Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MK. KETERAMPILAN
BAHASA RESEPTIF
Prodi S1 Pendidikan
Bahasa dan Sastra

Skor Nilai :

HAKIKAT MENYIMAK DAN PERANANNYA


DALAM KETERAMPILAN BERBAHASA

MENYIMAK SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA


(Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan)

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Nama Mahasiswa : Poppy Amalia (2233111015)
Jiwana Nurinsani (2233111016)
Arlin Septia Basana Siagian (2233111017)
Muhammad Ali Hakim (2233111018)
Dosen Pengampu : Dra. Rosmaini, M.Pd.
Mata Kuliah : Keterampilan Bahasa Reseptif
Kelas : Reguler C 2023

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah mengenai materi Hakikat Menyimak dan
Peranannya dalam Keterampilan Berbahasa. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.
Rosmaini, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keterampilan Bahasa Reseptif yang bertopik “Hakikat Menyimak dan Peranannya dalam Keterampilan
Berbahasa”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hakikat Menyimak
dan Peranannya dalam Keterampilan Berbahasa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tugas ini, namun
penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi isi, tulisan maupun kualitasnya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki tugas
makalah ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 31 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 1
1.4 Manfaat............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Isi Buku........................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 21
3.2 Saran.............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSAKA................................................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam bahasa Karo terdapat suatu pameo yang berbunyi “Tuhu nge ibegina, tapi labo
idengkehkenna” yang bermakna “Memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya”. Antara suami dan istri dalam
rumah tangga atau antara muda-mudi pada masa berpacaran sering terdengar main-main akan seloro, tetapi
sebenarnya bermakna dalam, yang berbunyi: “Abang sih, main-main saja. Kalau abang cinta sama adik,
jangan hanya sekedar isi hati adik, tetapi harus juga menyimaknya!”. Para orang tua pun sering memberi
nasihat kepada anaknya bahwa kalau orang tua sedang berbicara, jangan hanya sekedar mendengar saja,
masuk dari telinga kiri keluar telinga kanan, tetapi simkalah, dengarkanlah baik-baik, masukkan ke dalam hati.

Memang tidak dapat disangkal bahwa diatas bumi ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya
sampai tingkat mendengar saja, tetapi belum sampai pada taraf menyimak. Yeremia dalam Tarigan (2008: 29)
“mengeluh karena jemaatnya banyak yang mempunyai mata tetapi tidak melihat, yang mempunya telinga tetpi
tidak mendengar”.

Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa mendengar dan menyimak itu berbeda. Adapun kaitannya
ada dalam melakukan kegiatan menyimak kita harus mendengar dengan baik supaya hal yang kita dengar
akan tersimak dengan baik pula, dan pemahaman yang dalam terhadap hal yang kita simak.

Maka dari itu, kami menyusun makalah ini bersumber pada satu buku yaitu buku Menyimak sebagai
suatu keterampilan berbahasa karya Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan yang menjelaskan tentang menyimak
lebih dalam.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam pembuatan makalah “Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa” terdapat masalah-
masalah yang akan kita selesaikan. Masalah-masalah tersebut diantaranya.

1. Apakah yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa?


2. Bagaimanakah hubungan antara keterampilan menyimak dengan keterampilan berbahasa yang
lain?
3. Bagaimakah Langkah-langkah belajar dengan menyimak?
4. Apa sajakah yang membedakan antara seorang linguis dan guru bahasa?
5. Apa sajakah prinsip dasar bahasa?
6. Apakah yang dimaksud dengan dasa guna bahasa?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Memahami keterampilan berbahasa
2. Mengetahui hubungan antara keterampilan menyimak dengan keterampilan berbahasa yang lain

1
3. Mengetahui Langkah-langkah belajar dengan menyimak
4. Dapat membedakan seorang linguis dan guru bahasa
5. Mengetahui prinsip dasar bahasa, dan
6. Memahami dasa guna bahasa

1.4 Manfaat
Setelah penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan manfaat. Manfaat yang kami dapat salah
satunya menjadi terampil dalam menyimak dan berbahasa, menambah wawasan dan pengetahuan
tentang pembelajaran menyimak dan lain sebagainya. Selain itu, kami berharap banyak manfaat yang
kami dapatkan bisa bermanfaat juga bagi semua.

2
BAB II
PEMBAHASAN

BAB I KETERAMPILAN BERBAHASA


Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya
mencakup empat segi, yaitu:
1).Keterampilan menyimak (listening skills)
2).Keterampilan berbicara (speaking skills)
3).Keterampilan membaca (reading skills)
4).eterampilan menulis (writing skills)

1.Menyimak dan Berbicara


Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi Dua arah secara langsung,
merupakan komunikasi tatap muka atauface to face communication (Brooks, 1964:134).

2. Menyimak dan Membaca


Menyimak dan membaca mempunyai persamaan, kedua-duanya bersifat receptif, bersifat
menerima (Brooks, 1964: 134), perbedaannya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan,
sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan perkataan lain, menyimak
menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan
menulis.

Tujuan menyimak yaitu:


- Untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur fonetik dan struktur kata lisan.
- Mempergunakan cuplikancuplikan yang mengandung katakata yang bersajak.
- Untuk menemukan dan memperkenalkan bunyibunyi, kata-kata, atau ideide baru.

3.Berbicara dan Membaca


Hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahui dalam
beberapa telaah penelitian, antara lain:
- Pemforma atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
- Pola-pola ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf mungkin sekali mengganggu pelajaran
membaca bagi anak-anak.

4. Ekspresi Lisan dan Ekspresi nłlis


Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya meupakan cara untuk
mengekspresikan makna atau arti.

