Anda di halaman 1dari 21

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PADA SISWA MI/SD

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MI/SD

Dosen Pengampu: Nurani Rahmania, M.Pd.

Disusun Oleh

Kelompok 2:

1. Devita Anggraeni (20220880260166)


2. Atma Dwi Angga (20220880260170)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA

NGLAWAK, KERTOSONO, NGANJUK

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
jika hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
maupun pedoman bagi para pembaca.

Harapan kami makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, sehingga kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberika masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Nganjuk, 14 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Hakikat membaca............................................................................................ 3
B. Perkembangan membaca siswa MI/SD .......................................................... 4
C. Pembelajaran membaca pada siswa MI/SD .................................................... 6
D. Strategi dan metode pembelajaran membaca pada siswa MI/SD ................... 8
E. Teknik pembelajaran membaca pada siswa MI/SD ...................................... 13

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 15

A. Kesimpulan ................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca adalah keterampilan yang memengaruhi keberhasilan akademis


dan kehidupan sehari-hari siswa. Kemampuan membaca yang baik menjadi dasar
bagi siswa untuk memahami materi pelajaran di sekolah dan mengembangkan
pemahaman yang lebih luas terhadap dunia. Siswa MI/SD sering menghadapi
tantangan dalam mengembangkan keterampilan membaca. Faktor-faktor seperti
kurangnya minat, kurangnya kemampuan pemahaman, dan metode pembelajaran
yang kurang efektif dapat menjadi hambatan dalam mencapai tingkat keberhasilan
yang diinginkan.

Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Beberapa siswa


mungkin lebih responsif terhadap pembelajaran visual, sementara yang lain lebih
suka pembelajaran auditori atau kinestetik. Oleh karena itu, model pembelajaran
membaca yang beragam perlu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa
di MI/SD. Tujuan utama pembelajaran membaca di MI/SD adalah untuk membekali
siswa dengan kemampuan membaca yang baik, yang mencakup pemahaman teks,
keterampilan analisis, dan kemampuan memanfaatkan informasi secara efektif.
Dengan memahami tujuan ini, kita dapat merancang model pembelajaran yang
sesuai untuk mencapainya. Oleh karena itu, makalah ini akan mengeksplorasi
berbagai model pembelajaran membaca yang dapat diterapkan dengan efektif di
lingkungan MI/SD.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat membaca itu?
2. Bagaimana perkembangan membaca siswa MI/SD?
3. Bagaimana pembelajaran membaca pada siswa MI/SD?
4. Apa saja strategi dan metode pembelajaran membaca pada siswa MI/SD?
5. Apa saja teknik pembelajaran membaca pada siswa MI/SD?
C. Tujuan
1. Untuk memahami hakikat membaca.
2. Untuk memahami perkembangan membaca siswa MI/SD.

1
3. Untuk memahami pembelajaran membaca pada siswa MI/SD.
4. Untuk mengetahui macam-macam strategi dan metode pembelajaran
membaca pada siswa MI/SD .
5. Untuk mengetahui teknik pembelajaran membaca pada siswa MI/SD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Membaca
Terdapat berbagai macam pengertian tentang membaca, terutama dikalangan
para ahli bahasa (linguis). Namun pada intinya tentu saja menuju satu sasaran yang
sama. Pada dasarnya mereka sependapat bahwa bacaan berisi tentang ide-ide dan juga
gagasan. Hakikat membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk
dikuasai oleh setiap individu. Menurut Tarigan , membaca adalah proses yang dilakukan
serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui bahasa tulis. Sedangkan menurut Somadoyo, membaca merupakan
kegiatan interaktif untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahan
tertulis. Lebih lanjut, dikatakan bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan dan
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis.
Pemahaman lain tentang membaca menurut Nuriadi, membaca adalah proses yang
melibatkan aktivitas fisik dan mental. Salah satu aktivitas fisik dalam membaca adalah
saat pembaca menggerakkan mata sepanjang baris-baris tulisan dalam sebuah teks
bacaan. Membaca melibatkan aktivitas mental yang dapat menjamin pemerolehan
pemahaman menjadi maksimal. Membaca bukan hanya sekadar menggerakkan bola
mata dari margin kiri ke kanan tetapi jauh dari itu, yakni aktivitas berpikir untuk
memahami tulisan demi tulisan.1
Demikian jelas bagi kita, bahwa membaca adalah suatu proses yang bersangkut
paut dengan bahasa. Oleh karena itu, para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi
atau memberi respons terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-
tanda oditori yang sama yang telah mereka tanggapi sebelum itu. Menyimak dan
berbicara haruslah selalui mendahului kegiatan membaca. Ketika membaca kita
membuat bunyi dalam kerongkongan kita. Kita membaca lebih cepat kalau kita tahu
bagaimana cara mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan kalau kita
tidak tertegun-tegun melakukannya. Oleh karena itu maka sangat penting sekali diingat
agar setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jeda

