Anda di halaman 1dari 23

TUGAS Ke-1

”SENI BERBAHASA”
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Matakuliah : Keterampilan Berbahasa
Dosen pengampu : Zulfadli Hamdi M.Pd.

Oleh:
Dini Hariani
200102213

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hinayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk dan isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Makalah ini memuat tentang “SENI BERBAHASA” dan berbagai penjelasannya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang SENI
BERBAHASA yang telah penulis sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Ucapan
terimakasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini. Dengan adanya makalah ini, selain untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, penulis berharap agar makalah ini
mendatangkan wawasan yang lebih luas kepada pembacanya.
Penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Zulfadli Hamdi, M.Pd. selaku dosen
Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembacanya, khususnya kepada
penyusun sendiri. Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Pancor, 19 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................1


B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................4

A. Hakikat Bahasa....................................................................................4
B. Seni Berbahasa.....................................................................................9
C. Teknik Belajar Bahasa Anak..............................................................13
D. Implikasi Pembelajaran Seni Berbahasa...............................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Kritik dan Saran....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah hal terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan
bahasa semua orang bersosialisasi dengan baik, menyampaikan aspirasi dan
bahkan menolak aspirasi yang tidak sesuai dengan pendapat atau pengetahuan
sendiri. Bahasa kadang menjadi sesuatu yang sensitif dikalangan masyarakat luas
dikarenakan perbedaan bahasa yang berkembang dimasyarakat. Perbedaan bahasa
tersebut menjadi salah satu landasan adanya bahasa pemersatu yang bisa
digunakan untuk semua kalangan dan semua daerah tertentu dengan aturan bahasa
yang baik dan benar yang dilandasi dengan aturan kaidah berbahasa.
Bahasa memiliki peranan penting dalam hidup kita. Barang kali karena
lazimnya, jarang sekali kita memperhatikannya dan lebih menganggapnya sebagai
hal yang biasa seperti bernafas atau berjalan. Bahasa mempunyai pengaruh yang
luar biasa dan termasuk dari apa yang membedakan manusia dari hewan maupun
tumbuhan. Bahasa adalah salah satu dimensi terpenting dalam kehidupan
manusia. Manusia memerlukan bahasa untuk mengembangkan kepribadiannya
dan bahasa juga memerlukan manusia sebagai penuturnya agar dapat
berkembang.
Begitu pentingnya hubungan antara manusia dan bahasa para ahli khususnya
yang bergerak dibidang sosiologi bahasa sampai pada kesimpulan bahwa
mempelajari manusia tak bisa dilepaskan dari konteks kebahasaan yang
berkembang dimasyarakat dan juga sebaliknya. Bahasa merupakan salah satu
wujud yang tidak dapat dipisahkan dari manusia, sehingga dapat dikatakan bahasa
itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah
satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan
manusia. Tidak ada satupun kegiatan manusia yang tidak disertai dengan
kehadiran bahasa.

