Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KETERAMPILAN BERBICARA DAN MEMBACA DENGAN FOKUS MENYIMAK

Disusun Oleh Kelompok 6:

Rohis Akbar :2210013411011


Aulia Putri :2210013411160
Silvia Maharani :2210013411152

Dosen Pengampu:
Dr. Erlina M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Keterampilan Berbahasa
Indonesia Sebagai Ilmu Perkembangan Peserta Didik dengan baik. Penulis juga berterima kasih
pada Ibu Dr. Erlina M.Pd selaku Dosen mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia yang
memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita yang berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
penulis buat di masa akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan
baik itu penulisan maupun penyusunan yang telah penulis lakukan.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang , oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------------------i
DAFTAR ISI-----------------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------1
A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------1
B. Rumusan Masalah---------------------------------------------------------------------------2
C. Tujuan ----------------------------------------------------------------------------------------2
D. Manfaat---------------------------------------------------------------------------------------2
BAB II KAJIAN TEORI--------------------------------------------------------------------------3
A. Pengertian Menyimak----------------------------------------------------------------------3
B. Pengertian Berbicara------------------------------------------------------------------------4
C. Pengertian Membaca-----------------------------------------------------------------------7
BAB III METODE PENENLITIAN------------------------------------------------------------11
1. Deskriptif-------------------------------------------------------------------------------------11
2. Eksperimental ------------------------------------------------------------------------------11
3. Kualitatif ------------------------------------------------------------------------------------11
4. Kuantitatif ----------------------------------------------------------------------------------11
5. Historis --------------------------------------------------------------------------------------11
6. Ekspofacto-----------------------------------------------------------------------------------12
7. Survei ----------------------------------------------------------------------------------------12
BAB IV PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------------13
A. Keterampilan Berbahsa Terpadu Dengan Fokus Menyimak--------------------------13
B. Keterpaduan Keterampilan Berbicara Dalam Fokus Menyimak---------------------22
C. Keterpaduan Keterampilan Membaca Dalam Fokus Menyimak---------------------26
BAB V PENUTUP----------------------------------------------------------------------------------29
1. Kesimpulan ----------------------------------------------------------------------------------29
2. Saran -----------------------------------------------------------------------------------------30
DAFTAR PUSTAKA-------------------------------------------------------------------------------31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterampilan berbahasa (language skills) meliputi empat keterampilandasar, yaitu


keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills),
keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills). Keempat
keterampilan berbahasa tersebut memiliki hubungan yang sangat erat antara satu dan lainnya.
Menurut Haryadi dan Zamzani (1996: 19) keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang
paling awal dilakukan oleh anak manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa.
Sebelum anak dapat melakukan berbicara, membaca, apalagi menulis, kegiatan menyimaklah
yang pertama kali dilakukan. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu
pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, dan terakhir menulis. Henry Guntur
Tarigan (2008: 2) menyatakan bahwa menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum
memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut Caturtunggal.
Sedangkan Burhan Nurgiyantoro (2001: 232). Kegiatan berbahasa yang berupa memahami
bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan (dan atau pendengaran) merupakan
kegiatan yang paling pertama yang dilakukan manusia.

Keadaan itu sudah terlihat sejak manusia masih bernama bayi. Bayi manusia yang belum
mampu menghasilkan bahasa, sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan usaha
memahami bahasa orang-orang di sekitarnya. Dalam belajar bahasa (asing) pun kegiatan
pertama yang dilakukan pelajar adalah menyimak bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari, baik
yang berupa ucapan langsung maupun melalui sarana rekaman. Djago Tarigan (2003: 2.3)
menyatakan bahwa menyimak sangat fungsional dalam hidup dan kehidupan manusia. Bila
diperinci peranan menyimak diantarannya yaitu: (1) landasan berbahasa, (2) penunjang
keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, (3) pelancar komunikasi lisan, dan (4)
sebagai penambah informasi. Pembelajaran keterampilan berbahasa sangat penting dilakukan
di sekolahdengan tujuan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa untuk berbagai
tujuan, keperluan, dan keadaan. Jadi, tujuan akhir dari pembelajaran keterampilan berbahasa
adalah tercapainya kompetensi berbahasa secara utuh bagi siswa. Menyimak sebagai

1
keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai seseorang mempunyai peranan penting
sebagai awal dari keterampilanketerampilan berbahasa yang lainnya. Pada saat seorang bayi
belajar berbicara, dia menyimak bunyi-bunyi yang ia dengar kemudian ia berusaha
menirukannya walaupun belum mengerti makna bunyi-bunyi tersebut.

Demikian juga pada saat seseorang belajar membaca dan menulis, seseorang akan
menyimak cara membaca dan menulis dari guru yang mengajarinya. Keterampilan
menyimak berperan penting dalam mempelajari banyak hal, apalagi di dunia pendidikan.
Setiap pelajaran di sekolah memerlukan keterampilan menyimak. Guru menyampaikan
ilmunya sebagian besar melalui lisan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari keterampilan berbahasa terpadu dengan fokus menyimak?
2. Maksud dari Keterpaduan keterampilan berbicara dengan fokus menyimak?
3. Apa maksud dari Keterpaduan keterampilan membaca dengan fokus menyimak?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari Keterampilan berbahasa terpadu dengan fokus menyimak
2. Untuk mengetahui maksud Keterpaduan keterampilan berbicara dengan fokus menyimak
3. Untuk Mengetahui maksud Keterpaduan keterampilan membaca dengan fokus
menyimak
D. Manfaat
1. Agar dapat mengetahui maksud dari Keterampilan berbahasa terpadu dengan fokus
menyimak
2. Agar dapat mengetahui maksud Keterpaduan keterampilan berbicara dengan fokus
menyimak
3. Agar dapat Mengetahui maksud Keterpaduan keterampilan membaca dengan fokus
menyimak

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Menyimak

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan


penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1980:19). Menyimak adalah mendengar
secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dansastra Indonesia,
Natasasmita Hanapi, Drs.; 1995: 18). Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang
mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi,menilik, dan mereaksi
atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (DjagoTarigan; 1991: 4).“Menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan”. (Tarigan: 1983)

Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, kalau
kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian. Mendengar
didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak
memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses mendengar
dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses
menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak.

Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan
“to hear” untuk mendengar. Menurut Poerwadarminta (1984: 941) “Menyimak adalah
mendengar atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”.Menyimak
me rupakan proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambang-lambang
lisan, sedangkan mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar
tanpa banyak memerhatikan makna itu. Jika keterampilan menyimak dikaitkan dengan
keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan membaca, maka kedua keterampilan
berbahasa ini berhubungan erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima

3
komunikasi. Perbedaannya terletak dalam hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan
dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis.

Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi,


menangkap isi, memahami makna komunikasi. Menurut Tarigan (1993: 20) mengemukakan
pengertian menyimak sebagai berikut: menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi,
serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta, memahami makna
komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan.

Dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa menyimak adalah
mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh si
pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di
dalamnya. Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena
melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak
mendengar bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba memahami,
menafsirkan apa yang disampaikan pembicara, dan pada saat itu ia harus menerima respons.

B. Pengertian Berbicara

(Pada halaman 29-23 dibuku Keterampilan Menyimak dan Membaca)

Berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat, dan berunding


(dengan perkataan, tulisan, dsb) atau berunding (KBBI 2008: 188). Menurut Tarigan,
menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, dan perasaan.
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang
kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan. Djago Tarigan
menjelaskan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata secara lisan untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan untuk menyampaikan pesan.

4
Menurut Tarigan (Djuanda. 2008: 78-83) ada beberapa metode yang dapat digunakan
dalam pengajaran berbicara diantaranya sebagai berikut.

1. Ulang-ucap yaitu model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru.
Model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan
teliti. Suara guru harus jelas, intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal.
Model ucapan diperdengarkan di depan kelas, siswa mendengarkan dengan teliti
lalu mengucapkannya kembali sesuai dengan model.
2. Lihat-ucapkan yaitu guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian
siswa menyebutkan nama benda dengan cermat oleh guru disesuaikan dengan
lingkungan siswa. Bila benda tidak ada atau tidak Berbicara adalah berkata,
bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat, dan berunding (dengan perkataan,
tulisan, dsb) atau berunding (KBBI 2008: 188).

Menurut Tarigan, menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-


bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan. Djago Tarigan
menjelaskan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata secara lisan untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan untuk menyampaikan pesan.

Menurut Tarigan (Djuanda. 2008: 78-83) ada beberapa metode yang dapat
digunakadalam pengajaran berbicara diantaranya sebagai berikut:

a. Ulang-ucap yaitu model ucapan adalah suara guru ataurekaman suara guru.
Model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti.
Suara guru harus jelas, intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal. Model
ucapan diperdengarkan di depan kelas, siswa mendengarkan dengan teliti lalu
mengucapkannya kembali sesuai dengan model.

5
b. Lihat-ucapkan yaitu guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian
siswa menyebutkan nama benda dengan cermat oleh guru disesuaikan dengan
lingkungan siswa. Bila benda tidak ada atau tidakmungkin dibawa ke kelas benda
tersebut dapat diganti dengan tiruannya atau gambarnya.
c. Memerikan yaitu menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsika
sesuatu. Siswa disuruh memperlihatkan sesuatu benda atau gambar benda, kesibukan
lalu lintas, melihat pemandangan atau gambarnya dengan teliti. Kemudian siswa
diminta menjelaskan atau memeriksa apa yang telah dilihatnya secara lisan.
d. Menjawab pertanyaan siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk
berbicara dengan menjawab pertanyaan mengenai dirinya misalnya mengenai nama
usia, tempat tinggal, pekerjaan orangtua.
e. Bertanya melalui pertanyaan siswa dapat menyatakan keinginan tahuannya terhadap
sesuatu hal. Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat
kedewasaan siswa. Melalui pertanyaan pertanyaan yang sistematis siswa dapat
menemukan yang diinginkannya.
f. Pertanyaan menggali salah satu cara membuat banyak berbicara adalah pertanyaan
menggali, jenis pertanyaan merangsang siswa banyak berpikir. Disamping
memancing siswa berbicara, pertanyaan menggali juga dapat digunakan untuk
menilai kedalaman dan keluasan pemahaman siswa terhadap suatu masalah.
g. Melanjutkan Guru membuat cerita yang tidak selesai para siswa disuruh melanjutkan
cerita tadi seorang demi seorang paling banyak lima orang. Pada bagian akhir
kegiatan memeriksa jalan cerita apakah sistematis, logis atau padu.
h. Menceritakan kembali Guru mempersiapkan bahan bacaan. Siswa membaca bahan itu
dengan seksama. Kemudian guru meminta siswa menceritakan kembali isi singkat
bacaan dengan kata-kata sendiri. Bila bahan itu dibicarakan oleh siswa diminta
menyimaknya. Kemudian siswa diminta menceritakan isinya dengan kata-katanya
sendiri.
i. Percakapan, percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu
topik antar dua atau lebih. Dalam percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan
berbicara silih berganti. Suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan dan

