Anda di halaman 1dari 123

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT DAN

PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS IV


SDN KAPUK 02 CENGKARENG JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Nama Mahasiswa : Salsa Billah

NIM : 19.86.206.182

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2022
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Jadi, Pendidikan merupakan proses belajar

yang menjadikan manusia memiliki mental, fisik, sosial, kepribadian,

kecerdasan, etika, serta berguna bagi semua masyarakat, bangsa dan negara.

Selain itu, dalam Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi dari pendidikan

nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk

berkomunikasi. Bahasa tidak hanya berbentuk lisan, melainkan juga tulisan.


Dengan adanya bahasa, manusia dapat menyampaikan apa yang sedang

dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat berkomunikasi dengan

manusia lainnya sehingga dapat mengerti apa yang dimaksudkan. Sementara

itu apabila berbicara tentang Bahasa atau keterampilan berbahasa, berarti

akan membicarakan hal-hal yang terdapat dalam aspek keterampilan

berbahasa. Aspek keterampilan berbahasa itu sendiri yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu dari keempat keterampilan

berbahasa yang penting dikuasai dan dikembangkan di sekolah adalah

keterampilan membaca.

Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa menduduki

posisi dan peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan manusia.

Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh

inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi

seperangkat komponen yang di kuasai secara pribadi dan bertahap, yang

kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Membaca itu juga membutuhkan

konsentrasi yang sungguh-sungguh terutama ketika kita membaca teks bacaan

non sastra.

Kemampuan membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan

berbahasa yang diajarkan dan berkonsekuensi di tes kan kepada pembelajar

bahasa. Bersama dengan kemampuan menyimak, kemampuan membaca

tergolong kemampuan aktif reseptif, tetapi berbeda media penyampainnya.

Kemampuan menyimak dipergunakan untuk mengukur kemampuan

memahami bahasa lisan, sedangkan kemampuan membaca untuk bahasa tulis.


Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas

sangat dipengaruhi oleh kemampuan membacanya. Siswa belajar untuk

memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan dapat

menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang

pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan

kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus

dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran

membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik siswa yang masih senang

bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif

dan sosial siswa.

Kelancaran dan ketepatan siswa membaca pada tahap belajar

membaca dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru. Dengan kata lain,

guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan kemampuan

membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai

fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses

pembelajaran. Kemampuan membaca idealnya dimiliki setiap orang. Oleh

sebab itu, pembelajaran membaca perlu dilaksanakan dengan seefektif, untuk

kemampuan membaca efektif secara cepat dan memiliki pemahaman yang

kuat dapat dilakukan dengan pembelajaran membaca cepat.

Kecepatan membaca seseorang akan mempengaruhi pemahaman

makna tulisan yang dibacanya. Banyak orang yang belum pernah mendapat

bimbingan khusus dalam membaca cepat, mempunyai kecepatan yang sama

dalam membaca. Kecepatan membaca pun harus fleksibel, artinya kecepatan


itu tidak harus selalu sama. Ada kalanya kecepatan itu di perlambat. Hal itu

tergantung pada bahan dan tujuan kita membaca.

Kegiatan membaca berhubungan dengan pembaca dan bahan yang

dibaca. Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat membaca dengan

cepat dan tahu maksud yang dibaca. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih

banyak siswa di tempat yang sedang saya teliti belum mampu membaca

dengan cepat dan bahkan tidak memahami teks yang dibacanya.

Pada dasarnya membaca itu haruslah fleksibel. Kita harus mampu

menyesuaikan bahan bacaan yang kita baca dengan kecepatan membaca. Hal

ini tergantung pada tingkat kesulitan teks bacaan tersebut. Oleh sebab itu,

kalau teks tersebut memiliki tingkat kesulitan tinggi (sukar), kita sebaiknya

membaca dengan kecepatan rendah (baca dengan lambat atau normal), tetapi

kalau teks tersebut memiliki tingkat kesulitan rendah (mudah), kita dapat

membacanya dengan kecepatan normal.

Membaca cepat merupakan suatu keterampilan yang harus dilatih

Agar siswa mampu membaca dengan cepat serta memahami gagasan yang

terkandung dalam bacaan.. Keberhasilan dalam menguasai dan

mempraktikkan membaca cepat tergantung pada sikap, tingkat keseriusan,

dan kesiapan untuk berlatih dan suatu teknik yang harus dikuasai oleh siswa.

Kurangnya kemampuan membaca cepat dari diri siswa disebabkan

oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah kurangnya motivasi siswa untuk

membaca, siswa jarang membaca atau latihan membaca, kurangnya guru


memberikan tugas membaca, masih banyak rumah baca yang disediakan

pemerintah ataupun lembaga masyarakat tertentu di daerah masing-masing

yang tidak digunakan secara maksimal dan sumber bacaan yang tersedia

masih kurang. Namun, guru harus professional memberikan pelayanan

terbaik bagi siswa Bagaimanapun beratnya permasalahan mendidik siswa,

guru harus tetap selalu exsis mencari solusi yang terbaik untuk kemajuan

siswa nya. Jika faktor penyebab tadi ditemukan oleh guru atau tenaga

pendidik, maka cara mengatasinya dengan berbagai metode dan teknik.

Keberhasilan siswa mengikuti pembelajaran untuk menambah

pengetahuan sangat dipengaruhi oleh kemampuan membaca mereka. Oleh

karena itu, pembelajaran membaca memiliki posisi strategis yang sangat

penting dalam proses pembelajaran, tidak semua orang dan masyarakat

menyadari hal ini, sehingga membaca belum menjadi kebutuhan dasar. Dalam

belajar membaca, anak harus mengerti hubungan antara membaca dan isi dari

bacaan. Pembelajaran membaca harus memberikan pengertian kepada anak

bahwa ketika membaca mereka juga harus menghasilkan pemahaman.

Pemahaman membaca yaitu suatu kegiatan dimana seseorang

memahami isi bacaan, dan dibatasi pada pertanyaaan tentang apa, mengapa,

bagaimana, dan menarik kesimpulan berdasarkan dari suatu bacaan.

Kemampuan pemahaman yang dimiliki seseorang bukanlah kemampuan yang

diturunkan dari generasi ke generasi, melainkan hasil dari proses belajar dan

adanya latihan yang tekun. Untuk itu, sebagai bagian dari pendidikan dasar,

siswa perlu memahami pentingnya membaca pemahaman, karena ada banyak


manfaat membaca dan menguasai keterampilan membaca pemahaman.

Namun pada kenyataannya membaca selalu kurang diminati oleh siswa,

terkadang mereka hanya membaca tanpa memahami isi bacaan. Sebagai

fasilitator, guru harus mampu memotivasi dan mem Penelitian yang

dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh berikan sarana untuk

membantu siswa terus membaca agar mereka tertarik pada kegiatan

membaca.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SDN Kapuk 02

Cengkareng didapatkan hasil bahwa permasalahan tersebut adalah: dari 32

siswa terdapat 15 siswa yang belum lancar membaca cepat dan pemahaman

membaca. Hal ini disebabkan tidak adanya motivasi keinginan untuk

membaca, tidak ada kemauan untuk berusahan merubah sifat malas dalam

membaca, hal tersebut berpengaruh pada kemampuan membaca pemahaman

siswa. Terdapat beberapa permasalahan yaitu, siswa sulit memahami isi

bacaan, ketika guru bertanya terkait isi teks bacaan siswa tidak bisa

menjawab, siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan pemikirannya,

dan siswa mengalami kesulitan dalam merangkai kata-kata menjadi kalimat

utuh dalam menyimpulkan isi suatu bacaan.

Adapun seorang mempunyai kemampuan membaca yang sangat

lambat, dan memiliki pemahaman yang rendah, mungkin saja orang tersebut

dapat terganggu ingatannya, sehingga harus berlatih terus menerus untuk

mengingat paragraf, kalimat dan kata-kata yang telah dibacanya. Oleh karena

itu, guru diharuskan sekreatif mungkin untuk bisa menggunakan sebuah


teknik pembelajaran agar setiap karakter peserta didik dan lebih

memperhatikan siswa yang masih belum mampu membaca dengan baik atau

masih membaca kata demi kata.

Sehubungan dengan hal tersebut, yang menjadi permasalahan yaitu

kurangnya minat baca siswa, kurang serta rendahnya kemampuan siswa

dalam membaca cepat serta pemahaman siswa terhadap isi bacaan di Kelas

IV SDN Kapuk 02 Cengkareng termasuk kategori sangat rendah. Berdasarkan

pada latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji

lebih mendalam tentang “Analisis Kemampuan Membaca Cepat Dan

Pemahaman Pada Siswa Kelas IV SDN Kapuk 02 Cengkareng Jakarta Barat “

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka fokus penelitian ini adalah:

a. Kemampuan membaca cepat pada siswa kelas IV SDN Kapuk 02

Cengkareng Jakarta Barat

b. Kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas IV SDN Kapuk 02

Cengkareng Jakarta Barat

C. Rumusan Masalah

Bersadarkan fokus penelitian di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:


1. Bagaimana kemampuan membaca cepat pada siswa kelas IV SDN Kapuk

02 Cengkareng Jakarta Barat?

2. Bagaimana kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas IV SDN

Kapuk 02 Cengkareng Jakarta Barat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan membaca cepat

pada siswa kelas IV SDN Kapuk 02 Cengkareng Jakarta Barat

b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan membaca

pemahaman pada siswa kelas IV SDN Kapuk 02 Cengkareng Jakarta

Barat

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Memberikan konstribusi pemikiran dalam rangka usaha-usaha untuk

pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia.
b. Manfaat Praktis

1) Bagi Sekolah

Dapat membuat program pelatihan untuk guru dalam meningkatkan

kemampuan dalam pembelajaran yang kreatif, inovatif dan

meningkatkan potensi siswa dalam keterampilan membaca, sehinga

dapat meningkatkan mutu pendidikan pada pembelajaran Bahasa

Indonesia. Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan

perubahan yang lebih baik lagi sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2) Bagi Guru

Untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa serta

menerapkan metode-metode membaca cepat kepada siswa dan

pada kemampuan membaca pemahaman siswa lebih dilatih lagi,

khususnya pada siswa yang belum bisa, belum lancar dalam

membaca agar kemampuan membaca pemahaman siswa semakin

meningkat dan siswa pun semakin paham dan mampu memahami

isi dari bacaan.

3) Bagi Siswa

Siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar sehingga siswa dapat

meningkatkan kemampuan membaca cepat dan lancar untuk

tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa tergolong dalam


kategori cukup, pada kemampuan membaca pemahaman siswa

khususnya pada teks bacaan agar tidak hanya sekedar membaca,

tetapi siswa juga harus bisa dan mampu memahami isi bacaan dari

teks yang dibaca sehingga nantinya dapat meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman siswa.

4) Bagi Peneliti

Manfaat yang diharapkan adalah penelitian ini memberikan

kesempatan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca

cepat dan pemahaman pada siswa kelas IV SDN Kapuk 02

Cengkareng .yang berguna untuk memahami masalah-masalah

yang terdapat dalam pembelajaran di sekolah dasar dan dapat

menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi pada siswa


BAB II LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI

a. Landasan Teori
b. Hakikat Keterampilan Membaca

c. Pengertian Membaca
Bedasarkan pemikiran Membaca adalah proses

menghubungkan pembaca dengan materi yang akan dibaca. Ini adalah

langkah proses yang pembaca jalani dan gunakan untuk memperoleh

data berupa informasi yang ditulis oleh penulis bacaan dengan

menggunakan susunan kata yang membentuk kalimat. (Rinawati,

2020).

Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang telah tertanam

didalam diri seseorang dapat berkembang bila orang tersebut belajar

dengan baik. Kemampuan membaca adalah kesanggupan dan

kecakapan serta kesiapan seseorang untuk memahami suatu gagasan

atau lambang-lambang dan bunyi-bunyi Bahasa yang ada dalam teks

suatu bacaan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan si pembaca

untuk mendapatkan amanat dan informasi yang diinginkan. Untuk

dapat mengetahui kemampuan seseorang perlu dilakukan teks.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah suatu penghubung antara bacaan dan seseorang agar

mendapatkan suatu informasi.


Keterampilan Membaca ialah keterampilan yang didapatkan

oleh anak-anak yang giat untuk membaca buku bacaan dan memahami

isinya dimana hal ini dilakukan terus menerus sehingga mendapatkan

keterampilan tersebut dibanding dengan anak yang tidak giat. Selain

itu dengan seringnya membaca teks narasi dan beragam tema bacaan

yang di baca siswa, maka siswa makin terbuka dalam memperoleh

tambahan sejumlah kata-kata dan memperkaya katanya serta wawasan

pengetahuan sejumlah kata diperlukan untuk menentukan sebuah

kalimat yang memiliki makna. Usaha memperkaya kata tema-tema dan

topik-topik baru melalui membaca perlu dilakukan secara terus

menerus yang disesuaikan pula dengan perkembangan dan tingkat

kesulitannya. (Miransanthi , 2016 : 3).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

keterampilan membaca adalah keterampilan yang dilakukan terus

menerus untuk mendapatkan suatu keterampilan dalam hal membaca.

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah suatu kegiatan kompleks untuk memahami pola-pola

bahasa dan menafsirkan makna yang ada di dalam teks. Kegiatan

tersebut dilakukan dengan mengubah atau merekonstruksi tanda atau

tulisan sehingga pembaca dapat memperoleh informasi atau makna

yang ada di dalam teks.


d. Tujuan Membaca
Hakikat kegiatan membaca adalah memperoleh makna yang

tepat melalui bacaan. (Blanton & James, 2011). Oleh karena itu,

pembaca harus menentukan tujuan yang tepat dalam membaca

mengemukakan bahwa seseorang yang membaca pasti harus

mempunyai tujuan. Karena jika membaca tanpa ada tujuan maka akan

mengurangi makna dari membaca tersebut (Apriliyani, 2016 : 11).

Inti dari kegiatan membaca adalah mendapatkan makna yang

benar melalui membaca. Oleh karena itu, pembaca harus menentukan

tujuan membaca yang benar (Blanton & James, 2011).

Saya berpendapat bahwa pembaca harus memiliki tujuan. Jika

Anda membaca tanpa tujuan, makna membaca akan memudar.

(Apriliyani, 2016).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan membaca adalah suatu makna yang diperoleh dari suatu bacaan

yang valid.

Tujuan membaca adalah untuk usaha mendapatkan informasi,

termasuk mengetahui isi, serta paham akan makna dari narasi yang

dituliskan. Makna atau arti (meaning) berkaitan erat dengan maksud

tujuan dalam membaca, yaitu:


a. Tokoh; apa saja yang diperbuat oleh tokoh, apa saja yang

terjadi atau dialami tokoh, atau atau bagaimana tokoh

memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Membaca untuk mencari tahu mengapa sesuatu adalah topik

yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,

tokoh bagaimana ia mencapai tujuannya.

c. Membaca untuk menentukan atau mengetahui kejadian apa

yang ada di setiap bab cerita, bagaimanakah kejadian pertama

pada cerita tersebut, lalu kedua, ketiga, dan seterusnya.