1
Peran dan pentingnya aturan dalam berbahasa memerlukan wadah untuk
mempelajarinya sehingga perlu adanya pendidikan bahasa. Saat ini pendidikan
bahasa sudah lumrah diajarkan bahkan ada disetiap jenjang pendidikan mulai dari
pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi, hanya saja materi dan ranah
penerapannya saja yang berbeda. Bahasa pada dasarnya adalah sebuah simbol
atau lambang yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang
berinovatif dan beragam.
Adanya perbedaan dan variasi dalam berbahasa inilah yang menjadikan
pendidikan berbahasa karena bahasa yang baik dan dibenarkan itu memiliki
aturan-aturan serta kajian yang baik dalam berbahasa. Salah satu kajian yang ada
dalam berbahasa meliputi seni bahasa yang didalamnya tercakup menyimak,
membaca, menulis, dan berbicara. Seni secara sederhananya dikatakan sebagai
sebuah keterampilan yang dimana bisa dikembangkan dan dilatih dalam
penerapannya. Dasar dalam berbahasa ini perlu dikembangkan dalam dunia
pendidikan terlebih khusus lagi dalam pendidikan anak SD.
Bahasa yang diajarkan dengan baik pada tahap awal perkembangan anak, akan
menjadikan anak lebih mengerti dan paham tentang aturan dalam berbahasa,
perbedaan karakter, latar belakang, serta pemahaman siswa tentu menjadi hal
pertama yang dipertimbangkan dalam pembelajaran bahasa anak. Karena faktor-
faktor tersebut dalam belajar berbahasa seorang pendidik juga menemukan teknik
ataupun metode yang cocok serta penerapannya yang berkesinambungan dalam
pendidikan. Suatu tindakan yang kecil biasa berdampak bagi penerima tindakan.
Pembelajaran bahasa anak yang diajarkan oleh seorang guru, memiliki
implikasi atau akibat yang yang bisa dirasakan langsung oleh si penerima
tindakan yakni peserta didik. Implikasi yang terjadi pada anak atau dunia
pendidikan dalam bidang seni berbahasa. Seni berbahasa yang diberikan oleh
seorang guru dalam pendidikan bisa memiliki yang diberikan oleh seorang guru
dalam pendidikan bisa memiliki yang mengena langsung kepada pelaku
pendidikan atau peserta didik.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hakikat bahasa?
2. Apa itu seni berbahasa?
3. Apa saja teknik atau metode belajar bahasa anak?
4. Apa saja implikasi pembelajaran seni berbahasa?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk memaparkan tentang hakikat bahasa.
2. Untuk memaparkan pegetahuan tentang seni berbahasa.
3. Untuk memaparkan teknik-teknik ataupun metode belajar bahasa anak.
4. Untuk memaparkan implikasi dari pembelajaran seni berbahasa.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah ucapan yang kita dapat pertama yaitu bahasa ibu kemudian
bahasa kedua, bahasa kedua adalah bahasa yang kita dapatkan dari lingkungan
sekitar dan forum formal (dunia pendidikan).
Beranjak dari pendapat para pakar, pengertian bahasa secara umum adalah
sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter yang digunakan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi oleh masyarakat pemakai bahasa.
Bahasa dinyatakan sebagai sistem lambang, bunyi, yakni bahasa merupakan
susunan atau kumpulan dari lambang-lambang bunyi (A, B, C, D, E, F, dan
seterusnya. Dinyatakan sebagai sistem karena lambang-lambang bunyi harus
disusun berdasarkan pola kebahasaan yang telah disepakati oleh masyarakat
pemakai bahasa, sehingga lambang-lambang bunyi tersebut memiliki arti.
Bahasa dinyatakan sebagai lambang bunyi yang arbiter, karena adanya
lambang bunyi tersebut karena kesepakatan bersama yang bersifat semena-mena
oleh masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat pemakai bahasa Jawa memiliki
lambang bunyi yang berbeda-beda dengan masyarakat pemakai bahasa Arab,
Melayu, dan Batak. Begitu juga masyarakat pemakai bahasa yang lain juga
memiliki lambang bunyi bahasa yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, bahwa bahasa
itu bersifat arbiter, karena berdasarkan kesepakatan bersama (pemakai bahasa)
yang semena-mena (sewenang-wenang) pada lingkungan yang bersangkutan.
Apabila kita membaca buku linguistik dari berbagai pakar, maka akan kita
temui berbagai definisi tentang bahasa. Definisi-definisi itu akan menghasilkan
sejumlah ciri yang merupakan hakikat bahasa. Ciri yang merupakan hakikat
bahasa antara lain:

