MK. KETERAMPILAN
BAHASA RESEPTIF
Prodi S1 Pendidikan
Bahasa dan Sastra
Skor Nilai :
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Nama Mahasiswa : Poppy Amalia (2233111015)
Jiwana Nurinsani (2233111016)
Arlin Septia Basana Siagian (2233111017)
Muhammad Ali Hakim (2233111018)
Dosen Pengampu : Dra. Rosmaini, M.Pd.
Mata Kuliah : Keterampilan Bahasa Reseptif
Kelas : Reguler C 2023
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keterampilan Bahasa Reseptif yang bertopik “Hakikat Menyimak dan Peranannya dalam Keterampilan
Berbahasa”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hakikat Menyimak
dan Peranannya dalam Keterampilan Berbahasa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tugas ini, namun
penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi isi, tulisan maupun kualitasnya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki tugas
makalah ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 1
1.4 Manfaat............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Isi Buku........................................................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Memang tidak dapat disangkal bahwa diatas bumi ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya
sampai tingkat mendengar saja, tetapi belum sampai pada taraf menyimak. Yeremia dalam Tarigan (2008: 29)
“mengeluh karena jemaatnya banyak yang mempunyai mata tetapi tidak melihat, yang mempunya telinga tetpi
tidak mendengar”.
Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa mendengar dan menyimak itu berbeda. Adapun kaitannya
ada dalam melakukan kegiatan menyimak kita harus mendengar dengan baik supaya hal yang kita dengar
akan tersimak dengan baik pula, dan pemahaman yang dalam terhadap hal yang kita simak.
Maka dari itu, kami menyusun makalah ini bersumber pada satu buku yaitu buku Menyimak sebagai
suatu keterampilan berbahasa karya Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan yang menjelaskan tentang menyimak
lebih dalam.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Memahami keterampilan berbahasa
2. Mengetahui hubungan antara keterampilan menyimak dengan keterampilan berbahasa yang lain
1
3. Mengetahui Langkah-langkah belajar dengan menyimak
4. Dapat membedakan seorang linguis dan guru bahasa
5. Mengetahui prinsip dasar bahasa, dan
6. Memahami dasa guna bahasa
1.4 Manfaat
Setelah penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan manfaat. Manfaat yang kami dapat salah
satunya menjadi terampil dalam menyimak dan berbahasa, menambah wawasan dan pengetahuan
tentang pembelajaran menyimak dan lain sebagainya. Selain itu, kami berharap banyak manfaat yang
kami dapatkan bisa bermanfaat juga bagi semua.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGAJARAN MENYIMAK
Menyimak sebagai salah satu sarana penting penerimaan komunikasi dapat dilihat dengan
nyata dari sejumlah literatur.
3
Meningkatnya kepentingan dan kegunaan menyimak sebagai suatu subjek telaah dan penelitian
dicerminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh wadah satu bab khusus untuk
pertama kalinya pada tahun 1955 dalam keterampilan berbahasa dalam “Review ofEducational
Research”.
3) Fungsi interaksional bertugas untuk ruenjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan
komunikasi sosial. Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan secukupnya
mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat (folklore), adat-istiadat/budaya
setempat, tata krama, dan sebagainya.
4
4) Fungsi personal bahasa memberi kesempatan kepada seorang pembicara untuk mengekspresikan
perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Kcpribadian seseorang biasanya
ditandai oleh penggunaan fungsi personal bahasanya d’alam berkomunikasi.
5) Fungsi heuristik melibatkan penggunaan bahasa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan
mempelajari seluk-beluk lingkungan. Fungsi heuristik sering kali disampaikan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban.
7) Fungsi pragmatik bahasa dipergunakan untuk memancing tindakan atau responsi dari orang lain.
8) Fungsi matetik pada dasarnya mempergunakan bahasa untuk belajar pada masa anak-anak.
9) Fungsi ideasional muncul dari penggunaan bahasa untuk belajar lanjutan pada masa anak-anak.