1
Silvia Ratna Juwita, Bahasa Indonesia Keterampilan Membaca (Jakarta: Universitas Esa Unggul
2014), hlm. 3.

3
haruslah dijelaskan sebelum para pelajar disuruh membaca dalam hati ataupun
membaca lisan.2
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa membaca adalah
membaca merupakan proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh
informasi. Dibutuhkan kemampuan untuk menerjemahkan dan memahami informasi
yang tersedia selagi mental dan fisik kita juga bekerja. Membaca merupakan kegiatan
positif karena kita dapat memperluas pengetahuan. Dengan demikian membaca
merupakan kegiatan kegiatan yang penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan
diri untuk memperluas wawasannya meliputi proses pengasosiasian huruf,
penerjemahan, dan pemahaman makna isi bacaan.

B. Perkembangan Membaca Siswa MI/SD


Kemampuan membaca bagi SD kelas rendah merupakan kemampuan yang
kompleks yang dapat dikuasai melalui proses bertahap selama masa perkembangan
anak, karena ada proses yang bertahap, tidak salah jika anak dipersiapkan sejak dini
untuk mengenal dan menguasai kemampuan awal membaca. Kemampuan awal bahasa
anak adalah bahasa ibunya, dengan demikian anak yang diasuh oleh ibunya yang
cerewet, banyak bicara maka anaknya cenderung lebih cepat perkembangan bahasanya
dan sebaliknya anak yang diasuh oleh ibunya yang pendiam bahkan tuna wicara anak
akan kesulitan bicara hingga ia dewasa, dengan demikian hampir semua pakar
pendidikan sepakat bahwa cerita merupakan media pembelajaran bahasa yang sangat
kaya.
Dengan demikian mengembangkan bahasa bagi anak adalah bagaimana
kecerdasan seorang ibu mendekati anak selalu menyenangkan dengan pendekatan
bahasa atau bercerita yang menarik bagi anak, secara tidak langsung anak akan bisa
dengan sendirinya bahkan kemampuan membaca pun akan mengikutinya tanpa harus
bersusah payah. Akan tetapi Dilapangan seringkali orang tua tidak menyadari menuntut
anak cepat bisa baca, apalagi melihat anak lain yang seusia anaknya sudah bisa baca,
padahal kemampuan anak berbeda-beda, jangan sampai anak setres karena tuntutan
orang tua. Kita tau dunia anak adalah dunia bermain sehingga segala upaya yang
dilakukan orang tua untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak harus

2
Nini Ibrahim, Keterampilan Membaca Dan Model-Model Pembelajarannya (Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2010), hlm. 9.