4
1. Bahasa sebuah sistem lambang
2. Bahasa berupa bunyi
3. Bahasa bersifat arbiter
4. Bahasa bersifat produktif
5. Bahasa bersifat dinamis
6. Bahasa bersifat beragam dan manusiawi
Bahasa sebagai sebuah sistem berarti bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bagi kita yang
memahami sistem bahasa Indonesia akan mengakui bahwa susunan “Ayah mem…
adik …di…” merupakan kalimat bahasa Indonesia yang benar sistemnya,
walaupun ada sejumlah komponennya yang dirumpangkan. Tetapi, susunan “Mem
ayah adik di kecil kamar”, bukan kalimat bahasa Indonesia yang benar karena
tidak tersusun menurut sistem kalimat bahasa Indonesia.
Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbiter, artinya hubungan antara lambang
dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib dan tidak dapat dijelaskan
mengapa lambang itu bermakna tertentu. Hal ini berarti mengapa lambang bunyi
bahasa |pena| tadi menyatakan sejenis alat tulis bertinta tidak dapat dijelaskan.
Kearbiteran ini dapat dilihat dari banyaknya sebuah makna atau konsep yang
dilambangkan dengan bermacam-macam bunyi bahasa. Misalnya,makna besar
tubuh yang lebih kecil dari ukuran normal dalam bahasa Indonesia dinamakan |
kurus|, |langsing|, |ramping|, dan |kerempeng|. Namun, kearbiteran itu harus
konvensional, artinya setiap penutur bahasa Indonesia akan mematuhi hubungan
antara lambang dengan yang dilambangkan.
Bahasa bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas dapat
dibentuk ujaran-ujaran bahasa yang hampir tidak terbatas. Misalnya, dalam kamus
umum bahasa Indonesia susunan W. J. S. Purwadarminta, bahasa Indonesia
memiliki kurang lebih 23.000 buah kata, namun dengan 23.000 buah kata itu dapat
dibentuk kalimat sebanyak jutaan atau tidak terbatas. Kita coba dengan sebuah
kata “lihat”, dapat dibentuk beberapa kalimat seperti:

5
1. “Lihat mobil itu!”
2. “Kamu lihat mobil itu?”
3. “Kamu melihat mobil itu?”
4. “Adik melihat mobil itu.”
5. “Paman melihat mobil itu.”
Bahasa juga bersifat dinamis, artinya bahasa tidak terlepas dari kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu bisa terjadi pada
tataran fonologis, morfologis, sintaksis, sematik, dan leksikon. Perubahan ini
terlihat pada tataran leksikon, misalnya ada kosakata baru muncul, namun ada juga
kosakata lama yang tidak digunakan lagi. Sebagai contoh katanya seperti kerja
paksa, kerja rodi, kerja bakti, tidak dipakai lagi, yang dipakai adalah gotong
royong.
Bahasa itu beragam, artinya sebuah bahasa mempunyai kaidah-kaidah atau pola
tertentu yang sama, tetapi karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang
heterogen yang memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, maka
bahasa itu beragam, baik pada tataran fonologis, morfonologis, sintaksis dan
leksikon. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh suku Jawa, suku Aceh, suku
Batak Toba, suku Minangkabau, suku Toraja, suku Dayak, suku Ambon, suku
Mandailing, suku Karo, akan berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan
oleh suku Melayu atau suku Pak Pak.
Disamping itu, bahasa bersifat manusiawi yang berarti bahasa sebagai alat
komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa yang
dimiliki hewan sebagai media komunkasi berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak
bersifat produktif dan dinamis serta dikuasai secara naluriah. Manusia dalam
menguasai bahasa bukan secara naluriah, melainkan dengan cara belajar. Tanpa
belajar manusia tidak akan dapat berbahasa. Oleh karena itu, bahasa bersifat
manusiawi, hanya dimiliki manusia.
Ciri-ciri bahasa atau bahasa Indonesia sebagaimana diuraikan di atas, menjadi
indikator akan hakikat bahasa Indonesia menurut pandangan linguistik umum

6
yang melihat bahasa sebagai bahasa. Menurut pandangan sosiolinguistik bahasa
mempunyai ciri sebagai media mengidentifikasikan diri dan sebagai media
komunikasi sosial.
Berkenaan dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, ada dua tonggak
sejarah yang penting yakni ikrar Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928; dan lahirnya
Undang-undang Dasar 1945, 18 Agustus 1945. Sumpah pemuda memosisikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai:
1) Lambang kebanggaan nasional;
2) Lambang identitas nasional;
3) Alat pemersatu bangsa; dan
4) Alat penghubung antardaerah dan antarbudaya.