BAB II MENYIMAK
A. PENGANTAR
Dalam Bab ini secara berturut-turut dan agak terperinci akan dibicarakan bahasan dan pengertian
menyimak, tahap-tahap kegiatan menyimak, aneka ragam menyimak, fungsi, tujuan, dan hakikat
menyimak.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk mem[eroleh informasi, mengakap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran
atau Bahasa lisan.
C. TAHAP-TAHAP MENYIMAK
Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya Sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak
berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan
sebagai berikut:
5
1. Menyimak berkala
2. Menyimak dengan perhatian dangkal
3. Setengah menyimak
4. Menyimak serapan
5. Menyimak sekali-sekali
6. Menyimak asosiatif
7. Menyimak dengan reaksi berkala
8. Menyimak secara saksama
9. Menyimak secara aktif
D. RAGAM MENYIMAK
1. Menyimak Ekstensif (extensive listening)
Adalah sejenis kegiatan menyimak megenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas
terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru.
2. Menyimak Intesnsif
Diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal
tertentu.
6
b. Menyimak Konsentratif (Concentrative Listening) sering juga disebut a study-type
listening atau menyimak sejenis telaah.
c. Menyimak Kreatif (Creative Listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang
dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap
bunyi, penglihatan, Gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan
atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya (Dawson [et all], 1963:153).
d. Menyimak Eksplorasif (Exploratory Listening) adalah sejenis kegitan menyimak
intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih
sempit.
e. Menyimak Interogatif (Interrogative Listening) adalah sejenis kegitan menyimak
intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian
dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena menyimak akan
mengajukan banyak pertanyaan.
f. Menyimak Selektif
Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap urutan
prosedur yang disarankan berikut ini, tetapi Sebagian besar cici-ciri Bahasa yang
berurutan ini, hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut.
1. Nada suara
2. Bunyi-bunyi asing
3. Bunyi-bunyi yang bersamaan
4. Kata-kata dan frasa-frasa
5. Bentuk-bentuk ketatabahasaan
E. TUJUAN MENYIMAK
Tujuan menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain:
(1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk belajar.
(2) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk menikmati keindahan audial.
(3) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk mengevaluasi.
(4) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk mengapresiasi materi simakan.
(5) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk dapat mengkomunikasikan ide-ide kepada orang
lain dengan lancer dan tepat.
(6) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.
(7) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis
(8) Ada orang yang menyimak dengan tujuan untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau
pendapat yang selama ini diragukan.
F. PROSES MENYIMAK
Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:
(1) Tahap mendengar (hearing).
(2) Tahap memahami (understanding).
(3) Tahap menginterpretasi (interpreting).
(4) Tahap mengevaluasi (evaluating).
(5) Tahap menanggapi (responding).
B. SUASANA DEFENSIF
Suasana defensif biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisan yang mengandung maksud
yang bersungguh-sungguh dan tersirat, berikut ini pesan-pesan yang menimbulkan suasana defensif
dalam menyimak:
1. Ujaran Evaluatif
2. Ujaran Mengawasi
3. Ujaran Netral
4. Ujaran Superior
5. Ujaran yang Pasti
C. SUASANA SUPORTIF
Enam unsur pokok pembentukan suasana suportif dalam menyimak yaitu:
(1) Deskripsi
(2) Orientasi Permasalahan
(3) Spontanitas
(4) Empati
(5) Ekualitas
(6) Provisionalisme
8
G. PERILAKU MENYIMAK
Berikut ini tipe-tipe perilaku menyimak antara lain:
1) Menyimak factual
2) Menyimak empatik
masing-masing dampak positif dan dampak negatif. Agar anak didik tertanam dampak positif
tersebut, seorang guru harus memilih bahan simakannya. Bahan simakan yang harus disajikan
seorang guru yaitu haruslah yang menarik serta pemaparan yang baik .
E. Faktor Motivasi
Motivasi ini erat juga berkaitan dengan pribadi atau personalitas seseorang, siapa diri kita
juga turut mempengaruhi perilaku menyimak. Kalau kita yakin dan percaya bahwa pribadi kita
mempunyai sifat kooperatif, tenggang hati dan analitis, mungkin kita akan menjadi penyimak yang
lebih baik dan unggul daripada kalua kita berpikir bahwa diri kita malas, bersifat argumentative,
dan egosentris.
