Anda di halaman 1dari 24

TUGAS Ke-3

“MENDENGAR DI DALAM PEMBELAJARAN”


Dosen pengampu: Zulfadli Hamdi, M.Pd.

Oleh:

DINI HARIANI
NPM: 200102213

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keterampilan Bahasa Indonesia SD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hinayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk dan isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam adminnistrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Makalah ini memuat tentang “MENDENGAR DI DALAM PEMBELAJARAN”


dan berbagai penjelasannya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang MENDENGAR DI DALAM PEMBELAJARAN yang telah penulis
sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Ucapan terimakasih penulis ucapkan
kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, selain
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, penulis berharap agar
makalah ini mendatangkan wawasan yang lebih luas kepada pembacanya.

Penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Zulfadli Hamdi, M.Pd. selaku dosen
Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembacanya, khususnya kepada
penyusun sendiri. Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Pancor, 31 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Manfaat dan Tujuan.............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................4

A. Menyimak Eferent...............................................................................4
B. Menyimak Kritis..................................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................20

A. Kesimpulan.........................................................................................20
B. Saran ..................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena
merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan atau informasi
kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Dari sanalah bahasa disebut
sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Melalui proses pembelajaran yang dinamis diharapkan akan tercipta suatu
bentuk komunikasi lisan dan proses pembelajaran yang tidak menjenuhkan atau
monoton melalui keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, yang akan penulis bahas dalam makalah
ini adalah mengenai keterampilan menyimak.
Menyimak merupakan suatu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif. Meskipun keterampilan bahasa jenis ini baru diakui sebagai komponen
utama dalam pembelajaran berbahasa pada tahun 1970-an yang ditandai oleh
munculnya teori Total Physical Response, The Natural Approach, dan Silent
Period dari James Asher, tetapi dalam proses pembelajaran, keterampilan ini
mendominasi aktivitas peserta didik disbanding dengan keterampilan lainnya.
Hal ini dikarenakan menyimak bukan suatu kegiatan satu arah.
Sedangkan menyimak itu sendiri memiliki banyak ragam, seperti menyimak
hati-hati, menyimak kritis, menyimak perseptif, dan menyimak kreatif. Dari
beberapa ragam menyimak, pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan
pada pembahasan tentang menyimak kritis dan menyimak eferent.
Keterampilan menyimak adalah salah satu dari empat kemampuan yang harus
dimiliki dan dikembangkan oleh setiap manusia. Keterampilan ini diberikan oleh
Allah sebagai kemampuan alamiah seseorang yang normal dan kemudian

1
berkembang sesuai dengan pertumbuhan fisiknya. Dengan adanya kemampuan
ini seorang manusia dapat mengetahui dan memahami informasi baik itu berupa
percakapan, opini, fakta, atau pengetahuan yang disampaikan melalui orang,
media, atau tulisan. Peranan keterampilan menyimak dalam upaya seseorang
memperoleh pengetahuan sangatlah besar. Hampir sebagian besar ilmu
pengetahuan yang diperoleh oleh manusia adalah menggunakan keterampilan
mennyimak ini, maka dari itu melatih keterampilan menyimak semenjak dini
akan memberikan dampak yang positif dimasa yang akan datang.
Dalam proses pembelajaran khususnya di sekolah dasar, siswa harus dilatih
dengan berbagai macam kegiatan yang ada hubungannya dengan keterampilan
baik itu menyimak, menulis, berbicara, dan membaca. Keterampilan tersebut
khususnya keterampilan menyimak adalah modal dasar bagi siswa untuk
mengembangkan sikap dan pengetahuan untuk meningkatkan prestasi dan
kompetensi yang dimilikinya.
Seseorang yang memiliki kemampuan keterampilan yang bagus dengan
kondisi fisik yang optimal hanya bisa menyerap pengetahuan 50% dari hasil
menyimak. Guru dalam hal ini harus mampu mengembangkan keterampilan
tersebut dengan memberikan berbagai tugas dan latihan sesuai dengan
perkembangannya. Modal awal bagi guru dalam membelajarkan menyimak di
sekolah dasar adalah dengan memahami pengetahuan tentang keterampilan
menyimak itu sendiri.
Menyimak sebagai keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai
seseorang mempunyai peranan penting sebagai awal dari keterampilan-
keterampilan berbahasa yang lainnya. Pada saat seorang bayi berbicara, dia
menyimak bunyi-bunyi yang ia dengar kemudian ia berusaha menirukannya
walaupun belum mengerti makna bunyi-bunyi tersebut. Demikian juga pada saat
seseorang belajar membaca dan menulis, seseorang akan menyimak cara
membaca dan menulis dari guru yang mengajarinya.

