Anda di halaman 1dari 17

PEMBELAJARAN MENYIMAK DI KELAS TINGGI

BERBASIS KEARIFAN LOKAL SUMATERA UTARA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pend. Bahasa dan Sastra
Indonesia SD Kelas Tinggi

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. Hermawan Telaumbanua ( 1183311036 )


2. Sri Nurjannah ( 1183311055 )
3. Nirwana ( 1183311061 )

KELAS : Ekstensi H 2018

DOSEN PENGAMPU : Masta Sembiring, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Medan, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pembelajaran Menyimak di Kelas Tinggi Berbasis Kearifan Lokal Sumatera Utara”
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia SD
Kelas Tinggi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Masta Sembiring, S.Pd., M.Pd
selaku dosen mata kuliah Pend.Bahasa dan Sastra Indonesia SD Kelas Tinggi yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang Kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 5 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Pengertian menyimak ........................................................................ 3
2.2 Tahap-tahap menyimak ...................................................................... 4
2.3 Tujuan menyimak ............................................................................... 5
2.4 Kendala pembelajaran menyimak di kelas tinggi .............................. 6
2.5 Pendekatan, Strategi, Metode, Model, Teknik dan Evaluasi
dalam pembelajaran menyimak .......................................................... 6
2.6 Kaitan pembelajaran menyimak dengan kearifan lokal Sumatera
Utara ................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP .................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................ 12
Daftar Pustaka ............................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengajaran bahasa pada hakikatnya adalah mengajarkan untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu, pengajaran bahasa adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Namun untuk mampu berkomunikasi dengan baik, siswa harus memiliki
keterampilan berbahasa.
H. G Tarigan dan Djago Tarigan dalam Astawan (2008: 112) menyatakan,
keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak,
(2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan
menulis. Keempat keterampilan tersebut masing-masing berbeda dalam proses,
namun merupakan satu kesatuan yang utuh. Hal ini karena keempat aspek tersebut
tidak bisa terpisahkan dengan yang lainnya. Oleh karena itu dalam pengajaran
bahasa, siswa diajarkan tentang menyimak terlebih dahulu, setelah itu barulah
berbicara, membaca, dan menulis.
Mengingat menyimak merupakan suatu keterampilan, maka perlu dilakukan
latihan-latihan secara terus-menerus kepada siswa. Dalam proses belajar mengajar,
kegiatan menyimak sering diabaikan oleh guru karena guru cenderung beranggapan
bahwa tanpa diajarkan pun keterampilan menyimak dapat dilakukan oleh siswa.
Namun kenyataannya kontradiktif terhadap aplikasi di lapangan, yaitu kemampuan
siswa dalam menyimak materi pelajaran tertentu masih kurang. Hal ini terjadi
karena beberapa kemungkinan, diantaranya yaitu; guru tidak mengetahui hakikat
keterampilan menyimak, atau guru belum menemukan teknik yang baik dalam
pengajaran menyimak. Selain itu tidak ada upaya guru untuk meningkatkan kualitas
pengajaran menyimak siswa terhadap materi pelajaran sehingga menyebabkan
prestasi belajar siswa menjadi kurang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dalam penulisan Makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Apa pengertian menyimak ?

1
b. Apa saja tahap-tahapan menyimak ?
c. Apa tujuan menyimak ?
d. Apa kendala pembelajaran menyimak dikelas tinggi ?
e. Apa itu pendekatan, strategi, metode, model, teknik dan evaluasi dalam
pembelajaran menyimak ?
f. Bagaimana kaitan pembelajaran menyimak dengan kearifan local Sumatera
Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat
a. Untuk mengetahui pengertian menyimak
b. Untuk mengetahui tahap-tahapan menyimak
c. Untuk mengetahui tujuan menyimak
d. Untuk mengetahui kendala pembelajaran menyimak dikelas tinggi
e. Untuk mengetahui pendekatan, strategi, metode, model, teknik dan evaluasi
dalam pembelajaran menyimak
f. Untuk mengetahui kaitan pembelajaran menyimak dengan kearifan local
Sumatera Utara