4
dengan cara yang menyenangkan bagi anak termasuk mengenalkan baca. karena tidak
mudah bagi anak untuk konsentrasi duduk manis fokus membaca, dengan karakternya
yang relatif aktif pada masa usia ini. Anak melakukan proses belajar melalui
pengalaman hidupnya. Pengalaman yang baik dan menyenangkan akan berdampak
positif bagi perkembangannya, demikian juga sebaliknya, anak belajar dari segala yang
ia lihat, ia dengar dan ia rasakan. Sebagaimana diungkapkan didalam Proses belajar
anak akan berjalan efektif apabila anak ada dalam kondisi senang dan bahagia.
Sebaliknya proses belajar diterima anak dalam suasana takut, cemas, was-was dan
perasaan lain yang tidak nyaman, tidak akan mampu memberikan hasil yang optimal.
Menanamkan gemar membaca pada anak tidaklah mudah seperti sulitnya mengenalkan
huruf ini semua perlu waktu ketekunan dan keuletan namun para pendidik anak usia
dini/SD kelas rendah tidak usah panik, mengajarkan membaca pada anak pilih metode
yang praktis untuk menumbuhkan minat baca bagi anak yang sudah bisa dan mahir
membaca, begitu juga mengenalkan huruf bagi pemula dalam membaca harus memilih
metode yang menarik dan tidak membosankan.
Tahap perkembangan membaca pada siswa di sekolah dasar berhubungan
dengan teori membaca dan tujuan membaca. Jenis-jenis membaca yang diberikan di
MI/SD sebagai berikut:
1. Membaca Permulaan
Tahapan ini disajikan untuk siswa di tingkat permulaan sekolah dasar dengan
tujuan untuk membangun dasar mekanisme membaca. Siswa mampu mengenali
huruf, suku kata, kata, kalimat, dan membaca berbagai jenis bahan bacaan. Ini
disajikan untuk siswa di tingkat permulaan sekolah dasar dengan tujuan untuk
membangun dasar mekanisme membaca dan dipandang juga sebagai pengajaran
membaca tersendiri yang sudah tergabung tingkat lanjut, seperti membaca dengan
suara lantang atau nyaring.
2. Membaca Dalam Hati
Siswa dilatih membaca tanpa mengeluarkan suara. Bahan bacaan yang
diberikan disesuaikan dengan kemampuan siswa. Membaca dalam hati ini sudah
diajarkan di kelas 2 SD, yang merupakan pengajaran membaca tersendiri yang
sudah tergabung tingkat lanjut. Bahan bacaan yang diberikan disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Membaca dalam hati ini bertujuan untuk membina siswa supaya

5
mereka mampu membaca tanpa suara termasuk pula isi yang tersurat maupun
tersirat.

3. Membaca Cepat
Siswa dapat melatih gerakan mata saat membaca, dapat menghindari membaca
kata demi kata, dan menunjuk bacaan dengan menggunakan jari atau benda apapun.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengajaran membaca di kelas tinggi
pada SD yakni, metode SQ3R.
Siswa kelas 5 SD berada pada tahap ketiga perkembangan membaca, yang
umumnya anak pada usia tersebut membaca adalah untuk belajar dan mampu
menguasai informasi dari materi tertulis, dan memahami apa yang dibaca.3

C. Pembelajaran membaca pada siswa MI/SD


Dalam konteks pembelajaran untuk pembaca awal, guru dapat menawarkan
pilihan kepada siswa, apakah buku dibaca bersama-sama atau dibacakan, baik oleh guru
maupun siswa. Jika dibacakan bersama-sama, tentu akan ada kesulitan karena buku
harus tersedia banyak, yaitu satu buku untuk satu siswa. Salah satu pilihan yang dapat
digunakan adalah memberi giliran kepada setiap siswa untuk membaca satu kalimat
atau satu bagian cerita.
Suasana yang dibangun dalam kegiatan membaca secara menyenangkan
haruslah suasana yang gembira dan tidak menakutkan bagi siswa, terutama mereka yang
merasa belum lancar membaca. Guru juga harus mengingkatkan siswa untuk tidak
menertawakan temannya yang belum mampu membaca secara lancar.
Konteks membaca secara menyenangkan bagi pembaca awal ini adalah
memahami secara sederhana tema buku yang mereka baca, terutama menggali manfaat
yang mereka peroleh dari buku tersebut. Tip dari Tony Buzan di dalam bukunya Use
Both Side of Your Brain ini tampaknya dapat digunakan guru untuk mengembangkan
model pembelajaran literasi.
1. Pengenalan
Tahap pertama dari membaca buku adalah mengenali. Pembaca mengenali
dahulu simbol-simbol yang ada pada sebuah buku. Saat ini buku-buku memuat