6
wajar. Topik pembicaraan adalah hal yang diminati bersama. Percakapan merupakan
suasana pengembangan keterampilan berbicara.
j. Parafrase, parafrase berarti beralih bentuk, misalnya memprosakan isi atau sebaliknya
mempuisikan prosa. Guru mempersiapkan sebuah puisi yang cocok bagi kelas itu
Guru membacakan puisi itu dengan suara jelas, intonasi yang tepat, dan kecepatan
normal. Siswa menyimak pembacaan dan kemudian menceritaknnya dengan kat- kata
sendiri.
k. Reka cerita gambar Sebuah gambar atau rangkaian beberapa gambar merupakan
saranaampuh untuk memancing, mendorong atau memotivasi siswa berbicara.
Caranya guru memberikan potongan-potongan beberapa gambar, siswa harus
menyusunnya menjadi urutan yang sesuai lalu susunlah sebuah cerita dengan
berdasarkan gambar tersebut.
l. Bermain peran dalam bermain peran siswa bertindak, berlaku dan berbahasa seperti
orang yang diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat
menggunakan ragam-ragam bahasa.
m. Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Pewawancara biasanya
wartawan atau penyiar radio atau televisi. Orang yang diwawancari adalah orang
berprestasi, ahli atau istimewa, misalnya pejabat tokoh, pakar dalam bidang tertentu,
juara. Melalui kegiatan latihan wawancara siswa dapat mengembangkan keterampilan
berbicaranya.
n. Memperlihatkan dan bercerita (show and tell) Siswa disuruh membawa benda-benda
atau mainan yang mereka sukai ke sekolah dan bercerita tentang benda tersebut.
Kegiatan ini merupakan jembatan yang menyenangkan antara rumah dan sekolah.
Beberapa anak mungkin perlu dorongan untuk memulai kegiatan ini meskipun
mereka telah disuruh menyiapkan hal-hal yang akan diceritakan tentang benda yang
akan dibawanya. Untuk memberi dorongan guru dapat melakukan dua hal, pertama
berbicara dengan siswa yang memerlukan dorongan dan membantunya merencanakan
apa yang akan diceritakan; kedua, menyuruh siswa-siswa lain untuk membuat lima
pertanyaan yang menggunakan kata tanya: apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan
bagaimana terkait dengan benda yang dibawa siswa.

7
C. Pengertian membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis (Henry Guntur Tarigan, 2008: 7). Pendapat tersebut didukung oleh
Sabarti Akhadiah, dkk (1992/1993: 22), membaca adalah suatu kesatuan kegiatan yang
terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata,
menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai
maksud bacaan.
Menurut Soedarso (2005: 4) membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan
mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, misalnya pembaca harus
menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingatingat untuk
memperoleh informasi dalam bacaan. Senada dengan pendapat tersebut, Anderson, dkk,
1985 (Sabarti Akhadiah, dkk (1992/1993: 22) menjelaskan membaca adalah suatu proses
untuk memahami makna suatu tulisan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan
yang kompleks yang menuntut kerja sama antara sejumlah kemampuan. Untuk dapat
membaca suatu bacaan, seseorang harus dapat menggunakan pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Pada saat membaca, mata akan mengenali kata sedangkan pikiran
menghubungkannya dengan maknanya. Makna-makna kata dihubungkan menjadi makna
frase, klausa, kalimat, dan pada akhirnya makna seluruh bacaan. Pembaca akan
memperoleh pemahaman bacaan secara menyeluruh dengan cara menghubungkan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya konsepkonsep pada bacaan
tentang bentuk kata, struktur kalimat, ungkapan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, pada waktu membaca, pikiran juga sekaligus memproses
informasi
dalam bacaan sehingga membaca merupakan suatu proses yang kompleks.Menurut
Nurhadi (2010: 13-14) membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit.
Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor
eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat,
motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana
membaca, teks bacaan (sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar
belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca. Rumit bahwa faktor internal

8
dan eksternal saling bertautan atau berhubungan, membentuk semacam koordinasi yang
rumit untuk menunjang pemahaman terhadap bacaan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan membaca adalah suatu proses
yang kompleks dan rumit dalam memahami makna tulisan yang mencakup beberapa
kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi dan
maknanya, serta menarik kesimpulan dengan tujuan memperoleh pesan yang
disampaikan oleh penulis.
1. Jenis-jenis membaca
Henry Guntur Tarigan (2008: 13) membedakan jenis-jenis membaca menjadi
dua macam, yaitu:
1) membaca nyaring dan
2) membaca dalam hati.
Untuk keterampilan pemahaman, yang paling tepat adalah membaca dalam hati,
yang terdiri:
1) membaca ekstensif, dan
2) membaca intensif.
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tuntutan kegiatan membaca
ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga
dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana (Henry Guntur Tarigan, 2008:
32). Membaca ekstensif meliputi membaca survei, sekilas, dan dangkal.Membaca intensif
lebih mengutamakan pada pengertian, pemahaman yang mendalam, dan terperinci
(Henry Guntur Tarigan, 2008: 37). Membaca intensif dibagi atas membaca telaah isi dan
telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, pemahaman, kritis, dan
membaca ide-ide sedangkan membaca telaah bahasa terdiri dari membaca bahasa dan
sastra. Berdasarkan jenis-jenis membaca yang telah diuraikan di atas, maka dalam
penelitian ini difokuskan pada jenis membaca pemahaman.
2. Membaca Pemahaman
Samsu Somadayo (2011: 11) menyatakan membaca pemahaman adalah kegiatan
membaca yang berusaha memahami isi bacaan/teks secara menyeluruh. Menurut Syafi’ie
(Samsu Somadayo, 2011: 9) membaca pemahaman adalah suatu proses membangun

