi bentuk-
bentuk bunyi sampai kepada pembentukan sebuah penafsiran yang sama dengan yang
dimaksudkan oleh si pembicara tadi.
Proses penggunaan menunjuk kepada upaya pendengar untuk menggunakan hasil
penafsiran untuk tujuan selanjutnya, misalnya, mengakomodasi informasi, menjawab
pertanyaan, menurut perintah, menanamkan harapan.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena
melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak
mendengar bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba memahami,
menafsirkan apa yang disampaikan pembicara, dan pada saat itu ia harus menerima respons.
Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi setelah terjadinya integrasi antara
pesan yang didengar dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman penyimak. Respon
itu bisa sama dengan yang dikehendaki pembicara dan bisa pula tidak sama.
Mengingat proses menyimak itu ternyata muncul dalam waktu yang hampir bersamaan,
maka dapat dipastikan bahwa urutan-urutan proses itu bekerja dengan cepat. Kalau perjalanan
proses itu mendapat gangguan di tengah jalan, dengan sendirinya kegiatan menyimak tidak
berlangsung sempurna, dan pemahaman pun tidak tercapai. Ini berarti penyimak tidak dapat
melakukan respons. Terlambat berarti gagal menyimak. Mungkin hanya sampai tingkat
mendengar atau mendengarkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan
proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil
penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran
itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.

2. Tujuan Menyimak
1. Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujan agar ia dapat memeperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
2. Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan penekanan pada
penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau
dipagelarkan (teruatama sekali dalam bidang seni)
3. Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan maksud agar ia dapat
menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tidak logis, dan
lain-lain)
4. Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat menikmati seta
menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan berita, puisi, musik dan lagu,
dialog, diskusi panel, dan pendebatan)
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang menyimak bermaksud agar
ia dapat menkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada
orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang menyimak bermaksud agar
dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedaskan arti
(distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat pada seseorang
yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native
speaker)
7. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia
dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia
mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8. Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.

3. Jenis Menyimak
Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari, 1998: 47)
adalah sebagai berikut:
a. Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal
lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung seorang guru.
Penggunaan yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah
diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu, dapat pula murid
dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang
terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.
b. Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi,
dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting
yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau
pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka
bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
c. Menyimak sosial (social listening)
Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun
menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial
tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling
mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-
detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang
dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan.
d. Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara
ekstensif (casual listening dan extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang
mengirimi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat
pada teman di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan
tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan
latihan menulis dengan tulisan tangan.
e. Menyimak estetik (aesthetic listening)
Menyimak estetik yang juga disebut menyimak apresiatif (apreciational listening) adalah
fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak
ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau
drama yang terdengar pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita,
puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
f. Menyimak kritis (critical listening)
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat
kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang
akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis
untuk memperoleh kebenaran.
g. Menyimak konsentratif (consentrative listening)
Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang
merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara
lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-
fakta penting, dan sebab akibat.
h. Menyimak kreatif (Creative listening)
Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau
rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa
didengarnya.
i. Menyimak introgatif (introgative litening)
Menyimak introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si penyimak harus
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak
mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai
jalur khusus.
j. Menyimak penyelidikan (exploratory listening)
Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak
lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya
untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai
suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
k. Menyimak pasif (passive listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai
upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala,
berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk
pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan karena mereka
hidup langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang
cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu.
j. Menyimak selektif (selective listening)
Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya
menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh
karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya
tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus
memanfaatkan kedua teknik tersebut.