B. Seni berbahasa

Bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana mengungkapkan pikiran serta


perasaan manusia juga tak lepas dari unsur seni. Seni bahasa meliputi seni
menulis, berbicara, membaca, dan mendengarkan. Setiap keterampilan tersebut
erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang
beraneka rona. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui
suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil, kita belajar
menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki
sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur-
tunggal. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan proses-proses
berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa sesorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.

Menyimak salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat
reseptif. Dengan demikian, menyimak bukan hanya sekedar kegiatan

7
mendengarkan tetapi juga harus mampu dalam memahaminya. Ada dua situasi
dalam keterampilan menyimak secara interaktif dan noninteraktif. Keterampilan
interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telpon atau
yang sejenisnya. Sedangkan keterampilan menyimak noninteraktif terjadi ketika
kita mendengarkan radio, tv, film, khotbah atau dalam acara seremonial dalam
situasi menyimak noninterkatif ini kita tidak dapat meminta penjelasan dari
pembicara.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata yang mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan. Dalam berbicara memanfaatkan kemampuan fisik untuk
menyampaikan apa yang ada didalam otak untuk di sampaikan kepada orang lain.
Keterampilan membaca tergolong keterampilan dasar yang harus dikuasai atau
dimiliki oleh seorang siswa, karena keterampilan membaca bersifat reseptif.
Aktifitas membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan mendengarkan dan berbicara. Keterampilan menulis merupakan
sesuatu yang sangat lumrah yang dilakukan. Menulis merupakan kreatifitas atau
keterampilan khusus yang harus dipelajari dan senantiasa untuk dilatih.
Berikut ini akan dibicarakan sepintas kilas hubungan antar keterampilan
tersebut:
1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak
Antara berbicara dan menyimak, terdapat hubungan yang erat dari hal-hal
berikut ini:
a) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru
(imitasi). Oleh karena itu, contoh atau model yang disimak serta direkam
oleh anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara.
b) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh anak biasanya ditentukan
oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa X
kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan
dalam menyampaikan ide-ide mereka.

8
c) Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam
masyarakat tempatnya hidup; misalnya: ucapan, intonasi, kosa kata,
penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.
d) Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh
lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat
diucapkannya.
e) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan
kualitas berbicara seseorang.
f) Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara
pemakaian kata-kata anak. Oleh karena itu, anak akan tertolong kalau
mereka mendengarkan/menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru,
rekaman-rekaman yang bermutu, dan cerita-cerita yang bernilai tinggi.
g) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan
menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak
penyimak. Umumnya, anak mempergunakan bahasa yang didengarnya.
2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca
Keterampilan menyimak juga merupakan dasar atau faktor penting bagi
suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian yang
telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan
penting antara membaca dan menyimak, antara lain:
a) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru
melalui bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dengan
pemahaman penting sekali,
b) Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan
(verbalized learning) selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu
dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah
meneruskan pelajarannya dikelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak
melaui menyimak daripada melaui membaca,

9
c) Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul
daripada membaca pemahaman (reading comprehension), anak-anak
sering gagal untuk memahaminya dan tetap
menyimpan/memakai/menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar,
d) Oleh karena itu, para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar
menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi agar hasil pengajaran itu
baik,
e) Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas
mempunyai kaitan dengan kesukarran-kesukaran dalam belajar membaca
secara baik,
f) Bagi para pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya, korelasi anatar
kosa kata baca dan kosa kata simak (reading covabulary dan listening
vocabulary) sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih,
g) Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek ucapkali
dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan
suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan
dalam membaca (poor reading),
h) Menyimak turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang
diajukan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya,
membaca lebih unggul dari pada menyimak sesuatu yang mendadak dan
pemahaman informasi yang terperinci.
Selagi keterampilan-keterampilan menyimak dan membaca erat
berhubungan, peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan
peningkatan pada yang lain. Keduanya merupakan proses saling mengisi.
Membaca hendaklah disertai dengan diskusi (sebelum, selama, dan sudah
membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata,
pemahaman umum, serta pemilikan ide-ide para pelajar yang kita asuh.
3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca

10
Sejumlah proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang
erat diantara perkembangan kecakapan bahwa kemampuan umum bahasa lisan
turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta
keterampilan-keterampilan bagi pengajaran membaca. Kemampuan-
kemampuan ini mencangkup ujaran yang jelas dan lancer, kosa kata yang luas
dan beranekaragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap/sempurna kalau
diperlukan, pembeda-bedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan
mengikuti perkembangan urutan suatu cerita atau menghubungkan suatu
kejadian dalam urutan yang wajar.
Hubungan-hubungan antara bidang lisan dan membaca telah dapat diketahui
dalam beberapa telaah penelitian, antara lain:
a) Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan
bahasa lisan.
b) Pola-pola pelajaran ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf
mungkin mengganggu pelajaran membaca pada anak-anak.
c) Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah ujaran membentuk suatu
pelajaran bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak kelas yang
lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya:
kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat
yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.
d) Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara
langsung. Andaikata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/buku
pegangan murid, guru hendaknya mendiskusikannya dengan murid
sehingga mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai
membacanya.
C. Teknik Belajar Bahasa Anak
Teknik atau metode diartikan sebagai sebuah prosedur yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan. Di sisi lain metode diartikan sebagai rencana
pembelajaran yang mencakup pemilihan bahan, penyusunan secara sistematis

11
bahan yang akan diajarkan serta kemungkinan pengulangan, dan
pengembangannya. Dalam uraian berikut pengertian metode lebih menekankan
pada prosedur, cara kerja yang sistematis untuk mencapai tujuan. Macam-macam
metode atau teknik pembelajaran bahasa yaitu:
1. Teknik Terjemah
Metode atau teknik terjemahan sering digunakan dalam pembelajaran
bahasa asing atau bahasa kedua. Penggunaaan metode ini dilakukan dengan
menerjemahkan wacana dalam bahasa ibu peserta didik. Urutan penyajian
dari pengenalan kata dan aturan tata bahasa dalam kalimat. Karena itu
penyajian materi lebih menekankan pada pemakaian bahasa tulis. Kelebihan
metode atau teknik terjemahan adalah:
a. Praktis, dengan memilih bacaan kemudian menerjemahkann ke dalam
bahasa ibu dengan bermodalkan kamus,
b. Pengetahuan kata-kata dapat diperoleh dengan cepat,
c. Latihan terjemahan juga merupakan pembandingan dua bahasa.
Sedangkan kelemahan teknik terjemahan meliputi:
a. Hanya berlaku dalam pembelajaran bahasa asing,
b. Kurang memberikan kesempatan dalam penggunaan bahasa lisan,
c. Menimbulkan kesulitan karena belum tentu kata-kata dapat
diterjemahkan dalam bahasa ibu,
d. Kurang tepat digunakan untuk pembelajaran bahasa yang bersifat aktif,
e. Penerjemahan sering dilakukan dengan menerjemahkan kata per kata
yang kurang tepat dengan penggunaan bahasa sesuai konteks,
f. Pencampuran bahasa ibu dengan bahasa asing kurang menguntungkan,
dapat menimbulkan keracunan penggunaan.
2. Teknik Tatabahasa
Penggunaaan metode atau teknik tata bahasa didasarkan pada pendekatan
informatif, yang berupa penjelasan penggunaan kata-kata dan tata bahasa. Isi
pelajaran berupa daftar kata-kata dan butir-butir tata bahasa. Penggunaan