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apakah yang

dirasakan oleh tokoh tersebut, dan apa yang penulis ingin

sampaikan dan perlihatkan kepada pembaca. (Tarigan &

Guntur, 1979 : 9-11).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan tujuan

membaca adalah usaha seseorang dalam mendapatkan informasi, isi

paham, makna dari suatu bacaan yang tertulis.

Membaca berarti mendapatkan apa yang Anda cari berita atau

informasi dengan memahami isi dari apa yang Anda baca. Gaya

membaca yang dipilih pembaca biasanya terkait dengan tujuan

mereka. (Dalman, 2013).

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.


Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan,

atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini, kita kemukakan

beberapa yang penting:

1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-

penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh, apa-apa yang telah

dibuat oleh tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus,

atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh

tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for

details or facts).

2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik

yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,

apa-apa yang dipelajari atau dialami tokoh, dan

merangkumkan ha-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk

mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main idea).

3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi

pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama,

kedua, dan ketiga/seterusnya – setiap tahap dibuat untuk

memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadiaa,

kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk


mengetahui urusan atau susunan, organisasi cerita (reading for

sequence or organization).

4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para

tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak

diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa

para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh

yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut

membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi reading

for inference).

5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang

tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang

lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading to classify).

6. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup

dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat

seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara

tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai,

membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh

berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang

kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan


bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca

untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to

compare or contrast). (Andreson, 1972 : 214) (Trigan, 2015 :

9-11).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan membaca adalah Pesan, informasi akan didapatkan dengan

memahami apa yang sedang dibaca

Seseorang memiliki strategi membaca, terlebih dahulu ia harus

mengetahui tujuan utama dalam membaca yang menjadi salah satu

faktor penting. Sebelum Anda mengembangkan strategi membaca,

Anda perlu mengetahui salah satu faktor kunci: tujuan utama Anda

membaca. (Abidin, 2012 : 8).

Dalam hal ini guru harus menanamkan prinsip dalam dirinya

bahwa ia sudah harus memiliki tujuan umum untuk membentuk siswa

supaya mampu menikmati kegiatan membaca, mampu membaca

dengan gaya dan kecepatan yang fleksibel dan mampu memperoleh

pemahaman isi bacaan yang memadai, dari segala bentuk jenis dan

kegiatan pembelajaran membaca yang akan diajarkannya. (Abidin,

2012 : 16-17).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan membaca adalah faktor penting dalam memiliki strategi

mengetahui apa aitu tujuan utama dalam membaca.


Untuk mendapatkan informasi pembaca perlu membuat atau

mengikuti sistem atau cara kerja dalam membaca, dimana sistem kerja

tersebut meliputi cara kerja fisik dan psikis. Cara kerja fisik meliputi

bagaimana mata membaca atau memandang bacaan sedangkan cara

kerja psikis berkaitan dengan bagaimana otak memahami bacaan.

(Haryadi & Zamzami , 1996).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan cara

mendapatkan informasi adalah melibatkan suatu kerja fisik dan psikis

untuk mendapatkan suatu informasi dalam membaca.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

utama membaca adalah memperoleh informasi dan memahami makna

bacaan. Tanpa memahami makna bacaan maka siswa tidak

mengetahui apa yang dibaca, sehingga pesan yang disampaikan

penulis tidak sampai pada pembaca. Membaca dengan memahami

akan lebih baik daripada hanya sekadar membaca.

e. Manfaat Membaca
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif

antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar

membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan

semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu

menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.


Ada berbagai manfaat membaca yaitu dapat memperoleh

berbagai informasi dan pengetahuan umum yang sangat berguna bagi

kehidupan san dapat memperkaya sebuah istilah, kata, ungkapan, dan

lain-lain yang sangat menunjang keterampilan membaca, menyimak,

berbicara dan menulis. (Pratiwi, 2020 : 82).

Membaca memiliki banyak manfaat. Dengan kata lain,

kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan

umum, yang sangat berguna dalam kehidupan, dapat memperkaya

konsep, kata, ungkapan, dll, dan sangat mendukung membaca,

mendengar, berbicara dan menulis. (Pratiwi, 2020)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

manfaat membaca sangat dianjurkan untuk para siswa dalam hal

keterampilan membaca yang telah diajarkan di sekolah karena

keterampilan membaca memiliki banyak manfaat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

manfaat membaca adalah suatu hal yang sangat penting dimasyarakat

dalam kemampuan membaca untuk kehidupan sehari – hari nya.

Setiap siswa wajib memiliki keterampilan membaca. Oleh

sebab itu keterampilan membaca sangat penting untuk diterapkan di

sekolah. (Slamet, 2009). Hal tersebut dikarenakan membaca memiliki

banyak manfaat, yaitu:


1. Membuat siswa lebih pintar dan cerdik sehingga siswa dapat

memecahkan masalah pada kehidupan

2. Dapat menambah wawasan karena dengan membaca dapat

terus menerus mengikuti perkembangan IPTEK yang terus

berkembang sehingga siswa tidak mengalami keterbelakangan

informasi

3. Dapat memperkaya kosakata, istilah-istilah, serta ungkapan

yang dapat meningkatkan tiga keterampilan berbahasa lainnya

4. Dapat memperluas pandangan diri dan pola pikir sehingga

taraf hidup juga semakin meningkat

5. Mendapatkan banyak pengalaman hidup

6. Memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan umum yang

bermanfaat bagi kehidupan

7. Dapat mengetahui berita-berita penting tentang peradaban dan

kebudayaan dunia

8. Dapat mempertinggi potensi setiap individu dan memantapkan

eksistensi. (Pratiwi, 2020 : 80).

Anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca

tidak akan termotivasi dan anak-anak yang melihat tingginya nilai

(value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar


dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan

dari kegiatan membaca. (Rahim, 1998 : 1).

Anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar

membaca tidak termotivasi, dan anak-anak yang melihat nilai

membaca yang tinggi dalam kegiatan pribadinya lebih aktif daripada

mereka yang tidak mendapat manfaat dari kegiatan membaca, belajar

dengan cara yang bermakna. (Rahim, 1998).

Membaca dapat meningkatkan keterampilan mental,

keterampilan yang dimaksud adalah membangun hubungan antara isi

teks dan pengetahuan awal individu. Agar individu mendapatkan

pemahaman bacaan dan makna yang terjadi dari teks, pembaca harus

mengidentifikasi serangkaian huruf sebagai kata, mengakses makna

kata itu dari kamus kosakata dalam mentalnya, dan membuat

pengertian makna kata individu secara keseluruhan pada tingkat

kalimat. (Kusdemir , 2020).

Membaca juga meningkatkan pemahaman membaca yang

membutuhkan koordinasi dan integrasi yang efektif dari berbagai

proses dasar yang melibatkan penggunaan pengetahuan dunia dan

keterampilan pengenalan kata oleh pembaca secara bersamaan.

Banyak sekali manfaat yang akan didapat dengan membaca. Manfaat

dari membaca dalam (Taufina, 2016 : 156-157), yaitu:

1) Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.


2) Karena sering membaca, seorang tidak tergolong dalam

kebodohan.

3) Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan

keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.

4) Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan

menjernihkan cara berpikir.

5) Membaca akan meunjukkan peningkatan pengetahuan

seseorang dan peningkatan daya ingat serta pemahaman.

6) Dengan membaca rajin, seseorang mendapatkan pelajaran dari

pengalaman orang lain meskipun diri sendiri tidak mengalami.

7) Jika membaca dengan rajin, seseorang dapat mengembangkan

kemampuannya baik untuk mendapatkan dan merespon ilmu

pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan

aplikasi di dalam hidup.

8) Keyakinan seseorang akan bertambah ketika ia membaca

buku-buku Keagamaan. Hal ini karena dapat menuntun pada

kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.

9) Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya

dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-

sia.
10) Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak

kata dan mempelajari berbagai model kalimat, lebih lanjut lagi

ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep

dan untuk memahami apa yang tertulis ‘di antara baris demi

baris’ (memahami apa yang tersirat).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca itu adalah keterampilan yang membuat mental dalam

hubungan antara pengetahuan awal dari setiap orang dalam hal

membaca dan mengetahui makna dari isi teks.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

manfaat membaca adalah kegiatan yang sangat bermanfaat dan sangat

penting dalam kehidupan dan mempunyai 10 manfaat dalam

membaca.

f. Langkah-Langkah Membaca
Langkah-langkah membaca akan menyusun proses yang

bernama proses membaca. (Taufina, 2016). Langkah-langkah dalam

membaca dapat dijabarkan sebagai berikut:

g. Kegiatan Prabaca

Kegiatan Prabaca bertujuan untuk mengubah perilaku siswa

ketika menyelesaikan masalah dan menambah motivasi dalam

menelaah materi bacaan. (Santosa, 2007 : 69).


Kegiatan prabaca bertujuan untuk mengubah perilaku

pemecahan masalah siswa dan meningkatkan motivasi saat

mempelajari bahan bacaan. (Santosa, 2007 : 161-162).

Kegiatan prabaca ini terdiri dari:

a. Gambaran awal; bertujuan untuk peningkatan

pemahaman, gambaran ini berisi informasi umum

tentang isi bacaan

b. Petunjuk penyelesaian masalah; dirancang untuk

memancing atau memberi stimulasi pada pikiran, berisi

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

materi bacaan.

c. Pemetaan semantik; yaitu memperkenalkan kosakata

yang dapat ditemukan dalam bacaan dan dapat

menggugah pemahaman yang berkaitan dengan topik

bacaan.

d. Drama/simulasi (Creative Drama) dapat digunakan

sebelum cerita dibaca untuk meningkatkan pemahaman.

Hal ini bertujuan supaya siswa mendapat gambaran

langsung sehingga mendorong penyelesaian masalah

dengan kemampuan mereka.


h. Kegiatan Saat Membaca

Membaca jika menjadi kegiatan inti harus memiliki strategi

tertentu, yaitu strategi metakognitif, prosedur tertutup, dan

panduan pertanyaan. (Lusiana, 2009 : 97). Peningkatan

pemahaman siswa dapat dilakukan dengan cara optimalisasi

strategi kegiatan membaca. (Lusiana , 2009 : 6-10).

Jika membaca adalah aktivitas utama, maka diperlukan strategi

khusus: strategi metakognitif, prosedur tertutup, dan pertanyaan

terpandu. Strategi yang dimaksud antara lain:

a. Strategi metakognitif; berhubungan dengan

pengertahuan seseorang atas penggunaan intelektual

otaknya dan usaha sadarnya dalam memonitor atau

mengontrol penggunaan kemampuan intelektual

tersebut. Dalam kegiatan membaca orang yang

menerapkan metakognitif akan memilih keterampilan

dan teknik membaca yang sesui dengan tugas

membacanya.

b. Prosedur tertutup; digunakan juga untuk meningkatkan

pemahaman dengan cara menghilangkan sejumlah

informasi dalam bacaan dan siswa diminta untuk

mengisinya.
c. Pertanyaan pemandu; sering digunakan untuk

meningkat pemahaman membaca siswa. Siswa dilatih

untuk mengingat fakta dengan cara mengubah fakta itu

menjadi pertanyaan ‘mengapa’. Pertanyaan pemandu

dapat diajukan oleh guru kepada siswa atau diajukan

siswa untuk dirinya sendiri ketika sedang membaca.

(Lusiana , 2009 : 162-163).

i. Kegiatan Pascabaca

Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa

memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam schemata

yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman

yang lebih tinggi’. (Burs & Emzir, 2007).

Kegiatan pascabaca membantu siswa mengintegrasikan

informasi baru yang mereka baca ke dalam skema yang sudah

mereka miliki untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih

tinggi (Burs & Emzir, 2007).

Pada kegiatan pascabaca terdapat beberapa kegiatan dan

strategi yang dapat dilakukan siswa setelah membaca, yaitu: (1)

memperluas belajar, (2) mengajukan pertanyaan, (3) mengadakan

pemeran visual, (4) melaksanakan pemetasan teater aktual, (5)

menceritakan kembali, dan (6) penerapan hasil membaca. (Resmini &

Juanda, 2007)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah membaca adalah Proses membaca dapat dilakukan

dengan memperhatikan langkah-langkah dalam membaca, yaitu :

Kegiatan Prabaca, Kegiatan Saat Membaca, dan Kegiatan Pascabaca.

(Taufina, 2016 : 163).

j. Indikator Keterampilan Membaca

Microskill terkait dengan proses membaca pemahaman yang

harus dimiliki oleh pembicara. (Mulyati, 2009).

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses

membaca yang harus dimiliki pembicara yaitu:

1. Mengenal sistem tulisan yang digunakan.

2. Mengenal kosakata.

3. Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik

dan gagasan utama.

4. Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata, dari konteks

tertulis.

5. Mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan

sebagainya.

6. Menentukan konsituen-konsituen dalam kalimat, seperti

subjek, predikat, objek dan preposisi.

7. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis.


8. Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujua-tujuan, dan

partisipan.

9. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna

menarik kesimpulan-kesimpulan.

10. Menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif

leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau

informasi utama.

11. Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan.

12. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-

tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk

mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam.

(Mulyati, 2009 : 13).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembicara memiliki keterampilan mikro dalam hal membaca yang

didapatkan dari kosakata, gagasan utama, konteks yang tertulis, kata

gramatikal, sintaksis, dan perangkat kohesif.

Berdasarkan kesimpulan di atas bahwa indikator keterampilan

membaca yaitu adanya mikro dan makrolis yang didalamnya

mempunyai beberapa tujuan penilaian keterampilan membaca.


k. Jenis-jenis Membaca

Jenis-jenis membaca adalah membaca teknik, membaca dalam

hati, membaca intensif, membaca memindai, membaca bahasa,

membaca cepat, membaca sekilas dan membaca pustaka. Depdikbud

(Abbas, 2006 : 106-109).

Jenis membaca termasuk membaca teknis, membaca senyap,

membaca intensif, membaca memindai, membaca lisan, membaca

cepat, membaca sekilas, dan membaca sastra. (Abbas, 2006).

Terdapat beberapa jenis membaca, ada beberapa jenis

membaca seperti Intensive reading, Extensive Reading, Aloud

Reading, dan Silent Reading.

1. Membaca intensif (intensive reading) adalah jenis membaca

yang berfokus pada idiom dan kosa kata yang diajarkan oleh

guru di dalam puisi, novel, atau sumber lainnya. Misalnya,

para siswa fokus pada detail linguistik atau sematik bacaan dan

fokus pada detail struktural seperti data bahasa.

2. Exlusive Reading adalah jenis membaca yang melibatkan

peserta didik membaca teks untuk kesenangan dan untuk

mengembangkan keterampilan membaca secara umum.