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian menyimak


Menyimak atau mendengarkan berbeda dengan mendengar walaupun
keduanya menggunakan alat indra pendengaran yang sama. Mendengar tidak
memerlukan aktifitas mental atau pikiran karena mendengar dilakukan tanpa ada
tujuan. Sedangkan menyimak adalah kegiatan mendengar yang disengaja dan
mempunyai tujuan/rencana dan pemahaman. Menyimak merupakan keterampilan
berbahasa yang aktif reseptif. Artinya ketika sesorang menyimak harus
mengaktifkan pikirannya untuk dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa,
memahaminya dan menafsirkan maknanya sehingga tertangkap pesan yang
disampaikan pembicara.
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa paling awal yang dilakukan
oleh manusia. Sebelum anak dapat berbicara, membaca dan menulis, kegiatan
menyimaklah yang pertama dilakukan. Senada dengan hal tersebut, Newton
(2009:37), menyatakan bahwa menyimak adalah proses alamih sebelum dapat
berbicara, menyimak merupakan tahap perkembangan bahasa pertama yang
dialamih oleh manusia. Newton mengemukakan bahwa menyimak secara umum
dapat diartikan sebagai proses pasif dimana pendengar menerima informasi yang
dikirim oleh sesorang pembicara.
Menyimak dikatakan sebagai kegiatan berbahasa reseptif dalam suatu
kegiatan bercakap-cakap dengan medium dengar maupun medium pandang.
Bercakap-cakap memang berciri interaktif, tetapi tidak semua wacana lisan bersifat
interaktif dan timbal balik (Saddhono dan Slamet, 2012:13)
Tarigan (2008:31), menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menagkap
isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menurut Taufina (2015:3), menyimak adalah suatu bentuk keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif dan melibatkan pemahaman pesan atau lambing-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interprestasi

3
untuk memperoleh informasi, menagkap isu atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan pembicara melalui ujuaran atau bahasa lisan.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi, baik bunyi bahsa
maupun bunyi nonbahasa dengan penuh perhatian dan apresiasi agar mendapatkan
informasi dan pemahaman dari segala sesuatu yang disampaikan.

2.2 Tahap-tahap menyimak


Hakikat menyimak adalah menerima informasi dari pembicara dan
menyusun atau menafsirkan maksud yang terkandung dalam bahan simakan serta
mengapresiasikannya. Menyimak bisa dikategorikan berdasarkan maksud dan
tujuannya.
Ruth G. Strickland mengemukakan 9 tahapan menyimak berdasarkan
pengamatannya terhadap para siswa sekolah dasar dan Anderson (1972 dalam
Tarigan, 1980:31). Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut.
1. Menyimak berkala, terjadi pada saat penyimak merasakan keterlibatan
langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2. Menyimak dengan perhatian dangkal, terjadi pada saat penyimak mendapat
gangguan/selingan-selingan perhatian terhadap hal-hal di luar pembicaraan.
3. Setengah menyimak, terjadi pada saat penyimak terganggu oleh kegiatan
menunggu kesempatan atau mengekpresikan isi hati, mengutarakan apa yang
terpendam di dalam hatinya.
4. Menyimak serapan, terjadi karena penyimak asyik menyerap atau
memperhatikan hal-hal yang kurang penting.
5. Menyimak sekali-sekali, terjadi karena penyimak hanya memperhatikan
danmenyimpan perkataanpembicara yang menarik hatinya saja.
6. Menyimak asosiatif, terjadi karena penyimak hanya mengingat pengalaman-
pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan ia tidak memberikan
reaksi terhadap pesan yang disampaikan pembicara.
7. Menyimak dengan reaksiberkala, terhadap pembicara dengan memberi
komentar ataupun mengajukan pertanyaan
8. Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran
pembicara (Strickland, 1957: (Dawson [at all] 1963:154)

4
2.3 Tujuan menyimak
Memang tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam.Pada dasarnya
menyimak itu dapat kita pandang dari berbagai segi, misalnya sebagai sarana,
sebagai suatu keterampilan berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai
suatu responsi, dan sebagai pengalaman kreatif. Berikut adalah tujuan menyimak
antara lain:
1. Menyimak untuk belajar
Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicaraan dengan kata lain,
orang tersebut menyimak untuk belajar
2. Menyimak untuk menikmati
Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap
sesuatu dari materi yang di ujarkan atau diperdengarkan dengan kata lain,
orang tersebut menyimak untuk menikmati keindahan audial
3. Menyimak untuk mengevaluasi
Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai
sesuatu yang dia simak itu baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak
logis, dan lain lain
4. Menyimak untuk mengapresiasi
Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai
sesuatu yang disimaknya itu misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi,
misik dan lagu, dialog, diskusi panel dan perdebatan
5. Menyimak untuk mengomunikasikan ide-ide
Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat
mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan ataupun perasaan-perasaan
kepada orang lain dengan lancer dan tepat. Banyak contoh dan ideyang dapat
diperol,eh dari sang pembicara dan semua ini meerupakan bahan penting dan
sangat menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya sendiri.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi
Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat
membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti
(distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya, ini terlihat