F. Faktor Jenis Kelamin (Perbedaan Gaya Menyimak)
PRIA WANITA
Objektif Subjektif
Aktif Pasif
Keras hati Simpatik
Analisi Difusif
Rasional Sensitif
Tidak mau mundur Mudah terpengaruh
Netral Cenderung memihak
Menguasai emosi Reseptif
Berdikari Bergantung
Swasembada Emosional
Intrusif Mudah mengalah
H. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
2. Lingkungan Sosial
D. Laporan
Laporan merupakan suatu tugas dan tanggung jawab ,selama penyajian suatu seorang
pembicara ,pilihan serta urutan ide ,berusaha menyaring informasi yang melengkapi informasi yang
telah ada dalam pikiran dan harus mengevaluasi kotentikan atau kebenaran hal hal yang dikatakan
pembicara.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa pengalaman-pengalaman audio pun dapat meningkatkan daya
simak seseorang. Di antara pengalaman-pengalaman serta kegiatan-kegiatan yang akan turut
mempertinggi daya simak para siswa, yaitu:
1. Menyimak pada guru.
2. Menyimak pada para siswa lainnya.
3. Turut serta mengambil bagian atau peranan dalam suatu drama.
4. Menyimak pada para pembicara yang diundang dari luar atau pada personalia sekolah lain.
5. Menyimak pada rekaman-rekaman bahkan ucapan, struktur, atau kosa kata; pada imla; latihan-
latihan pemahaman, puisi, pidato, nyanyian, atau lakon-lakon berkali-kali, berulang-ulang.
6. Menyimak pada rekaman-rekaman fonograf pelajaran-pelajaran yang sama berulang-ulang
(termasuk rekaman-rekaman nyanyian, drama, puisi, dan pidato).
7. Menyimak pada film-film bicara beberapa kali - ini terutama sekali disiapkan pada para pelajar
bahasa - dan acara-acara ra- dio dan televisi yang terpilih.
8. Ikut serta dalam percakapan-percakapan melalui telepon.
9. Mewawancarai, mengadakan tanya-jawab dengan orang-orangtertentu.
10. Menghadiri kuliah, ceramah, konferensi, dan pertemuan- pertemuan; perkumpulan bahasa asing.
11. Turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan spontan.
12. Turut berpartisipasi dalam kelompok-kelompok diskusi atau diskusi panel.
13. Pergi menonton dalam permainan-permainan bahasa.
Dari pengalaman dapat kita lihat bahwa sikap guru dapat memengaruhi para siswa, inklusif terhadap
penyimak. Dapat dikatakan bahwa dalam pengajaran waktu yang dibutuhkan untuk menyimak dan
bercerita atau berbicara hampir sama banyaknya. Kita menyimak untuk menemukan serta memahami
minat dan kecenderungan pembicara. Orang-orang yang terlatih dalam bimbingan secara tidak
langsung menyadari dan mengetahui betapa pentingnya menyimak itu bagi para terapis (thera- pist).
C. Aneka Kegiatan Peningkatan Daya Simak
Pembicaraan kita di sini terbatas pada kegiatan-kegiatan peningkatan daya menyimak konversasif,
apresiasif, eksplorasif, dan konsentratif saja.
1. Menyimak Konservatif
Demi perbaikan, peningkatan serta kemajuan bagi kegiatan menyimak konservatif maka prosedur-
prosedur berikut ini dapat kita manfaatkan:
14
a) Menyiagakan, menyuruh anak-anak bersiap-siap untuk keperluan perbaikan serta peningkatan
dengan jalan mendiskusikan tanda- tanda atau ciri-ciri kurangnya perhatian para penyimak yang
telah diperhatikan oleh para siswa pembicara dari waktu ke waktu;
b) Mengadakan norma-norma atau standar-standar bagi menyimak yang sopan santun dan untuk
menjadikan seorang konversionalis yang pandai dan lincah bercakap atau berbicara dengan
menarik, terlebih-lebih dalam diskusi;
c) Membuat rekaman percakapan kelas serta menerapkan norma- norma yang telah ditetapkan itu;
d) Membuat suatu daftar norma-norma bagi penyimak sopan santun yang tumbuh secara berangsur-
angsur;
f) Mendorong para siswa untuk mengevaluasi diri sendiri dengan mempergunakan daftar norma di
atas;
g) Dan akhirnya, memberi kesempatan kepada wakil-wakil kelas untuk mengadakan evaluasi atas
kegiatan menyimak berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan itu.