A. PENGAJARAN MENYIMAK
Menyimak sebagai salah satu sarana penting penerimaan komunikasi dapat dilihat dengan
nyata dari sejumlah literatur.

3
Meningkatnya kepentingan dan kegunaan menyimak sebagai suatu subjek telaah dan penelitian
dicerminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh wadah satu bab khusus untuk
pertama kalinya pada tahun 1955 dalam keterampilan berbahasa dalam “Review ofEducational
Research”.

B. BELAJAR DENGAN MENYIMAK


Mempelajari suatu bahasa dapat dilakukan dengan jalan:
- Menyimaknya,menirunya, dan mempraktikkannya.
Langkah pertama: Menentukan makna.
Langhah kedua: Memperagakan ekspresi.
Langkah ketiga: Menyuruh mengulangi.
Langkah keempat: Memberikan latihan ekstensif.

C. LINGUISTIK DAN KETERAMPILAN BAHASA


Secara umum dapat dikemukakan bahwa linguis adalah Imuwan. Pokok bahasannya adalah
bahasa. Dia berhubungan engan masalah-masalah berikut ini:
(1) Apakah bahasa?
(2) Bagaimana cara bahasa bekerja
(3) Apa bagian-bagian bahasa? Bagaimana cara bagian-bagian itu
(4) Bagaimana caranya bahasa-bahasa berbeda, dan apa pula persamaannya?

Tugas para linguislah mencari penyelesaian masalah-masalah seperti:


-Menggarap dengan tekun teori-teori bahasa, berusaha menemukan cara yang terbaik untuk
menelaah, memerikan, dan menjelaskan cara berpikir bahasa.
-Pergi ke lapangan mengumpulkan bahan; yang dikumpulkan direkam, diawetkan, diklasifikasikan,
dan diterbitkan; memanfaatkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan oleh orang lain.
-Mensintesiskan konsep-konsep, ide-ide, hubungan-hubungan, berdasarkan bahan-bahan tadi;
mengajarkan linguistik kepada para calon linguis mendatang, termasuk para guru bahasa.

D. FUNGSI- FUNGSI BAHASA


l) Fungsi instrumental melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan aneka peristiwa tertentu
terjadi. Contoh-contoh kalimat yang mengandung fungsi instrumental:

2) Fungsi represcntasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan,


menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan, tuelaporkan atau “menggambarkan”
realitas yang sebenarnya seperti yang dilihat olell seseorang.

3) Fungsi interaksional bertugas untuk ruenjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan
komunikasi sosial. Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan secukupnya
mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat (folklore), adat-istiadat/budaya
setempat, tata krama, dan sebagainya.

4
4) Fungsi personal bahasa memberi kesempatan kepada seorang pembicara untuk mengekspresikan
perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Kcpribadian seseorang biasanya
ditandai oleh penggunaan fungsi personal bahasanya d’alam berkomunikasi.

5) Fungsi heuristik melibatkan penggunaan bahasa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan
mempelajari seluk-beluk lingkungan. Fungsi heuristik sering kali disampaikan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban.

6) Fungsi imajinatif bahasa melayani penciptaan sistem-sistem ataupun gagasan-gagasan yang


bersifat imajinatif. Mengisahkan cerita dongeng, membuat lelucon, ataupun menulis novel, merupakan
praktik penggunaan fungsi imajinatif bahasa. Melalui dimensi-dimensi imajinatif bahasa, kita bebas
bertualang ke seberang dunia nyata untuk menjelajahi puncakpuncak keluhuran serta keindahan
bahasa itu sendiri; melalui bahasa itu kita dapat menciptakan mimpi-mimpi yang mustahil kalau kita
inginkan seperti itu. Dengan perkataan lain, fungsi imajinatif bahasa membawa kita berkelana ke
dunia fantasi.

7) Fungsi pragmatik bahasa dipergunakan untuk memancing tindakan atau responsi dari orang lain.

8) Fungsi matetik pada dasarnya mempergunakan bahasa untuk belajar pada masa anak-anak.

9) Fungsi ideasional muncul dari penggunaan bahasa untuk belajar lanjutan pada masa anak-anak.

BAB II MENYIMAK

A. PENGANTAR
Dalam Bab ini secara berturut-turut dan agak terperinci akan dibicarakan bahasan dan pengertian
menyimak, tahap-tahap kegiatan menyimak, aneka ragam menyimak, fungsi, tujuan, dan hakikat
menyimak.

B. BATASAN DAN PENGERTIAN MENYIMAK


Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan sarana untuk menerima
informasi dalam kegiatan komunikasi; perbedaanya terletak dalam jenis komunikasi; menyimak
berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk mem[eroleh informasi, mengakap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran
atau Bahasa lisan.

C. TAHAP-TAHAP MENYIMAK
Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya Sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak
berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan
sebagai berikut:
5
1. Menyimak berkala
2. Menyimak dengan perhatian dangkal
3. Setengah menyimak
4. Menyimak serapan
5. Menyimak sekali-sekali
6. Menyimak asosiatif
7. Menyimak dengan reaksi berkala
8. Menyimak secara saksama
9. Menyimak secara aktif

D. RAGAM MENYIMAK
1. Menyimak Ekstensif (extensive listening)
Adalah sejenis kegiatan menyimak megenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas
terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru.

a. Menyimak Sosial (Social Listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial


tempat orang-orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik
perhatian semua orang yang hadir.
b. Menyimak Sekunder (Secondary Listening) adalah sejenis kegitan menyimak secara
kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).
c. Menyimak Estetik (Aesthetic Listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif
(appreciational listening) adalah fase terakhir dan kegiatan termasuk kedalam
menyimak serta kebetulan dan menyimak secara ekstensif, mencakup :
 Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekam-
rekaman.
 Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerencing irama, dan lakon-lakon yang
dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau actor. (Dawson [et all],
1963:153).
d. Menyimak Pasif (Passive Listening) adalah penyerapan suatu ujaran tanpa Upaya
sadar yang biasanya menandai Upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang
teliti, tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu
Bahasa.