4. Tahap-Tahap Menyimak
a. Isolasi : Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-aspek individual kata lisan dan
memisah-memisahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta, organisasi-
organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus lainnya.
b. Identifikasi : Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna, atau
identifikasi pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.
c. Integrasi: Kita mengintegrasikan atau menyatupadukan apa yang kita dengar informasi lain
yang telah kita simpan dan rekam dalam otak kita. Oleh karena itulah maka pengetahuan
umum sangat penting dalam tahap ini. Karena kalau proses menyimak berlangsung, kita
harus terlebih dahulu harus mempunyai beberapa latar belakang atau pemahaman mengenai
bidang pokok pesan tertentu.
d. Inspeksi: Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan dan
dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal tersebut. Proses
ini akan menjadi paling mudah berlangsung kalau informasi baru justru menunjang prasangka
atau atau prakonsepsi kita. Akan tetapi, kalau informasi baru itu bertentangan dengan ide-ide
kita sebelumnya mengenai sesuatu, maka kita harus mencari serta memilih hal-hal mana dari
informasi itu yang lebih mendekati kebenaran.
e. Interprestasi : Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi apa-apa yang kita dengar dan
menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun mulailah menolak dan menyetujui,
mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut berikut sumber-sumbernya.

5. Faktor yang Mempengaruhi dalam Menyimak

a. Faktor Fisik
Kondisi fisik dan lingkungan fisik penyimak merupakan faktor yang penting dalam
menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi, yaitu faktor-faktor
psikologis dalam menyimak. Faktor-faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah:
1) Prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alas an
2) Keegosentrisan dan keasyikan terhdap minat pribadi serta masalah pribadi serta masalah
pribadi
3) Kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas
4) Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok
pembicaraan
5) Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau
terhadap sang pembicara.

Sebagian atau semua faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kegiatan menyimak
kearah yang merugikan yang tidak kita ingini, dan hal ini mempunyai akibat yang buruk bagi
sebagian atau seluruh kegiatan belajar para siswa. Dalam hal-hal seperti inilah para guru
harus menampilkan fungsi bimbingan dan penyuluhan serta mencoba memperbaiki kondisi-
kondisi yang merugikan tersebut. Guru juga harus mempertinggi serta memperkuat sifat
ketanpaprasangkaan, kewajaran yang tidak berat sebelah, serta sifat yang tidak
mementingkan diri sendiri, dan mencoba untuk memberikanserta mengadakan suatu latar
belakang yang bersifat merangsang minat yang akan bertindak sebagai suatu keadaan yang
menguntungkan bagi menyimak responsif.
Sebaliknya faktor-faktor psikologis ini pun mungkin pula sangat menguntungkan bagi
kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, misalnya; pengalaman-pengalaman masa lalu
yang sangat menyenangkan, yang telah menentukan minat-minat dan pilihan-pilihan,
kepandaian yang beranekaragam dan lain- lainnya, kalau dihubungkan dengan suatu bidang
diskusi jelas merupakan pengaruh-pengaruh baik bagi kegiatan menyimak yang
mengasyikan, yang memukau dan menarik hati. Demikianlah, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa:
a. Faktor psikologis yang positif memberi pengaruh yang baik
b. Faktor psikologis yang negative memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak.
Guru yang bijaksana akan meningkatkan serta memanfaatkan faktor psikologis yang positif
ini; dan sebaliknya mengurangi serta mencegah timbulnya faktor psikologis yang
negatif bagi penyimak.
c. Faktor Pengalaman
Sikap yang terbentuk pada diri seseorang merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan
pengalaman diri sendiri. Kurangnya atau tiadanya minat merupakan akibat dari pengalaman
yang kurang atau tidaknya minat merupakan akibat penglaman yang kurang atau tidak ada
sama sekali pengalaman dalam bidang yang akan disimak itu. Sikap-sikap yang antagonistic,
sikap-sikap yang menentang serta bermusuhan timbul dari pengalaman-pengalaman yang
tidak menyenangkan. Demikianlah, latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor
penting dalam kegiatan menyimak.
d. Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok
pembicaraan yang dapat dia setujui dibandingkan pada yang kurang atau tidak disetujuinya.
Sikap ini adalah wajar dalam kehidupan ini. Kita memang cenderung menyingkirkan atau
menghilangkan hal-hal yang dapa membuat kita goyang, membuat kita tidak seimbang atau
yang justru membuat kita mempertanyakan posisi kita sendiri pada suatu pokok tertentu.
Dengan masalah di atas maka hendaknya bila para pembicara memperhatikan hal itu,
antara lain dengan cara memilih topik pembicaraan yang disenangi oleh para penyimak,
misalnya masalah yang sedang hangat diperbincangkan dalam media massa atau dalam
kehidupan sehari-sehari. Memahami sikap penyimak merupakan salah satu modal penting
bagi pembicara untuk menarik minat atau perhatian para penyimak.
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama menganai segala hal,
yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akam bersikap emnerima pada hal-hal
yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini member dampak pada
penyimak, masing-masing dampak positif dan dampak negatif.

e. Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat
untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan.
Begitu pula halnya dengan menyimak.
Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu dalam kehidupan ini.
Menerangkan pelajaran dengan baik dan jelas, mengutarakan apa maksud dan tujuan yang
hendak dicapai dan bagaimna cara mencapai tujuan itu, jelas merupakan suatu bimbingan
kepada para siswa utnuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak
dengan tekun.
Motivasi ini erat juga berkaitan dengan pribadi atai personalitas seseorang. Siapa diri
kita, juga turut mempengaruhi perilaku menyimak kita. Kalau kita yakin dan percaya bahwa
pribadi kita mempunyai sifat kooperatif, tanggang hati, dan analitis, maka mungkin kita akan
menjadi penyimak yang lebih baik dan unggul daripada kalau piker bahwa diri kita malas,
bersifat argumentatif, dan egosentris.

f. Faktor Jenis Kelamin


Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita
pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian
pada sesuatu pun berbeda pula.
Julian Silverman, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada
umumnya bersifat obyektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau
mundur, menetralkan, intrusive 9bersifat mengganggu), berdikari/ mandiri, sanggup
mencukupi kebutuhan sendiri (swasembada), dapat menguasai/ mengendalikan
emosi, sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subyektif, pasif, ramah/simpatik,
difusif (menyebar), sensitive, mudah dipengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah,
reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional (Silverman, 1970;Webb, 1975:139)

g. Faktor Lingkungan
Para guru harus menyadari benar-benar betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap
keberhasilan menyimak, terhadap keberhasilan belajar para siswa pada umumnya; baik
menyangkut lingkungan fisik ruangan kelas, maupun yang berkaitan dengan suasana sosial
kelas.

h. Faktor peranan dalam masyarakat


Kemauan menyimak kita dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat.
Sebagai guru dan pendidik, maka kita ingin sekali menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-
siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran di
tanah air maupun luar negeri. Sebagai mahasiswa, maka kita diharapkan dapat menyimak
lebih saksama dan penuh perhatian dibandingkan jika kita sebagai karyawan harian pada
sebuah perusahaan.

6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Murid Menyimak di Sekolah Dasar