2
Keterampilan menyimak berperan penting dalam mempelajari banyak hal
apalagi di dunia pendidikan. Setiap pelajaran di sekolah memerlukan
keterampilan menyimak. Guru menyampaikan ilmunnya sebagian besar melalui
lisan. Dalam hal inilah keterampilan menyimak bagi siswa dibutuhkan.
Mengingat pentingnya keterampilan menyimak, maka keterampilan tersebut
harus diajarkan sejak dini dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Hal
ini perlu dilakukan sebagai landasan untuk jenjang pendidikan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan menyimak eferent?
2. Apa yang dimaksud dengan menyimak kritis?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk menambah wawasan tentang menyimak eferent.
2. Untuk menambah wawasan tentang menyimak kritis.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menyimak Eferent
1. Mendengarkan dalam kurikulum
Siswa menggunakan efferent mendengarkan karena mereka
mendengarkan guru dan teman sekelas mereka menyajikan informasi tentang
tema, karena mereka melihat film dan kaset video tentang IPA dan IPS topic,
dan ketika mereka mendengarkan guru membaca informasi buku. Siswa
menggunakan mendengarkan kritis selama siklus tema ketika mereka
mengevaluasi informasi yang mereka mendengarkan dan mempertimbangkan
sudut pandang yang berbeda.
Mendengarkan efferent “untuk mengambil suatu informasi”.
Mendengarkan eferent adalah mendengarkan praktis untuk memahami pesan.
Istilah eferent, diciptakan oleh Louise Rosenbalt (1938, 1978), berarti “untuk
membawa pergi informasi”. Itu adalah jenis yang paling umum dari
mendengarkan siswa lakukan diusia sekolah.
Siswa menggunakan eferent mendengarkan identitasi informasi penting
dan mengingatnya. Apakah atau tidak siswa memahami dan mengingat pesan
ditentukan oleh banyak faktor. Beberapa faktor tersebut adalah operasi
sebelum mendengarkan orang lain selama dan setelah. Pertama, siswa perlu
latar belakang atau pengetahuan sebelumnya tentang isi yang mereka
dengarkan. Mereka harus dapat mengaitkannya apa yang mereka akan dengar
apa yang mereka akan sudah tahu, dan pembicara dapat membantu
memberikan beberapa tautan ini. Kedua, karena mereka mendengarkan, siswa
menggunakan strategi untuk membantu mereka mengingat. Mereka perlu
untuk mengatur dan “sebagian” informasi yang mereka terima, dan mereka
mungkin ingin mengambil catatan untuk membantu mereka mengingat.
Kemudian, setelah mendengarkan siswa harus entah bagaimana menerapkan

4
apa saja yang telah mereka dengar sehingga ada alas an untuk mengingat
informasi.
2. Strategi untuk eferent mendengarkan
Siswa menggunakan strategi khusus karena mereka mendengarkan
eferent, dan tujuan masing-masing strategi adalah untuk membantu siswa
mengatur dan mengingat informasi yang mereka dengarkan. Enam strategi
siswa SD digunakan untuk eferent mendengarkan adalah:
a. Pengkategorian informasi
Siswa mengkategorikan atau mengatur informasi dalam kelompok
ketika pesan pembicara atau buku yang guru itu sedang membaca dengan
suara keras mengandung banyak bagian dalam pertandingan, informasi,
atau yang kontras.
b. Pemantauan
Siswa mengawasi mendengarkan mereka untuk memastikan bahwa
mereka memahami. Pemantauan ini penting agar siswa tahu ketika
mereka tidak menyimak dengan sukses, ketika strategi mendengarkan
tidak bekerja, atau ketika mereka harus mengajukan pertanyaan.
c. Mengajukan pertanyaan untuk memperjelas informasi
Ketika mereka mendengarkan, siswa kadang-kadang perlu untuk
mengajukan pertanyaan speaker untuk mengklarifikasi informasi,
menghilangkan kebingungan, atau meningkatkan pemahaman mereka.
Sementara, mengajukan pertanyaan dapat menggangggu siswa lain dan
kereta pembicara pemikiran, siswa biasanya harus diizinkan untuk
mengajukan pertanyaan karena kebingungan menghambat mendengarkan
dan belajar mereka.
d. Menentukan rencana
Pemberi informasi dan penulis buku-buku informasi menggunakan
beberapa jenis organisasi untuk menyusun pesan. Lima pola organisasi
umum adalah deskripsi, urutan, perbandingan, sebab dan akibat, dan