9
pemahaman wacana tulis. Proses ini terjadi dengan cara menjodohkan atau
menghubungkan skemata pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya
dengan isi informasi dalam wacana. Pengetahuan dan pengalaman tersebut nantinya akan
memudahkan pembaca dalam membentuk pemahaman terhadap wacana yang dibaca.
Membaca pemahaman menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 58) adalah sejenis
membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan,
resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi. Smith (Samsu Somadayo, 2011: 9)
berpendapat, membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
oleh pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan
maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Selain menghubungkan informasi dengan
pengetahuan baru pada bacaan, pembaca juga melakukan kegiatan memahami bacaan
yang dapat diklasifikasikan menjadi pemahaman literal, interpretasi, kritis, dan kreatif.
Menurut Hafner dan Jolly (Pramila Ahuja dan G.C. Ahuja, 2010: 52), pemahaman
terhadap bacaan sudah berlangsung ketika seorang siswa dapat:
a. menjawab pertanyaan atas materi yang dibaca,
b. mengidentifikasi kalimat topikal/kalimat utama dan gagasan utama,
c. menguraikan hubungan isi bacaan yang dibaca dengan masalah lain, dan
d. menerapkan apa yang dibaca (Macmillan, Pramila Ahuja dan G.C. Ahuja,
Sedangkan Burns (Samsu Somadayo, 2011: 22) berpendapat bahwa siswa memahami
suatu bacaan apabila dapat membuat simpulan, misalnya gagasan utama bacaan, kalimat
topik/ kalimat utama dalam paragraf, hubungan sebab akibat, dan analisis bacaan.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Metode penelitian deskriptif

Mengutip buku Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif (2000) oleh Widodo, Erna Dan
Mukhtar, penelitian dengan metode deskriptif adalah metode riset yang digunakan untuk
memperjelas gejala sosial melalui berbagai variabel penelitian yang saling berkaitan antara satu
dengan lainnya. Dengan menggunakan metode penelitain deskriptif, peneliti tidak perlu
menggunakan hipotesis karena proses pengujian dan penulisan hasil dilakukan setelah terjun
langsung ke lapangan.

2. Metode penelitian eksperimental

Mengutip buku Metodologi Research (1985) oleh Sutrisno Hadi, penelitian eksperimental
merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu
perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Oleh karena itu, metode penelitian ini
membutuhkan perbandinga antara sebelum dan sesudah penelitian diujicobakan.

3. Metode penelitian kualitatif

Mengutip buku Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D (1995) oleh Johnson David
Williams dan Frank P Johnson, penelitian kualitatif adalah upaya peneliti mengumpulkan data
yang didasarkan pada latar alamiah. Tentu saja, karena dilakukan secara alamiah atau natural,
hasil penelitiannya pun juga ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode ini menekankan
pada kualitas mengenai gambar yang jelas sesuai analisis.

4. Metode penelitian kuantitatif

Mengutip dari buku Pengantar Metodologi Penelitian (2020) oleh Qomariyatus Sholihah,
penelitian kualitatif merupakan proses observasi atau pengamatan obyek secara mendalam
dengan menggunakan pengalaman sebagai dasar analisanya. Metode ini kerap digunakan dalam
penelitian ilmu sosial

5. Metode penelitian historis

11
Menurut dalam buku Pengantar Penelitian Ilmiah oleh Tarsito, Surakhmad, Winarno (2003),
metode Historis yaitu, metode penelitian yang meliputi pengumpulan data dan penafsiran gejala
peristiwa yang timbul dimasa lalu yang menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian
atau fakta untuk membantu mengetahui apa yang harus dikerjakan dimasa datang

6. Metode penelitian ekspo facto

Menurut dalam buku Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(2013) oleh Sugiyono, metode ekspos facto merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menemukan suatu masalah yang memungkinkan perubahan perilaku, fenomena yang disebabkan
oleh peristiwa serta perilaku ataupun hal-hal yang berdampak kepada perubahan pada variabel
bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi.

7. Metode penelitian survei

Melansir dari buku berjudul Metode Penelitian Geografi (1997) oleh Moh Pabundu Tika, metode
survey adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data
berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan, data dikumpulkan melalui
individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa
yang diteliti. Variabel yang dikumpulkan dapat bersifat fisik maupun sosial.

12
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Keterampilan Berbahasa Terpadu Dengan Fokus Menyimak


1. Pengertian Keterampilan Berbahasa Terpadu dengan Fokus Menyimak

Menurut Taringan (2013:1) Keterampilan berbahasa merupakan patokan


utama siswa dalam memperlajari pembelajaran bahasa. Dalam pengertian luas,
jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia,
bermutu, memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana
diisyaratkan. (Suparno,2001:27)Ada 4 aspek keterampilan berbahasa indonesia,
yaitu keterampilan menyimak (mendengar), berbicara, membaca dan menulis.
Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan bahasa ragam lisan,
sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan bahasa ragam tulis.
Mendengar dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif,
sementara berbicara dan menulis bersifat produktif

Keterampilan berbahasa terpadu dengan fokus pada keterampilan menyimak


merupakan suatu proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan berbicara,
membaca, dan menulis dengan keterampilan menyimak.

Keterampilan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam


berbahasa secara efektif.

a. Pengertian menyimak

Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan.


Namun, kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian.
Mendengar didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari
luar tanpa banyak memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak
adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan
pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar,
sebaliknya mendengar belum tentu menyimak.

13
Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk
menyimak dan “to hear” untuk mendengar. Menurut Poerwadarminta (1984: 941)
“Menyimak adalah mendengar atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang”.Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan
menginterprestasikan lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah suatu
proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna
itu. Jika keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain,
seperti keterampilan membaca, maka kedua keterampilan berbahasa ini berhubungan
erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya
terletak dalam hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi
lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan,
keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi, menangkap isi,
memahami makna komunikasi.

b. Tujuan Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan serta memerhatikan baik-baik
apa yang dibaca atau diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami
isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. Menurut Tarigan (2008),
menyimak memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan
ujaran pembicara; dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.

2) Menyimak dengan penekanan dan penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang
diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang
seni); pendeknya, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.

3) Menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak (baik-buruk,
indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, dia menyimak untuk
mengevaluasi.