2. Menyimak Intesnsif
Diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal
tertentu.

a. Menyimak Kritis (Critical Listening) adalah sejenis kegitan menyimak berupa


pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari
ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diteima oleh
akal sehat.

6
b. Menyimak Konsentratif (Concentrative Listening) sering juga disebut a study-type
listening atau menyimak sejenis telaah.
c. Menyimak Kreatif (Creative Listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang
dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap
bunyi, penglihatan, Gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan
atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya (Dawson [et all], 1963:153).
d. Menyimak Eksplorasif (Exploratory Listening) adalah sejenis kegitan menyimak
intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih
sempit.
e. Menyimak Interogatif (Interrogative Listening) adalah sejenis kegitan menyimak
intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian
dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena menyimak akan
mengajukan banyak pertanyaan.
f. Menyimak Selektif
Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap urutan
prosedur yang disarankan berikut ini, tetapi Sebagian besar cici-ciri Bahasa yang
berurutan ini, hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut.

1. Nada suara
2. Bunyi-bunyi asing
3. Bunyi-bunyi yang bersamaan
4. Kata-kata dan frasa-frasa
5. Bentuk-bentuk ketatabahasaan

E. TUJUAN MENYIMAK
Tujuan menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain:
(1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk belajar.
(2) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk menikmati keindahan audial.
(3) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk mengevaluasi.
(4) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk mengapresiasi materi simakan.
(5) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk dapat mengkomunikasikan ide-ide kepada orang
lain dengan lancer dan tepat.
(6) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.
(7) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis
(8) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau
pendapat yang selama ini diragukan.

Hakikat menyimak yaitu :


a. Sebagai responsi
b. Sebagai pengalaman kreatif
c. Sebagai sarana atau alat
d. Sebagai keterampilan berkomunikasi
e. Sebagai seni
f. Sebagai proses
7

F. PROSES MENYIMAK
Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:
(1) Tahap mendengar (hearing).
(2) Tahap memahami (understanding).
(3) Tahap menginterpretasi (interpreting).
(4) Tahap mengevaluasi (evaluating).
(5) Tahap menanggapi (responding).

BAB III SUASANA MENYIMAK


A. PENGANTAR
Dalam bab ini secara berturut-turut kita akan memperbincangkan hal-hal yang berkenaan dengan:
(1) Suasana menyimak yang bersifat defensif,
(2) Suasana menyimak yang bersifat suportif,
(3) Saran-saran praktis meningkatkan keterampilan menyimak,
(4) Tuntutan-tuntutan agar kita dapat menyimak secara baik,
(5) Upaya agar dapat menyimak tepat guna,
(6) Kendala-kendala dalam menyimak efektif, dan
(7) Perilaku menyimak yang baik.

B. SUASANA DEFENSIF
Suasana defensif biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisan yang mengandung maksud
yang bersungguh-sungguh dan tersirat, berikut ini pesan-pesan yang menimbulkan suasana defensif
dalam menyimak:
1. Ujaran Evaluatif
2. Ujaran Mengawasi
3. Ujaran Netral
4. Ujaran Superior
5. Ujaran yang Pasti

C. SUASANA SUPORTIF
Enam unsur pokok pembentukan suasana suportif dalam menyimak yaitu:
(1) Deskripsi
(2) Orientasi Permasalahan
(3) Spontanitas
(4) Empati
(5) Ekualitas
(6) Provisionalisme
8

D. SARAN PRAKTIS MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK


Beberapa saran yang praktis untuk meningkatkan keterampilan menyimak yaitu:
1. Bersikaplah secara positif
2. Bertindaklah responsif
3. Cegalah gangguan-gangguan
4. Simak dan tangkaplah maksud pembicara
5. Carilah tanda-tanda apa yang akan dating
6. Carilah rangkuman pembicaraan terdahulu
7. Nilailah bahan-bahan penunjang
8. Carilah petunjuk-petunjuk nonverbal

E. UPAYA MENYIMAK TEPAT GUNA


Berikut ini beberapa upaya agar kita dapat meningkatkan diri kita menjadi penyimak yang lebih
tepat guna.
1) Kembangkanlah suatu kemuan atau kesudian menyimak
2) Menyimaklah lebih lama
3) Menyimaklah lebih sering
4) Menyimaklah dengan penuh respek
5) Menyimaklah dengan umpan balik
6) Menyimaklah tanpa penilaian atau keputusan yang premature
7) Menyimaklah dengan tenang dan tenggang hati
8) Menyimaklah secara analisis
9) Menyimaklah tanpa keadaan membela diri
10) Menyimaklah dengan prasangka dan stereotip yang minim
11) Simaklah tanda-tanda nonverbal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen

F. ANEKA KENDALA MENYIMAK EFEKTIF


Berikut ini kendala-kendala dalam menyimak efektif.
1. Keegosentrisan
2. Keengganan ikut terlibat
3. Ketakutan akan perubahan
4. Keinginan menghindari pertanyaan
5. Puas terhadap penampilan eksternal
6. Pertimbangan yang premature
7. Kebingungan semantic
9