3
Sunanih, “Kemampuan Membaca Anak Sekolah Dasar Kelas Rendah Bagian dari Pengembangan
Bahasa”, Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 1 (Oktober 2017), 38-46.

6
simbol bukan hanya berupa teks dan gambar, melainkan juga ikon dan infografik.
Pengenalan yang cermat atas simbol-simbol buku akan membuat pembaca lebih
nyaman dan cepat membaca buku.
2. Peleburan
Setelah mengenal buku, pembaca mulai masuk ke proses penyesuaian atau
asimilasi. Pembaca dibantu oleh mata untuk menangkap simbol, kemudian
sarafsaraf mengirimkan makna simbol kepada pusat berpikir (otak) dan seterusnya.
Di sini terjadi semacam tarik-ulur atau jual-beli antara apa yang disampaikan oleh
buku dan apa yang dimiliki pembaca (pengalaman/pengetahuan). Kegiatan
membaca buku pada tahap ini memerlukan banyak aspek fisiknya.
3. Intra-Integrasi
Setelah mengenal dan menyesuaikan diri dengan apa yang dibaca, pembaca
pun melakukan proses menghubung-hubungkan antara materi yang satu dan materi
yang lain. Antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain sampai antara bab yang
satu dan bab yang lain. Apa maknanya bagi pembaca? Pembaca akan mencoba
memadukan semua hal yang disampaikan buku dengan sisi-sisi pengalaman yang
sudah dimiliki begitu lama.
4. Ekstra-Integrasi
Setelah sampai pada taraf mencari sesuatu yang relevan dengan diri pembaca
atau yang bersinggungan dengan pengalaman pembaca, sampailah pada taraf
pengambilan keputusan. Pembaca melakukan analisis, apresiasi, seleksi, dan kritik.
Apakah mau menerima atau menolak apa yang disampaikan buku kepada pembaca?
Apakah pembaca terkesan dengan pendapat penulis di buku yang dibacanya?
Apakah setuju dengan pendapat penulis mengenai suatu hal?
5. Penyimpanan
Proses ini menjadi sangat penting karena pembaca harus menyimpan hasil
yang diperoleh dari sebuah buku. Pembaca harus dapat memanfaatkan apa saja yang
dibaca untuk pengembangan diri. Proses penyimpanan ini memerlukan waktu yang
cukup lama, tidak berlangsung secara instan.
6. Pengingatan
Proses penting setelah penyimpanan adalan pengingatan. Pembaca harus
dapat menggunakan apa-apa yang dibaca untuk dikeluarkan kembali pada suatu
saat. Misalnya, untuk keperluan ujian. Buzan biasanya menggunakan peta pikiran

7
untuk melakukan proses ini. Melalui peta pikiran, apa-apa yang diingat akan dapat
dipanggil kembali atau dikeluarkan kembali. Apalagi, menurut Buzan, dalam proses
mengingat itu kita dalam keadaan yang menyenangkan atau kita berada dalam
suasana emosi yang positif.
7. Pengkomunikasian
Membaca buku adalah salah satu bentuk berkomunikasi, baik itu berupa
komunikasi intrapersonal (dengan diri sendiri) maupun komunikasi interpersonal
(antarpribadi), yaitu dengan para tokoh yang disebut di buku. Tahap terkahir dalam
proses membaca ini menyiratkan arti bahwa membaca buku dapat juga berarti
mendengar-aktif (active listening) suara-suara yang masuk ke dalam diri pembaca.
Pada suatu saat, apa yang masuk ke dalam diri pembaca itu disampaikan kepada
orang lain lagi.
Untuk mencapai langkah pembelajaran membaca tersebut, harus dilakukan
persiapan yang prima. Guru sebagai fasilitator memberi dukungan kepada siswa
pembaca awal untuk dapat menyelami pengalaman membaca seperti yang disampaikan
Tony Buzan.4