14
4) Menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimaknya itu
(misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel,
dan perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.

5) Menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan,


ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh
dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan
penting dan sangat menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya sendiri.

6) Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan
tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distignif), mana bunyi yang tidak membedakan
arti; biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang
asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).

7) Menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan
analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh masukan berharga.

8) Selanjutnya, ada lagi orang yang tekun menyimak pembicara untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan; dengan perkataan lain,
dia menyimak secara persuasif.

c. Jenis-jenis menyimak

Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari,


1998: 47) adalah sebagai berikut:

1) Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang


berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebasterhadap sesuatu bahasa,
tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Penggunaan yang paling
mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu
lingkungan baru dengan cara yang baru. Selain itu, dapat pula murid dibiarkan
mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang

15
terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya.
Pada umumnya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah
rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran
radio, televisi, dan sebagainya.
2) Menyimak intensif (intensive listening) Menyimak intensif adalah menyimak
yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal
tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan
pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada
pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini
maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
3) Menyimak sosial (social listening)atau menyimak konversasional (conversational
listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung
dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang
mrenarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk
membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan
memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan,
dikatakan oleh seorang rekan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa
menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak
secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam
situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti serta memahami
perananperanan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut.
4) Menyimak sekunder (secondary listening)adalah sejenis kegiatan menyimak
secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening)
misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tariantarian rakyat terdengar
secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau
menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah
seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan
menulis dengan tulisan tangan.
5) Menyimak estetik (aesthetic listening)disebut juga menyimak apresiatif
(apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara
kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu

16
pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar
pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki,
dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
6) Menyimak kritis (critical listening)adalah sejenis kegiatan menyimak yang di
dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran
prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak
belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.
7) Menyimak konsentratif (consentrative listening) sering juga disebut study-type
listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan
tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan
sebab akibat.
8) Menyimak kreatif (Creative listening)adalah jenis menyimak yang mengakibatkan
dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif
kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta
perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya.
9) Menyimak introgatif (introgative listening)adalah sejenis menyimak intensif yang
menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dapat
pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam
kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan
perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus.
10) Menyimak penyelidikan (exploratory listening) adalah sejenis menyimak intensif
dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti
ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang
menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu
pergunjingan yang menarik.
11) Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya
sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar
tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa.
Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak
bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan karena mereka hidup

17
langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan
yang cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu.
12) Menyimak selektif (selective listening)berhubungan erat dengan menyimak pasif.
Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai
kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun
demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif,
tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik
tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari
masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan.

d. Tahap-tahap menyimak
Menurut Tarigan (2008), proses menyimak dilakukan dalam beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut:

a) Isolasi : Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspekaspek individual kata lisan
dan memisah-memisahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta,
organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulusstimulus lainnya.

b) Identifikasi : Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna, atau
identifikasi pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.

c) Integrasi: Kita mengintegrasikan atau menyatu padukan apa yang kita dengar
informasi lain yang telah kita simpan dan rekam dalam otak kita. Oleh karena itulah
maka pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini. Karena kalau proses
menyimak berlangsung, kita harus terlebih dahulu harus mempunyai beberapa latar
belakang atau pemahaman mengenai bidang pokok pesan tertentu. Kalau kita tidak
memiliki bahan penunjang yang dapat dipergunakan untuk mengintegrasikan
informasi yang baru itu, maka jelas kegiatan menyimak itu akan menemui kesulitan
atau kendala.

d) Inspeksi: Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan dan
dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal tersebut.
Proses ini akan menjadi paling mudah berlangsung kalau informasi baru justru
menunjang prasangka atau atau prakonsepsi kita. Akan tetapi, kalau informasi baru

18
itu bertentangan dengan ide-ide kita sebelumnya mengenai sesuatu, maka kita harus
mencari serta memilih hal-hal mana dari informasi itu yang lebih mendekati
kebenaran.

e) Interprestasi: Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi apa-apa yang kita
dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun mulailah menolak
dan menyetujui, mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut berikut
sumbersumbernya.

Sedangkan menurut Rahim (2008), tahapan proses menyimak adalah sebagai


berikut:

1) Tahap mendengar. Dalam tahap ini kita baru mendengarkan segala sesuatu yang
dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraan-nya. Jadi, kita masih
berada dalam tahap hearing.
2) Tahap memahami. Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk
mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh
pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.
3) Tahap menginterpretasi. Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas
kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin
menafsirkan atau ingin menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat
dan tersirat dalam ujaran itu: dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap
interpreting.
4) Tahap mengevaluasi. Setelah memahami serta dapat menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimakpun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan
kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara, dengan demikian, sudah
sampai pada tahap evaluating.

5) Tahap menanggapi. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan atau ide

19
yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraan-nya. Lalu
penyimakpun sampailah pada tahap menanggapi (responding)
c. Fungsi menyimak
Menurut Hermawan (2012), keterampilan menyimak selain untuk mendapatkan
informasi yang disampaikan oleh orang lain melalui lisan atau kata-kata, juga memiliki
beberapa fungsi yang lain, yaitu sebagai berikut:

a. Memahami orang lain


Orang-orang yang dapat memahami dan mempertahankan banyak informasi memiliki
sebuah peluang yang lebih besar untuk berhasil. Kemampuan membaca dan menulis
efektif bersama-sama dengan kemampuan untuk menerima dan memahami pembicaraan
orang lain merupakan sebuah kunci sukses. Memahami orang lain, mempelajari reaksi
dan kebutuhan orang lain, serta menemukan hal-hal berkenaan dengan orang lain
merupakan hal penting dalam setiap aktivitas kehidupan.