5
masalah dan solusi. Siswa belajar untuk mengenali pola-pola ini dan
menggunakannya untuk memahami dan mengingat pesan pembicara lebih
mudah. Mereka dapat mengembangkan penyelenggara gambar untuk
masing-masing lima pola organisasi (Smith & Tompkins, 1988).
e. Catatan pengambilan
Pengambilan catatan membantu siswa menjadi pendengar yang lebih
aktif (Devine, 1981) menjelaskan catatan pengambilan sebagai
“responding –dengan-pen-di-tangan”. Siswa minat dalam pengambilan
catatan dimulai dengan kesadaran bahwa mereka tidak dapat menyimpan
jumlah yang tidak terbatas informasi dalam pikiran mereka; mereka
membutuhkan beberapa jenis sistem penyimpanan eksternal.
Siswa minat dalam pengambilan catatan dimulai dengan kesadaran
bahwa mereka tidak dapat menyimpan jumlah yang tidak terbatas
informasi dalam pikiran mereka; mereka membutuhkan beberapa jenis
sistem penyimpanan eksternal. Banyak strategi menyimak mengharuskan
pendengar untuk membuat catatan sering dianggap sebagai daftar atau
sebuah garis besar, tetapi catatan juga dapat ditulis dalam kelompok dan
diagram yang lainnya.
f. Mendapatkan petunjuk dari pembicara
Pembicara menggunakan kedua isyarat visual dan verbal untuk
menyampaikan pesan mereka dan mengarahkan perhatian para
pendengarnya. Isyarat visual meliputi memberi isyarat, menulis atau
menggaris bawahi informasi penting dipapan tulis, dan mengubah
ekspresi wajah. Isyarat verbal meliputi berhenti sejenak, menaikkan poin-
poin penting, dan mengulangi informasi penting.
3. Pengajaran Eferent Mendengarkan
Pengajaran dengan menggunakan strategi eferent mendengarkan dapat
membantu siswa mengingat informasi dengan efektif dan dapat mengerti
pesan yang mereka dengar dari sebuah presentasi lisan, film, atau mata

6
pelajaran sosial dan sains. Guru dapat mengajarkan tentang prosedur, konsep,
strategi, dan keterampilan dalam menggunakan eferent mendengarkan,
sehingga siswa dapat menggunakan strategi tersebut dengan baik. Setelah
siswa mengerti enam strategi dalam eferent mendengarkan, maka mereka
dapat memilih dan menentukan strategi mana yang akan digunakan secara
efektif.
Menurut Thompkins, Friend & Smith (1987:39) ada beberapa pertanyaan
yang dapat membantu siswa sebelum mendengarkan, selama mendengarkan,
dam setelah mendengarkan. Sebelum mendengarkan ada beberapa pertanyaan
yang dapat membantu siswa untuk menentukan strategi mendengarkan yaitu:
Apa tujuan pembicaraan? Apa tujuan dari mendengarkan? Apa yang akan
saya lakukan setelah mendengarkan? Apakah saya akan mencatat isi
pembicaraan? Mana strategi yang dapat digunakan? Strategi apa yang akan
saya pilih? Selama mendengarkan siswa dapat mencatat hal-hal apa saja yang
penting disampaikan pembicara dan apakah strategi yang digunakan sudah
efektif.
Setelah mendengarkan siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada
pembicara, memahami pesan yang disampaikan pembicara, mengecek
kelengkapan catatan, dan mengevaluasi tentang strategi mendengarkan yang
digunakan.
Tujuan dari strategi eferent mendengarkan adalah siswa dapat mengingat
dan memahami informasi penting yang disampaikan guru. Ada tiga tahap
yang harus diperhatikan guru dalam memberikan presentasi:
a. Membangun latar belakang siswa
Sebelum memulai presentasi guru harus memastikan latar belakang
kebutuhan informasi tersebut bagi siswa. Guru menjelaskan tujuan
aktivitas mendengarkan dan meninjau strategi yang dapat digunakan
siswa untuk memfasilitasi pemahaman mereka mengenai informasi yang
disampaikan.