2. Menyimak Apresiatif
Dalam kegiatan menyimak apresiatif ini haruslah dipertimbangkan dua aspek yang berbeda, yaitu:
a) keresponsifan, dan
b) pengolahan serta pengembangan cita rasa.
3. Menyimak Eksploratif
Peningkatan serta kemajuan dalam bidang menyimak eksplorasif atau menyimak penjelajahan ini
dapat timbul dari kegiatan-kegiatan yang kita jelaskan berikut ini:
a) Dalam memperluas dan mendalami makna-makna kata, para siswa dapat menyimak pada kata-
kata tertentu yang telah didaftarkan di papan tulis sebelum menyimak suatu bacaan pilihan. Mereka
akan memahami makna dengan memperhatikan konteks pemakaian kata-kata tersebut.
b) Setelah menyimak pada seperangkat petunjuk hanya sekali saja, para siswa akan mengadakan
suatu eksperimen sederhana yaitu melaksanakan beberapa usaha dalam keahlian atau konstruksi
c) Setelah menyimak, para siswa menuliskan petunjuk-petunjuk, misalnya bagi penyelamatan diri di
pantai atau bagi permainan sepakbola.
d) Atau, mereka menyimak informasi baru mengenai suatu topik yang sebagian telah pernah
dipelajari.
15
4. Menyimak Konsentratif
Dalam pembicaraan di atas pun sebenarnya kita telah menyinggung- nyinggung kegiatan menyimak
konsentratif. Bentuk lain dari menyimak konsentratif yang menuntut para siswa untuk memperhatikan
urutan ide-ide sebagai berikut:
Untuk membuat diri kita menjadi penyimak efektif, banyak upaya yang dapat dilakukan, yang dapat
kita rangkumkan sebagai berikut.
1) Berupayalah mengembangkan kemauan dan keikhlasan untuk menyimak lebih lama dan lebih
sering sehingga kegiatan menyimak itu membudaya pada diri kita, bukan sebagai suatu beban atau
paksaan.
2) Berupayalah menyimak dengan penuh rasa hormat kepada pembicara sambil memancing umpan
balik darinya agar kita mendapat banyak masukan dari pembicaraannya itu.
3) Berupayalah menyimak seseorang tanpa evaluasi dan keputusan yang terlalu dini, yang bersifat
prematur; pendek kata, pergunakanlah ketenangan dan kesabaran untuk dapat menyimak secara
mendalam dan tenggang hati.
4) Berupayalah menyimak secara analitis dengan perilaku tanpa membela diri terhadap pembicara;
jauhkanlah prasangka
prasangka dan perkecillah stereotip-stereotip yang ada. Tidak baik menaruh prasangka kepada
pembicara, biarlah nanti fakta yang berbicara.
5) Berupayalah menyimak tanda-tanda atau isyarat-isyarat nonver- bal dari pembicara dan carilah
ketidakkonsekwenan yang dilakukan olehnya (disarikan dari: Russel & Black, 1981: 192).
16
2) Jangan enggan untuk turut berpartisipasi dan terlibat dengan orang lain dalam kegiatan diskusi
yang melibatkan kita sebagai pembicara ataupun sebagai penyimak.
3) Jangan takut dan khawatir bahwa komunikasi lisan dapat mengubah pendapat dan pikiran kita.
4) Jangan malu-malu dalam meminta penjelasan dari pembicara atau orang lain mengenai hal yang
belum kita pahami.
5) Jangan terlalu lekas merasa puas dengan penampilan- penampilan luar pembicara; yang perlu
diperhatikan adalah pikiran, pendapat, gagasan, dan konsepnya mengenai sesuatu.