Misalnya, para siswa membaca berbagai jenis buku seperti

jurnal, surat kabar, dan majalah sebanyak mungkin, terutama


untuk kesenangan, dan hanya membutuhkan pemahaman

umum tentang isinya.

3. Membaca nyaring (aloud reading) adalah membaca dengan

menggunakan suara keras dan jelas. Misalnya membaca puisi,

dialog, dan jenis teks lainnya.

4. Kegiatan membaca senyap (silent reading) dimaksudkan untuk

melatih siswa membaca tanpa suara agar siswa dapat

memusatkan perhatian atau pikirannya untuk memahami teks.

Misalnya para siswa membaca teks dengan hati. (Patel &

Praveen, 2017).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

Intensive reading, Extensive Reading, Aloud Reading, dan Silent

Reading adalah para pembaca yang memiliki karakter yang berbeda –

beda.

Banyak ditemukan jenis membaca di SD jika merujuk pada

kurikulum pembelajaran membaca di SD. Membaca hendaknya

memperhatikan keindahan dalam pelafalannya. Membaca dengan

indah sering disebut membaca emosional. (Taufina, 2016).

Dinamai demikian, sebab selalu menimbulkan emosi atau

perasaan atau pendengarnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam

pembelajaran yaitu siswa dapat memperoleh suatu keindahan yang

sumbernya bahasa atau keindahan yang bersumber pada bacaan.


Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

suatu keindahan dalam membaca ialah dengan suatu perasaan dan

pelafalannya, membaca dengan emosional juga termasuk dalam hal

keindahan membaca.

Unsur irama, intonasi, dan ketepatan ucapan memegang peran

penting. Ketepatan mengintonasikan kalimat berita, kalimat tanya,

kalimat seru, kalimat langsung, kalimat ajakan dan jenis kalimat-

kalimat yang lain secara tepat, akan berpengaruh terhadap

keberhasilan jenis membaca.

Secara garis besar, membaca dibagi atas dua jenis membaca,

yaitu membaca nyaring atau teknik dan membaca dalam hati.

1. Membaca Nyaring

Membaca Nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan

dengan cara menyuarakan lambang-lambang bunyi. Dalam

membaca nyaring dibutuhkan keterampilan dan teknik-teknik

tertentu terutama pada unsur suprasegmental seperti nada,

intonasi, tekanan, pelafalan, penghentian, dan sebagainya.

2. Membaca Dalam Hati

Membaca Dalam Hati adalah kegiatan membaca yang

dilakukan dengan tidak menyuarakan lambang-lambang bunyi.

Karena dilakukan dalam hati, jenis membaca ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memahami teks yang


dibacanya secara lebih mendalam. Untuk keterampilan

pemahaman, yang paling tepat adalah dengan membaca dalam

hati yang dapat pula dibagi atas:

3. Membaca Ekstensif atau Membaca Cepat

Membaca Ekstensif merupakan teknik membaca secara cepat

tanpa mengurangi pemahaman inti bacaan. Membaca ekstensif

bertujuan unuk menemukan atau mengetahui secara tepat

masalah utama dari teks bacaan. Membaca ekstensif atau

membaca cepat meliputi membaca survey, dilakukan untuk

memeriksa, meneliti daftar kata, judul- judul bab yang terdapat

dalam buku-buku yang bersangkutan, serta memeriksa bagan,

skema, atau outline buku yang bersangkutan.

4. Membaca Sekilas

Membaca Sekilas bertujuan untuk memperoleh suatu kesan

umum dari suatu bacaan, untuk menemukan hal tertentu dari

suatu bacaan, dan untuk menemukan atau menempatkan

bahaya yang diperlukan dalam perpustakaan. Membaca

dangkal atau superficial reading dilakukan pada saat kita

membaca dengan tujuan hiburan, membaca bacaan ringan yang

mendatangkan kebahagiaan, misalnya cerita lucu, novel

ringan, dan catatan harian.

5. Membaca Intensif
Membaca Intensif atau membaca pemahaman adalah kegiatan

membaca secara mendalam untuk memahami secara lengkap

isi buku atau bacaan tertentu. Dengan demikian, dalam

membaca intensif diperlukan pemahaman mengenai detail atau

perincian isi bacaan secara mendalam.

Pada penelitian ini, peneliti ingin meneliti tentang kemampuan

membaca intensif atau membaca pemahaman siswa, yang bertujuan

untuk memahami isi dari bacaan yang telah dibacanya. Siswa juga

diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

oleh guru, dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca menjadi faktor penting bagi para siswa apalagi kemampuan

dalam membaca intensif, serta membaca sekilas yang hanya sekedar

menemukan hal tertentu saja.

Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang

kompleks yang melibatkan serangkaian sub-sub keterampilan yang

lebih kecil. (Mulyati, 2009).

Sub-sub keterampilan membaca itu melibatkan tiga komponen

berikut:

a. Pengenal terhadap aksara dan tanda-tanda baca.


b. Korelasi antara aksara, tanda-tanda baca, dan unsure-unsur

linguistik formal.

c. Hubungan lebih lanjut antara (1) dan (2) dengan makna

(meaning). (Broughton, 1978).

Sub keterampilan membaca Pertama berkaitan dengan

kemampuan melek huruf. Sementara sub keterampilan membaca

Kedua sudah mulai menghubungkannya dengan unsur-unsur linguistik

formal, seperti kata, frase, kalimat, atau wacana sederhana. Kedua sub

keterampilan pertama inilah yang menjadi orientasi pembelajaran

membaca . Sementara itu, sub keterampilan ketiga merupakan sasaran

dari kegiatan membaca lanjut karena sudah melibatkan intelektual

pembacanya. Keterampilan membaca dibangun oleh dua aspek

penting, yaitu (a) keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical

skills) dan (b) keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension

skills). (Tarigan & Guntur, 1979 : 11).

Keterampilan yang bersifat mekanis meliputi: (1) pengenalan

bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur linguistik: fenom/grafem,

kata frase, klausa, kalimat, (3) pengenalan hubungan pola ejaan dan

bunyi atau kemampuan menyuarakan lambang tulis, dan (4) kecepatan

membaca bertaraf lambat.

Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills)

meliputi: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,


dan retorikal), (2) memahami signifikasi/makna (maksud dan tujuan

pengarang, relevansinya dengan kebudayan, reaksi pembaca), (3)

kemampuan mengevaluasi baik terhadap isi maupun bentuk dan (4)

kecepatan membaca fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan.

Dari Kedua aspek yang dijelaskan di muka, membaca berada

pada tataran aspek Pertama, yakni aspek mekanis. Oleh karena itu,

jenis membaca yang cocok ditanamkan pada pembaca permulaan

adalah jenis membaca nyaring (membaca bersuara) dan membaca

teknis.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-

jenis membaca adalah membaca teknik, membaca dalam hati,

membaca intensif, membaca memindai, membaca bahasa, membaca

cepat, membaca sekilas dan membaca Pustaka.

l. Membaca Cepat

m. Pengertian Membaca Cepat

Membaca cepat merupakan salah satu kegiatan dalam

pembelajaran, pengertian pembelajaran sendiri merupakan proses

komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar sehingga

dapat dikatakan bahwa komunikasi tidak akan berjalan tanpa adanya

sarana untuk menyampaikan pesan. Karena membaca cepat

merupakan kegiatan dalam pembelajaran, dan konsep pembelajaran

itu sendiri adalah proses komunikasi antara peserta didik, guru, dan
materi, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi tidak berjalan tanpa

sarana penyampaian pesan. (Mawadati, 2017).

Membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan tinggi,

hampir keseluruhan materi dibaca dalam waktu tertentu yang disertai

dengan pemahaman isi 70%. Materi dalam hal ini adalah jumlah kata

yang terkandung dalam suatu bacaan, sedangkan waktu tertentu

artinya untuk memahami materi bacaan memerlukan waktu. Waktu

yang dipergunakan dalam membaca cepat adalah satuan waktu, yaitu

menit. Dan pemahaman isi bacaan 70% artinya, setelah selesai

membaca sekurang- kurangnya pembaca menguasai isi bacaan

sebanyak 70%. (Kamalasari, 2012).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca cepat adalah proses yang bersangkutan dengan kecepatan

dan pemahaman terhadap apa yang telah dibaca dan dapat mengukur

tingkatan para pembaca dalam hal membaca cepat.

Membaca cepat adalah membaca dengan mengutamakan

kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Hal itu berarti

dalam membaca cepat yang diutamakan bukan kecepatan saja, tetapi

juga pemahaman terhadap isi bacaan. Berapa pun tingginya kecepatan

membaca seseorang kalau tidak mampu memahami bacaan, kecepatan

membaca tersebut tidak efektif. (Nurhadi, 2005 : 39). Jadi,

peningkatan kecepatan membaca harus diikuti oleh peningkatan


pemahaman terhadap bacaan. Pembaca cepat yang jitu mengetahui

kapan ia harus menggali sesuatu dari bacaan tersebut dan kapan ia

mengabaikan unsur-unsur yang kurang penting atau yang tidak perlu.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pembaca menelusuri bacaan

dengan cermat dan memungut pointer-pointer yang hendak dijadikan

sebagai kunci pemahaman. (Ediwarman & Meliyawati, 2019 : 68).

Membaca cepat tidak hanya merupakan salah satu dari sekian

jenis membaca, tetapi juga merupakan sebuah strategi dalam

membaca. Artinya, membaca cepat merupakan sebuah kiat yang dapat

dilakukan untuk memahami inti sari bacaan dengan efektif. Hal itu

berarti dalam membaca cepat pembaca harus membaca bacaan dengan

kecepatan yang dianggap memadai. Memahami dalam artian ini

adalah disesuaikan antara kecepatan membaca dengan materi bacaan

serta tujuan yang hendak dicapai. Jadi, jika bahan bacaan rumit

kecepatan membaca dikurangi; akan tetapi, jika sebaliknya kecepatan

membaca dipercepat.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca cepat

merupakan suatu keterampilan membaca yang dilakukan dengan

kecepatan yang tinggi dan sekaligus dengan pemahaman yang tinggi

pula terhadap materi bacaan. Apabila kecepatan membaca yang tinggi

tidak diiringi dengan pemahaman bacaan yang baik, berarti

kemampuan membaca cepat tergolong dalam kualifikasi tidak efektif.

Jadi, konsep membaca cepat diiringi dengan pemahaman yang baik.


n. Tujuan Membaca Cepat

Tujuan membaca sangat beragam dan luas tergantung situasi

dan kondisi dari pembaca, karena setiap situasi membaca mempunyai

tujuan tersendiri yang bersifat spesifik. Secara umum, tujuan utama

membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi dan

memahami makna bacaan (Sofah & Rukmini, 2013).

Secara rinci tujuan membaca cepat bermacam-macam dengan

delapan tujuan membaca cepat. (Nurhadi, 1989 : 12). Kedelapan

tujuan membaca cepat yang dimaksud, yaitu: (1) menangkap ide

pokok/gagasan utama secara cepat, (2) mendapatkan informasi tentang

sesuatu, (3) mengenali makna kata-kata (istilah sulit), (4) mengetahui

peristiwa penting di dunia, (5) mengetahui peristiwa penting di

masyarakat sekitar, (6) memperoleh informasi tentang lowongan

pekerjaan, (7) mencari merek barang yang cocok untuk dibeli, dan (8)

mendapatkan keterangan tentang pendapat seorang (ahli) atau

keterangan tentang definisi suatu istilah. (Ediwarman & Meliyawati,

2019, p. 69).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kunci

dari membaca cepat dapat diperoleh dari pemahaman yang baik dan

juga waktu yang terbilang singkat dengan tujuan untuk memunggut isi

makna dari suatu bacaan.


Sehubungan dengan pengertian membaca cepat, seorang

pembaca dapat meninjau kembali secara cepat materi yang pernah

dibacanya. (Harjasujana, 1997 : 165). Dengan membaca cepat,

pembaca dapat memperkirakan mana bagian-bagian yang harus

dibacanya dengan seksama dan mana pula yang boleh dilewatinya

begitu saja, karena bagian-bagian tersebut sudah sangat dikenali atau

dipahami sehingga tidak perlu dirisaukan untuk harus dibaca. Jadi,

perhatian bisa difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau bagian-

bagian yang belum dikuasai. (Ediwarman & Meliyawati, 2019 : 69-

70).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca cepat juga harus pandai menyortir mana bagian-bagian yang

bermakna penting dan yang sudah sangat dikenali atau dipahami

sehingga bisa dihiraukan begitu saja jadi hanya akan fokus ke bagian

bagian yang baru atau belum dikuasi oleh pembaca.

o. Teknik Membaca Cepat

Teknik yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca

antara lain adalah Teknik layap (skimming) dan memadai (scanning).

(Soedarso, 2010 : 84). Membaca skimming bertujuan untuk

mendapatkan gagasan-gagasan pokok secara cepat, sedangkan

membaca scanning bertujuan untuk mencari informasi tertentu secara

cepat dan tepat. (Ediwarman & Meliyawati, 2019 : 70).


Skimming reading bertujuan untuk menangkap ide yang paling

penting dengan cepat, sedangkan scan reading bertujuan untuk

menemukan informasi tertentu secara cepat dan akurat. (Ediwarman &

Meliyawati, 2019).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

teknik membaca cepat ada beberapa macam teknik meliputi layap

(skimming), menandai (scanning), yang bertujuan mencari pokok

utama secara cepat dan tepat tentu nya.