Menurut Tarigan (1993: 48) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keefektifan kemampuan menyimak antara lain:
a. Keterbatasan Sarana
Keterbatasan sarana yang dimaksudkan di sini adalah belum tersedianya buku-buku dan
alat-alat lainnya yang memadai, kondisi ruangan belajar yang belum kondusif turut pula
mempengaruhi pengajaran menyimak dan jumlah murid yang terlalu banyak di kelas serta
masih kurangnya sekolah yang memiliki laboratorium bahasa.
b. Kebahasaan
Kendala utama di dalam pengajaran menyimak adalah faktor yang bersifat kebahasaan
yaitu mulai dari mengenal bunyi di tingkat fonologis, kata, kalimat, dan ujaran wacana
sampai kepada menangkap, menyimpan isi ujaran serta kemampuan menyimpan hasil
simakan. Di samping faktor-faktor ini masih ada faktor lain misalnya tanda baca serta tanda-
tanda suprasegmental antara lain; tekanan, aksen, jeda, dan intonasi yang juga merupakan
masalah bagi murid, terutama di dalam mempelajari bahasa asing.
c. Biologis
Murid yang pendengarannya kurang baik, karena mungkin ada organ-organ
pendengarannya tidak berfungsi dengan baik, sudah pasti akan mengalami kesulitan dalam
menyimak.
Dengan demikian dalam pengelolaan kelas seorang guru harus jeli memerhatikan keadaan
muridnya. Murid yang kurang tajam pendengarannya, sebaiknya didudukkan di bangku
paling depan atau murid yang kurang baik pendengarannya di sebelah kiri jangan di
tempatkan paling kanan ruangan kelas, demikian pula sebaliknya.
d. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah di mana sekolah itu berada. Kalau lingkungan
sekolah atau kelas itu penuh dengan suara kegaduhan, kebisingan, kehiruh-pikukan bunyi
kendaraan lalu lintas di sekelilingnya, maka sudah pasti hasilnya tidak akan sebaik apabila
pengajaran menyimak itu dilaksanakan di dalam suasana kondusif atau lingkungan yang
tenang.
e. Guru
Guru yang penampilannya simpatik, terampil menyajikan materi pengajaran dan
menguasai bahan pengajaran akan lebih berhasil di dalam mengajar menyimak daripada guru
yang mempunyai sifat-sifat yang berlawanan dari sifat-sifat yang dikemukakan di atas.
Jelasnya kemampuan professional berupa penguasaan bidang pengajaran yang disajikan,
kemampuan personal berupa sikap mental atau akhlak pribadi yang terpuji, misalnya suka
membantu murid, membimbing murid, memuji keberhasilan murid, menghargai hasil karya
murid, bersifat bersahabat dengan murid serta mempunyai kemampuan sosial berupa
pendekatan secara kemasyarakatan baik kepada murid-murid, maupun terhadap guru-guru
lain dan juga orangtua murid.
f. Metodologi yang Digunakan
Guru yang kurang menguasai sesuatu metode yang digunakannya pasti kurang berhasil
di dalam mengajar, demikian pula guru yang hanya mengetahui dan menggunakan hanya satu
metode, sudah barang tentu hasilnya akan kurang dibandingkan dengan guru yang menguasai
dan menggunakan banyak metode mengajar menyimak yang lebih baik.
g. Kurikulum
Kurikulum yang disusun dengan baik dan jelas, akan sangat membantu guru-guru
dalam mengajar menyimak. Materi menyimak di dalam kurikulum yang tidak terlalu padat
atau berbelit-belit dan diorganisasikan dengan baik akan memudahkan guru mengajar
menyimak. Begitu pula tingkat kesulitan bahan pengajaran menyimak dalam kurikulum
hendaknya disesuaikan dengan perkembangan murid, baik perkembangan kebahasaan
maupun perkembangan kematangan psikologis.
h. Faktor-faktor tambahan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variabel-variabel yang dapat berpengaruh
terhadap pemahaman dari hasil pendengaran (listening comprehension). faktor-faktor tersebut
(Sutari, 1998: 68) adalah sebagai berikut:
1) Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah;
2) Tak banyak mengenal validitas dan reliabilitas tes mendengar yang diterapkan dalam
penelitian;
3) Karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir dengan baik.