G. PERILAKU MENYIMAK
Berikut ini tipe-tipe perilaku menyimak antara lain:
1) Menyimak factual
2) Menyimak empatik

H. MENINGKATKAN PERILAKU MENYIMAK


Beberapa Langkah khusus untuk meningkatkan keterampilan menyimak, terutama bagi
peningkatan perilaku menyimak, antara lain:
1. Menerima keanehan sang pembicara
2. Memperbaiki sikap
3. Memperbaiki lingkungan
4. Jangan dulu memberikan pertimbangan
5. Meningkatan pembuatan catatan
6. Menyaring tujuan-tujuan menyimak yang spesifik
7. Maemanfaatkan waktu secara bijaksana
8. Menyimak secara rasional
9. Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit

BAB IV FAKTOR PEMENGARUH MENYIMAK


A. Faktor fisik
Kondisi fisik misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar karena gizi yang di bawah
normal, sangat lelah, atau mengidap penyakit fisik sehimgga perhatiannya dangkal, sekilas saja,
serta tingkah polanya tidak karuan.
B. Faktor pembawaan
Orang yang berpembawaan baik dapat menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi,
sedangkan orang yang berpembawaan buruk justru sebaliknya.
C. Faktor Psikologis
Faktor ini antara lain mencakup masalah prasangka dan kurangnya simpati, keegosentrissan,
kepicikan, kebosanan dan sikap yang tidak layak. Pengalaman yang dimaksudkan berasal dari
pembicara ataupun penyimak.
D. Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia mempunyau dua sikap, yaitu menerima dan menolak. orang akan
orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi
menolak pada hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi
dampak bagi penyimak,
10

masing-masing dampak positif dan dampak negatif. Agar anak didik tertanam dampak positif
tersebut, seorang guru harus memilih bahan simakannya. Bahan simakan yang harus disajikan
seorang guru yaitu haruslah yang menarik serta pemaparan yang baik .
E. Faktor Motivasi
Motivasi ini erat juga berkaitan dengan pribadi atau personalitas seseorang, siapa diri kita
juga turut mempengaruhi perilaku menyimak. Kalau kita yakin dan percaya bahwa pribadi kita
mempunyai sifat kooperatif, tenggang hati dan analitis, mungkin kita akan menjadi penyimak yang
lebih baik dan unggul daripada kalua kita berpikir bahwa diri kita malas, bersifat argumentative,
dan egosentris.
F. Faktor Jenis Kelamin (Perbedaan Gaya Menyimak)
PRIA WANITA
Objektif Subjektif
Aktif Pasif
Keras hati Simpatik
Analisi Difusif
Rasional Sensitif
Tidak mau mundur Mudah terpengaruh
Netral Cenderung memihak
Menguasai emosi Reseptif
Berdikari Bergantung
Swasembada Emosional
Intrusif Mudah mengalah

H. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
2. Lingkungan Sosial

KEBIASAAN JELEK DALAM MENYIMAK :


1. Menyimak lompat tiga
2. Menyimak “saya dapat fakta”
3. Noda ketulian emosional
4. Menyimak supersensitif
5. Menolak suatu objek secara gegabah
6. Mebgkritik cara dan gaya pembicara
7. Menghindari penjelasan sulit
8. Memberi perhatian semu
9. Menyerah pada gangguan
10. Menyimak dengan pensil dan kertas di tangan
11
MASALAH MENYIMAK YANG HARUS DIATASI :
1. Memprasangkai pembicara
2. Pura-pura menaruh perhatian
3. Kebingungan
4. Pertimbangan premature
5. Catatan tidak tepat guna
6. Hanya menyimak fakta
7. Melamun
8. Bereaksi secara emosional

BAB V ANEKA SITUASI PELIBAT MENYIMAK


A. Menyimak dalam kehidupan dan kurikulum
Penelitian mengenai menyimak baik dalam kehidupan maupun dalam kurikulum sekolah dapat
dikatakan masih sangat langka .Paul T . Rankin menemui bahwa mereka ini mempergunakan waktu
berkomunikasi sebagai berikut :
- menulis 9%
- membaca 16%
- berbicara 30%
- menyimak 45%
Menyimak sebagai suatu aspek keterampilan berbahasa dapat dikembangkan dengan :
1) latihan terpimpin.
2) menjauhkan faktor penyebab menyimak yang jelek.
3) meningkatkan atau memperkaya kosa kata.
4) meningkatkan pengenalan kata yang lebih baik dengan telinga (seperti juga halnya dengan mata).

B. Petunjuk, Keterangan, Pengumuman


Menyimak membuat anak anak dan orang lain untuk memperoleh kesempatan berbagai
petunjuk,keterangan dan pengumuman,dengan begitu mereka harus mempelajari kebiasaan
menjauhkan segala bahan atau setiap alat yang menganggu perhatian mereka .

C. Percakapan dan Diskusi


Percakapan atau konservasi merupakan aktivitas yang paling umum diantara tipe tipe
komunikasi lisan dan juga kelas ,menuntut banyak kegiatan menyimak ,biasanya kelompok konversi
kecil dan minat langsung bersifat pribadi atau perseorangan.
12

D. Laporan
Laporan merupakan suatu tugas dan tanggung jawab ,selama penyajian suatu seorang
pembicara ,pilihan serta urutan ide ,berusaha menyaring informasi yang melengkapi informasi yang
telah ada dalam pikiran dan harus mengevaluasi kotentikan atau kebenaran hal hal yang dikatakan
pembicara.