D. Strategi dan metode pembelajaran membaca pada siswa MI/SD

Untuk meningkatkan pemahaman terhadap keseluruhan teks, biasanya guru


menerapkan berbagai strategi seperti kegiatan prabaca, kegiatan inti membaca, dan
kegiatan pascabaca dalam pembelajaran membaca.
1. Kegiatan prabaca
Kegiatan prabaca dimaksudkan untuk menggugah perilaku siswa dalam
penyelesaian masalah dan motivasi penelahaan materi bacaan. Dengan cara:
a) Gambaran awal yang berisi informasi
b) Petunjuk untuk melakukan antisipasi
c) Pemetaan semantik
d) Menulis sebelum membaca
e) Drama/simulasi

4
Nini Ibrahim, Keterampilan Membaca Dan Model-Model Pembelajarannya (Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2010), hlm. 21.

8
2. Kegiatan inti membaca
Beberapa strategi dan kegiatan dalam membaca dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman siswa. Strategi yang dimaksud yaitu:

a) Strategi Metakognitif
Strategi metakognitif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam strategi ini, siswa
diberikan kesempatan untuk berpikir secara kritis dan reflektif mengenai proses
pembelajaran dan pemahaman mereka.
b) Cloze procedure
Cloze procedure adalah sebuah metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca. Dalam metode ini, siswa
diberikan sebuah teks yang kemudian dihilangkan beberapa kata. Siswa
kemudian diberikan waktu yang terbatas untuk mengisi kata yang hilang.
c) Pertanyaan pemadu
Pertanyaan pemadu merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam strategi ini, guru akan
menanyakan pertanyaan yang mengarah kepada pemahaman siswa terhadap
materi yang sedang dibelajar. Siswa kemudian akan menjawab pertanyaan
tersebut.
3. Kegiatan pascabaca
Kegiatan dan strategi setelah membaca membantu siswa mengintegrasikan
informasi baru kedalam schemata yang sudah ada. Dengan cara:
a) Memperluas kesempatan belajar
b) Mengajukan pertanyaan
c) Mengadakan pameran visual
d) Pementasan teater aktual
e) Menceritakan kembali
f) Penerapan hasil membaca
Ada pula beberapa metode yang dapat dijadikan acuan untuk mengajar
membaca antara lain.

9
1. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai
pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad.
Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkansebagai [a],
[be], [ce], [de], [ef], dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis
lambang, tulisan, seperti a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a,
b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku
kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Misalnya: b,
a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja /be-a/ [ba ])d-u du (dibaca atau dieja /de-u/
[du])ba-du dilafalkan /badu/b, u, k, u menjadi b-u bu (dibaca atau dieja / be-u/
[bu] )k-u ku (dibaca atau dieja / ke-u/ [ku] ). Proses ini sama dengan pada proses
menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-huruf lepas, kemudian
dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata. Sebagai
contoh, kata ‘baru’. Selanjutnya, anak diminta menulis seperti ini: ba – ru badu.
Kegiatan ini dapat juga diikuti dengan cara mencontoh menulis kata melalui proses
menebalkan huruf.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat se-
derhana. Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi
kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral,
pendekatan komunikatif, dan pengalaman berbahasa. Artinya, pemili- han materi
ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret menuju
hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar dengan kehidupan
anak menuju hal-hal yang sulit dan mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi
anak.
2. Metode Bunyi
Metode bunyi merupakan bagian dari metode eja, hanya saja dalam
pelaksanaannya metode bunyi melalui proses latihan dan tubian. Contoh metode
bunyi: huruf/b/ dilafalkan [eb]/d/ dilafalkan [ed] /e/ dilafalkan [e] dilafalkan dengan
e pepet seperti pelafalan /g/ dilafalkan [eg] pada kata benar, keras, pedas, lemah /p/
dilafalkan [ep]. Dengan demikian. kata „nani dieja menjadi: /en-a/ [na]/en-i/ [ni]
dibaca [na-ni].