b. Berempati
Seorang penyimak yang dapat menerima dan mengingat sejumlah besar informasi
akan sangat disukai dan sangat bernilai sebagai seorang teman daripada sebuah komputer.
Walaupun kemampuan menerima data merupakan suatu hal yang mengagumkan, tetapi
penyimak yang efektif juga harus dapat berempati, dapat memahami dan merasakan
setiap emosi serta pikiran pembaca. Kemampuan berempati ini merupakan elemen
penting dalam berkomunikasi yang efektif.

c. Mempengaruhi orang lain


Di samping itu, aktivitas menyimak dapat mempengaruhi sikap dan perilaku orang
lain karena orang-orang akan lebih menaruh hormat dan mengikuti apa yang kita katakan
jika mereka beranggapan kita telah menyimak dan memahami mereka.

d. Menghibur diri

20
Adakalanya menyimak cerita-cerita lucu dan anekdot-anekdot yang dilontarkan orang
lain bisa menjadi hiburan dan pelepas ketegangan. Oleh karena itu, dalam hal ini kita
harus tahu kapan menyimak secara kritis dan evaluatif serta kapan menyimak secara
pasif.

e. Mengkritisi orang lain


Penyimak yang kritis juga dapat mendengarkan kata-kata pembicara dan memahami
setiap gagasan tanpa menerimanya secara total. Penyimak yang kritis dapat membantu
setiap individu dan masyarakat untuk memahami diri mereka dan mengevaluasi gagasan-
gagasan mereka.

f. Menolong orang lain


Pada dasarnya manusia ingin diakui dan dikenal oleh orang lain, ingin didukung dan
diperhatikan oleh orang lain. Melalui aktivitas menyimak kita dapat memberikan jenis
pengakuan dan penghargaan seperti ini. Ketika kita menyimak, sebenarnya kita sedang
mengirim sebuah pesan non-verbal yang menyatakan bahwa orang yang sedang berbicara
itu penting. Melalui kegiatan menyimak seperti ini kita juga dapat membantu orang lain
memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
d.Faktor menyimak
Beberapa pakar atau ahli mengemukakan beberapa jenis faktor yang mempengaruhi
menyimak. Menurut Hunt (dalam Tarigan, 1994: 97) ada lima faktor yang
mempengaruhi menyimak, yaitu sikap, motivasi, pribadi, situasi, kehidupan, dan peranan
dalam masyarakat, sedangkan Webb (dalam Tarigan, 1994: 98) mengemukakan empat
faktor, yaitu lingkungan, fisik, psikologis, dan pengalaman.Dari persamaan dan
perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak oleh tiga ahli di atas, Tarigan
(1994: 99-107) menyimpulkan ada delapan faktor yang mempengaruhi
menyimak sebagai berikut:
a. Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keefektifan serta kualitas menyimak. Kesehatan dan kesejahteraan fisik merupakan
suatu modal penting yang turut menentukan bagi setiap penyimak.
b. Faktor psikologis juga mempengaruhi proses menyimak.

21
Faktor psikologis dibedakan menjadi dua, yaitu faktor psikologis yang positif
memberi pengaruh yang baik, dan faktor psikologis yang negatif memberi pengaruh
yang buruk terhadap kegiatan menyimak.
c. Faktor pengalaman, kurangnya minat merupakan akibat dari pengalaman yang
kurang atau tidak ada sama sekali pengalaman dalam bidang yang disimak. Sikap
antagonis adalah sikap yang menentang pada permusuhan yang timbul dari
pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Faktor sikap, sikap seseorang akan berpengaruh dalam kegiatan menyimak karena
pada dasarnya manusia memiliki dua sikap yaitu menerima dan menolak. Kedua sikap
tersebut memberi dampak dalam menyimak, yaitu dampak positif dan dampak negatif.
e. Faktor motivasi, merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang. Jika
motivasi kuat, maka dapat dipastikan orang itu akan berhasil mencapai tujuannya.
Motivasi berkaitan dengan pribadi atau personalitas seseorang. Kalau kita yakin dan
percaya bahwa pribadi kita mempunyai sifat kooperatif, tenggang hati, dan analitis,
kita akan menjadi penyimak yang lebih baik dan unggul daripada berpikir bahwa diri
kita malas, bersifat argumentatif, dan egosentris.
f. Faktor jenis kelamin, Julian Silverman menemukan fakta-fakta bahwa gaya
menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional,
keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrunsif (bersifat mengganggu),
berdikari atau mandiri, sanggup mencukupi kebutuhan sendiri (swasembada), dapat
menguasai dan mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung
lebih subjektif, pasif, ramah atau simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah
dipengaruhi, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak mandiri), dan emosional.
g. Faktor lingkungan, berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
menyangkut pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana dalam pembelajaran
menyimak. Lingkungan sosial mencakupsuasana yang mendorong anak-anak untuk
mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide-ide.
h. Faktor peranan dalam masyarakat, kemampuan menyimak kita dapat juga
dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, maka
kita

22
ingin sekali menyimak ceramah, kuliah, atau siaransiaran radio dan televisi yang
berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran di tanah air kita atau luar
negeri. Perkembangan pesat yang terdapat dalam bidang keahlian kita menuntut kita
untuk mengembangkan suatu teknik menyimak yang baik.
Jadi, dari beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi menyimak dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyimak dipengaruhi
oleh faktor fisik, faktor psikologis, faktor pengalaman, faktor sikap, faktor motivasi,
faktor jenis kelamin, faktor lingkungan, dan faktor peranan dalam masyarakat.