12
metode ini lebih menekankan pada pembelajaran bahasa tulis yang bersifat
pasif. Kelebihan metode tata bahasa, yaitu:
a. Mudah dilaksanakan,
b. Sederhana,
c. Biayanya murah.
Sedangkan kelemahannya yaitu:
a. Tidak tepat digunakan dalam pembelajaran bahasa yang bersifat dinamis;
b. Arti kata-kata lebih tergantung pada konteks pemakaiannya, dan bukan
pada daftar kata-kata lepas;
c. Gagal membedakan aspek pengetahuan dan penguasaan bahasa.
3. Teknik Langsung
Penggunaan metode atau teknik langsung didasarkan pada asumsi bahwa
penguasaan bahasa dan pengembangan rasa bahasa secara instingtif berakar
dalam hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. Karena itu tidak
diperkenankan penggunaan bahasa dan ekspresi. Karena itu tidak
diperkenankan penggunaan bahasa perantara, penguasaan bahasa lisan
diutamakan, pembelajaran dilaksanakan seperti anak belajar bahasa ibunya,
waktu terbanyak digunakan untuk latihan bahasa lisan, pola-pola dan struktur
kalimat diajarkan secara induktif, gairah belajar harus tumbuh dalam
pelajaran itu. Kelebihan metode langsung adalah:
a. Peserta didik aktif berbahasa,
b. Peserta didik langsung diajak menggunakan bahasa target yang
merupakan penerapan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi,
c. Pemahaman peserta didik terhadap bahasa tidak verbalistis.
Sedangkan kelemahan penggunaan metode langsung adalah:
a. Tidak semua kata dapat dijelaskan dengan menghubungkan kata-kata
dengan benda, gerakan, gambar, atau tiruan,
b. Peserta didik cenderung menerjemahkan secara diam-diam,
c. Kesulitan dalam menjelaskan bentuk kata-kata,

13
d. Pelajaran membaca permulaan lambat karena peserta didik harus
mendengarkan bahasa target yang menekankan pada bahasa lisan,
e. Membebani guru (guru kelelahan).
4. Teknik Berlizt
Penggunaan metode atau teknik berlizt merupakan pengembangan metode
langsung. Prinsip dasar penggunaannya sama dengan metode langsung.
Adapun ciri-ciri penggunaan metode berlizt, yaitu:
a. Selalu menjaga hubungan langsung antara bahasa dan pikiran,
b. Bahasa ibu tidak boleh digunakan,
c. Kata-kata benda konkret diajarkan dengan menunjukkan benda asli,
gambar atau tiruannya,
d. Kata-kata benda abstrak diajarkan dengan mendemonstrasikan
pengertiannya,
e. Tata bahasa diajarkan dengan contoh-contoh,
f. Sejak awal semua aspek diajarkan secara lisan, dan
g. Kata-kata diajarkan dalam hubungannya dengan kalimat.
5. Teknik Pembatasan Bahasa
Penggunaan metode atau teknik pembatasan bahasa berdasar asumsi
mencari jalan paling efisien agar dalam waktu singkat dan mudah siswa-
siswa dapat menguasai sejumlah kata-kata dan pola-pola kalimat yang
terbatas, tetapi mempunyai kegunaan tinggi dalam kehidupan. Untuk
mencapai hal itu ditempuh langkah-langkah pembelajarannya:
a. Kata-kata dan pola kalimat yang dipilih yang frekuensi pemakaiannya
tinggi,
b. Kata-kata dan pola kalimat yang diajarkan diambil dari bacaan,
c. Pemilihan kata-kata dan struktur kalimat didasarkan pada nilai
strukturnya, keumuman pemakaiannya secara geografis, nilai dalam
pembentukan kata baru dan fungsi stilistikanya.
6. Teknik Oral