7
b. Menyampaikan informasi
Selama siswa mendengarkan, guru dapat menggambarkan peta konsep
dan kata-kata kunci untuk membantu siswa catatan yang baik tentang
informasi yang disampaikan guru. Guru dapat menggunakan media
pembelajaran visual dan verbal. Pada akhir presentasi guru
menyampaikan ringkasan tentang poin-poin penting dan kesimpulan.
c. Aplikasi
Setelah siswa mendengarkan presentasi, guru dapat memberikan
kesempatan untuk mengaplikasikan informasi baru tersebut melalui cara
yang bermakna. Misal, ketika guru menjelaskan tentang pelestarian
sumber daya alam maka siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan perilaku yang
menjaga kelestarian sumber daya alam.
4. Menilai mendengarkan efferent siswa
Selama siswa mendengarkan, guru dapat menggambarkan peta konsep dan
kata-kata kunci untuk membantu siswa membuat catatan yang baik tentang
informasi yang diberikan. Guru kadang menggunakan tes objektif untuk
menilai mendengarakan efferent siswa. Tes objektif tidak dapat digunakan
untuk menilai siswa dalam merefleksikan dan mendengarkan baik sebelum,
selama atau sesudah mendengarkan dapat memberikan pengetahuan dalam
pemikiran siswa.
B. Menyimak Kritis
1. Mendengar secara kritis
Siswa SD perlu mengembangkan keterampilan mendengarkan secara kritis
karena mereka dapat mengungkap banyak tipe dari persuasi dan propaganda.
Mendengarkan secara kritis dapat digunakan siswa untuk mengevaluasi pesan
yang disampaikan ketika mereka mendengarkan iklan, pidato atau presentasi
lisan. Menginterpretasikan buku, film, mata pelajaran sosial dan sains
membutuhkan strategi mendengarkan dan pemikiran secara kritis.

8
Iklan televisi adalah salah satu contoh dari persuasi dan propaganda, karena
beberapa iklan langsung berhubungan dengan siswa. Hal ini sangat penting
untuk memberikan pengajaran kepada siswa untuk mendengarkan secara kritis
terhadap iklan yang sering mereka lihat di televise komersial. Agar siswa
dapat menilai dan tidak mudah terpengaruh terhadap iklan-iklan yang ada di
televisi komersial.

Persuasi
Ada tiga cara dasar dalam mempengaruhi seseorang:
1. Dengan alasan
Orang akan mudah terpengaruh terhadap alasan yang masuk akal yaitu
alasan yang dapat diterima secara logis.
2. Mempertimbangkan karakter seseorang
Orang yang mudah dibujuk dengan orang yang dapat dipercaya.
Kepercayaan seseorang datang dari pengetahuan dirinya atau dari reputasi
orang yang membujuk.
3. Menarik bagi emosi mereka
Orang akan mudah dibujuk apabila menarik bagi emosi seseorang,
seperti, perasaan, perhatian, kebutuhan, untuk diterima dalam suatu
lingkungan, keinginan untuk kebebasan berekspresi, yang kemudian
dapat mempengaruhi pendapat dan keyakinan mereka.
Kegiatan persuasi di sekolah, contohnya untuk membujuk siswa membaca
suatu buku, maka guru harus membaca buku itu dan memberikan pandangan
bahwa buku tersebut dapat menambah pengetahuan (alasan), siswa akan
merasa tertarik dengan gambar-gambar yang ada didalam buku tersebut
sehingga siswa mau membacanya (emosi), atau karena buku tersebut adalah
buku paling popular dan banyak orang membaca buku tersebut (karakter).