E. Radio, Televisi, Rekaman, Telepon

Menyimak memiliki ragam situasi antara lain:


- Menyimak sekunder :musik dipadang pelan pelan sebagai latar belakang
- Menyimak sosial atau menyimak konversasional
- Menyimak apresiasif ,drama yang baik atau musik yang merdu dipagelarkan atau dipentaskan
- Menyimak eksplorasif atau menyimak interogatif ,kita diberikan resep resep atau informasi
mengenai
cuaca
- Menyimak konsetratif dan menyimak kritis ,masalah masalah penting didiskusikan oleh para
politikus
dan para pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

F. Aneka Alasan Menyimak


Beberapa alasan menyimak antara lain:
1) karena ingin mempelajari sesuatu dari bahan simakan
2) karena ingin memikat hati orang lain.
3) karena ingin menjadi orang yang sopan santun.
4) karena ingin mencari keuntungan uang
5) karena ingin memperoleh manfaat dari bahan simakan
6) karena ingin menghilangkan rasa bosan
7) karena ingin membandingkan beberapa pendapat
8) karena ingin memperluas pandangan dan pengertian
9) karena ingin memenuhi rasa ingin tahu
10) karena ingin disenangi orang lain.
13

BAB VI MENINGKATKAN DAYA SIMAK


A. Aneka Pengalaman Audio Pemertinggi Kemampuan Menyimak

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pengalaman-pengalaman audio pun dapat meningkatkan daya
simak seseorang. Di antara pengalaman-pengalaman serta kegiatan-kegiatan yang akan turut
mempertinggi daya simak para siswa, yaitu:
1. Menyimak pada guru.
2. Menyimak pada para siswa lainnya.
3. Turut serta mengambil bagian atau peranan dalam suatu drama.
4. Menyimak pada para pembicara yang diundang dari luar atau pada personalia sekolah lain.
5. Menyimak pada rekaman-rekaman bahkan ucapan, struktur, atau kosa kata; pada imla; latihan-
latihan pemahaman, puisi, pidato, nyanyian, atau lakon-lakon berkali-kali, berulang-ulang.
6. Menyimak pada rekaman-rekaman fonograf pelajaran-pelajaran yang sama berulang-ulang
(termasuk rekaman-rekaman nyanyian, drama, puisi, dan pidato).
7. Menyimak pada film-film bicara beberapa kali - ini terutama sekali disiapkan pada para pelajar
bahasa - dan acara-acara ra- dio dan televisi yang terpilih.
8. Ikut serta dalam percakapan-percakapan melalui telepon.
9. Mewawancarai, mengadakan tanya-jawab dengan orang-orangtertentu.
10. Menghadiri kuliah, ceramah, konferensi, dan pertemuan- pertemuan; perkumpulan bahasa asing.
11. Turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan spontan.
12. Turut berpartisipasi dalam kelompok-kelompok diskusi atau diskusi panel.
13. Pergi menonton dalam permainan-permainan bahasa.

B. Sikap Guru Turut Mempertinggi Daya Simak Siswa

Dari pengalaman dapat kita lihat bahwa sikap guru dapat memengaruhi para siswa, inklusif terhadap
penyimak. Dapat dikatakan bahwa dalam pengajaran waktu yang dibutuhkan untuk menyimak dan
bercerita atau berbicara hampir sama banyaknya. Kita menyimak untuk menemukan serta memahami
minat dan kecenderungan pembicara. Orang-orang yang terlatih dalam bimbingan secara tidak
langsung menyadari dan mengetahui betapa pentingnya menyimak itu bagi para terapis (thera- pist).
C. Aneka Kegiatan Peningkatan Daya Simak

Pembicaraan kita di sini terbatas pada kegiatan-kegiatan peningkatan daya menyimak konversasif,
apresiasif, eksplorasif, dan konsentratif saja.
1. Menyimak Konservatif
Demi perbaikan, peningkatan serta kemajuan bagi kegiatan menyimak konservatif maka prosedur-
prosedur berikut ini dapat kita manfaatkan:
14
a) Menyiagakan, menyuruh anak-anak bersiap-siap untuk keperluan perbaikan serta peningkatan
dengan jalan mendiskusikan tanda- tanda atau ciri-ciri kurangnya perhatian para penyimak yang
telah diperhatikan oleh para siswa pembicara dari waktu ke waktu;

b) Mengadakan norma-norma atau standar-standar bagi menyimak yang sopan santun dan untuk
menjadikan seorang konversionalis yang pandai dan lincah bercakap atau berbicara dengan
menarik, terlebih-lebih dalam diskusi;

c) Membuat rekaman percakapan kelas serta menerapkan norma- norma yang telah ditetapkan itu;

d) Membuat suatu daftar norma-norma bagi penyimak sopan santun yang tumbuh secara berangsur-
angsur;

e) Mengevaluasi percakapan-percakapan kelas berdasarkan daftar norma menyimak sopan santun


di atas;

f) Mendorong para siswa untuk mengevaluasi diri sendiri dengan mempergunakan daftar norma di
atas;

g) Dan akhirnya, memberi kesempatan kepada wakil-wakil kelas untuk mengadakan evaluasi atas
kegiatan menyimak berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan itu.

2. Menyimak Apresiatif

Dalam kegiatan menyimak apresiatif ini haruslah dipertimbangkan dua aspek yang berbeda, yaitu:
a) keresponsifan, dan
b) pengolahan serta pengembangan cita rasa.