Teknik membaca skimming bertujuan untuk mengetahui hal-hal

penting atau ide pokok bacaan dengan cepat. Sebagian contoh,

sebelum membaca koran umumnya kita membolak-balik terlebih

dahulu halaman demi halaman untuk mengetahui berita apa-apa saja

yang dimuat dalam koran tersebut. Begitu juga kalau kita membaca

buku, memulainya dengan membaca daftar isi, pengantar atau

pendahuluan, dan melihat secara sekilas awal-awal bab atau pokok

bahasan. Sebaliknya, teknik membaca scanning tujuannya adalah

untuk melihat isi buku langsung pada sasaran yang hendak dicari atau

yang hendak dibutuhkan. Misalnya, jika kita ingin mengetahui arti

sebuah kata dalam kamus, kita langsung mencarinya pada halaman

yang memuat kata tersebut. Begitu juga jika mencar nomor telepon

pada yellow page; mengetahui jadwal keberangkatan pesawat, kereta

api, bus, dan sebagainya pada brosur atau di layar monitor. Jadi,

dalam melakukan teknik scanning, sebelum membaca, pembaca harus


mengetahui terlebih dahulu apa yang ingin dicari, apakah mencari

definisi-definisi, makna kata-kata, atau mencari hal-hal lain yang

dianggap perlu. Jika tujuan sudah diketahui, pembaca langsung

mencarinya pada halaman-halaman atau bagian-bagian yang memuat

hal yang bersangkutan; jadi, tidak membolak-balik atau mengacak-

acak semua halaman buku. (Ediwarman & Meliyawati, 2019 : 70-71).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

teknik membaca skimming dan scanning tentu berbeda, dimana teknik

membaca skimming diutamakan lebih kepada kecepatan untuk

menemukan suatu ide pokok bacaan. Sedangkan scanning ialah

mencari suatu ide pokok yang dianggap hanya hendak dicari atau

dibutuhkan saja, selebih itu akan dihiraukan jika tidak dianggap

penting oleh pembaca.

p. Faktor Yang Terkait Dalam Pengembangan Kemampuan

Membaca Cepat

Jika tujuan membaca cepat adalah untuk memahami isi dengan

baik dalam waktu yang singkat, maka perlu beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan pengaruhnya dalam mencapai tujuan tersebut. Ada

beberapa faktor yang dapat dilakukan dengan mengembangkan

kemampuan membaca cepat, antara lain dengan (a) meningkatkan

motivasi membaca, (b) mengembangkan kosakata dan daya kata, (c)

menghilangkan kebiasaan buruk ketika membaca, (d) meningkatkan


konsentrasi, dan (e) melebarkan jangkauan mata. (Ediwarman &

Meliyawati, 2019 : 71).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

banyak faktor dalam membaca cepat untuk memahami isi pokok suatu

bacaan dengan baik, meliputi meningkatkan motivasi dan kosakata dan

daya kata dalam membaca, serta menghilangkan hal buruk ketika

membaca, ditingkatkan nya konsentrasi dan jangkauan mata jika

sedang membaca.

q. Meningkatkan Motivasi Membaca

Motivasi membaca berkaitan dengan minat seseorang terhadap

bacaan yang dibacanya. Semakin tertarik seseorang pada jenis bacaan

tertentu, semakin tinggi kecepatan dan pemahamannya terhadap

bacaan, karena bacaan itu dibaca dengan antusias. Sebaiknya, apabila

seseorang membaca bacaan yang kurang disukainya, hampir dipastikan

daya bacanya pun rendah pula.

Ada beberapa kiat memunculkan motivasi dalam membaca.

Cobalah selalu menanamkan dalam pikiran bahwa setiap bacaan ada

manfaatnya, dan membaca adalah suatu kegiatan yang ‘harus’ menjadi

bagian dalam hidup. Masih ingkatkah dengan kata-kata bijak

‘Membaca itu memperkaya batin?’ Atau ‘membaca adalah jendela

dunia?’ Nah, sudah layaknya kita memperbaiki motivasi membaca.


Meningkatkan kemampuan membaca yang bersumber dari diri sendiri

ini disebut penumbuhan secara internal.

Menumbuhkan motivasi membaca juga dapat dilakukan secara

eksternal, misalnya melalui kemasan buku bacaan dan sarana

membaca. Dalam era teknologi canggih seperti sekarang ini berbagai

upaya dapat dilakukan dalam pengemasan bahan bacaan, antara lain

dengan selaingan dan variasi gambar-gambar dan warna-warna yang

menarik serta pembahasan yang menarik pula. Hal ini tentu saja

disesuaikan dengan tingkatan umur dan profesi pembaca.

Umumnya, yang membutuhkan variasi demikian adalah

pembaca dari tingkatan anak-anak dan remaja serta materi bacaan yang

bersifat popular atau pengetahuan umum. Materi bacaan yang bersifat

ilmiah biasanya variasi seperti itu seperlunya saja dan pembahasannya

disesuaikan dengan tuntutan kaidah bahasa ilmiah.

Menumbuhkan motivasi membaca tidak terlepas dari sarana

membaca, antara lain tempat membaca, penerangan, dan suasana

sekitarnya. Apakah kegiatan membaca dapat dilakukan sesuai dengan

kebiasaan pembaca. Ada pembaca yang suka membaca dalam tempat

tertentu dan dengan kendala lingkungan yang tenang yang terkondisi.

Akan tetapi, ada pula yang sebaliknya, misalnya ada pembaca yang

bisa membaca dalam keadaan yang diselingi dengan music-musik

tertentu; atau tidak merasa terganggu membaca meskipun dalam


keadaan yang bising sekali pun. (Ediwarman & Meliyawati, 2019 : 71-

72).

Berdasarkan penjelasan diatas tersebut dapat disimpulkan

bahwa begitu banyak faktor yang menjadi sangat berpengaruh

terhadap motivasi membaca, faktor yang sangat penting ialah minat

nya seseorang terhadap suatu bacaan yang sedang dibacanya, jika ia

minat akan sangat tinggi tingkat kecepatan dan pemahaman nya,

dibandingkan seseorang tersebut tidak minat terhadap bacaan nya akan

rendah dan tingkatan nya menjadi menurun. Serta faktor lain dari

motivasi membaca ialah sarana dan juga suasana tempat sekitar nya

dimana itu juga bisa menunjang minat membaca seseorang dan akan

termotivasi dalam membaca secara cepat dan pemahaman nya

mengingkat.

r. Mengembangkan Kosakata dan Daya Kata

Mengembangkan kecepatan membaca dapat dilakukan melalui

pengembangan kosakata dan daya kata. Pembaca yang berhasil adalah

pembaca yang mampu memahami kata-kata yang termuat dalam

bacaan dengan efektif. Pemahaman yang efektif dapat dilakukan

apabila pembaca mengetahui dengan cermat kata-kata yang ada dalam

bacaan tersebut. Untuk itulah pada pembaca diperlukan pemilikan akan

kosakata semaksimal mungkin. Jika pembaca terbentur pada suatu atau

beberapa kata yang dibacanya, tentu saja hal ini akan menghambat

kecepatannya dalam membaca. Solusi dari permasalahan ini adalah


meningkatkan kosakata atau perbendarahaan kata pembaca, antara lain

dengan membaca. Dengan demikian, memecahkan masalah membaca

harus dengan membaca pula. (Ediwarman & Meliyawati, 2019 : 71-

72).

Perbendaharaan kata yang maksimal tidak akan berarti apabila

tidak dibarengi dengan pemahaman yang maksimal pula. Banyak

orang yang memiliki kosakata yang maksimal, tetapi tidak

memahaminya dengan efektif. Hal ini sangat mempengaruhi

kemampuan membaca cepat, karena pemahaman yang diambilnya

tidak tepat sasaran. Dengan demikian, pengembangan daya kata dalam

membaca cepat sangat menentukan keberhasilan pembaca cepat,

karena membaca cepat tidak hanya menyangkut kecepatan bacaan

tetapi juga menyangkut pemahaman bacaan. (Ediwarman &

Meliyawati, 2019 : 72-73).

s. Menghilangkan Kebiasaan Buruk Membaca

Kebiasaan buruk dalam membaca selama ini yang menjadi

faktor penghambat perwujudan kemampuan membaca cepat. Ada

delapan hal yang dapat menghambat kecepatan membaca, yaitu:

1. Menyuarakan apa yang dibaca

2. Membaca kata demi kata

3. Melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu

(ujung pensil atau ujung jari)


4. Mengerak-gerakkan kaki atau anggota tubuh lain

5. Konsentrasi berfikir terpecah dengan hal-hal lain di luar

bacaan

6. Bergumam-gumam atau bersenandung

7. Kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub

bab, bahkan di tengah-tengah kalimat

8. Kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang telah dibaca

atau kembali lagi ke belakang (regresi). (Nurhadi, 1989 : 31).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

kebiasaan buruk dalam membaca banyak faktor yang berperan baik

dari internal dan eksternal, dari internal ialah menyuarakan apa yang

dibaca, membaca kata demi kata atau mengeja, melihat baris atau

bacaan dengan suatu alat baik pulpen atau anggota tubuh kita (ujung

jari), konsentrasi yang terpecah, bergumam terhada sesuatu yang tidak

penting, berhenti terlalu lama di awal kalimat bahkan ditengah-tengah

kalimat, serta mengulang-ulang bacaan yang telah dibaca, dan faktor

eksternal nya ialah suka menggerak-gerakan kaki atau anggota tubuh

yang lain.

Senada dengan itu, enam hambatan membaca cepat. Keenam

hambatan membaca cepat yang dimaksud, yaitu:

1. Membaca dengan bersuara (vokalisasi)


2. Membaca dengan menggerakan bibir atau mengucapkan kata

demi kata

3. Membaca sambal menunjuk dengan jari

4. Membaca dengan kepala bergerak-gerak mengikuti baris

bacaan

5. Membaca ulang apa yang telah dibaca (regresi)

6. Membaca sambil melafalkan dalam hati (subvokalisasi).

(Soedarso, 2010 : 5).

t. Mengukur Kemampuan Membaca Cepat

1) Pengukuran Kecepatan Membaca

Kecepatan membaca seseorang dapat diukur dengan

rumus. (Soedarso, 2010 : 14) berikut ini:

Bagan 2.1 Jumlah kata per menit

jumlah kata yang dibaca


x 6=… kata per menit
jumlah detik untuk membaca

Jadi, jika seorang dapat membaca, 600 kata dalam 3

menit dan 20 detik atau total 200 detik, kecepatan membacanya

adalah :
Bagan 2.2 Perhitungan kata per menit

600
x 60=180 kata per menit
200

Dengan menggunakan rumus diatas, dapat diketahui

bahwa kecepatan membaca siswa adalah 180 kata per menit.

Tngkat kecepatan membaca seseorang atas tiga kriteria,

yaitu (a) rendah, (b) sedang dan (c) efektif (cepat). (Nurhadi,

1989 : 21).

Apabila kecepatan membaca seseorang berkisar antara

175-250 kata per menit, kecepatan membaca tersebut tergolong

rendah, sedangkan apabila berkisar antara 250-350 kata per

menit termasuk sedang atau cukup memadai, akan tetapi,

apabila kecepatan membaca 400-500 kata per menit atau lebih

dikatakan sebagai pembaca yang cepat dan efektif.

Rentangnnya dapat dilihat seperti yang tertera dalam

table berikut ini.


Table 2.1 Kecepatan per menit

No Kecepatan Per Menit Kriteria


.

1 351-400 Tinggi
2 250-350 Sedang
3 175-249 Rendah

2) Pengukuran Pemahaman Bacaan

Untuk mengukur pemahaman bacaan, dapat digunakan

rumus berikut ini :

Kemampuan pemahaman bacaan

Bagan 2.3 Jumlah soal dan jawaban

¿ Jumlah jawaban yang betul


x 100 % Jumlah soal

Kecepatan membaca harus diiringi dengan pemahaman

bacaan Kecepatan membaca seseorang dianggap memadai

apabila mampu membaca 250 kata per menit dengan

pemahaman bacaan berkisar antara 40-60%, seperti tertera

dalam tabel berikut. (Harjasujana, 1997, p. 156).

Table 2.2 Persenan tingkat pemahaman bacaan

Tingkat Pemahaman Kualifikasi


No. Bacaan
1 > 60 % Tinggi
2 60 % Cukup
3 < 60 % Rendah

Dengan demikian, untuk mengukur atau menentukan

kemampuan membaca cepat dilakukan dengan cara memadukan

kecepatan membaca dan pemahaman bacaan, seperti berikut.

Table 2.3 Perhitungan kecepatan dan pemahaman

membaca

Kecepatan Pemahaman
No. Membaca Bacaan Keterangan
1 351-400 > 60 % Efektif
2 250-350 60 % Kurang Efektif
3 175-249 < 60 % Tidak Efekftif

u. Membaca Pemahaman

v. Pengertian Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah membaca dengan penuh

penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya dikuasai

siswa/pembaca (Saddhono & Slamet, 2014 : 133). Sementara itu,

Membaca pemahaman sebagai proses sungguh-sungguh yang

dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan dan makna

yang terkandung dalam sebuah bacaan. (Abidin, 2012 : 60).

Pemahaman membaca merupakan proses kritis yang dilakukan

pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang

terkandung dalam sebuah teks. (Abidin, 2012).


Membaca dapat dikatakan sebagai proses untuk mendapatkan

informasi yang terkandung dalam teks bacaan untuk memperoleh

pemahaman atas bacaan tersebut. Kemampuan membaca pemahaman

merupakan bagian dari keterampilan membaca. Membaca intensif

merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah

kemampuan membaca secara kritis.

Membaca pemahaman (atau reading for understanding) yang

dimaksudkan disini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk

memahami: (a) standar-standar atau norma-norma kesusastraan

(literary standars); (b) resensi kritis (critical review); (c) drama tulis

(printed drama); (d) pola-pola fiksi (patterns of fiction). Selanjutnya

(Dalman, 2013) Mengatakan bahwa membaca pemahaman merupakan

kelanjutan dari membaca permulaan. Pembaca tidak lagi dituntut

untuk melafalkan huruf dengan benar dan merangkai setiap bunyi

bahasa menjadi bentuk kata, frasa, dan kalimat tetapi pembaca juga

dituntut untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. (Tarigan &

Guntur, 1979 : 58).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami berbagai

aspek meliputi, norma-norma dan standarisasi kesusastraan, resensi

kritis, drana tulis, pola-pola fiksi, dan juga arti lain membaca

pemahaman adalah kelanjutan dari membaca permulaan dimana

pembaca tidak perlu memahami kalimat yang sudah dibaca nya.


Pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca

untuk mengerti: ide pokok, detail yang penting, dan seluruh

pengertian. Untuk pemahaman itu perlu: (1) menguasai

perbendaharaan katanya dan (2) akrab dalam struktur dasar dalam

penulisan (kalimat, pararaf, tata bahasa). (Soedarso, 2010 : 8).

Pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca

untuk mengerti: ide pokok, detail yang penting, dan seluruh

pengertian. (Soedarso, 2010).

Pemahaman membaca adalah proses menggabungkan secara

aktif pengetahuan dan pengalaman pembaca yang ada dan

menghubungkannya dengan isi bacaan untuk memahaminya.

(Sumadayo, 2011).

Berdasarkan penejalsan tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca pemahaman ialah menghubungkan baaan dengan pembaca

untuk memperoleh sebuah makna yang secara aktif melalui

pengalaman serta pengetahuan dalam diri masing-masing.

Dalam hal ini terdapat tiga hal pokok dalam membaca

pemahaman, yaitu 1) pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki

tentang topik; 2) menghubungkan pengetahuan dan pengalaman

dengan teks yang akan dibaca; 3) proses memperoleh makna secara

aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah


kemampuan seseorang dalam merekonstruksi pesan yang terdapat

dalam teks yang dibaca dengan menghubungkan pengetahuan yang

dimiliki untuk mengerti ide pokok , detail penting, dan seluruh

pengertian serta mengingat bahan yang dibacanya.

Pemahaman merupakan salah satu aspek yang penting dalam

kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman suatu bahan

bacaan dapat meningkatkan keterampilan membaca itu sendiri maupun

untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca

dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca bacaan secara

teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci baik yang

tersurat maupun yang tersirat dari bahan bacaan tersebut untuk

mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran.

Siswa diharapkan tidak hanya sekedar membaca namun siswa

juga dapat memahami bacaan tersebut. Siswa dapat memahami bacaan

jika siswa dapat memperoleh informasi, pesan dan makna yang

terkandung dalam sebuah bacaan. Selain itu siswa dapat menceritakan

kembali inti sari dari bacaan dan memberikan tanggapan mengenai isi

bacaan.