14
Teknik atau metode oral disebut juga dengan tbe Reform Method atau
Fonetic Method. Metode ini merupakan perbaikan metode atau teknik
langsung. Prinsip dasar yang digunakan dalam metode ini bahwa pengajaran
bahasa dilaksanakan melalui bicara, apapun tujuan yang ingin dicapai. Titik
berat pembelajaran pada penggunaan bahasa yang benar-benar digunakan
oleh masyarakat penutur bahasa itu. Menghafal kata-kata dihindari, tetapi
penggunaan pola-pola pengunaan bahasa yang digunakan penutur bahasa itu
diintensifkan. Latihan-latihan mendengarkan, latihan ucapan dilakukan
secara teratur. Latihan itu dilakukan dengan urutan latihan ucapan kata,
ungkapan-ungkapan, pemakaian kata-kata dalam kalimat dengan intonasinya.
Pembelajaran bahasa tulis digunakan buku-buku yang disertai tanda-tanda
ucapan. Namun penekanannya pada bahasa lisan yaitu mendengarkan dan
berbicara.
7. Teknik Realis
Penggunaan metode ini didasarkan pada prinsip bahwa mempelajari
bahasa harus sebagaimana tingkah laku berbahasa yang sesungguhnya.
Adapun ciri-ciri metode ini:
a. Sejak awal siswa belajar berbahasa sesuai tingkah laku berbahasa
sesungguhnya,
b. Bahasa dipandang sebagai reaksi terhadap alam sekitar. Reaksi itu seperti
kata-kata, gerak-gerik, intonasi, tekanan suara, dan pernyataan yang lain,
c. Tingkah laku merupakan bagian dari keseluruhan berbahasa itu sendiri,
d. Penggunaan bahasa sesuai tingkah laku berbahasa sesungguhnya,
e. Bahan disajikan dalam bentuk percakapan,
f. Penyusunan bahan dilakukan dengan kerja sama antara guru dan ahli
bahasa.
8. Teknik Baru
Landasan metode ini adalah membaca dengan ciri:
a. Prioritas pelajarannya membaca,

15
b. Murid diperlengkapi dengan kata-kata pilihan,
c. Bahasa ibu masih mungkin digunakan secara selektif,
d. Mendengar dan memahami sesuatu dilakukan lebih dahulu sebelum anak
belajar berbicara,
e. Buku guru dan buku murid disiapkan dan ditambah dengan bacaan
pelengkap.
9. Teknik Alamiah
Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa belajar bahasa sesuai dengan
anak belajar bahasa ibu. Adapun langkahnya:
a. Pembelajaran kata-kata selalu dihubungkan dengan benda, sifat, dan kerja
yang diwakilinya,
b. Yang mula-mula dipelajari adalah kelompok bunyi yang umum bukan
bunyi yang terpisah,
c. Pembelajaran dimulai dari mendengarkan,
d. Bila anak melakukan kesalahan segera dibetulkan oleh diri sendiri
maupun orang lain dan biasanya karena contohnya juga salah,
e. Perasaan ingin tahu ditumbuhkan dan dijadikan sebagai pendorong dalam
belajar berbahasa,
f. Anak belajar berbahasa dari banyak guru karena setiap orang yang
berbahasa adalah gurunya,
g. Proses belajar langsung dalam keragaman dan dilakukan sambil bermain,
h. Bahasa yang dipelajari anak adalah bahasa yang dipakai sehari-hari.
10. Teknik Psikologis
Metode ini berdasar prinsip visualisasi mental dan asosiasi gagasan-
gagasan. Ciri-cirinya, benda-benda, gambar-gambar, diagram-diagram, kartu-
kartu digunakan untuk menciptakan mental image dan menghubungkan
mental image itu dengan kata-kata.
Langkah-langkahnya:
a. Pembelajaran dimulai dari bahasa lisan lalu menggunakan buku,