10
3. Metode Suku Kata
Metode suku kata biasa juga disebut dengan metode silabel. Proses
pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,
seperti: /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke, ko/,
dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata
bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai
variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-
kata dimaksud, misalnya: ba – ju cu – ci da – kika – ki bi – ru ca – ci da – ra ku – ku
bi – bi ci – ci da – du ka – ku ba – ca ka – ca du – ka ku – da Kegiatan ini dapat
dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana
4. Metode Kata
Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan dalam langkahlangkah
di atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya.
Sebagai contoh, proses pembelajaran MMP diawali dengan penge- nalan sebuah kata
tertentu. Kata ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku
kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata, suku
kata menjadi huruf-huruf.
Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku
kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi
kebentuk asalnya sebagai kata lembaga (kata semula). Karena proses pembelajaran
MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan dan
perangkaian maka metode ini dikenal juga sebagai “metode kupas-rangkai”. Hal
tersebut dianalogikan sebagai lawan dari metode suku kata yang biasa juga disebut
metode rangkai-kupas. Sebagian orang menye- butnya “metode kata” atau “metode
kata lembaga”.
5. Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai “metode kalimat”.
Dikatakan demikian, karena alur proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan
melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk
membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar. Di bawah
gambar dimaksud, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna

11
gambar tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat yang diperkenal- kan berbunyi “ini
gita”, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang
anak perempuan.
Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah
proses pembelajaran MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil salah satu kalimat
dari beberapa kalimat yang diperkenalkan di awal pembelajaran. Kalimat tersebut
dijadikan dasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses deglobalisasi (proses
penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, yakni menjadi kata, suku
kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses belajar MMP. Proses penguraian
kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf, tidak
disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali). Artinya, huruf-huruf yang
telah terurai itu tidak dikem- balikan lagi pada satuan di atasnya, yakni suku kata.
Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan lagi menjadi kata; kata-
kata menjadi kalimat. Sebagai contoh, materi untuk MMP yang menggunakan
metode global.
6. Metode SAS
Struktural analitik sintetik atau yang biasa disingkat dengan SAS merupa-
kan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca dan
menulis permulaan. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya
dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak
disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal
ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri anak.
Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran
MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman
berbahasa si pebelajar itu sendiri.
Untuk itu, sebelum pembelajaran MMP dimulai, guru dapat melakukan
prapembelajaran melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan
rangsang gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk menggali bahasa peserta
didik. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi
MMP, barulah pembelajaran MMP yang sesungguhnya dimulai. Pembelajaran MMP
dimulai dengan pengenalan struktur kalimat. Kemudian, melalui proses analitik,
peserta didik diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan
tonggak dasar untuk pembelajaran mem- baca permulaan ini diuraikan ke dalam

12
satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau
penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak
bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Proses penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan metode
SAS, meliputi:
a) Kalimat menjadi kata-kata
b) Kata menjadi suku-suku kata, dan
c) Suku kata menjadi huruf-huruf.5