3. Menyimak Eksploratif

Peningkatan serta kemajuan dalam bidang menyimak eksplorasif atau menyimak penjelajahan ini
dapat timbul dari kegiatan-kegiatan yang kita jelaskan berikut ini:

a) Dalam memperluas dan mendalami makna-makna kata, para siswa dapat menyimak pada kata-
kata tertentu yang telah didaftarkan di papan tulis sebelum menyimak suatu bacaan pilihan. Mereka
akan memahami makna dengan memperhatikan konteks pemakaian kata-kata tersebut.
b) Setelah menyimak pada seperangkat petunjuk hanya sekali saja, para siswa akan mengadakan
suatu eksperimen sederhana yaitu melaksanakan beberapa usaha dalam keahlian atau konstruksi
c) Setelah menyimak, para siswa menuliskan petunjuk-petunjuk, misalnya bagi penyelamatan diri di
pantai atau bagi permainan sepakbola.
d) Atau, mereka menyimak informasi baru mengenai suatu topik yang sebagian telah pernah
dipelajari.
15
4. Menyimak Konsentratif

Dalam pembicaraan di atas pun sebenarnya kita telah menyinggung- nyinggung kegiatan menyimak
konsentratif. Bentuk lain dari menyimak konsentratif yang menuntut para siswa untuk memperhatikan
urutan ide-ide sebagai berikut:

a) Permainan sederhana yang mengikutsertakan anak-anak mengulangi apa-apa yang telah


dikatakan dalam pernyataan- pernyataan kumulatif para siswa terdahulu.
Permainan ini berlangsung terus selama daftar kumulatif lengkap dan dalam susunan yang benar.
b) Tugas kedua yang menarik adalah memantomimkan suatu cerita (yang terdiri atas tiga atau empat
adegan) yang telah disajikan secara lisan.
c) Suatu tugas alternatif adalah penceritaan kembali cerita tersebut dalam urutan yang wajar.
d) Alternatif lain adalah membuat gambar-gambar yang sesuai dengan adegan-adegan cerita
tersebut.

D. Berupaya menjadi penyimak efektif

Untuk membuat diri kita menjadi penyimak efektif, banyak upaya yang dapat dilakukan, yang dapat
kita rangkumkan sebagai berikut.

1) Berupayalah mengembangkan kemauan dan keikhlasan untuk menyimak lebih lama dan lebih
sering sehingga kegiatan menyimak itu membudaya pada diri kita, bukan sebagai suatu beban atau
paksaan.
2) Berupayalah menyimak dengan penuh rasa hormat kepada pembicara sambil memancing umpan
balik darinya agar kita mendapat banyak masukan dari pembicaraannya itu.
3) Berupayalah menyimak seseorang tanpa evaluasi dan keputusan yang terlalu dini, yang bersifat
prematur; pendek kata, pergunakanlah ketenangan dan kesabaran untuk dapat menyimak secara
mendalam dan tenggang hati.
4) Berupayalah menyimak secara analitis dengan perilaku tanpa membela diri terhadap pembicara;
jauhkanlah prasangka
prasangka dan perkecillah stereotip-stereotip yang ada. Tidak baik menaruh prasangka kepada
pembicara, biarlah nanti fakta yang berbicara.
5) Berupayalah menyimak tanda-tanda atau isyarat-isyarat nonver- bal dari pembicara dan carilah
ketidakkonsekwenan yang dilakukan olehnya (disarikan dari: Russel & Black, 1981: 192).

E. Mengatasi kendala menyimak


Tiadanya atau kurangnya perhatian kepada pembicara ataupun terhadap isi pembicaraannya
merupakan kendala bagi menyimak yang efektif. Selain itu terdapat pula sejumlah faktor kendala yang
berasal dari dalam diri penyimak sendiri.
Kendala-kendala tersebut tidak dapat dibiarkan merajalela terus- menerus, melainkan harus diatasi
agar kesuksesan dapat dicapai. Caranya, sebagai berikut:
1) Jauhkanlah sifat egosentris dalam kegiatan menyimak karena sifat ini jelas mengurangi perhatian
kepada pembicara.

16
2) Jangan enggan untuk turut berpartisipasi dan terlibat dengan orang lain dalam kegiatan diskusi
yang melibatkan kita sebagai pembicara ataupun sebagai penyimak.
3) Jangan takut dan khawatir bahwa komunikasi lisan dapat mengubah pendapat dan pikiran kita.
4) Jangan malu-malu dalam meminta penjelasan dari pembicara atau orang lain mengenai hal yang
belum kita pahami.
5) Jangan terlalu lekas merasa puas dengan penampilan- penampilan luar pembicara; yang perlu
diperhatikan adalah pikiran, pendapat, gagasan, dan konsepnya mengenai sesuatu.
6) Jangan membuat pertimbangan-pertimbangan yang gegabah dan ceroboh terhadap makna
sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara.
7) Hindarilah sedapat mungkin kebingungan-kebingungan semantik, dengan cara bertanya kepada
orang lain atau mencari makna suatu kata baru atau asing dalam kamus. Pendeknya: kosa kata harus
diperkaya. (disarikan dari: Russel & Black, 1981: 187).