16
b. Bahasa ibu sedapat mungkin tidak digunakan,
c. Menulis baru diajarkan setelah melalui beberapa pelajaran, dan
d. Tata bahasa diajarkan sejak permulaan.
11. Teknik Membaca
Pembelajaran bertujuan pada pengetahuan dan keterampilan membaca
pada bahasa target. Teks dibagi atas dua bagian pendek masing-masing
dengan daftar kata-kata yang akan diajarkan dalam teks itu, terjemahannya,
dan gambar-gambar. Setelah kemampuan membaca memadai teks disajikan
dalam bentuk cerita atau novel.
12. Teknik Smart Learning
Smart Learning merupakan metode terapan yang disesuaikan dengan
karakteristik penulis sebagai guru dan siswa. Pada penerapan smart learning
siswa diajak belajar secara aktif, dengan pentahapan adalah sebagai berikut:
a. Tahap serap;
b. Tahap maknai;
c. Tahapan rayakan;
d. Tahapan terapan.

D. Implikasi Pembelajaran Seni Berbahasa


Bagaimana anak-anak belajar berbicara mempunyai implikasi penting untuk
bagaimana anak-anak belajar seni berbahasa di sekolah dan bagaimana para guru
mengajarkan seni bahasa. Ada tujuh implikasi dalam pembelajaran seni bahasa,
yakni:
1. Anak-anak belajar berbicara dengan menyerap bahasa dari lingkungan
sekitarnya, bukan kemampuan berbicara melalui contoh yang diajarkan,
2. Anak-anak menggunakan empat sistem berbahasa secara bersamaan, yakni:
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis,

17
3. Anak-anak mengkonstruksi pengetahuan mereka sebagaimana yang mereka
buat dan menguji hipotesis, dengan meningkatkan kemampuan berbicara
mereka,
4. Anak-anak belajar dan menggunakan bahasa yang meaningfull sesuai dengan
fungsi dan tujuan komunikasi,
5. Anak-anak belajar menggunakan tujuh fungsi bahasa melalui berbicara dan
menulis,
6. Orang dewasa menyiapkan model untuk mendukung proses pembelajaran
anak,
7. Orang tua dan yang lainnya memberikan harapan kepada anak-anak bahwa
mereka akan sukses dalam berlajar berbicara.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa adalah salah satu hal penting dalam kehidupan. Karena bahasa adalah
bentuk penuangan dari pikiran yang akan disampaikan melalui sebuah kata-kata.
Dengan bahasa kita bisa bersosialisasi dengan orang lain. Seni berbahasa adalah
sebuah keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan-keterampilan tersebut
antara lain yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Yang dimana
semua keterampilan tersebut memiliki hubungan-hubungan yang saling
berkaitan.
Adapun teknik-teknik dalam pembelajaran tidak jauh dari konsep-konsep
yang sudah ditentukan. Adapun teknik-tekniknya adalah terjemah, tata bahasa,
langsung, berlizt, pembatasan bahasa, oral, dan masih banyak lagi teknik yang
bisa digunakan dalam pembelajaran bahasa. Adapun implikasi pembelajaran
bahasa adalah anak bisa mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan bisa ia
tuangkan dalam sebuah kata-kata yang disebut dengan bahasa. Selain itu anak
juga dilatih untuk mempunyai keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan
juga menulis.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Farinda, Eka Yushinta. 2016. Buku Ajar Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR

Gereda, Agustinus. 2020. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Tasikmalaya: EDU


PUBLISHER

Hamdi, Zulfadli. 2018. Bahan Ajar Keterampilan Bahasa Indonesia. Pancor:


Universitas Hamzanwadi

Laki, Ridwan. (2018). Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Erakurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 1(1), 23-29

Sitepu, tepu. Rita. (2017).Bahasa Indonesia Sebagai Media Primerkomunikasi


Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(1)

Taringan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: CV Angkasa

Titik, Dwi Astuti. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Mengapresiasi Teks Seni dan
Teks Ilmiah Sederhana Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode
Smart Learning Siswa Kelas VII C SMPN 2 Kecamatan Bungkal. Jurnal
Edukasi Gemilang, 3(2)

Widharyanto, B.dkk. 2018. Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD. Jakarta:


Media MAXIMA

20

Anda mungkin juga menyukai