E. Teknik pembelajaran membaca pada siswa MI/SD

Teknik merupakan suatu cara untuk menghasilkan tujuan tertentu, atau dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka yaitu metode atau sistem
mengerjakan sesuatu.6 Dengan adanya teknik, seseorang dapat menemukan cara untuk
mencapai keberhasilan yang diinginkan. Begitupun dengan kegiatan membaca. Agar
kegiatan membaca menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi pembaca, maka diperlukan
teknik-teknik tertentu seperti yang akan diuraikan di bawah ini.
1. SQ3R (Survei, Question, Read, Recite, Review)
Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun 1941,
merupakan sistem membaca yang semakin popular digunakan orang. SQ3R
merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu Survei, Question,
Read, Recite, Review.
Dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survei bacaan
untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu dengan
mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita harapkan
terdapat dalam bacaan tersebut kita akan lebih mudah memahami bacaan.
Selanjutnya dengan mencoba.
a) Survei: Siswa mengamati secara cepat materi yang akan dibaca untuk
mendapatkan gambaran umum.
b) Question: Siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang relevan terkait
dengan materi yang akan dibaca.

5
Andi Halimah, “Metode Pembelajaran Membaca Dan Menulis”, Jurnal Auladuna, Vol. 1, No. 2
(Desember 2014), 190-200.
6
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 1158

13
c) Read: Siswa membaca dengan cermat dan mencari jawaban atas pertanyaan
yang telah dirumuskan.
d) Recite: Siswa mencoba untuk mengingat kembali informasi yang telah dibaca
dengan cara menceritakan kembali atau menjelaskan kepada diri sendiri.
e) Review: Siswa mengulangi kembali materi yang telah dibaca untuk memastikan
pemahaman mereka.
2. SQ4R (Survei, Question, Recite, Review, Reflect, Record)
Langkah yang digunakan hampir sama dengan teknik sebelumnya, yaitu
SQ3R, perbedaannya terletak pada pengurangan “Read” dan penambahan “Reflect”
dan “Record”.
a) Reflect: Siswa mempertimbangkan bagaimana materi yang telah dibaca dapat
diterapkan atau dihubungkan dengan pengetahuan yang mereka miliki
sebelumnya.
b) Record: Siswa mencatat informasi penting atau membuat catatan ringkas untuk
membantu memperkuat pemahaman dan mempermudah revisi di masa
mendatang.
3. Skimming
Skimming adalah tindakan untuk mengambil intisari atau saripati terhadap
suatu hal. Skimming bacaan berarti mencari hal-hal penting dari bacaan itu, yaitu
ide pokok dan detail yang penting dalam hal ini tidak selalu di permukaan (awal)
tetapi terkadang di tengah atau di dasar (bagian akhir). Teknik ini berguna untuk
mengidentifikasi ide utama, informasi kunci, dan kesimpulan tanpa harus membaca
setiap kata atau kalimat secara rinci.
Saat melakkan teknik membaca ini mata bergerak di baris-baris pertama yang
mengandung ide pokok dari paragraf, kemudian melompat (skiping) dan berhenti
(fixate) di beberapa fakta, detail tertentu yang penting yang menunjang ide pokok.
Detail penting dapat ditunjukkan oleh tipografi, atau tanda-tanda rincian. Apabila
kita membaca suatu topik yang menjadi perhatian kita, detail dan ide pokok itu
seperti dengan sendirinya menjadi perhatian kita, mudah kita mengenalinya.7