6) Jangan membuat pertimbangan-pertimbangan yang gegabah dan ceroboh terhadap makna
sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara.
7) Hindarilah sedapat mungkin kebingungan-kebingungan semantik, dengan cara bertanya kepada
orang lain atau mencari makna suatu kata baru atau asing dalam kamus. Pendeknya: kosa kata harus
diperkaya. (disarikan dari: Russel & Black, 1981: 187).
1) Kembangkan dan tingkatkanlah keinginan untuk menyimak Tanpa keinginan dan minat yang besar
tidak mungkin dapat kita berikan perhatian yang baik terhadap pembicara.
2) Bangunlah kebiasaan-kebiasaan menyimak yang baik. Jadikanlah menyimak itu menjadi suatu
kebutuhan, suatu budaya dalam kehidupan kita.
3) Berikanlah perhatian yang besar dan wajar pada pembicara dan pembicaraannya agar kita dapat
memetik hikmah dari dalamnya.
4) Jangan dulu memberi penilaian atau evaluasi terhadap pembicara dan materinya sebelum dia
selesai berbicara. Setelah memperoleh gambaran keseluruhan, barulah kita dapat memberi penilaian
yang tepat.
5) Simaklah gagasan serta konsep pembicara. Kita perlu mengetahui isi dan bobot pembicaraannya,
bernilai atau tidak.
6) Manfaatkan dan gunakanlah kecepatan berpikir secara wajar. tepat, dan juga menuju sasaran.
7) Manfaatkanlah waktu luang dengan bijaksana sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia tanpa
guna, manfaatkanlah kedua telinga anugerah Tuhan Yang Maha Penyimak (disarikan dari: Hunt,
1981: 21-4).
17
Menurut pendapat kaplan, suatu duolog dapat dibandingkan secara baik dengan dua perangkat
televisi yang dipasang dalam saluran-saluran yang berbeda dan keduanya saling berhadapan.
Sebaliknya, dialog yang sejati melibatkan penyimakan kepada orang lain seperti halnya pada diri
sendiri. Dialog menuntut ancangan atau pendekatan terbuka, suatu kesudian menaruhperhatian
kepada orang lain dan memberi responsi secara sopan kepada mereka tanpa latihan dan ulangan.
B. HAKIKAT PERHATIAN
Pengertian perhatian itu sendiri tidak sesederhana anggapan kebanyakan orang; justru sangan rumit
dan kita belum mengetahui banyak mengenai itu. Yang jelas kita ketahui ialah bahwa perhatian itu
beroperasi pada situasi, sikap, dan rasa.
Ada seorang pakar yang menyarankan bahwa konsep perhatian itu mencakup berbagai faktor, yaitu;
1) konsentrasi mental, 2) kewaspadaan, 3) selektivitas, 4) mencari dan memeriksa, 5) aktif dan giat, 6)
penataan diri.
Berikut ini akan kita bicarakan beberapa di antara teori-teori yang berkenaan dengan perhatian.
1. Teori Seleksi-Responsi
Teori ini adalah buah pikiran Anthony Deutsch dan Diana Deutsch. Dalam teori ini, seleksi dikaitkan
langsung dalam kepentingan stimulus. Semakin penting suatu stimulus kepada penerima, semakin
kuat pula reaksinya, dan kekuatan reaksi terhadap suatu stimulus menentukan seleksi. Suatu pesan
yang penting menghasilkan keinsafan atau pengakuan yang sadar, yang pada gilirannya menuntut
perhatian.
2. Teori Saringan
Teori ini dikembangkan oleh Donald Broadbent. Informasi memasuki sistem melalui sejumlah saluran
paralel. Informasi itu disimpan dalam waktu terbatas di dalam sebagian ingatan yang dikenal sebagai
bank ingatan jangka pendek. Di sana, suatu "sistem saringan" mengambil alih dan menyeleksi satu
dari stimu- lus-stimulus itu, yang kemudian diizinkan berjalan masuk ke saluran kapasitas terbatas.