Propaganda

9
Siswa perlu belajar untuk menjadi konsumen yang kritis terhadap iklan
karena banyak iklan yang menggunakan persuasif, deceptive language
(bahasa menipu) merupakan salah satu bagian dari propaganda. Eufenis
adalah kata atau frase yang digunakan untuk mengindari kenyataan pahit atau
tidak menyenangkan untuk menjaga perasaan orang lain. “Bahasa menipu”
(deceptive language) mencakup kata-kata yang dimaksudkan untuk membuat
kata yang dimaksudkan untuk membuat kata yang biasa menjadi terlihat luar
biasa, misalnya used car (mobil bekas) sering disebut pre owned atau
experience cars.
2. Pengajaran mendengar dengan kritis
Strategi pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk mendengarkan secara
kritis terhadap iklan yang mereka dengar untuk memeriksa bahasa persuasive
dan propaganda yang digunakan dalam iklan. Nantinya siswa juga mampu
membuat iklan sendiri. Langkah-langkah strategi ini dalam pembelajaran,
yaitu:
a. Memperkenalkan iklan
Guru dapat menyajikan rekaman iklan yang akrab bagi siswa, kemudia
siswa mendiskusikan tujuan atau pesan yang disampaikan dalam iklan
tersebut.
b. Menjelaskan deceptive language (bahasa menipu)
Siswa menganalisis bahasa persuasi, “bahasa menipu” dan propaganda
yang terdapat dalam iklan.
c. Menganalisis “bahasa menipu”
Siswa menganalisis arti dari persuasi, propaganda, dan “bahasa menipu”
dalam iklan tersebut.
d. Meninjau konsep
Siswa dengan bimbingan guru meninjau kembali konsep persuasi,
propaganda, dan bahasa menipu yang ada dalam iklan yang ditayangkan
guru.

10
e. Menciptakan iklan
Setelah siswa belajar tentang persuasi, propaganda, dan bahasa menipu,
siswa diminta untuk membuat iklan baik tentang suatu produk yang
mungkin dia ciptakan, atau tentang isu-isu yang hangat dibicarakan di
masyarakat. Siswa dapat belajar dari iklan yang ada di majalah, paket
produk atau televisi. Mereka dapat mengamati bagaimana jumlah teks dan
gambar, serta tata letaknya. Setelah selesai, mereka dapat mengumpulkan
dan menampilkan di papan bulletin.
3. Mengajarkan pelajaran tentang mendengar kritis
Mendengar merupakan kegiatan yang paling sering digunakan sehingga
sangat penting bagi guru untuk mengajarkan siswa menjadi pendengar yang
efektif. Siswa perlu belajar bagaimana cara memvariasikan teknik mendengar
yang efektif untuk berbagai tujuan. Berikut ini strategi pengajaran untuk
mendengarkan secara efektif:
a. Meningidentifikasi tujuan mendengarkan
Dengan mengidentifikasi tujuan mendengarkan siswa memahami mengapa
mereka harus mendengarkan dan mengetahui bagaimana cara untuk
megetahui tujuan pembicaraan.
b. Mengunakan pendekatan Directed listening-Thingking
Pendekatan directed listening-thingking merupakan cara yang paling baik
untuk memperkenalkan strategi mendengar aestetik, seperti membaca
puisi, pantun, atau sajak dengan suara keras sehingga melibatkan siswa
secara aktif dalam mendengarkan.
c. Mengajarkan siswa untuk mencatat
Guru dapat mencatat di papan untuk hal-hal penting yang harus siswa
ketahui sehingga siswa mampu membuat catatan yang berguna untuk
mereka pelajari.
d. Memantau hasil

11
Guru dapat membantu siswa untuk memnatau siswa untuk memantau hasil
dari mendengarkan siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
tentang isi pembicaraan. Apakah siswa mampu memahami apa yang
mereka dengar dan menilai strategi mendengarkan yang mereka gunakan.
e. Membuat proses mendengar menjadi terlihat
Mendengar adalah proses yang tak terlibat, namun guru mampu menilai
pemahaman siswa dengan melihat hasil catatan atau tulisan siswa tentang
isi pembicaraan dan ketikan siswa menyampaikan secara lisan (berbicara).
4. Menilai mendengar kritis siswa
Guru dapat menilai bagian keterampilan siswa dalam mendengar secara
kritis melalui:
a. Menilai pengetahuan siswa dengan meminta mereka mendengar secara
kritis terhadap sebuah iklan, prestasi lisan, atau pidato. Mereka dapat
mencatat isi dari apa yang mereka dengar dari iklan, prestasi lisan, atau
pidato tersebut.
b. Menilai kemampuan siswa dalam mengembangkan iklan yang mereka
buat sendiri.
5. Peran kemampuan berpikir kritis dalam menyimak kritis
Dalam pembelajaran menyimak, khususnya menyimak kritis, pelajar
diarahkan untuk terus mengembangkan kemampuannya dalam berfikir kritis
karena dalam menyimak kritis ada pembahasan tentang berfikir kritis.
Menyimak kritis dan berfikir kritis merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, semakin tinggi keterampilan berfikir kritis, maka semakin
memudahkan pemahaman dalam menyimak kritis. Sesungguhnya terdapat
empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik dan benar
dengan melibatkan kemampuan berfikir kritis, yaitu keterampilan menyimak
(listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan
membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill).