Selanjutnya dalam penelitian ini, indikator dalam kemampuan

membaca pemahaman yang hendak dicapai adalah:


a. Siswa dapat membaca teks bacaan dengan benar dan jelas.

b. Siswa dapat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan

teks.

c. Siswa dapat menemukan kalimat utama pada setiap paragraf

dalam bacaan.

d. Siswa dapat meringkas isi bacaan.

e. Siswa dapat mengartikan kata-kata sukar dalam teks bacaan.

f. Siswa dapat menuliskan informasi dalam bacaan.

g. Siswa dapat menjelaskan makna yang terdapat dalam bacaan

w. Tahap Membaca Pemahaman

Pembelajaran membaca pemahaman memerlukan tingkatan

pembelajaran agar pembelajaran terstruktur dengan baik dan hasilnya

maksimal. (Sumadayo, 2011)

Dalam pembelajaran membaca pemahaman, diperlukan tahapan

pembelajaran agar pembelajaran terstruktur dengan baik sehingga

hasilnya lebih maksimal. Tahapan pembelajarn membaca pemahaman,

adalah:

1) Tahap Prabaca

Tahap Prabaca ini dilaksanakan sebelum siswa melakukan

kegiatan membaca. guru mengarahkan perhatian pada


pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik

bacaan. Skemata adalah latar belakang pengetahuan dan

pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang suatu informasi

atau konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang

dihubungkan dengan obyek, tempat-tempat, tindakan, atau

peristiwa.

2) Tahap Saat Baca

Tahap Saat Baca digunakan strategi metakognitif untuk

meningkatkan pemahaman membaca siswa. Metakognitif

merujuk pada pengetahuan seseorang tentang fungsi intelektual

yang datang dari pikiran mereka sendiri serta kesadaran mereka

untuk memonitor dan mengontrol fungsi tersebut. Untuk

membantu siswa dalam mengembangkan daya metakognisinya

maka anak perlu menjadi pembelajar yang aktif. Dengan

menyatakan bahwa kegiatan saat baca dilakukan dengan cara

guru mendorong terjadinya diskusi tentang materi bacaan.

(Sumadayo, 2011 : 35-37)

3) Tahap Pascabaca

Kegiatan pascabaca dilakukan untuk membantu siswa

mengintegrasikan informasi baru yang mereka baca ke dalam

skema yang telah mereka miliki untuk pemahaman yang lebih

baik. (Sumadayo, 2011).


kegiatan pascabaca dilakukan untuk membantu siswa

memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata

yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman

yang lebih tinggi. Pada tahap ini, anak-anak diberi kesempatan

mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa

mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan

informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dan dimana mereka

bisa menemukan informasi lebih lanjut. (Somadayo, 2011 : 38).

Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa dapat disimpulkan

bahwa kegiatan pascabana adalah tingkatan pemahaman lebih tinggi

bisa diperoleh para siswa dengan memadukan informasi yang baru ke

dalam sebuah skemata yang telah dimiliki.

x. Jenis Membaca Pemahaman

Berdasarkan tingkat pemahamannya kemampuan membaca

dikelompokan menjadi empat tingkatan, yaitu: pemahaman literal,

interpretatif, kritis, dan kreatif. (Dalman, 2013). Berikut ini,

penjelasan keempat jenis pemahaman tersebut :

a. Pemahaman Literal

Kemampuan membaca literal yaitu kemampuan pembaca

mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara

tersurat. Artinya, pembaca hanya menangkap makna yang

lebih dalam lagi, yaitu makna dibalik baris-baris.


b. Pemahaman Interpretatif

Membaca Interpretatif merupakan kegiatan membaca yang

bertujuan agar para siswa mampu menafsirkan maksud

pengarang. Membaca interpretative di sekolah dasar bertujuan

untuk membangkitkan daya imajinasi siswa sehingga nantinya

siswa dapat berimajinasi secara kreatif. Membaca interpretatif

kelas III dan IV SD termasuk dalam tingkat D-E yang

bertujuan sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan dan sifat sang pengarang

2. Menetapkan fakta dan fiksi

3. Menentukan sifat-sifat dan perubahan pada tokoh

4. Memperlihatkan reaksi emosional pada tokoh.

5. Memperhatikan gaya bahasa, bahasa kias yang terdapat

pada bacaan

6. Meramalkan pengaruh atau dampak cerita. (Dalman,

2013).

c. Pemahaman Kritis

Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan pembaca

mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan

keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat,


maupun makna tersiratnya, melalui tahap mengenal,

memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai (Nurhadi,

1989).

Membaca kritis adalah proses pembaca mengolah bahan

bacaan secara kritis, baik tertulis maupun tersirat, untuk

menemukan maknanya secara utuh, baik tertulis maupun

tersirat, melalui tahapan pengenalan, pemahaman, analisis,

sintesis, dan evaluasi Kemampuan. (Nurhadi, 1989).

Dengan kata lain, selain mampu memahami bacaan secara

literal dan interpretatif, pembaca juga harus mampu memahami

bacaan secara kritis. Pembaca dituntut untuk menganalisis atau

menelaah secara mendalam dan mengevaluasi isi teks yang

dibacanya.

d. Pemahaman Kreatif

Kemampuan membaca kreatif yaitu kemampuan membaca

dimana dalam penerapannya pembaca tidak hanya sekedar

menangkap makna tersurat (reading between the lines), dan

makna dibalik baris (reading beyond the lines), tetapi juga

mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk

kepentingan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca pemahaman memilili empat (4) tingkatan yaitu pemahaman


literal, interpretatif, kritis, dan kreatif dalam hal membaca

pemahaman.

Membagi tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam membaca

pemahaman yaitu aspek pemahaman bahasa dan lambang tertulis;

gagasan; serta nada dan gaya. (Rofiuddin, Ahmad, & Zuhdi , 2001 :

173-174). Penjabaran ketiga aspek pengajaran membaca pemahaman

tersebut adalah sebagai berikut :

A. Pemahaman Bahasa dan lambang tertulis meliputi:

1) Kata-kata yang dipakai dalam bacaan

2) Istilah atau kata yang dipakai untuk makna tertentu yang

terdapat dalam bacaan.

3) Pola-pola kalimat dan bentuk-bentuk kata yang dipakai dalam

bacaan.

4) Mengikuti bagian-bagian yang makin panjang dan sulit yang

terdapat dalam bacaan.

5) Menafsirkan dengan tepat lambang/tanda baca yang digunakan

dalam bacaan.

B. Pemahaman gagasan meliputi:

1) Maksud dan gagasan pokok.

2) Gagasan pendukung.

3) Hubungan antar gagasan pendukung.

4) Menarik kesimpulan dan penalaran yang tepat.

C. Pemahaman nada dan gaya meliputi:


1) Mengenal sikap pengarang terhadap masalah yang

dikemukakan serta sikap pengarang terhadap pembaca.

2) Memahami nada tulisan atau bacaan.

3) Mengenal macam-macam teknik dan gaya penulisan.

y. Prinsip Membaca Pemahaman

Ada beberapa prinsip membaca yang dapat mempengaruhi

membaca pemahaman sebagaimana yang dikemukakan sebagai

berikut:

a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.

b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja

kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

c. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi

belajar siswa.

d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan

berperan aktif dalam proses membaca.

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari

berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.

g. Perkembangan kosa kata dan pembelajaran mempengaruhi

pemahaman membaca.
h. Pengikut sertaan adalah suatu faktor kunci pada proses

pemahaman.

i. Strategi dan ketrampilan membaca bisa diajarkan.

j. Assesment yang dinamis menginformasikan pembelajaran

membaca pemahaman. (Rahim, Farida, 2008 : 4).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca pemahaman memiliki banyak prinsip yang memengaruhi

pembaca meliputi, proses kontruktivis sosial dari sebuah pemahaman,

keseimbangan kemahiraksaraan, guru membaca profesional, pembaca

yang baik memegang peranan yang strategis, membaca yang konteks

bermakna, siswa menemukan hal bermanfaat dari berbagai tingkat

kelas, kosa kata yang berkembang, pengikut sertaan, strategi dan

keterampilan si pembaca, dan assesment pembelajaran.

Prinsip utama pembaca yang baik ialah pembaca yang

berpartisipasi aktif dalam proses membaca, jadi tujuannya jelas serta

memonitor tujuan mereka dari teks bacaan yang mereka baca.

(Somadayo S. , 2011). Bahwa prinsip utama pembaca yang baik ialah

pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Jadi

tujuannya jelas serta memonitor tujuan mereka dari teks bacaan yang

mereka baca. (Sumadayo, 2011)

Pembaca yang baik menggunakan strategi pemahaman untuk

mempermudah membangun makna. Strategi tersebut meliputi


yinjauan, membuat pertanyaan sendiri, membuat hubungan,

memvisualisasikan, mengetahui bagaimana kata-kata membentuk

makna, memonitor, meringkas, dan mengevaluasi.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa prinsip membaca

pemahaman diatas maka peranan guru sangat diharapkan untuk dapat

menemukan ide kreatif dalam mengajar siswa agar siswa mampu

memahami isi bacaan yang dibacanya.

z. Faktor Yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Pada kegiatan pembelajaran disekolah, pengajaran membaca

bertujuan untuk membina siswa dalam bidang membaca. Misalnya,

dengan adanya pembelajaran membaca maka siswa memiliki

kemampuan atau ketrampilan yang baik dalam membaca. Pada

hakikatnya kemampuan setiap orang dalam memahami bacaan

berbeda-beda.

Membaca Pemahaman Mengatakan bahwa kemampuan

pemahaman setiap orang tergantung pada perbendaharaan kata yang

dimiliki, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang

pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan

ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan.

(Soedarso, 2010).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman

yaitu faktor fisiologis, faktor intelektual, faktor lingkungan, dan faktor

psikologis

a. Faktor fisiologis, Faktor ini meliputi kesehatan fisik (kesehatan

alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan),

pertimbangan neurologis (berbagai cacat otak), dan jenis

kelamin.

b. Faktor intelektual menyatakan bahwa terdapat hubungan

positif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan

oleh IQ dengan rata rata peningkatan remedial membaca.

c. Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman

siswa dirumah dan sosial ekonomi siswa. (Rahim, Farida,

2008.).

1) Latar belakang dan pengalaman anak dirumah Lingkungan

dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan

bahasa anak. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu

anak, danpengalaman anak dirumah juga penting bagi

kemajuan belajar membaca.

2) Sosial ekonomi siswa Anak yang berasal dari rumah yang

banyak memberikan kesempatan membaca, dalam

lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang


beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang

tinggi.

d. Faktor psikologis

Faktor psikologis mencakup motivasi, minat, kematangan

sosial, emosi dan penyesuaian diri. Ada tiga hal yang

mempengaruhi pemahaman bacaan yaitu karakteristik

pembaca, karakteristik bacaan, dan lingkungan. (Ampuni, 1998

: 22). Adapun secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut.

1) Karakteristik pembaca

Karakteristik pembaca berkaitan dengan pembaca tersebut

seperti pengalaman pembaca mengenai teks yang

dibacanya, pengalaman pembaca dalam mereaksi bahasa

tertulis dengan pengertian dan pemikiran, bagaimana

pembaca menetapkan tujuan membaca, maupun faktor

kognitif dan emosi dari pembaca.

2) Karakteristik bacaan

Karakteristik bacaan berpengaruh terhadap pemahaman

bacaan. Dalam hal ini, bacaan yang lebih mudah dipahami

pembaca adalah bacaan-bacaan yang mengandung konsep,

kosakata, tata kalimat, istilah-istilah teknis, dan pengertian

khusus yang familiar bagi pembaca (Ampuni, 1998).


Hal ini menyebutkan bahwa bacaan yang merangsang

khayal akan lebih mudah dipahami daripada yang kurang

merangsang khayal.

a. Lingkungan

Selain karakteristik pembaca dan karakteristik bacaan,

linkungan juga berpengaruh dalam pemahamn bacaan. Faktor

lingkungan yang dimaksud dapat berupa faktor sosial seperti

banyaknya orang disekitar maupun non-sosial seperti suhu,

cuaca, maupun suara. (Ampuni, 1998).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca pemahaman memiliki banyak faktor untuk menunjang

nya pemahaman membaca yang baik dan benar, baik dari segi

internal maupun eksternal dan juga ditunjang dengan berbagai

keterampilan serta pembendaharaan yang dimiliki oleh masing-

masing para pembaca.

Kemampuan membaca pemahaman seseorang berbeda satu

sama lain sesuai faktor yang mempengaruhi. Ada beberapa

penyebab kesulitan memahami bacaan. Penyebab kesulitan akarnya

masalahnya adalah kebiasaan membaca yang salah. Kebiasaan-

kebiasaan yang dimaksud adalah:

1. Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi

sehingga gagal memberikan makna pada teks.


2. Kurang memberikan perhatian kepada detail sehingga gagal

untuk memahami butir-butir tertentu.

3. Terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah

mengetahui topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan

bacaan, sehingga pembaca akan menafsirkan makna teks dari

sudut pengetahuan dan pengalaman sendiri.

4. Kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai tingkat

kompleksitas yang tinggi serta keruwetan sintaksis.

5. Gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang gagasan dengan

ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang khusus.

6. Gaya penggunaan pokok pikiran penting secara tidak langsung

mengharuskan pembaca mengambil inferensi atas

informasiinformasi yang tidak tersurat.

7. Penggunaan kata yang tidak akrab dengan pembacanya.

(Somadayo S. , 2011).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca pemahaman memiliki banyak sekali faktor yang membuat

kesulitan untuk memahami suatu bacaan dari faktor baik dalam

internal dan eksternal yang berpengaruh dalam menunjang untuk bisa

lebih fokus dalam membaca.


aa. Kesulitan Siswa dalam Membaca Pemahaman

Kesulitan siswa dalam membaca pemahaman ada empat

kategori masalah yang dialami anak dalam membaca yaitu kategori

pramembaca, kategori membaca bersuara, dan pemecahan decoding.

Kategori pramembaca terjadi ketika siswa kurang mengenali huruf.

Adapun kategori membaca bersuara terjadi apabila siswa (1) membaca

kata demi kata, (2) pemparafrasean yang salah, (3) kesalahan

pengucapan, (4) penghilangan kata, (5) pengulangan kata, (6)

pembalikan kata, (7) penyisipan kata, (8) penggantian kata, dan (9)

penggunaan gerakbibir, penggunaan jari telunjuk, dan penggerakan

kepala. Sedangkan kategori pemecahan decoding terjadi apabila siswa

(1) kesulitan konsonan, (2) kesulitan vokal, (3) kesulitan kluster,

diftong, dan digraf, (4) kesulian menganalisis struktur kata, dan (5)

tidak mengenali makna kata dalam kalimat. (Rofiuddin, Ahmad, &

Zuhdi , 2001 : 44).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca pemahaman ada banyak sekali masalah yang dialami para

siswa dikategorikan pramembaca, kategori membaca bersuara, dan

pemecahan decoding. semua berpengaruh terhadap kemampuan

membaca pemahaman.