B. Keterpaduan Keterampilan Berbicara Dengan Fokus Menyimak


1. Pengertian berbicara
Berikut beberapa pengertian berbicara yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya:
a. Henry Guntur Tarigan, (2008:16-17)
Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
b. Haryadi dan Zamzani
Sedangkan menurut Haryadi dan Zamzani (2000:72) mengemukakan bahwa secara
umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati)
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
dapat dipahami orang lain. Pengertian ini mempunyai makna yang sama dengan kedua
pendapat yang diuraikan diatas, hanya saja diperjelas dengan tujuan yang lebih jauh lagi
yaitu agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain.
c. Arsjad dan Mukti U.S
Sementara menurut Arsjad dan Mukti U.S (1991:17) dalam situsnya Purwosunartoa,
memberikan pengertian bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
d. St. Y. Slamet dan Amir
St.Y. Slamet dan Amir (1996: 64), mengemukakan berbicara sebagai keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk menyampaikan
gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak.

23
Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata,
tetapi menekankan pada penyampaian gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai
dengan
kebutuhan penyimak atau penerima informasi atau gagasan.
e. Menurut Nurgiyantoro (2001:276)
Menurut Nurgiyantoro memberi pengertian bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa
kedua dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas mendengark
an. Berdasarkan bunyi-bunyi bahasa yang didengarkan itulah kemudian manusia belajar
mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menyimak ialah kegiatan
mendengarkan yang terpusat untuk memahami makna dan arti yang disimak, sedangkan
berbicara merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang mengucapkan kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
2. Jenis-jenis berbicara
Menuru Tarigan (2008: 24), secara garis besar, berbicara dapat dibagi atas:
a. Berbicara di muka umum pada masyarakat yang mencakup empat jenis, yaitu:

1) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membertahukan atau melaporkan;


yang bersifat informal (informative speaking)
2) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan dan persahabatan
(fellowship speaking)
3) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak,
dan meyakinkan (persuasive speaking)
4) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan denga tenang dan
hati-hati
5) (deliberative speaking).

b. Berbicara pada konferensi (konferensi sepaking) yang meliputi:


a) Diskusi Kelompok (group discussion), yang dapat dibedakan atas:

24
1. Tidak Resmi (informal), dan masih dapat diperinci lagi atas; kelompok studi
(study group), kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making group), dan
komik.
2. Resmi (formal) yang mencakup; konferensi, diskusi panel, simposium.
b) Prosedur perlementer (parlliamantary prosedure)
c) Debat

3. Tujuan berbicara
Dalam bukunya, Henry Guntur Tarigan (2008:16) mengungkapkan tujuan utama
berbicara ialah untuk berkomunikasi. Apakah dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevoluasi efek komunikasinya terhadap (para)
pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasar segala situasi
pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.Pada dasarnya berbicara mempunyai
tiga maksud umum, yaitu:
a. Membertitahukan dan melaporkan (to inform)
b. Menjamu dan menghibur (to entertain)
c. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak adalah untuk
memperolah pengetahuan baru atau yang belum memahaminya, serta menimati keindahan
apa yang disimak, dalam hal itu pula penyimak dapat menilai sang pembicara baik-buruknya.
Sedang tujuan berbicara, ialah untuk berkomunikasikan antara individu dengan individu,
ataup individu dengan kelompok.
4. Faktor yang mempengaruhi berbicara

Nasla Wati (2013, dalam situsnya) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi
keefektifan dalam berbicara. Di antaranya sebagai berikut;

a. Faktor-Faktor Kebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

1) Ketepatan ucapan

25
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.
Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar,
sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.

2) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai.

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan,
nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Begitu
juga sebaliknya.

3) Pilihan kata (Diksi)

Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata-kata untuk
menyusunnya menjadi rangkaian kelimat yang sesuai dengan keselarasan dari segi konteks.
Oleh karena itu, pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran.

4) ketepatan sasaran pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yangmenggunakan kalimat efektif akan
memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat
besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan
pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri utuh,
berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap
tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada kompak tidaknya hubungan
pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan
perhatian kalimat ditandai dengan adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada
awal atau akhir kalimat.

C. Keterpaduan Keterampilan Membaca Dengan Fokus Menyimak


1. Pengertian Membaca

26
Ada beberapa ahli memberikan definisi tentang membaca, baikmembaca sebagai
suatu aktivitas umum bagi kebanyakan orang dan sebagai aspek yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa. Membaca menurut Hodgson (dalam Tarigan, 2008: 7-9) adalah
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan olehpembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Sedangkan menurut Anderson dilihat dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses
penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Sebuah
aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (writen word)
dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan
atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Finochiaro and Banomo berpendapat secara
singkat bahwa membaca dapat dikatakan sebagai “reading” adalah “bringing meaning to
and getting meaning from printed or written material”, yang artinya membaca untuk
memetik serta memahami arti atau makna yang
terkandung di dalam bahan. Menurut Lado, membaca ialah memahami pola-pola bahasa
dari gambaran tertulisnya.
Dari beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu
proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar haruslah
dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang
menggambarkan tanda-tanda oditori yang samayang telah mereka tanggapi sebelum itu.
Menyimak dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca. Ketika
membaca kita membuat bunyi dalam kerongkongan kita. Kita membaca lebih cepat kalau
kita tahu bagaimana cara mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan
kalau kita tidak tertegun-tegun melakukannya.
Oleh karena itu maka sangat penting sekali diingat agar setiap kesulitan yang
berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jeda haruslah dijelaskan sebelum
para pelajar disuruh membaca dalam hati ataupun membaca lisan.
2. Tujuan membaca

Tujuan dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup
isi, memahami makna yang terkandung dalam suatu bacaan. Makna, arti (meaning) erat
sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif dalam membaca. Menurut

27
Anderson (dalam Tarigan,2008: 10-11) berikut dikemukakan beberapa tujuan yang
penting dalam membaca, yaitu:

a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details of


facts).
b. Membaca untuk mengetahui ide-ide utama (reading for main ideas)
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading
d. for sequence or organization).
e. Membaca untuk menyimpulkan (reading for inference).
f. Membaca untuk mengelompokkan, mengklasifikasikan (reading for classify).
g. Membaca menilai, membaca untuk mengevaluasi (reading for evaluate).
h. Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare contrast).
3. Aspek-aspek membaca

Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca menurut Broughton (dalam
Tarigan, 2008: 11), yaitu:

a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap


berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup:
1) Pengenalan bentuk huruf.
2) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, kalimat, dan sebagainya).
3) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan
menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”).
4) Kecepatan membaca bertaraf lambat.