12
Pembelajaran menyimak kritis mempunyai peranan yang sangat penting
sebab kemampuan menyimak yang baik adalah kondisi awal untuk
menghasilkan prestasi belajar yang baik. Jika seseorang dapat menyimak
dengan baik maka ia dapat menangkap dan memahami semua pembelajaran
dengan baik pula. Sayangnya keterampilan menyimak kritis seolah-olah
diabaikan pada pembelajaran keterampilan berbahasa karena kegiatan
menyimak telah dipajankan pada kegiatan sehari-hari sehingga dianggap
pembelajar secara otomatis menguasai keterampilan tersebut.
Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat
mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Setiap saat disela-
sela melakukan aktivitas, bahkan begitu terbangun dari tidurnya, seseorang
secara otomatis melakukan kegiatan mendengar. Tidak hanya kata-kata atau
lambang bahasa saja yang tertangkap oleh telinga kita melainkan semua
bunyi. Ketika kemudian terdapat bunyi yang menimbulkan rasa ingin tahu
pendengar dan membuat dirinya untuk lebih memperhatikan sumber bunyi,
pada saat inilah terdapat kegiatan mendengarkan.
Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar belum terlalu memahami
apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur
kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman yang mendlam karena itu
belum menjadi tujuan. Kegiatan menyimak mencakup mendengar,
mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh
karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan
pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak,
sementara dalam menyimak kritis skaligus mengembangkan keterampilan
berfikir kritis. Sesungguhnnya proses menyimak tidak sekedar mendengar,
tetapi lebih dari itu, yaitu mendengarkan dengan memusatkan perhatian
kepada objek yang disimak. Proses menyimak merupakan kegiatan,
mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud
tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk mendapatkan informasi,

13
belajar, mengapresiasi sebuah karya, memecahkan masalah, atau untuk
mendapatkan hiburan.
Menyimak kritis lebih pada suatu proses kegiatan mendengarkan dengan
penuh perhatian, pemahaman, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
mengkap isi atau pesan, menganalisis hingga menyimpulkan serta memahami
makna komunikais yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan. Menyimak sebagai suatu proses mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan
mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya dengan tujuan menangkap
memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan, yang tersirat dalam bahan
simakan (Tarigan, 1991: 4). Seseorang melakukan kegiatan menyimak untuk
berbagai tujuan diantaranya:
a. Untuk memperoleh fakta,
b. Untuk menganalisis fakta,
c. Untuk mengevaluasi fakta,
d. Untuk mendapatkan inspirasi, dan
e. Untuk mendapatkan hiburan atau mengibur diri.

Seseorang harus memiliki keterampilan berfikir kritis agar dapat


memahami berbagai jenis tuturan lisan. Dua orang penyimak bisa saja
menghasilkan pemahaman yang berbeda karena perbedaan kemampuan
berfikir kritis, meskipun tuturan lisan juga sangat dipengarruhi oleh sub pesan
dari komunikasi non verbal seperti nada suara, gerak tubuh, dan bahasa tubuh
lainnya. Sinyal-sinyal non verbal dapat mempengaruhi komunikasi serta
pemahaman termasuk di dalamnya membingungkan dan berpotensi adanya
kesalahpahaman. Menurut Paul & Eldeer (2005), berfikir kritis merupakan
cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran
menggunakan teknik sistemasi cara berfikir dan menghasilkan daya piker
intelektual dalam ide-ide yang digagas. Seseorang yang berfikir secara kritis