7. Upaya Meningkatkan Kemampuan Murid Menyimak dalam Pembelajaran


Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada murid sekolah sekolah dasar, ada
beberapa teknik yang perlu ditempuh (Tarigan, 1993: 61) yaitu:
a. Teknik loci (Loci System)
Salah satu teknik mengingat yang paling tradisional adalah teknik loci. Teknik ini pada
dasarnya memberikan cara mengingat pesan dengan memvisualisasikan dalam benak kita
materi yang harus diingat.Teknik ini dilakukan dengan, mempelajari urutan informasi dengan
informasi lain yang serupa, dengan mempelajari lokasi-lokasi yang ada di sekitar kita dan
mencocokkan hal-hal yang akan diingat dengan lokasi-lokasi tersebut.

b. Teknik penggabungan
Teknik yang ke dua adalah teknik penggabungan (link system), teknik ini memberikan
gagasan tentang cara mengingat,yaitu dengan menghubungkan (menggabungkan) pesan
pertama yang akan diingat dengan pesan ke dua, ke tiga, dan seterusnya. Pesan berantai itu
dihubungkan pula dengan imaji-imaji tertentu yang perlu anda visualkan secara jelas dalam
pikiran. Untuk mencegah terjadinya kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimata-
rantaikan), anda pun perlu menghubungkan pesan pertama tersebut dengan lokasi yang akan
mengingatkan anda
pada item tadi.
c. Teknik Fonetik
Sistem lain yang lebih kompleks tetapi cukup efektif adalah teknik fonetik atau phonetic
system. Teknik ini melibatkan penggabungan angka-angka, bunyi-bunyi fonetis, dan kata-
kata yang mewakili bilangan-bilangan tadi serta bunyi-bunyi, dengan pesan yang akan
diingat.
d. Teknik pengelompokan kategorial
Pengelompokan kategorial, yakni suatu teknik pengorganisasian yang dapat digunakan
secara sistemtis untuk memodifikasikan informasi baru dengan cara memberikan struktur
baru pada informasi-informasi tadi.
e. Teknik Pemenggalan
Teknik ini memberikan cara mengingat pesan dengan cara memenggal pesan-pesan yang
panjang.contohnya, Apabilah mendengar orang menyebutkan nomor telepon, misalnya
6651814, maka agar mudah mengingatnya kita memenggal, kelompok angka itu menjadi
665-18-14, atau 66-51-814 dan sebagainya.
f. Konsentrasi
Berkonsentrasi pada pesan yang dikirimkan oleh pembicara merupakan kesulitan utama
yang dihadapi oleh pendengar. Karena seringnya berkomonikasi dalam rentang waktu yang
terlalu lama, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi untuk
memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada satu rangsang saja.

8. Mempraktekkan/ melatih kemampuan pendengar.


Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa untuk meningkatkan konsentrasi, maka
seseorang perlu mengembangkan sikap dan perilaku jujur terhadap penutur apabila ia
mempunyai kesulitan dalam menangkap pesan yang disampaikan; membuat pertanyaan-
pertanyaan pribadi agar lebih memperhatikan; melatih kebiasaan menuliskan pendapat orang
lain pada sat penutur terlibat pembicaraan dengan pendengar lain; mendengar dengan tujuan
untuk berbagai pesan antara satu penutur dengan penutur lain; dan memperaktekkan/ melatih
kemampuan pendengar.