5
nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik
mendengarkan ujaran pembicaraan asli (native speaker)
7. Menyimak untuk memecahkan masalah
Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat
memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicaraan, dia
mungkin memperoleh banyak masukan berharga
8. Menyimak untuk meyakinkan
Ada lagi orang yang tekun menyimak pembicaraan untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini ia ragukan.
Dengan kata lain, dia menyimak secara persuasif.
2.4 Kendala pembelajaran menyimak di kelas tinggi
Adapun kendala pembelajaran menyimak dikelas tinggi disebabkan yang
pertama oleh faktor siswa, yaitu :
1. Pada umumnya siswa kurang antusias dalam pembelajaran menyimak karena
materi yang disampaikan dianggap sulit untuk dipahami
2. Tingkat pemahaman, konsentrasi, dan daya analisis siswa yang masih relatif
rendah
3. Siswa tidak terbiasa menyimak informasi,
4. Siswa menganggap pembelajaran menyimak tidak penting.

Kedua adalah faktor guru, yaitu :


1. Kurangnya kreativitas guru dalam menyajikan dan mengembangkan materi
pembelajaran menyimak
2. Guru masih bertindak sebagai sumber utama pemberi informasi tanpa
mengajak siswa untuk berusaha mencari informasi sendiri
3. Soal-soal yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran menyimak cenderung
teoretis, padahal untuk mengetahui kemampuan keterampilan menyimak
dibutuhkan alat evaluasi yang sesuai dengan kompetensi yang diajarkan.
2.5 Pendekatan, Strategi, Metode, Model, Teknik dan Evaluasi dalam
pembelajaran menyimak
A. Pendekatan

6
Pendekatan adalah suatiu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai
pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode
pengajarannya dan didasarkan kepada asumsi yang berkaitan.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach.

B. Strategi
Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD, dapatlah dikemukakan beberapa
strategi pembelajaran berbahasa lisan sebagai berikut :
1. Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru.
Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
2. Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama
bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian
siswa diminta menerka nama benda itu.
3. Simak –Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut
membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan
itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan
pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu
benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
4. Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan.
Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang
sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (3)

7
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuannya berkomunikasi. Dalam bermain peran, siswa bertindak,
berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa
berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa
yang sesuai.
5. Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau
cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan
siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku,
dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran.
Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan
pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
C. Metode
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara
yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
1. Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu
demonstrasi, pembimbingan,pengecekan, dan pelatihan.
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua
keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa pembelajaran
menyimak harus berorientasi pada fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat
komunikasi.
3. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi.
Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi
diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan
menulis.

8
4. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang
perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan
disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.
D. Model
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar. (Soekamto dan Winaputra 1997:78-79)
E. Teknik
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung. Teknik pembelajaran juga dapat diatikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik.
1. Simak – Ucap
Teknik ucapan-ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan
secara cermat. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kata berimbuhan,
semboyan, dan puisi pendek. Model tersebut dapat dibacakan oleh guru atau
berupa rekaman suara guru atau suara orang lain. Model ini disimak dan
ditiru siswa.
2. Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas
perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
3. Simak - Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama
bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian
siswa diminta menerka nama benda itu.

9
4. Simak - Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa
tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua
membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa
trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru
memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau
tidak.
F. Evaluasi Kemampuan Menyimak
Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadi
indikator keberhasilan menyimak adalah faktor keberhasilan berupa: bunyi-bunyi
bahasa, makna kata, pemahaman kalimat. Faktor nonkebahasaan berupa
pemahaman terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara. Di dalam isi pesan
terdapat unsur sosial budaya yang harus dipahami oleh para penyimak.
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes
untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh
pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video. Pemahaman itu dapat mengacu
pada pemahaman secara umum seperti topik yang dibahas atau sekedar garis besar
isinya, atau bagian–bagian yang lebih terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan
beberapa aspek yang menonjol. Pemahaman lewat menyimak dapat pula berkaitan
dengan hal–hal yang lebih mendalam sifatnya, yang tidak terbatas pada hal–hal
yang secara tegas dan langsung terungkapkan. Pemahaman semacam itu hanya
dapat diperoleh dengan menghubung-hubungkan bagian wacana tertentu, atau
mengambil kesimpulan dan implikasi berdasarkan pemahaman terhadap bagian-
bagian wacananya.