Dari sana, stimulus atau informasi itu masuk ke dalam gudang permanen, yang dikenal sebagai bank
ingatan jangka panjang, atau keluar melalui mekanisme keluaran (output). Akan etapi, perlu
diperhatikan bahwa model itu memperlengkapi suatu pengembalian informasi dari bank ingatan
jangka panjang ke saluran kapasitas terbatas, dan dari saluran kapasitas terbatas kembali ke bank
ingatan jangka pendek.
Bank ingatan jangka pendek merupakan suatu fasilitas penyimpan terbatas tempat informasi
menghilang dengan cepat kecuali kalau dilatih secara konstan (diperbaharui lagi) atau diteruskan ke
penyimpanan jangka panjang. Sebaliknya, bank ingatan jangka panjang diperkirakan mempunyai
kapasitas tidak terbatas, jadi menyediakan suatu wadah bagi penyimpan informasi yang permanen.
Hal ini mengimplikasikan bahwa apabila kita tidak dapat mengingat sesuatu, tidaklah perlu
disebabkan hilangnya informasi, tetapi kadang-kadang kita tidak mempunyai cukup isyarat
menempatkan materi dan mendapatkannya kembali dari penyimpanan jangka panjang.
18
Teori ini dikembangkan oleh Anne M.Tresman, agak bersamaan dengan teori filter Broadbent, tetapi
jauh lebih eksplisit mengenai kaidah-kaidah yang mengendalikan tindakan saringan itu. Seperti juga
halnya Broadbent, Treisman melihat garis-garis stimulus yang sejajar, atau masukan, mengalir ke
dalam pribadi seseorang. Masukan itu (pesan, informasi, dan data) kemudian dianalisis berdasarkan
sifat-sifat fisiknya (kenyaringan, tekanan, warna, luas, dan ukuran).
Walaupun menentukan perhatian utama itu memang mungkin, hal itu sama sekali tidaklah otomatis
mengakibatkan penyimakan yang baik. Perhatian yang utuh hanya dapat diberikan pada satu stimulus
pada suatu waktu. Kita hanya memiliki sejumlah perhatian tertentu; dengan membaginya, kita pun
menipiskan atau mencairkan kemampuan kita untuk menyimak secara efektif. Maklumlah, kita
mempunyai keterbatasan-keterbatasan perhatian. Dengan kata lain, perhatian kita terbatas.
Alangkah banyaknya hal-hal dalam hidup ini yang mendapat perhatian dan yang harus kita
perhatikan. Pendeknya, ada perhatian yang berdasarkan pilihan kita dan ada pula perhatian yang
bukan berdasarkan pilihan kita. Kedua jenis ini masing-masing kita sebut perhatian suka rela dan
perhatian wajib.
D. FAKTOR PEMENGARUH PERHATIAN MENYIMAK
19
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyimak yang baik adalah orang yang mampu menyimak dengan memfokuskan seluruh
perhatiannya terhadap bahan ujaran yang disampaikan oleh pembicara. Dia mempunyai tujuan dalam
menyimak, tidak hanya mendengarkan ujaran yang disampaikan. Tetapi menyimpan informasi-
informasi yang penting di long term memory. Penyimak yang baik juga mampu menerapkan tahap-
tahap menyimak yang benar, dia memiliki perilaku yang baik dalam menyimak. Meskipun daya simak
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
3.2 Saran
Menyimak adalah suatu keterampilan komunikasi yang terabaikan. Banyak orang yang
kelihatannya menyimak, tetapi tidak sesuai dengan definisinya. Seseorang lebih sering
berpura-pura menyimak dan pikirannya melayang ke tempat lain, sehingga informasi atau hal-
hal penting tidak didapatkan. Maka dari itu, kita harus menyimak dengan benar artinya
menyimak dengan memfokuskan perhatian. Kita harus menyimak dengan menggunakan
pemahaman, pengetahuan, penilaian serta mampu merespon isi dari pembicaraan. Sehingga
informasi-informasi tersebut adalah hal-hal penting yang patut kita simpan di memori ingatan
kita.
21
DAFTAR PUSTAKA