PEMBELAJARAN MENYIMAK DI SD

1. Strategi Pembelajaran Menyimak di SD

Tujuan Pembelajararan Menyimak di SD


Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai oleh manusia
sebelum menguasai keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Ahli perkembangan
anak menyatakan bahwa ketika anak baru lahir, komunikasi pertama yang dikuasainya adalah
mendengarkan. Anak mendengar ibunya mendendangkan lagu, mendengar ibunya
menimang-nimangnya, juga mendengar ibunya berbicara dengan ayahnya atau dengan orang
lain. Setelah itu anak mulai menirukan ucapan-ucapan yang biasa diucapkan orang dewasa di
sekitarnya.
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa lisan. Kemampuan berbahasa lisan
anak akan terus berkembang dan berlanjut sampai dia masuk sekolah, bahkan sampai dia
dewasa. Perkembangan sangat ditentukan oleh lingkungannya. Di Indonesia sebagian besar
bahasa lisan yang digunakan anak adalah bahasa daerah. Anak berkembang dalam bahasa
daerah, sehingga kekayaan kosa kata dan pengetahuan tentang aturan bahasa yang
diperolehnya adalah dalam bahasa daerah. Ketika anak mulai bersekolah di sekolah
dasar, mereka harus menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Bahkan belajar
membaca dan menulis dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Sementara
kosa kota yang dikuasai mereka adalah bahasa daerah. Oleh karena itu, sejak anak masuk
sekolah dasar, guru mulai membiasakan siswa mendengarkan dan bercakap-cakap dalam
bahasa Indonesia, sehingga pengayaan kosa kata dan pengenalan aturan berbahasa
Indonesia cepat dapat dilakukan.
Tujuan pembelajaran menyimak ialah memperkaya kosa kata anak sehingga membantu
siswa ketika belajar membaca dan menulis. Pelajaran menyimak oleh kebanyakkan guru
dianggap tidak perlu diajarkan karena sudah implisit ke dalam ketiga komponen keterampilan
bahasa yang lain. Ada juga beranggapan bahwa “mendengar” atau “menyimak” adalah suatu
yang bersifat refleksif seperti hanya dengan “bernafas”. Jadi, menyimak adalah sesuatu yang
sudah dengan sendirinya berjalan, bergerak, dan tidak perlu diajarkan. Namun dipihak lain,
mengemukan juga pendapat, menyimak perlu diajarkan karena tanpa kemampuan menyimak
tidak akan mungkin di peroleh keterampilan yang lain. Menyimak pada dasarnya adalah
keterampilan dasar yang mendasari keterampilan yang lain (membaca, menulis, berbicara).

Peranan Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Lisan


Sejalan dengan tuntutan pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada siswa
dalam pembelajaran menyimak, guru dituntut untuk memberi peluang kepada siswa untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya. Fenomena selama ini, pembelajaran cenderung
didominasi oleh guru. Guru lebih banyak berbicara dan anak lebih banyak mendengarkan
baik dalam kegiatan klasikal maupun kelompok. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
saling menyampaikan pendapatnya secara lisan dalam bentuk diskusi sangat besar artinya.
Kesempatan ini juga dapat merupakan latihan untuk siswa mengemukakan kritik yang
kontsruktif. Kritik yang konstruktif, yang mengandung suatu pemecahan masalah harus
disampaikan secara sopan. Yang menerima kritik perlu bersikap terbuka agar dapat
memanfaatkan kritik yang konstruktif tersebut. Suasana demikian ini diharapkan dapat
menimbulkan sikap tenggang rasa dan saling menghormati.
Keberhasilan suatu pembelajaran menyimak bergantung pada adanya dua kondisi.
1. Guru memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif dan
menggunakan strategi yang efektif pula.
2. Setiap siswa yang berpartisipasi dalam diskusi memiliki informasi tertentu yang akan
disampaikan kepada teman-temannya. Saling memberikan dan menerima informasi,
pendapat, atau gagasan merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan dalam diskusi.
Siswa juga perlu memberikan dan menerima saran.