Ada berbagai penyebab kesulitan kesulitan belajar bahasa, yaitu

(a) kekurangan kognitif, (b) kekurangan dalam memori, (c)

kekurangan kemampuan melakukan evaluasi, (d) kekurangan


kemampuan memproduksi bahasa, dan (e) kekurangan dalam bidang

pragmatik atau penggunaan fungsional bahasa. (Abdurrahman, 2012 :

149).

a. Kekurangan Kognitif ada tujuh jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Kesulitan memahami dan membedakan makna bunyi

wicara. Anak kesulitan belajar sering memiliki kesulitan

untuk memahami dan membedakan makna bunyi wicara.

Kondisi ini menyebabkan anak mengalami kesulitan

menguraikan fonem, segmentasi bunyi, membedakan

nada, mengatur kenyaringan, dan mengatur durasi bunyi.

2) Kesulitan membentuk konsep dan mengembangannya ke

dalam unit-unit sematik Pemahaman terhadap unit-unit

sematik (kata dan konsep) menunjukkan adanya

pengetahuan tentang kekeluargaan kata dengan tepat.

Banyak di anatara anak-anak berkesulitan belajar yang

memiliki masalah dalam pembentukan konsep

tergantung pada kemampuan abstraksi, generalisasi,

kategorisasi, dan faktor-faktor lainnya. Contoh, anak

berkesulitan belajar mungkin hanya memiliki satu makna

tentang kata ‘puasa’, yaitu tidak makan dan minum pada

siang hari.
3) Kesulitan mengklasifikasikan kata Anak berkesulitan

belajar sering mengalami kesulitan dalam

mengelompokkan kata-kata. Sebagai contoh adalah

apabila mereka dihadapkan pada kata-kata seperti

bayam, kangkung, selada, dan seledri, yang seharusnya

dikelompokkan sebagai sayuran, tetapi mereka

mengelompokkan atas warna, yaitu hijau.

4) Kesulitan dalam relasi semantik Anak berkesulitan

belajar sering mengalami kesulitan dalam menemukan

dan menetapkan kata yang ada hubungannya dengan kata

lain. Contohnya, anak akan mengalami kesulitan dalam

menetapkan hubungan antara kata ‘bangun’, ‘mandi’,

‘pakaian’, ‘sarapan’, ‘buku’, dan ‘sekolah’ dalam tugas

menyusun kalimat yang terkait dengan urutan waktu.

5) Kesulitan dalam memahami sistem semantik Banyak

anak berkesulitan belajar yang memiliki kesulitan

membaca pemahaman. Kesulitan ini diduga berkaitan

dengan kesulitan dalam bercerita dan penjelasan mereka

sering tidak tersusun secara baik dan benar.

6) Transformasi semantik Pengenalan dan kemampuan

membuat perubahan makna kata mencerminkan suatu

pemahaman transformasi semantik. Hal ini dibuktikan


dengan mereka mengalami kesulitan dalam

menggunakan kata yang banyak makna, langgam suara

(idioms), dan kiasan (metaphors).

7) Implikasi Semantik Tingkat kemampuan tertinggi untuk

memahami bahasa adalah kemampuan menangkap

informasi yang diimplikasikan, yang tidak dinyatakan

secara jelas. Oleh karena itu, anak berkesulitan belajar

sering mengalami kesulitan dalam memahami pepatah,

cerita perumpamaan, dongeng, atau mitos.

b. Kekurangan dalam Memori Anak-anak berkesulitan belajar

sering memperlihatkan kekurangan dalam memori auditoris.

Adanya kekurangan dalam memori auditoris tersebut dapat

menimbulkan kesulitan dalam memproduksi bahasa, mereka

memperlihatkan adanya kekurangan khusus dalam mengulang

urutan fonem, mengingat kembali kata-kata, mengingat

simbol, dan memahami hubungan sebab akibat.

c. Kekurangan Kemampuan Menilai Anak berkesulitan belajar

sering memiliki kesulitan dalam menilai kemantapan atau

keajegan arti dari suatu kata baru terhadap informasi yang

telah mereka peroleh sebelumnya. Akibatnya anak mungkin

akan menerima saja kalimat atau kata yang salah.


d. Kekurangan Kemampuan Produksi Bahasa Produksi bahasa

akan dipermudah oelha danya kemampuan mengingat, prilaku

afektif dan psikomotorik yang baik. Hasil penelitian Idol-

Maetas menunjukkan bahwa bahasa anak-anak berkesulitan

belajar mengandung lebih sedikit kata-kata bermakna daripada

anak-anak yang berkembangan bahasanya normal. (Lovitt,

1989 : 156).

e. Kekurangan Pragmatik Anak berkesulitan belajar umumnya

memperlihatkan kekurangan dalam mengajukan berbagai

pertanyaan, memberikan reaksi yang tepat terhadap berbagai

pesan, menjaga atau mempertahankan percakapan, dna

mengajukan sanggahan berdasarkan argumentasi yang kuat.

Mereka juga umumnya lebih banyak mengalah dalam

percakapan, dan kurang mampu mengatur cara berdialog

dengan orang lain. Kesulitan belajar yang telah dipaparkan

tersebut sangat berdampak pada proses belajar. Namun, ada

pula siswa SD yang karena proses kelahiran atau musibah

mengalami cidera otak, sehingga siswa itu tidak mampu untuk

belajar

bb. Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Tes kemampuan membaca pemahaman menjelaskan bahwa tes

adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu

tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau
sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah

laku atau prestasi anak tersebut, yang disbanding dengan nilai yang

dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.

(Iskandarwassid & Sunendar, 2013).

Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa perlu nya tes kekampuan

dalam membaca dimana berguna untuk menilai para siswa/siswi

perihal suatu nilai atau prestasi anak tersebut.

Selanjutnya bahwa tes membaca pemahaman adalah cara

mengukur kompetensi peserta didik memahami isi informasi yang

terdapat dalam bacaan. (Nurgiantoro, 2010 : 376). Tes kemampuan

membaca pemahaman adalah alat untuk mengukur kemampuan testi

dalam menggali informasi yang terdapat dalam teks, yang didalamnya

melibatkan aspek-aspek membaca pemahaman. (Rofiuddin, Ahmad,

& Zuhdi , 2001)

Tes kemampuan membaca pemahaman adalah alat untuk

mengukur kemampuan testi dalam menggali informasi yang terdapat

dalam teks, yang didalamnya melibatkan aspek-aspek membaca

pemahaman. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk mampu

mengajarkan cara membaca yang efektif. (Nurgiantoro, 2010)

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tes

membaca pemahaman guru harus mampu mengukur tingkat

pemahaman siswanya sesuai tujuan pembelajaram yang hendak


dicapai. Tingkat pemahaman siswa dalam membaca pemahaman harus

dapat diukur. Pengukuran kemampuan tersebut dilakukan melalui

sejumlah tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator

pembelajaran.

Dalam melakukan tes kemampuan membaca pemahaman

hendaknya teks bacaan yang digunakan mengandung informasi yang

menuntut untuk dipahami. Dalam memilih wacana hendaknya

dipertimbangkan dari segi tingkat kesulitan, panjang pendek, isi, dan

jenis wacana. (Nurgiantoro, 2010 : 371).

a. Tingkat kesulitan wacana Tingkat kesulitan bacaan salah

satunya dipengaruhi oleh faktor kekompleksan kosakata dan

struktur yang terdapat dalam bacaan.

b. Isi teks bacaan dalam memilih teks bacaan hendaknya isi

disesuaikan dengan tingkat pengembangan jiwa, minat,

kebutuhan, atau menarik perhatian peserta didik.

c. Panjangnya pendeknya teks bacaan dalam memilih teks bacaan

hendaknya tidak terlalu panjang atau terlalu pendek, tetapi

dapat menampung ide secara utuh.

d. Jenis wacana

Teks yang dapat digunakan sebagai bahan tes membaca dapat

berbentuk prosa (argumentasi, persuasi, narasi, maupun

deskripsi atau dialog). Teks dapat diambil dari buku pelajaran,


majalah, surat kabar, atau jurnal. (Rofiuddin, Ahmad, & Zuhdi

2001 : 178)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penting nya informasi yang bersifat menuntut untuk dipahami oleh

para siswa baik dari yang termudah dan yang tersulit.

Sasaran dari tes kemampuan membaca adalah memahami isi

yang dipaparkan secara tertulis. Dengan demikian tes membaca dapat

berisi butirbutir tes yang menanyakan pemahaman rincian teks yang

secara eksplisit disebutkan, rincian teks yang isinya terdapat dalam

teks meskipun dengan kata-kata dan susunan bahasa yang berbeda,

menarik kesimpulan tentang isi teks, memahami nuansa sastra yang

terkandung dalam teks, memahami gaya dan maksud penulisan yang

terungkap dalam teks. (Djiwandono, 2011 : 116)

Tujuan dari tes pemahaman bacaan adalah untuk memahami

apa yang disajikan dalam teks. Tes pemahaman bacaan mencakup

pemahaman tentang detail dalam teks yang disebutkan secara

eksplisit, pemahaman, dapat mencakup tugas tes yang menanyakan

tentang pemahaman . Memahami nuansa sastra yang terkandung

dalam teks dan memahami gaya dan tujuan penulisan yang terungkap

dalam teks. (Djiwandono, 2011)

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tes

kemampuan membaca pemahaman berupa isi pemahaman yang


dipaparkan secara tertulis dan juga tes membaca terdapat pertanyaan

berupa rincian teks secara eksplisit, susunan bahasa yang berbeda-

beda, paham yang nuansa sastra dalam teks tersebut.

Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dilakukan dengan

dua cara yaitu tes kompetensi membaca pemahaman dengan merespon

jawaban dan tes kompetensi membaca dengan mengkonstruksi

jawaban.

1) Tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban

Pengukuran kompetensi membaca pemahaman dengan cara ini

dilakukan siswa dengan cara memilih jawaban yang

disediakan. Soal ujian yang lazim dipilih adalah bentuk

objektif atau pilihan ganda.

2) Tes kompetensi membaca dengan mengkonstruksi jawaban

Tes jenis ini tidak sekedar meminta siswa untuk memilih

jawaban yang disediakan, melainkan harus mengemukakan

jawaban sendiri dengan mengkreasi berdasarkan

pengalamannya, kemudian mereka mengerjakan tugas yang

diberikan. (Nurgiantoro, 2010)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

guru bisa menentukan dua cara kompetensi yang harus dicapai para

siswa/siswi yaitu tes kompetensi membaca dengan cara merespon


jawaban dan tes kompetensi membaca dengan cara mengkonstruksi

jawaban.

Selanjutnya ada beberapa jenis tes yang dapat dimanfaatkan

untuk mengukur kemampuan membaca antara lain: (1) tes cloze; (2)

menceritakan kembali; (3) meringkas; (4) tes subjektif; dan (5) tes

objektif. Setiap teknik tes pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

(Mulyati, 2009). Kelebihan yang dimiliki tes objektif antara lain:

diskor secara objektif dan mekanis; jangkauan bahannya luas; dan

mudah dalam pemeriksaannya. (Rofiuddin, Ahmad, & Zuhdi , 2001)

Sedangkan kelemahan dari tes objektif yaitu: sulit dalam

pembuatannya; dalam pengertian menyita banyak waktu dan tenaga;

tidak dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi; dan

memberikan kesempatan testi untuk berspekulasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, tes

yang dipilih dalam Penelitian ini adalah tes kompetensi membaca

dengan merespon jawaban, yaitu menuntut siswa mengidentifikasi,

memilih, atau merespon jawaban yang disediakan. Bentuk tes yang

digunakan adalah tes objektif. Meskipun tes objektif dengan berbagai

ragamnya kurang mirip dengan kegiatan membaca yang sebenarnya,

namun tes ini memudahkan testi untuk mengungkapkan jawabannya.

Dengan demikian siswa tidak perlu Menyusun kalimat sendiri


sehingga kemampuan memahami teks tidak tersamar oleh kemampuan

lain.

cc. Hakikat Pembelajaran di Sekolah Dasar

dd. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menjelaskan belajar adalah proses organik dan

konstruktif, bukan mekanis seperti pendidikan dan halnya pengajaran

(Suprijono, 2014 : 13). Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua

aktivitas belajar dan mengajar (Susanto, 2013 : 18).

Pembelajaran berdasarkan pada makna leksikal berarti proses,

cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran berpusat pada peserta

didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif.

Berdasarkan pernyataan diatas pembelajaran adalah pusat dari

pembelajaran itu dari peserta didik yantg secara aktif dalam

pembelajaran yang dialog secara interaktif kepada guru yang

beraktivitas belajar dan mengajar, baik secara proses organik maupun

konstruktif.

Dengan menyatakan bahwa pembelajaran adalah seperangkat

peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa

sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan. Selain itu

pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik

yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. (Rifa'i &

Anni, 2012 : 157-158)


Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa pembelajaran eksternal

yang dirancang untuk mendukung proses pembelajaran internal.

(Rifa'i & Anni, 2012)

Pendapat lain mengemukakan pembelajaran adalah usaha sadar

guru untuk membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat

belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajara ialah media pendekatan guru terhadap murid dengan

memperoleh ilmu yang mudah, baik dari segi proses dan rangkaian

peristiwa eksternal yang dialami peserta didik selama menempuh

pembelajaran, dan dapat mengambil apa yang mereka minati sesuai

dengan kemampuan dan minatnya dalam belajar.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah perbuatan mempelajari suatu materi pelajaran

yang berasal dari sumber belajar yang terjadi antara guru dan siswa

agar tumbuh pemahaman terhadap suatu materi pelajaran sesuai minat

dan kemampuan siswa.

ee. Komponen-komponen Pembelajaran

Komponen-komponen Pembelajaran meliputi:

1. Tujuan

Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya

melalui kegiatan pembelajaran adalah instructional effect


biasanya itu berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap

yang dirumuskan secara eksplisit dalam TPK semakin spesifik

dan operasional.

2. Subjek

Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan

komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus

objek.

3. Materi Pelajaran

Materi Pelajaran juga komponen utama dalam proses

pembelajaran karena materi pelajaran akan memberi warna dan

bentuk dari kegiatan pembelajaran.

4. Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan

proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

5. Media Pembelajaran

Media Pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan

pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu

penyampaian proses pembelajaran.

6. Penunjang Komponen

Penunjang Komponen yang dimaksud dalam sistem

pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat


pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya. (Rifa'i & Anni,

2012).

ff. Teori Pembelajaran

Secara garis besar teori pembelajaran yang sering digunakan

dalam dunia pendidikan ada dua macam, yaitu :

1. Teori Pembelajaran Klasik (Behavioristik) Penganut paham ini

diantaranya adalah Thornike dan Skinner. Thornike menyatakan

bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-

asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dan

respons (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. Dengan

demikian, menurut pandangan ini, dasar terjadinya belajar

adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons.