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skill) yang dapat


dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (hight order). Aspek ini
mencakup:
1) Memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pembaca).
2) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
3) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan
4) Keadaan

28
4. Tahap-tahap perkembangan membaca

Menurut Dhieni, dkk. (2009: 3.17-3.18) tahap-tahap perkembangan membaca anak


adalah:

1. Tahap fantasi

Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, melihat buku, dan membalik
lembaran baru ataupun membawa buku kesukaanya.

2. Tahap pengenalan bacaan

Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan konteks tertentu, berusaha
mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti papan
iklan, botol minuman dan lainya.

3. Tahap membaca gambar

Pada tahap ini pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan
menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata yang
bermakna yang berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal kata-kata puisi dan
mengenal abjad.

4. Tahap pembentukan konsep diri

Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai pembaca dimana terlihat
keterlibatan anak dalam membaca, berpura-pura membaca buku, memakai gambar
berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan bahasa baku
yang tidak sesuai dengan tulisan.

5. Tahap membaca lancar

Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku seperti majalah anak, buku
cerita, tanpa bantuan orang lain

29
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Menurut H. G. Tarigan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-


lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. (Tarigan, 2008: 31)

Menurut Anderson menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta


menginterpretasikan lambinglambang lisan. Menurut (Russel 1959) menyimak bermakna
mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Menurut Hanapi
Natasasmita menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang
disimak

Menurut Henry Guntur Tarigan, (2008:16-17)Berbicara adalah suatu alat untuk


mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.

Menurut Haryadi dan Zamzani Sedangkan menurut Haryadi dan Zamzani


(2000:72) mengemukakan bahwa secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu
penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Pengertian
ini mempunyai makna yang sama dengan kedua pendapat yang diuraikan diatas, hanya saja
diperjelas dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu agar apa yang disampaikan dapat
dipahami oleh orang lain.
Membaca menurut Hodgson (dalam Tarigan, 2008: 7-9) adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan olehpembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Sedangkan menurut
Anderson dilihat dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi (a recording and decoding process).

30
2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca berkenan
menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada di dalam makalah ini, serta
memberikan saran dan masukan yang mendukung atas kekurangan makalah ini. Kritik
dan saran yang pembaca ajukan akan dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk
penyusunan makalah yang selanjutnya agar tidak ada kesalahan yang terulang.
Dalam kesempatan ini penulis bermaksud ingin menyampaikan saran yang
sekiranya dapat memberikan manfaat. Karena berbicara sangat penting dalam
berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa dalam berbicara kita dapat kemampuan
mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dengan baik.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.

Badudu. J. S. 2000. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Menengah: Tinjauan dari Masa ke Masa. Bandung : PTRemaja Rosdakarya

Dadan. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Indonesia DI Sekolah Dasar. Bandung : Pustaka Latifah.

Depatemen pendidikan Nasional. (2006). Panduan Kurikulum

Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas Depdiknas (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka

M Hermawan, Ruswandi, Drs., M.Ed.(2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar.


Bandung : Bahan Belajar Mandiri- Universitas Pendidikan Indonesia.

Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa. Jakarta.

Indihadi, Dian, Drs., M.Pd.,. (2009). Pembinaan Dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan
Sastra Indonesia.

Bandung: Bahan Belajar Mandiri-Universitas Pendidikan Indonesia.

Jurdak. 2009. Toward Equity in Quality in Mathematics Education. New York.

Kasbolah, Kasihan. (2000), Penelitian Tindakan Kelas. LoanInd. Primary School Teacher
Development Project.

iubiniene. 2009. Developing Listening Skills in CLIL. Jurnal Kalbo Studijos, Volume 15.

Madyawati, Lilis. 2016.Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Prenada Media
Group.

32
Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta : Bumi.

Meilani, Rima dan Nani Sutarni. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script untuk
Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Manajemen

Perkantoran. Vol. 1 No.1. Halaman 176-187.

Moleong, Lexi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Nizamia Learning


Centre. Musfiroh, Takdiroatun dan Dwi Hanti Rahayu. 2004 Menyimak Komprehensif
dan Kritis. Yogyakarta: UNY

Mutaqin, M., Imam. (2007). Belajar dan Mengajar: PT. Bumi Aksara. Jakarta. Nofrion. 2016.
Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori dan

Konsep Komunikasi Dalam Pembelajaran. Jakarta :Kencana. Nurgiyantoro, Burhan. 2010


Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi Edisi Pertama, Yogyakarta :BPFE.

Nurjamal, Daeng. Dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung : Alfabeta Otang dan Muhammad
Nailul. 2018. Penerapan Strategi Bercerita Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak

Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 6 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Vol. 7, no. 2.

Pebriana, Ulfiatus, dkk. 2017. Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Model


Pembelajaran Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik kelas 1
SDN Pejok II Kedaungadem Bojonegoro. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD Vol.5,
no. 2 Permendikbud. 2016. No. 73 Tentang penerapan KKNI di Perguruan Tinggi.

Prihatin, Yulianah. 2017. Problematika Keterampilan Menyimak Dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia. Jurnal Sastranesia, Vol. 5, No. 3.

Putri, Delia. 2018. Penerapan Metode Game ―Bisik Berantai‖ Dalam Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar. Indonesian Journal of Basic
Education Vol.1, no. 2

33

Anda mungkin juga menyukai