Materi Pembelajaran Menyimak


Agar anak mudah memperoleh kemampuan berbicara dan mendengarkan dalam bahasa
Indonesia, sebaiknya kegiatan pembelajaran diurutkan sesuai dengan kemampuan anak,
yaitu dari yang sangat sederhana sampai dengan yang agak sulit.
Berikut ini urutan kemampuan berbicara dan mendengarkan beserta dengan contoh
pembelajaran yang dapat dilatihkan guru di kelas melalui kegiatan informal dan melalui
permainan. Sebagai salah satu contoh pengajaran menyimak di sekolah dasar diarahkan pada
materi dan bentuk pengajaran sebagai berikut.
1. Membiarkan/menyuruh siswa menutup mata lalu menundukkan kepalanya di atas
meja, kemudian mereka disuruh membedakan bunyi (meraut pensil, mendorong
kursi, membuka pintu, membalik buku, dan lain-lain).
2. Mengajarkan kepada siswa bagaimana menerima pesan telepon secara singkat.
3. Membacakan paragraf pendek tentang ilmu
pengetahuan. Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa,dan
bagaimana.
4. Pada pelajaran bahasa Indonesia anak usia
jenjang sekolah ini perlu mendapat latihan mengucapkan bunyi-bunyi vokal dankonsonan,
seperti ucapan :
a + i = ai pan - tai
se - lai te - ra - tai la - lai
ke - de - lai se - ru - nai
a + u = au ka - lau pu - lau me - ran - tau
si - lau ge - mi - lau ha - ri – mau
Vokal-vokal tersebut harus diucapkan jelasdengan membuka mulut dan membentuk mulut
sebaik-baiknya, sesuai dengan bunyi yang keluar dari artikulator secara wajar.Guru, sebagai
model penutur harus mampu embuat tutur yang jelas dan betul.
5. Pelajaran dikte sangat memerlukan ucapan ,pelafalan yang jelas, pelan, berulang-ulang(tiga
kali ucapkan sudah cukup, untukmelatih terampil dan tertib) kemudian dituliskata, kelompok
kata atau kalimat tersebut.
6. Guru bercerita, siswa mendengarkandengan sungguh-sungguh. Kemudian
gurumenanyakan hal-hal yang benar-benarmenarik minat siswa dalam isi cerita.
7. Bermain berbisik. Pelajaran ini inginmeningkatkan kemampuan mendengar
siswa. Kegiatan mendengarkan memerlukankonsentrasi dan pemahaman yang tinggi.
Siswa dapat diatur dalam sesuatu deretanatau bebas untuk duduk dengan memperhatikan
giliran yang sudah diatur sebelumnya.Permainan ini dapat berupa sebuah
kompetisi berhadiah nilai atau pujian yangberupa motivasi intrinsik.
8. Bermacam-macam pertanyaan tiruan bunyibinatang dapat diberikan untuk melatih
mendengarkan cermat.

Metode dan Teknik dalam Pembelajaran Menyimak


langkah-langkah guru dalam pelajaran menyimak sebagai berikut.
1. Menentukan makna
Hal ini penting karena tanpa adanyapenjelasan guru, mungkin siswa tidak akanmenangkap
dan memahami apa yang didengarnya.
2. Memperagakan ekspresi
Setelah guru menentukan makna, makadiulang beberapa kali. Pertama guru beradadi depan
kelas, dan selanjutnya bergerak kekiri dan ke kanan agar semua siswa dapatmelihatnya.
3. Menyuruh mengulangi
Siswa menirukan apa yang disebutkan olehguru sambil melakukan suatu gerak ataumenunjuk
suatu gambar.
4. Memberikan latihan ekstensif
Guru dapat menggunakan berbagai caramisalnya, dengan drill (mengulangi kata danekspresi
yang telah diajarkan dalam situasiyang terbatas, dan dengan kata serta strukturyang terbatas).
Apalagi kalau siswa diberi kesempatanmemanipulasi atau mengeksplorasi
media.Pembelajaran menjadi lebih bermakna karenakemampuan berpikir dan kreativitas
siswaberkembang. Dengan demikian dominasi gurudalam proses pembelajaran dapat
diminimalisasi,sehingga pembelajaran yang berpusatpada anak dapat diujudkan.Jenis media
atau alat peraga yang dapatdigunakan dalam pembelajaran bahasa termasukmenyimak
beraneka ragam.