14
akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang penting dengan baik.
Dia akan berfikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat menggunakan ide
yang abstrrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif.
Dalam menyimak kritis, penyimak akan terlibat aktif dalam mengevaluasi,
meneliti, menganalisis, dan membuat keputusan tentang apa yang disimak.
Menyimak kritis merupakan perilaku yang jauh lebih aktif daripada
menyimak informasi biasa dan biasanya melibatkan beberapa jenis pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan. Menyimak kritis mirip dengan
membaca kritis, keduanya melibatkan analisis dan informasi yang diterima
dan sejalan dengan apa yang kita sudah tahu atau percaya. Menyimak kritis
berarti terlihat dalam apa yang disimak dengan bertanya pada diri sendiri
tentang pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang pembicara katakan, atau apa
argumen utama yang disajikan, atau apakah apa yang saya dengar berbeda
dari keyakinan saya
Banyak keputusan sehari-hari yang dibuat berdasarkan pada beberapa
bentuk analisis kritis. Pendapat tentang nilai-nilai dan keyakinan yang
didasarkan pada kemampuan untuk memproses informasi dan merumuskan
perasaan tentang dunia di sekitar kita serta menimbang-nimbang antara pro
dan kontra untuk membuat keputusan. Dalam membuat keputusan hendaknya
dihindarkan dari stereotif atau prasangka. Menyimak kritis dapat membantu
memahami orang lain pada sudut pandang mereka.
Dalam kegiatan menyimak kritis terdapat pemberdayaan kognitif dalam
memahami wacana lisan. Kegiatan menyimak kritis merupakan aplikasi cara
berfikir rasional, kegiatan berfikir tingkat tinggi yang meliputi kegiatan
menganalisis, menyintesis, mengenali permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan serta mengevaluasi. Menyimak kritis dilakukan dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan kesimpulan dan penilaian secara
obyektif. Kesimpulan dan penilaian dapat berupa penegasan mengenai fakta,
sebab-akibat, hingga tingkat kebenaran informasi yang disimak. Dalam

15
menyimak kritis, menyimak hendaknya dapat menyimak secara objektif.
Penyimak harus dapat menilai dengan teliti apa-apa yang dituturkan oleh
seorang pembicara, apakah informasi tersebut terpercaya, tendaikan ataukah
tidak (Tarigan, 1990: 46).
Seseorang dikatakan dapat menyimak secara kritis apabila ia mampu
menghubungkan apa yang dikatakan pembicara dengan pendapatnya sehingga
ia seperti terangsang utuk berfikir secara konstruktif. Ia boleh saja setuju
dengan pendapat pembicara dalam beberapa masalah, sebab ia telah memiliki
beberapa pengalaman yang sama , tetapi ia bisa juga menolak beberapa hal
lain sebab hasil pengalamannya telah membawa kepada suatu konstruksi yang
berbeda. Dalam menyimak kritis penyimak meninjau dan menyusun apa yang
dikatakan pembicara dengan pikirannya sendiri membuat ikhtisar dan sintesis
secara keseluruhan. Penyimak yang kritis akan menganalisis dan
mengevaluasi materi yang akan disampaikannya. Seseorang dikatakan mampu
menyimak kritis apabila mampu menyusun kesimpulan dan solusi yang
akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada. Kesimpulan yang tepat
diperoleh dari pemahaman yang benar. Seorang penyimak kritis memiliki cara
berfikir terbuka dan menghindari prasangka serta mengembangkan asumsi
logis.
Secara umum pengoptimalan keterampilan berfikir kritis, dapat dilakukan
melaui latihan, yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif penyimak.
Tahapan tersebut di antaranya adalah:
a. Identifikasi komponen-komponen procedural;
b. Instruksi dan pemodelan langsung;
c. Latihan terbimbing; dan
d. Latihan bebas.
Sedangkan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
keterampilan berfikir kritis di sekolah, adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan berfikir tidak otomatis dimiliki siswa,

16
b. Keterampilan berfikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran
bidang studi,
c. Siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berfikir ini,
sehingga perlu adanya latihan terbimbing, pengajaran keterampilan
berfikir kitis memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa
(student centered).
Selain beberapa prinsip di atas, satu hal yang tidak kalah penting dalam
pembelajaran keterampilan berfikir, adalah perlunya latihan-latihan yang
intensif. Seperti melatih keterampilan berfikir siswa secara berulang-ulang,
walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara
berfikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada
efisiensi dan otomatisasi keterampilan berfikir yang telah dimiliki siswa.
Berfikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin,
terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan
kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta
komitmen untuk mengubah paradigm egosentris dan sosiosentris kita.
Seorang penyimak bila ingin mendapatkan hasil yang maksimal dalam
kegiatan menyimaknya dapat memperhatikan hal berikut:
a. Terdapat perencanaan khusus, dengan demikian menyimak membutuhkan
konsentrasi tinggi dan benar-benar memusatkan perhatian pada materi
yang disimak;
b. Memiliki motivasi dan mempunyai tujuan sesuai kebutuhannya;
c. Menyimak secara menyeluruh, utuh, dan padu;
d. Menghargai pembicara tanpa berbicara tanpa berbicara sendiri;
e. Tidak mudah terganggu;
f. Cepat menyesuaikan diri dengan situasi dan materi simakan;
g. Jika diperlukan dapat membuat beberapa catatan penting.
Memang tidak semua apa yang telah disimak akan diingat atau melekat
kuat pada memori seseorang.