2.6 Kaitan pembelajaran menyimak dengan kearifan lokal Sumatera Utara


Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan
yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Kearifan
lokal juga merupakan ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat lokal yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Di Indonesia, Kesadaran akan kearifan lokal
mulai tumbuh subur pasca jatuhnya rezim Presiden Soeharto pada tahun 1998.

10
Lebih lanjut kearifan lokal juga didefinisikan sebagai kemampuan
beradaptasi, menata, dan menumbuhkan pengaruh alam serta budaya lain yang
menjadi motor penggerak transformasi dan penciptaan keanekaragaman budaya
Indonesia yang luar biasa.
Contoh Kearifan lokal Sumatera Utara yang berkaitan dengan pembelajaran
menyimak adalah Cerita Berantai. Permainan ini dilakukan berkelompok dua
orang. Setiap kelompok harus melanjutkan cerita yang diucapkan kelompok lain.
Cerita dimulai dari guru. Anggota kelompok yang satu sebagai pembicara
melanjutkan cerita, yang seorang lagi mencatat kalimat yang diucapkan setiap
kelompok dan membacakannya setelah cerita selesai. Misalnya, guru memberi
kalimat pertama: “Di sebuah kampung ada seorang anak yatim...”. Kelompok
pertama harus meneruskan cerita itu. Kalimat dari kelompok pertama diteruskan
oleh kelompok kedua, dan seterusnya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa
yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap
keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan
cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya
kita melalui suatu hubungan urutan yang tertatur: mula-mula pada masa kecil kita
belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca
dan menulis.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena
sangat bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan
dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi
dalam menyimak. Menyimak dengan berkonsentrasi adalah memusatkan pikiran,
perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara.
Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan
pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak,
baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar, penyimak harus
betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang disimak.

3.2 Saran
Menyimak adalah suatu keterampilan komunikasi yang terabaikan. Banyak
orang kelihatannya menyimak, tetapi tidak sesuai dengan definisinya.
Seseorang lebih sering berpura-pura menyimak dan pikirannya melayang ke
tempat lain. Sehingga informasi atau hal-hal yang penting tidak ia dapatkan.
Maka dari itu, kita harus menyimak dengan benar, artinya menyimak dengan
menfokuskan perhatian. Kita harus mampu menyimak dengan menggunakan
pemahaman, pengetahuan, penilaian, serta mampu merespon isi dari pembicaraan.
Sehingga informasi-informasi tersebut adalah hal-hal penting yang patuh kita
simpan di memori.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amer, Jeremy. 2001. The Practice Of English Language Teaching. England:

Pearson Longman.

Effendi, Ridwan (dkk). 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia.Bandung : UPI PRESS

Newton, Jonatha. 2009. Teaching ESL/EFL Listening and Speaking. New York:

Routlege Taylor & Francis Goup.

Pujanggabelitung. 2016. Proses, Tahap, Tujuan, menyimak dan hal-hal yang perlu

disimak. Dikutip 01 Maret 2021.


http://pujanggabelitung.blogspot.com/2016/12/proses-tahap-tujuan-
menyimak-dan-hal.html

Saddhono, Kundharu dan Slamet, St. 2012. Meningkatkan Keterampilan

Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati


Bandung

Santosa, Puji Dkk. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Universitas

Terbuka.

Sapani, Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta

: Yuma Pressindo

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Sebuah Keterampilan. Bandung:

ANGKASA

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung : Angkasa

13
Taufina. 2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia Dan Apresiasi Sastra Indonesia

Di SD. Padang: Sukabina Press.

Wilson, JJ. 2008. How To Teach Listening. England: Pearson Longman.

Yustarina,fitrika. 2016. Makalah menyimak. Dikutip 01 Maret 2021.

http://fitrikayustarina.blogspot.com/2016/01/makalah-menyimak.html

Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah


Dasar.Bandung : PT Remaja Rosdakarya

14

Anda mungkin juga menyukai