Sedangkan Skinner mengemukakan bahwa unsur terpenting

dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya

pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-stimulus

respons akan semakin dan kuat bila diberi penguatan. Skinner

membagi penguatan menjadi dua, yaitu Penguatan Positif dan

Penguatan Negatif.

2. Teori Pembelajaran Kontemporer (Konstruktivisme) Belajar

menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan

dan mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari

dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga

pengetahuannya dapat dikembangkan. Berkaitan dengan


pengetahuannya dapat dikembangkan. Berkaitan dengan

konstruktivisme, terdapat dua teori belajar yang dikaji serta

dikembangkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky.

a. Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget

Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam

otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing

mempunyai makna yang berbeda-beda.

b. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan

empat prinsip yaitu:

1) Pembelajaran sosial (social learning Vygotsky) menyatakan

bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan

orang dewasa atau teman yang lebih cakap.

2) ZPD (zone of proximal development) bahwa siswa akan

dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika dalam

ZPD.

3) Masa magang kognitif (cognitive apprenticesship) suatu

proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit

memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan

orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih

pandai.

4) Pembelajaran termeditas (mediated learning) Siswa diberi

masalah yang kompleks, sulit, dan ralistis lalu diberi


bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.

(Cahyo, 2013 : 27).

gg. Prinsip- prinsip pembelajaran di Sekolah Dasar

Beberapa prinsip pembelajaran di sekolah dasar adalah sebagai

berikut :

a) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan

dorongan belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar anak,

sehingga anak belajar seoptimal mugkin sesuai dengan potensi

yang dimilikinya.

b) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar

mengajar memperhatikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang

membosankan.

c) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan

perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak

dipencahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai.

d) Prinsip keterpaduan, dalam menyampaikan materi hendaknya

mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lain

agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses

perolehan hasil belajar.

e) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang

dihadapkan pada masalah-masalah, agar anak peka dan juga


mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan

pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.

f) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang

dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil

perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi.

g) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu kegiatan yang dilakukan

berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan

memperoleh pengalaman baru.

h) Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat

menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar,

karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap, dan

daya fantasi anak berkembang.

i) Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses

belajar mengajar yang memperhatikan perbedaan individu dari

tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang

keluarga.

j) Prinsip hubungan sosial adalah sosialisasi pada masa anak

dalam masa pertumbuhan yang banyak dipengaruhi lingkungan

sosial. (Susanto, 2013 : 87-88)

hh. Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar

Membaca sesuai dengan SKKD di sekolah dasar fokus

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tinggi meliputi: (a) membaca

lanjutan; (b) membaca nyaring; (c) membaca teknik; (d) membaca


lancar; (e) membaca indah; (f) membaca dalam hati; (g) membaca

pemahaman; (h) membaca Bahasa; (i) membaca kritis; (j) membaca

cepat; (k) membaca Pustaka; (l) membaca memindai. Adapun bentuk

penilaiannya meliputi: (a) menilai ketepatan bunyi/suara dalam

mengucapkan lambang-lambang bunyi, (b) menilai lafal, intonasi,

mimik, pantomimic; (c) menilai kelancaran ucapan lambang-lambang

bunyi; (d) menilai lafal, intonasi, penjiwaan, ekspresi/mimic

pantomimik; (e) menilai dengan tes pemahaman terhadap isi teks; (f)

menilai pemahaman terhadap aspek kebahasaan; menilai kekritisan

terhadap isi teks; menilai pemahaman terhadap isi teks dalam waktu

yang sangat terbatas. (Zulela, 2012)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran membaca memiliki begitu banyak aspek dan faktor yang

terjadi terhadap pembelajaran membaca disekolah baik dalam faktor

internal dan eksternal dalam menunjang pemahaman siswa terhadap

pembelajaran membaca.

ii. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

jj. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik,

baik secara lisan maupun tulisan. Disamping itu, dengan pembelajaran

Bahsaa Indonesia juga diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi

siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia.


Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata

pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan

percakapan atau alat komunikasi dengan sesama manusia. bahasa

merupakan alat komunikasi yang menjadi salah satu ciri khas bangsa

Indonesia dan digunakan sebagai bahasa nasional. Hal ini yang

merupakan salah satu sebab mengapa bahasa Indonesia diajarkan pada

semua jenjang pendidikan, terutama di SD karena merupakan dasar

dari semua pembelajaran (Farhurohman , 2017 : 24).

Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata

pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah dasar. Bahasa adalah sarana

berbicara atau berkomunikasi dengan sesama manusia. Bahasa

merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia dan merupakan alat

komunikasi yang digunakan sebagai bahasa nasional. (Farhurohman ,

2017)

Pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan dasar

(SD/MI) dapat dipahami sebagai upaya pendidik untuk mengubah

perilaku peserta didik dalam berbahasa Indonesia, perubahan ini dapat

tercapai apabila pendidikan pendidik mengajar peserta didik sesuai

dan konsisten dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. di

SD/MI. Bahasa Indonesia diberikan dengan tujuan untuk

mengembangkan kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar

(Hidayah, 2015 : 193).


Dalam dunia pendidikan, khususnya bahasa Indonesia,

pelaksanaan pembelajaran berbahasa dikemas ke dalam empat aspek

keterampilan berbahasa, yakni keterampilan menyimak, membaca,

berbicara, dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa

tersebut telah menjadi landasan pembelajaran mulai tingkat sekolah

dasar hingga perguruan tinggi (Mansyur, 2016 : 158).

Sebuah Penelitian dalam dunia pendidikan khususnya bahasa

Indonesia, praktik pembelajaran bahasa dikemas ke dalam empat

aspek keterampilan berbahasa: keterampilan menyimak, membaca,

berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut

menjadi dasar pembelajaran dari sekolah dasar hingga perguruan

tinggi. (Mansyur, 2016).

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk

berinteraksi sesama individu. Bahasa juga merupakan sistem lambang

bunyi yang arbitrer (mana suka) yang digunakan oleh anggota suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

diri baik secara lisan maupun secara tulisan. Selain itu, percakapan

(perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun juga

merupakan pengertian dari bahasa (Paida , 2021 : 32-33).

Dunia pendidikan, khususnya praktik pembelajaran bahasa

Indonesia, disusun dalam empat dimensi keterampilan berbahasa:

menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan


berbahasa tersebut menjadi dasar pembelajaran dari sekolah dasar

hingga perguruan tinggi. (Subandiyah, 2015)

Berkaitan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, Kurikulum

2013 menjelaskan bahwa bahasa adalah penghela ilmu pengetahuan.

Artinya, bahasa adalah sarana penyampai ilmu pengetahuan. Semua

siswa akan membutuhkan kemampuan berbahasa sebagai alat belajar

untuk menguasai berbagai mata pelajaran lain. Dapat dikatakan bahwa

keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuannya

dalam berbahasa. Hal ini karena setiap mata pelajaran pada dasarnya

bertujuan menanamkan informasi kepada siswa, dan informasi itu

berupa bahasa (Subandiyah, 2015 : 112).

kk. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah

membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa

Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya. Mata

pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan

etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan

bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan

bahasa Negara.

Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Melalui proses belajar


mengajar diharapkan akan tercapai tujuan pendidikan berupa

perubahan perilaku siswa. Proses pembelajaran ini membutuhkan

bahasa untuk memungkinkan orang berhubungan dan berkomunikasi,

berbagi pengalaman, belajar dari orang lain, dan meningkatkan

kecerdasan mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran

bahasa Indonesia, yaitu mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. (Anzar &

Mardhatillah, 2018 : 53-54).

Sebuah Penelitian, Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan

kegiatan utama untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Melalui proses belajar mengajar, tercapai tujuan pendidikan berupa

perubahan perilaku siswa. Proses pembelajaran ini membutuhkan

bahasa. Ini memungkinkan orang untuk berhubungan, berkomunikasi,

berbagi pengalaman, belajar dari orang lain, dan meningkatkan

kecerdasan mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran

bahasa Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. (Anzar &

Mardhatillah, 2018).

Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan dalam

peningkatan komunikasi siswa dengan menggunakan Bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No.22 Tahun 2006 pembelajaran Bahsa Indonesia

dimaksudkan agar kemampuan berbahasa pada siswa meningkat dan


dipastikan berbahasa dengan benar, baik dari segi tulis atau lisan serta

agar tumbuh sikap respect terhadap hasil karya sastra di Indonesia

(Yulianto, 2021 : 38-39).

Pembelajaran Bahasa Indonesia dirancang untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa siswa, memastikan tuturan yang benar baik

dalam bahasa tulis maupun lisan, serta menumbuhkan sikap

menghargai karya sastra di Indonesia. (Yulianto, 2021)

Dalam kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia di semua

jenjang pendidikan dinyatakan pembelajaran bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan

(Halidjah, 2012 : 261-262).

Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya secara tepat

dan kreatif untuk berbagai keperluan, menggunakan Bahasa Indonesia

untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosi

dan sosial, mengapresiasi dan menggunakan karya sastra untuk

memperluas wawasan, kepribadian dan meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan berbahasa, serta mengapresiasi dan bangga dengan

Sastra Indonesia sebagai kekayaan budaya dan intelektual bangsa

(Khair , 2018 : 89).


Kekhasan Pembelajaran Bahasa Indoensia dari pendekatan dan

isi materi ajar di kelas rendah. Pengajaran bahasa Indonesia dapat

tercapai, adapun tujuan yang dimakud yaitu:

1) Siswa menikmati dan mengembangkan bahasa Indonesia

sebagai bahasa kesatuan (nasional) dan bahasa negara.

2) Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan

fungsinya, serta menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk

berbagai tujuan, kebutuhan dan keadaan.

3) Siswa berkesempatan menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, emosi, dan sosialnya.

4) Siswa disiplin dalam berpikir dan berbahasa (lisan dan tulisan).

5) Siswa memiliki kemampuan mengapresiasi dan menggunakan

karya sastra untuk mengembangkan sastra Indonesia sebagai

khazanah budaya dan intelektual bangsa Indonesia.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas

bangsa Indonesia, serta sebagai alat pengembangan intelektual untuk

mencapai kesejahteraan sosial manuisa. Seorang anak manusia yangt

tidak pernah diajarkan berbicara, maka tidak akan pernah memiliki

kemampuan berbicara. (Khair , 2018 : 84)


Dalam kegiatan berkomunikasi hendaknya menggunakan

kalimat Bahasa Indonesia dengan benar, baik komunikasi langsung

maupun tidak langsung dengan memperhatikan kaidah-kaidah ejaan

dan tulisan Bahasa Indonesia dalam sebuiah buku yang disebut

dengan Ejaan Yang disempurnakan (EYD).

Adapun secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran

Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar berdasarkan Permendiknas No.

22/2006 tentang standar isi kurikulum nasional sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan

tepat dan efektif dalam berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai

khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.


Berdasarkan uraian diatas maka Bahasa Indonesia memiliki

peran penting bagi seluruh siswa untuk berkomunikasi dengan baik

dan benar di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-

hari. Adapun ruang lingkup Bahasa Indonesia sesuai dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang SD

meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a) Mendengarkan, (b)

Berbicara, (c) Membaca, (d) Menulis.

Dari keempat aspek Bahasa Indonesia tersebut harus dapat

dikuasai siswa. Agar tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia yang

memenuhi keempat aspek tersebut dapat dicapai dengan baik, maka

diperlukan adanya pendekatan pembelajaran yang tepapat untuk

membantu siswa dalam mencapai kedelapan aspek tersebut.

ll. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Khusnul Khotimah (2016) Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri, Semarang dengan judul ‘Analisis Kemampuan Membaca

Pemahaman Bedasarkan Taksonomi Barret Pada Siswa Kelas IV SD

Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen’. Dalam Penelitian ini

dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia di SD

Negeri Gugus Dwija Harapan. Hal ini disebabkan karena siswa masih

kesulitan dalam memahami bacaan. Penelitian ini membahas mengenai

kemampuan membaca pemahaman siswa bedassarkan Taksonomi Barret.


Adapun aspek pemahaman tersebut antara lain pemahaman literal,

pemahaman inferensial, pemahaman reorganisasi, pemahaman evaluative,

dan pemahaman apresiasi. Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah

‘Bagaimana kemampuan membaca pemahaman bedasarkan taksonomi

barret pada siswa kelas IV SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan

Mijen’. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

membaca pemahaman bedasarkan Taksonomi Barret paa siswa kelas IV

SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen di kelas IV pada bulan

April-Mei 2016. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode deskriptif. Data penelitian diperoleh menggunakan tes objectif dan

wawancara guru dan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase nila rara-rata yang

diperoleh pada tingkat pemhaman literal adalah 74%, Pada tingkat

pemahaman reorganisasi sebesar 71%, Pada tingkat pemahaman

inferensial adalah 68%, Pada tingkat pemahaman evalutif adalah 56% dan

pada tingkat pemahaman apresiasi adalah 58%. Bedasarkan wawancara

dengan siswa dapat disimpulkan beberapa hal yang menyebabkan siswa

kesulitan dalam membaca bacaan antara lain: 1) kondisi pengelihatan

kurang baik; 2) belum lancar membaca; 3) pemparafrasean yang salah; 4)

penghilangan kata; 5) pengulangan kata; 6) kesulitan menganalisis struktur

kata; dan 7) tidak mengenali makna kata dalam kaliamt. Bedasarkan

kesulian tersebut solusi yang dapat dilakukan antara lain: 1)

mengelompokan siswa secara khusus; 2) meningkatkan minat baca siswa;


3) menggunakan strategi pengenalan makna; dan 4) menggunakan metode

pembelajaran yang menyenangkan.

Simpulan dari penelitian ini adalah rata-rata kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Gugus Dwija Harapan termasuk

dalam kategori cukup. Saran yang diberikan adalah adanya kerja sama

yang baik antara guru, orangtua, dan siswa sehingga pembelajaran

membaca pemahaman akan berjalan baik.

Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan peneliti yang akan

dilakukan peneliti yaitu analisis kemampuan membaca pemahaman dan

jenjang kelas nya pun sama di kelas IV.

Tidak hanya persamaan, dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu peneliti itu membahas

mengenai kemampuan membaca pemahaman siswa bedasarkan

Taksonomi Barret.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Melaini Inayatillah (2020) Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Cibiru Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung dengan judul ‘Analisis Keterampilan Membaca Cepat

Teks Nonfiksi Berbasis Daring Di Kelas IV Sekolah Dasar’. Dalam

penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah pentingnya pencapaian

kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan

membaca cepat. Membaca cepat adalah salah satu jenis keterampilan

membaca menitik beratkan pada kecepatan memahami isi bacaan dengan

cepat dan tepat dalam waktu relative singkat serta diperunttukan bagi
siswa kelas tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan

kecepatan membaca dalam keterampilan membaca cepat teks nonfiksi

berbasis daring kelas IV B di SDIT Al-Husna Parungkuda Sukabumi tahun

ajaran 2019/2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode penelitian deskriptif. Subjek penelitain ini adalah siswa

kelas IV B di SDIT Al-Husna Parungkuda tahun ajaran 2019/2020.