F. Aneka kaidah kendala menyimak


Setiap orang tentu ingin meningkatkan daya simaknya. Itu adalah wajar.
Ada pakar yang mengemukakan beberapa kaidah bagi kemajuan atau peningkatan kegiatan
menyimak, antara lain:

1) Kembangkan dan tingkatkanlah keinginan untuk menyimak Tanpa keinginan dan minat yang besar
tidak mungkin dapat kita berikan perhatian yang baik terhadap pembicara.
2) Bangunlah kebiasaan-kebiasaan menyimak yang baik. Jadikanlah menyimak itu menjadi suatu
kebutuhan, suatu budaya dalam kehidupan kita.
3) Berikanlah perhatian yang besar dan wajar pada pembicara dan pembicaraannya agar kita dapat
memetik hikmah dari dalamnya.
4) Jangan dulu memberi penilaian atau evaluasi terhadap pembicara dan materinya sebelum dia
selesai berbicara. Setelah memperoleh gambaran keseluruhan, barulah kita dapat memberi penilaian
yang tepat.
5) Simaklah gagasan serta konsep pembicara. Kita perlu mengetahui isi dan bobot pembicaraannya,
bernilai atau tidak.
6) Manfaatkan dan gunakanlah kecepatan berpikir secara wajar. tepat, dan juga menuju sasaran.
7) Manfaatkanlah waktu luang dengan bijaksana sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia tanpa
guna, manfaatkanlah kedua telinga anugerah Tuhan Yang Maha Penyimak (disarikan dari: Hunt,
1981: 21-4).

BAB VII MEMILIH BAHAN SIMAKAN YANG MENARIK PERHATIAN


A. DUOLOG & DIALOG
Sebagai lawan dari dialog, duolog merupakan suatu situasi kelompok dua orang atau keompok kecil
yang masing-masing memperoleh giliran berbicara, tetapi tidak seorang pun menyimaknya. Kiita
dapat menemui contoh-contoh duolog sekolah, gereja, masjid, dan pemerintahan. Walaupun orang-
orang dapat terlihat seolah-olah menyimak satu dan lainnya, tetapi daam kenyataanya mereka hanya
menunggu waktu sampai tiba giliran bicara.

17
Menurut pendapat kaplan, suatu duolog dapat dibandingkan secara baik dengan dua perangkat
televisi yang dipasang dalam saluran-saluran yang berbeda dan keduanya saling berhadapan.
Sebaliknya, dialog yang sejati melibatkan penyimakan kepada orang lain seperti halnya pada diri
sendiri. Dialog menuntut ancangan atau pendekatan terbuka, suatu kesudian menaruhperhatian
kepada orang lain dan memberi responsi secara sopan kepada mereka tanpa latihan dan ulangan.

B. HAKIKAT PERHATIAN

Pengertian perhatian itu sendiri tidak sesederhana anggapan kebanyakan orang; justru sangan rumit
dan kita belum mengetahui banyak mengenai itu. Yang jelas kita ketahui ialah bahwa perhatian itu
beroperasi pada situasi, sikap, dan rasa.
Ada seorang pakar yang menyarankan bahwa konsep perhatian itu mencakup berbagai faktor, yaitu;
1) konsentrasi mental, 2) kewaspadaan, 3) selektivitas, 4) mencari dan memeriksa, 5) aktif dan giat, 6)
penataan diri.
Berikut ini akan kita bicarakan beberapa di antara teori-teori yang berkenaan dengan perhatian.
1. Teori Seleksi-Responsi

Teori ini adalah buah pikiran Anthony Deutsch dan Diana Deutsch. Dalam teori ini, seleksi dikaitkan
langsung dalam kepentingan stimulus. Semakin penting suatu stimulus kepada penerima, semakin
kuat pula reaksinya, dan kekuatan reaksi terhadap suatu stimulus menentukan seleksi. Suatu pesan
yang penting menghasilkan keinsafan atau pengakuan yang sadar, yang pada gilirannya menuntut
perhatian.
2. Teori Saringan

Teori ini dikembangkan oleh Donald Broadbent. Informasi memasuki sistem melalui sejumlah saluran
paralel. Informasi itu disimpan dalam waktu terbatas di dalam sebagian ingatan yang dikenal sebagai
bank ingatan jangka pendek. Di sana, suatu "sistem saringan" mengambil alih dan menyeleksi satu
dari stimu- lus-stimulus itu, yang kemudian diizinkan berjalan masuk ke saluran kapasitas terbatas.
Dari sana, stimulus atau informasi itu masuk ke dalam gudang permanen, yang dikenal sebagai bank
ingatan jangka panjang, atau keluar melalui mekanisme keluaran (output). Akan etapi, perlu
diperhatikan bahwa model itu memperlengkapi suatu pengembalian informasi dari bank ingatan
jangka panjang ke saluran kapasitas terbatas, dan dari saluran kapasitas terbatas kembali ke bank
ingatan jangka pendek.
Bank ingatan jangka pendek merupakan suatu fasilitas penyimpan terbatas tempat informasi
menghilang dengan cepat kecuali kalau dilatih secara konstan (diperbaharui lagi) atau diteruskan ke
penyimpanan jangka panjang. Sebaliknya, bank ingatan jangka panjang diperkirakan mempunyai
kapasitas tidak terbatas, jadi menyediakan suatu wadah bagi penyimpan informasi yang permanen.
Hal ini mengimplikasikan bahwa apabila kita tidak dapat mengingat sesuatu, tidaklah perlu
disebabkan hilangnya informasi, tetapi kadang-kadang kita tidak mempunyai cukup isyarat
menempatkan materi dan mendapatkannya kembali dari penyimpanan jangka panjang.

18

3. Teori Seleksi Masukan

Teori ini dikembangkan oleh Anne M.Tresman, agak bersamaan dengan teori filter Broadbent, tetapi
jauh lebih eksplisit mengenai kaidah-kaidah yang mengendalikan tindakan saringan itu. Seperti juga
halnya Broadbent, Treisman melihat garis-garis stimulus yang sejajar, atau masukan, mengalir ke
dalam pribadi seseorang. Masukan itu (pesan, informasi, dan data) kemudian dianalisis berdasarkan
sifat-sifat fisiknya (kenyaringan, tekanan, warna, luas, dan ukuran).