7
Nini Ibrahim, Keterampilan Membaca Dan Model-Model Pembelajarannya (Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2010), hlm. 117.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Hakikat Membaca
Membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh
informasi, ide, dan gagasan yang disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.
Hal ini merupakan keterampilan penting yang harus dikuasai oleh setiap
individu. Dalam membaca, terjadi interaksi antara pembaca dengan teks yang
dibacanya, di mana pembaca aktif dalam memetik dan memahami makna yang
terkandung dalam bahan tertulis.
2. Perkembangan Membaca pada Siswa MI/SD
Terdapat tahap permulaan, membaca dalam hati dan membaca cepat. Dengan
demikian, pengajaran membaca pada siswa MI/SD harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan mereka serta tujuan membaca yang ingin dicapai. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa siswa dapat mengembangkan kemampuan membaca dengan baik
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan mereka.
3. Pembelajaran Membaca pada Siswa MI/SD
Proses pembelajaran membaca melibatkan langkah-langkah mulai dari
pengenalan simbol-simbol buku, peleburan atau asimilasi informasi, hingga
tahap penyimpanan dan pengingatan informasi yang diperoleh. Guru sebagai
fasilitator pembelajaran memiliki peran penting dalam membantu siswa
mengembangkan kemampuan membaca mereka sesuai dengan tahap
perkembangan dan kebutuhan individu mereka.
Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
mendukung bagi siswa, terutama bagi pembaca awal. Pilihan-pilihan yang
ditawarkan kepada siswa, seperti membaca bersama-sama atau secara
bergantian, serta menciptakan suasana yang tidak menakutkan dan mendukung
dalam belajar membaca, dapat membantu siswa merasa lebih nyaman dan
termotivasi untuk belajar.
4. Strategi dan Metode Pembelajaran Membaca pada Siswa MI/SD
Guru dapat mengimplementasikan berbagai strategi seperti kegiatan prabaca,
kegiatan inti membaca, dan kegiatan pascabaca untuk meningkatkan pemahaman

15
siswa terhadap teks yang dibaca. Dalam kegiatan prabaca, siswa diarahkan untuk
memiliki perilaku penyelesaian masalah dan motivasi dalam pembacaan melalui
berbagai cara seperti gambaran awal, petunjuk antisipasi, pemetaan semantik,
dan lainnya. Selanjutnya, dalam kegiatan inti membaca, strategi metakognitif,
cloze procedure, dan pertanyaan pemadu digunakan untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi bacaan. Sedangkan dalam kegiatan
pascabaca, siswa diberi kesempatan untuk mengintegrasikan informasi baru ke
dalam pengetahuan yang sudah ada melalui berbagai cara seperti memperluas
kesempatan belajar, mengajukan pertanyaan, dan pementasan teater aktual.
Selain itu, ada beberapa metode pembelajaran membaca yang dapat
digunakan oleh guru seperti metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode
kata, metode global, dan metode struktural analitik sintetik (SAS), yang masing-
masing memiliki pendekatan dan teknik yang khas dalam membantu siswa
memahami proses membaca dan menulis. Dengan demikian, penggunaan
strategi dan metode yang tepat dalam pembelajaran membaca dapat membantu
meningkatkan kemampuan membaca siswa MI/SD secara efektif.
5. Teknik Pembelajaran Membaca pada Siswa MI/SD
Teknik pembelajaran membaca pada siswa MI/SD menuntut adanya
pendekatan yang efektif untuk mencapai pemahaman yang maksimal. Salah
satunya adalah melalui penerapan teknik-teknik khusus seperti SQ3R, SQ4R,
dan skimming. SQ3R, dengan langkah-langkah survei, pertanyaan, membaca,
mengulang, dan meninjau, membantu siswa dalam memahami bacaan secara
sistematis dan reflektif. Sedangkan SQ4R menambahkan langkah refleksi dan
pencatatan untuk meningkatkan pemahaman dan retensi informasi. Teknik
skimming memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi ide utama dan informasi
penting dengan cepat, berguna untuk menangkap inti dari suatu bacaan tanpa
harus membaca secara rinci. Dengan mengintegrasikan teknik-teknik ini dalam
pembelajaran membaca, siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam
memahami dan merespons berbagai jenis teks dengan lebih efisien dan efektif.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.
16
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga
sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Nini. (2010). Keterampilan Membaca Dan Model-Model Pembelajarannya.


Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Ratna Juwita, Silvia. (2014). Bahasa Indonesia Keterampilan Membaca. Jakarta:


Universitas Esa Unggul.

Sunanih. (2017). “Kemampuan Membaca Anak Sekolah Dasar Kelas Rendah Bagian dari
Pengembangan Bahasa”, Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran,
2(1), 38-46.

Andi, H. (2014). “Metode Pembelajaran Membaca Dan Menulis”, Jurnal Auladuna, 1(2),
190-200.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

18

Anda mungkin juga menyukai