Media dan Bahan Pembelajaran Menyimak


Media memegang peran penting dalam prosespembelajaran. Ada dua fungsi utama
mediadalam pembelajaran. Pertama, media berfungsiuntuk memudahkan penyampaian
konsep ataumateri. Terutama bagi siswa kelas awal yangdari segi perkembangan kognitif
manurut Piagetmasih berada pada tahap pra operasionalkonkret sangat memerlukan media
dalampembelajaran. Dengan media, siswa dapatmemahami sesuatu yang abstrak menjadi
lebihkonkret. Kedua, dengan penggunaan mediaproses pembelajaran lebih menarik bagi
siswa.Apalagi kalau siswa diberi kesempatanmemanipulasi atau mengeksplorasi
media.Pembelajaran menjadi lebih bermakna karenakemampuan berpikir dan kreativitas
siswaberkembang. Dengan demikian dominasi gurudalam proses pembelajaran dapat
diminimalisasi,sehingga pembelajaran yang berpusatpada anak dapat diujudkan.Jenis media
atau alat peraga yang dapatdigunakan dalam pembelajaran bahasa termasukmenyimak
beraneka ragam.

Kriteria Penilaian Pembelajaran Mendengarkan


Sesuai dengan namanya tes mendengarkan, bahan tes yang diujikan disampaikan secara
lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penilaian mendengarkan dapat dilakukan
dengan berbagai cara:

a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat ingatan untuk mengingat fakta atau
menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana yang diperdengarkan, dapat
berupa nama, peristiwa, angka, dan tahun. Tes bisa berbentuk tes objektif isian singkat atau
pilihan ganda.
b. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa ubtuk memahami wacana yang
diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana,
hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian, hubungan sebab.
c. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan mendengarkan yang dapat dikategorikan tes tingkat
penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar-gambar
sebagai alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas.
d. Tingkat Analisis
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat analisis pada hakikatnya juga merupakan
tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi, untuk memahami
informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk
melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan analisis wacana, jawaban yang tepat secara pasti
belum dapat ditentukan. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit
daripada butir tes pada tingkat pemahaman.Analisis yang dilakukan berupa analisis detail-
detail informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan
hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan lain-lain.

Menurut Power dalam Safari ( 1997: 61) ada tiga jenis pertanyaan pemahaman dalam
ujian mendengarkan yaitu:
1). Siswa memlih satu pertanyaan yang sama maksudnya dengan pernyataan yang didengar.
2). Didengarkan percakapan singkat dari dua orang kemudian ditanyakan tentang isi
percakapan yang telah diperdengarkan (pernyataan hanya diperdengarkan satu kali).
3). Didengarkan pidato/percakapan/bacaan kemudian ditanyakan beberapa pertanyaan dari
cerita tersebut.
BAB III
PENUTUP
KEESIMPULAN

1. Menyimak adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun
penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses
menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan
pengalaman.
2. Tujuan menyimak yaitu agar orang yang mendengarkan dapat memperoleh pengetahuan atau
informasi mengenai hal tertentu dari berita atau cerita yang ia dengar.

3. Jenis-jenis menyimak antara lain:


a. Menyimak ekstensif (extensive listening)
b. Menyimak intensif (intensive listening)
c. Menyimak sosial (social listening)
d. Menyimak sekunder (secondary listening)
e. Menyimak estetik (aesthetic listening)
f. Menyimak kritis (critical listening)
g. Menyimak konsentratif (consentrative listening)
h. Menyimak introgatif (introgative listening)
i. Menyimak penyelidikan (exploratory listening)
j. Menyimak pasif (passive listening)
k. Menyimak selektif (selective listening)

4. Tahap-tahap menyimak antara lain:


a. Isolasi
b. Identifikasi
c. Integrasi
d. Inspeksi
e. Interprestasi

5. Faktor yamg mempengaruhi dalam menyimak antara lain:


a. Faktor fisik
b. Faktor Psikologis
c. Faktor pengalaman
d. Faktor sikap
e. Faktor motivasi
f. Faktor jenis kelamin
g. Faktor lingkungan
h. Faktor peranan dalam masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Henry Guntur Tarigan. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa:
Bandung
http://yurishandcraft.blogspot.com/2013/12/kemampuan-menyimak-di-sd_15.html

Anda mungkin juga menyukai