17
Beberapa materi akan lebih diingat apabila:
a. Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupannya,
b. Informasi yang didapat dianggap unik, dan
c. Informasi yang dicerna tertata dengan baik.
Komponen/ faktor-faktor penting dalam menyimak yaitu:
a. Membedakan antar bunyi fonemis;
b. Mengingat kembali kata-kata;
c. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata;
d. Mengidentifikasi bagian-bagian progmatik, ekspresi, dan seperangkat
penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna;
e. Menghubungkan tanda-tanda linguistic ke tanda-tanda para linguistic
(intonasi) dan ke nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya
terbangun makna), menggunakan pengetahuan awal; dan
f. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting (Tarigan, 1994:62).
Penyimak kritis perlu memperhatikan hal berikut.
a. Dimulai dengan berfikir apa dan mengapa, lalu mencari arah yang tepat
untuk jawaban dari perayaan tersebut,
b. Tujuan pertanyaan akan apa dan mengapa,
c. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan di atas,
d. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas
pertanyaan,
e. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan,
f. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan,
g. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
Wujud keterampilan menyimak kritis di antaranya adalah:
a. Memahami arti pernyataan;
b. Mempertimbangkan adanya ambiguitas dalam penalaran;
c. Mempertimbangkan kesimpulan yang diikuti;

18
d. Mempertimbangkan pernyataan yang spesifik;
e. Mempertimbangkan pernyataan yang kontraduktif satu dengan yang lain;
f. Mempertimbangkan pernyataan penerapan suatu prinsip;
g. Mempertimbagkan hasil observasi;
h. Mempertimbangkan kesimpulan induktif;
i. Mempertimbangkan masalah yang dikenali;
j. Mempertimbangkan sesuatu sebagai asumsi; dan
k. Mempertimbangkan definisi yang tepat.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan menyimak eferent merupakan keterampilan yang berupaya
mendapatkan informasi penting dan akan berlanjut pada upaya kritis. Efferent
reading merupakan cara membaca untuk mengambil informasi baku dari sebuah
teks. Sedangkan menyimak. Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak
untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan
benar dari ujaran seseorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang
dapat diterima oleh akal sehat. Tujuan menyimak kritis adalah mendengar,
mengenangkan, memperhatikan, membentuk imajinasi, mencari simpanan masa
lalu dalam gagasan, membandingkan, menguji isyarat-isyarat, mengkodekan
kembali, mendapatkan makna, memasukkan ke dalam pikiran di saat-saat
mendengarkan atau menyimak, menginterpretasikan (menafsirkan) sesuatu yang
disimak, menirukan dalam pikiran, mengevaluasi kesalahan, mencari kebenaran.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di ini masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ibda, Hamidulloh. 2020. Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut Untuk Mahasiswa.


Semarang, Jawa Tengah: CV. Pilar Nusantara

Lala, Askarman. 2020. Menyimak Efektif. Banyumas, Jawa Tengah: LUTFI GILANG

Narapadia, Yulistio, & Suhartono. (2019). Kemampuan Menyimak Kritis Dengan


Media Audio Visual Pada Siswa Kelas XI IPA dan IPS SMA Negeri 09 Kota
Bengkulu. Jurnal Ilmiah Korpus, 3(2)

Nuryaningrum. (2020). Pemahaman Aspek Estetik dan Eferent Wacana Kopi Serta
Dampaknya Terhadap Prosedur Eksplorasi Calon Guru Bahasa Indonesia di
Universitas Jember. Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni, 22(2)

Puspasari, Dewi. 2021. Menyimak Kritis. Malang: MNC Publishing

Sayekti, Muthia. 2021. Seni Mendengarkan. Semarang: Anak Hebat Indonesia

Tarigan, dkk. (dalam Hamdi, 2018: 25-32). Bahan Ajar Keterampilan Bahasa
Indonesia. Pancor: Universitas Hamzanwadi

Wiranty, (2018). Peningkatan Keterampilan Menyimak Komprehensif dan Kritis


Dengan Metode Resitasi. Jurnal Pendidikan, 16(2)

21

Anda mungkin juga menyukai