C. PERHATIAN DALAM KOMUNIKASI

Walaupun menentukan perhatian utama itu memang mungkin, hal itu sama sekali tidaklah otomatis
mengakibatkan penyimakan yang baik. Perhatian yang utuh hanya dapat diberikan pada satu stimulus
pada suatu waktu. Kita hanya memiliki sejumlah perhatian tertentu; dengan membaginya, kita pun
menipiskan atau mencairkan kemampuan kita untuk menyimak secara efektif. Maklumlah, kita
mempunyai keterbatasan-keterbatasan perhatian. Dengan kata lain, perhatian kita terbatas.
Alangkah banyaknya hal-hal dalam hidup ini yang mendapat perhatian dan yang harus kita
perhatikan. Pendeknya, ada perhatian yang berdasarkan pilihan kita dan ada pula perhatian yang
bukan berdasarkan pilihan kita. Kedua jenis ini masing-masing kita sebut perhatian suka rela dan
perhatian wajib.
D. FAKTOR PEMENGARUH PERHATIAN MENYIMAK

Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi perhatian kita untuk menyimak.


1) Faktor pengalaman sangat menentukan besar atau tidaknya perhatian seseorang untuk
menyimak sesuatu. Pengalaman yang dimaksudkan dapat berasal dari pembicara ataupun dari
penyimak. Setiap orang tentu menaruh perhatian terhadap pembicaraan yang disajikan oleh
orang yang banyak pengalaman dan banyak pengetahuan.
2) Faktor pembawaan seseorang pun turut berperan, apakah perhatiannya untuk menyimak sesuatu
itu besar atau tidak. Ada orang yang berpembawaan baik dan ada pula yang berpembawaan
jelek. Orang yang berpembawaan baik dapat menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi,
sedangkan orang yang berpembawaan jelek justru sebaliknya. Baik pembawaan pembicara
maupun pembicaraan penyimak turut menentukan taraf perhatian seseorang untuk menyimak.
3) Faktor sikap tidak boleh kita abaikan terhadap perhatian menyimak. Sikap terbuka memang
sangat dibutuhkan dalam kegiatan menyimak. Sebaliknya, sikap tertutup atau sikap curiga akan
mengurangi minat atau perhatian seseorang untuk menyimak pembicaraan seseorang.
4) Faktor motivasi, dorongan atau alasan sangat menentukan besar atau tidaknya perhatian
seseorang untuk menyimak ceramah, kuliah, khotbah, atau pembicaraan yang dibawakan oleh
seorang pembicara.

19

E. MENGAPA KITA MENYIMAK

1. Menyimak demi kenikmatan


2. Menyimak demi pemahaman
3. Menyimak demi penillaian

F. BAHAN SIMAKAN YANG MENARIK PERHATIAN


 Butir pertama
Tema harus up-to-date. Bahan-bahan mutakhir, terbaru, dan muncul dalam kehidupan biasanya
menarik perhatian. Oleh sebab itu, pembicara harus pandai memilih salah satu topik masalah
yang masih menjadi buah pembicaraan dalam masyarakat..
 Butir kedua
Tema terarah dan sederhana. Tema pembicaraan terlalu luas. Cakupan pembicaraan yang terlalu
luas takkan terjangkau oleh para penyimak.
 Butir ketiga
Tema dapat menambah pengalaman dan pemakaman. Dari pembicaraan seseorang. biasanya
kita mengharapkan adanya hal-hal yang dapat menambah pengetahuan.
 Butir keempat
Tema bersifat sugestif dan evaluatif. Tema atau topik pembicaraan haruslah dipilih sedemikian
rupa sehingga merangsang penyimak untuk berbuat dengan tepat serta dapat memberi penilaian
tepat-tidaknya, baik- buruknya tindakan yang akan dilaksanakan.
 Butir kelima
Tema bersifat motivatif. Topik atau tema pembicaraan seyogianya dapat mempertinggi motivasi
para penyimak untuk bekerja lebih tekun untuk mencapai hasil yang lebih baik.
 Butir keenam
Pembicaraan harus dapat menghibur. Manusia hidup membutuhkan hiburan, apalagi setelah
bekerja berat seharian.

20

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyimak yang baik adalah orang yang mampu menyimak dengan memfokuskan seluruh
perhatiannya terhadap bahan ujaran yang disampaikan oleh pembicara. Dia mempunyai tujuan dalam
menyimak, tidak hanya mendengarkan ujaran yang disampaikan. Tetapi menyimpan informasi-
informasi yang penting di long term memory. Penyimak yang baik juga mampu menerapkan tahap-
tahap menyimak yang benar, dia memiliki perilaku yang baik dalam menyimak. Meskipun daya simak
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

3.2 Saran
Menyimak adalah suatu keterampilan komunikasi yang terabaikan. Banyak orang yang
kelihatannya menyimak, tetapi tidak sesuai dengan definisinya. Seseorang lebih sering
berpura-pura menyimak dan pikirannya melayang ke tempat lain, sehingga informasi atau hal-
hal penting tidak didapatkan. Maka dari itu, kita harus menyimak dengan benar artinya
menyimak dengan memfokuskan perhatian. Kita harus menyimak dengan menggunakan
pemahaman, pengetahuan, penilaian serta mampu merespon isi dari pembicaraan. Sehingga
informasi-informasi tersebut adalah hal-hal penting yang patut kita simpan di memori ingatan
kita.
21

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak. Bandung : Penerbit Angkasa.


22

Anda mungkin juga menyukai