Penelitian ini menggunakan instrument tes berupa tes, pedoman

wawancara, dan dokumentasi dengan metode pengumpulan data yaitu

wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan data yaitu

wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kecepatan membaca siswa dalam keterampilan membaca cepat teks

nonfiksi berbaris daring di kelas IV B termasuk cepat dengan jumlah 151-

200 kpm dan sangat cepat dengan jumlah > 201 kpm.

Tingkat pemahaman isi bacaan dalam keterampilan membaca cepat teks

nonfiksi berbasis daring di kelas IV B termasuk sedang dengan skor 71%-

80% dan baik dengan skor 81%-90%.

Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu sama-sama membahas tentang permasalahan cepat

dan jenjang kelasnya pun sama di kelas IV.

Tidak hanya persamaan, dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu peneliti ini mendeksripsikan

tentang Keterampilan Membaca Cepat Teks Nonfiksi Berbasis Daring.


3. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Lutfi Citra Anggraini (2021) Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang dengan judul ‘Analisis

Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas 2 SDN Pasar Kemis 1

Kabupaten Tangerang’. Dalam penelitian skripsi ini membahas tentang

membaca permulaan pada Siswa Kelas II SDN Pasar Kemis 1 Kabupaten

Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses dan hasil

kesulitan membaca permulaan siswa kelas II SDN Pasar Kemis 1

Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalan penelitian ini yakni

Kualitatif Deskriptif yang mana memaparkan dan mengambarkan hasil

penelitian yang dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas

II C SDN Pasar Kemis 1 Kabupaten Tangerrang berjumlah 28 siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes,

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini mendeskripsikan

tentang kesulitan membaca permulaan pada Siswa Kelas II SDN Pasar

Kemis 1 Kabupaten Tangerang. Faktor-faktor yang menghambat Siswa

dalam Kesulitan Membaca Tangerang banyak dipengaruhi Kurangnya

minat belajar siswa, Pendidikan dini, dan Faktor lingkungan keluarga.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan siswa Kelas II SDN Pasar Kemis 1

Kabupaten Tangerang dengan jumlah 28 siswa, terdapat 6 siswa yang

mengalami kesulitan membaca permulaan. Bentuk kesulitan membaca

permulaan yang dialamii kelas II SDN Pasar Kemis 1 Kabupaten


Tangerang adalah kesulitan mengenal huruf, kesulitan membaca kata, dan

kesulitan dalam membaca kalimat.

Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu metode yang di gunakan sama dengan peneliti.

Tidak hanya persamaan, dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu jenjang kelas nya berbeda

dari peneliti.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif atau dinamakan penelitian kualitatif. ‘Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kualifikasi lainnya’ Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang mendeskripsikan serta memaparkan data yang

didesain atau dirancang tanpa adanya perlakuan terhadap objek penelitian

serta tidak menggunakan prosedur statistik. (Moleong, 2018 : 6).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan metode

analisis yang tidak menggunakan metode analisis statistik atau metode

kualifikasi lainnya. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang


mendeskripsikan dan menggambarkan informasi yang direncanakan atau

dirancang tanpa berkaitan dengan subjek penelitian dan tidak menggunakan

metode statistik. (Moleong, 2018)

Penelitian kualitatif juga merupakan jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)

dengan menggunakan prosedur statistik atau cara-cara yang lain dari

kuantifikasi (pengukuran) sehingga dapat digunakan untuk menemukan dan

memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang merupakan sesuatu

yang sulit untuk dipahami secara memuaskan. (Arnild, 2020)

Penelitian kualitatif juga merupakan bentuk penelitian yang

menghasilkan hasil yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan metode statistik

atau metode kuantifikasi (pengukuran) lainnya untuk menemukan dan

memahami apa yang ada di balik fenomena yang sulit. dipahami secara

memuaskan. (Arnild, 2020)

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat post positifisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi yang alamiah, (Sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrument kunci, pengembalian sampel sumber data dilakukan

secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generasi.


B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kapuk 02 Cengkareng yang

beralamat Jl. Tenis Raya No.11, Rt.12/Rw.14, Kapuk, Kecamatan

Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11720.

2. Waktu Penelitian

Tabel 3.1 Kegiatan dan waktu penyusunan penelitian dan skripsi

No. Kegiatan Waktu

1. Pengajuan Judul Juni 2022

2. Bimbingan Proposal September-Oktober 2022

3. Seminar Proposal Skripsi Oktober-Januari 2023

4. Bimbingan dan Revisi Hasil Januari-Februari 2023

Seminar

5. Pembuatan Instrumen Penelitian Februari-Maret 2023

6. Pengumpulan Data April 2023

7. Pengolahan dan Analisis Data April-Mei 2023

8. Ujian Skripsi Mei 2023


mm. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Berdasarkan penelitian ini peneliti menggunakan data yang

dikelompokkan menjadi dua data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan

Melalui observasi, wawancara, tes dan dokumentasi kepada responden,

dalam hal ini pihak yang terkait, yaitu: siswa dan guru kelas IV SDN

Kapuk 02 Cengkareng tentang kemampuan membaca cepat dan

pemahaman disekolah tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia ditempat yang akan

diteliti seperti: dokumentasi untuk menggambil data tersebut.

nn. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi hal-hal berikut:

1. Teknik Observasi (Pengamatan)

Teknik Observasi (Pengamatan) merupakan salah satu dasar

fundamental dari semua teknik pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif, khususnya tentang membaca cepat dan pemahaman.

Observasi ini dilakukan dengan pengamatan terhadap apa yang diteliti

yang hasilnya dapat berupa gambaran yang ada dilapangan dalam


bentuk sikap, Tindakan, pembicaraan, maupun interaksi interpersonal.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

strategi guru dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa pada

belajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Kapuk 02 Cengkareng.

2. Teknik Wawancara

Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan

instrument wawancara yang disebut pedoman wawancara. Pedoman ini

berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk

dijawab studi respon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan

bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep pendapat, persepsi atau

evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah, atau variabel

yang dikaji dalam peneliti.

3. Teknik Tes

Teknik Tes merupakan teknik untuk memperoleh data penelitian

dimana saya peneliti melakukan tes yang sudah disiapkan untuk

dikerjakan oleh para murid siswa dikelas. dimana nantinya teknik ini

akan berpengaruh terhadap penyusunan penelitian ini, dengan

dipadukan pedoman. tes ini berupa teks narasi dan juga soal soal uraian

yang sudah dibuat dan juga sudah di konfirmasi oleh pakar terkait yang

sesuai dengan bidang nya.

4. Teknik Dokumentasi

Teknik Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk

melengkapi penelitian, memberikan sumber data yang digunakan untuk


melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, gambar dan foto

untuk menghasilkan data yang berbeda-beda satu sama lainnya, peneliti

dapat melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang terkait

hingga didapatkan kepastian dan kebenaran datanya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian atau alat penelitian dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri. Peneliti sendiri yang mengumpulkan data yang diperlukan

dalam penelitian dengan melakukan Observasi, wawancara, tes dan

dokumentasi pada siswa kelas IV SDN Kapuk 02 Cengkareng.

Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian tindakan kelas ini berupa instrument tes dan instrument

nontes. Instrument test digunakan untuk mengetahui data tentang

keterampilan membaca cepat dan pemahaman, menggunakan metode

membaca bacaan tulisan dengan di ukur oleh waktu.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument penelitian

NO VARIABEL INDIKATOR SUMBER INSTRUMENT


DATA

1. Aktivitas siswa dalam 1. Mempersiapkan Siswa, Foto, Lembar Observasi,


kemampuan membaca diri dalam Catatan catatan lapangan,
cepat dan pemahaman mengikuti lapangan dan dokumentasi
proses
pembelajaran
2. Menyimak
penjelasan guru
tentang teknik
menemukan ide
pokok dari
bacaan
3. Membaca teks
secara sekilas
4. Menuliskan
pertanyaan
berdasarkan ide
pokok
5. Menjawab
pertanyaan yang
telah dibuat
dengan cara
membaca
kembali teks
tersebut
6. Membuat
intisari cerita
pertanyaan.
7. Membacakan
hasil pekerjaan
8. Mengerjakan
soal tes atau
evaluasi

2. Aktivitas guru dalam 1. Melaksanakan Guru, Foto, Lembar observasi,


kemampuan membaca kegiatan catatan, dan catatan lapangan
cepat dan pemahaman prapembelajaran lapangan
2. Membuka
pembelajaran
3. Menjelaskan
tentang teknik
membaca cepat
yang efisien
4. Menjelaskan
tentang teknik
menemukan ide
pokok dari
bacaan dalam
membaca
pemahaman
5. Mengarahkan
siswa untuk
membuat
pertanyaan
berdasarkan ide
pokok yang
telah ditemukan
6. Menugaskan
siswa untuk
membaca
kembali dan
menanggapi
pertanyaan yang
telah disusun
sebelumnya
7. Menuntun siswa
untuk
mengarahkan
pengerjaan tes
8. Memberikan
penguatan
9. Menutup
pelajaran

3. Keterampilan siswa 1. Penguasaan Foto, Lembar observasi,


dalam membaca cepat kosakata catatan, dan catatan lapangan
dan pemahaman lapangan
2. Penguasaan
membaca
dengan
memperhatikan
tanda baca
3. Penguasaan isi
cerita
4. Efektivitas
Kalimat dalam
Sinopsis
5. Kejelasan dalam
membaca

1. Instrument Tes

Bentuk instrument yang berupa tes digunakan untuk mengukur

keterampilan membaca cepat siswa dalam pembelajaran cepat dengan

menggunakan metode membaca dengan waktu (timer). Instrument tes ini

digunakan untuk mengukur tiga aspek pembelajaran membaca cepat

dengan metode kalimat media teks berjalan, yaitu kecepatan membaca

siswa, pemahaman isi siswa, dan kecepatan efektif membaca siswa.

Langkah yang dilakukan peneliti adalah membagikan sebuah teks

bacaan kepada siswa. Siswa diminta untuk membaca bacaan tersebut

dengan cepat secara perseorangan sesuai dengan instruksi peneliti. Setelah

siswa selesai membaca dan menghitung lamanya waktu membaca dengan

menggunakan alat hitung waktu yang telah disediakan. Teks bacaan yang

telah dibaca tersebut dikumpulkan, kemudian siswa mendapat soal untuk

mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan yang telah

dibacanya. Dan untuk tes membaca pemahaman nya adalah berupa bentuk

soal tersebut berupa 5 soal uraian dengan skor maksimal 100. soal-soal

yang diberikan kepada siswa berupa pertanyaan-pertanyaan seputar bacaan

yang telah dibaca oleh siswa sebelumnya. 5 soal uraian yang diberikan

kepada siswa bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap

bacaan yang dibacanya. Satu soal uraian yang diberikan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menemukan pokok pikiran dari

bacaan tersebut, serta mengungkapkan simpulan dari bacaan.

Setelah selesai mengerjakan soal, siswa saling mengoreksi hasil

pekerjaan uji pemahaman bacaan tersebut dan menghitung KEM

(Kecepatan Efektif Membaca). Saat menghitung KEM (Kecepatan Efektif

Membaca), siswa harus memperhatikan kecepatan membaca dan tingkat

pemahaman terhadap bacaan. Berdasarkan perhitungan kecepatan

membaca yang dilakukan, dapat diperoleh penggolongan tingkat

kecepatan membaca berikut ini.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Membaca Cepat

No Soal

1 Bacalah teks narasi yang sudah disediakan dan bacalah sesuai ketentuan
dan arahan yang dianjurkan.

2 Bacalah teks soal yang disediakan dan jawablah dengan benar dan tepat

Tabel 3.4 Instrument Tes Membaca Cepat

No. Indikator Penilaian Skor Keterangan

1 2 3 4

1 Lafal

2 Intonasi

3 Kosakata atau Kalimat


4 Hafalan

5. Sikap

6. Kefokusan

7. Pemahaman

Keterangan Skor:

Memberikan tanda ceklis (✔) pada tabel

1 : Kurang

2 : Cukup

3 : Baik

4 : Baik Sekali

Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Membaca Pemahaman

Kompetensi Dasar : Menjawab soal teks narasi melalui membaca pemahaman

Kompetensi Indikator Nomor Skor


Dasar Soal
1 2 3 4

Menjawab soal 1. Pemahaman isi teks


teks narasi melalui
2. Tanggapan terhadap isi
membaca
teks
pemahaman 3. Kemampuan
menangkap isi bacaan

4. Kemampuan
menjawab pertanyaan
bedasarkan isi bacaan

5. Kemampuan
meringkas bacaan

6. Kemampuan
menceritakan kembali
isi bacaan

7. Ketepatan diksi

8. Kemampuan
menggunakan kosakata
yang tepat dan tidak
mengandung makna
ganda

Keterangan :

1 = Kurang

2 = Cukup

3 = Baik

4 = Sangat Baik

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrument Tes Membaca Pemahaman


Materi Tingkat Indikator Soal No Jumlah
Pemahaman

Udi Berusaha Pemahaman Siswa dapat 1,2 2


Jujur Literal menemukan
informasi yang
tersurat dalam
bacaan.

Reorganisasi Siswa dapat 4 1


menentukan
gagasan pokok
paragraf

Pemahaman Siswa mampu 3 1


Inferensial menangkap makna
yang tersirat dalam
bacaan

Evaluasi Siswa dapat 5 1


menentukan
pendapat penulis

Apresiasi Siswa dapat 3, 5 2


mengerti penting
nya dalam Berkata
Jujur

2. Instrument Nontes
Selain instrument tes, penelitian ini juga menggunakan instrumen

nontes. Instrument nontes yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan datta kualitatif, seperti pedoman jurnal, dan dokumentasi

foto.

a. Pedoman Observasi

Observasi digunakan untuk mengungkap data keaktifan siswa selama

proses pembelajaran dengan metode kalimat dan media pengukuran

dengan waktu (time). Observasi dilakukan dengan cara bekerja sama

dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan yang dilakukan saat

proses pembelajaran membaca cepat dan pemahaman untuk

menemukan ide pokok dan pemahaman dengan menggunakan metode

kalimat dan media pengukuran dengan waktu. Adapun tahap

observasinya yaitu :

1) Mempersiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran

pengamatan tentang tingkah laku siswa dalam pembelajaran.

2) Melaksanakan observasi selama proses pembelajaran dimulai dari

penjelasan guru, proses belajar-mengajar sampai pada cara

mengerjakan soal untuk menemukan ide pokok.

3) Mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang

telah dipersiapkan.

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Observasi


No. Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan

1. Kesiapan Guru dalam proses


Pembelajaran

a. Kesiapan guru memulai


pembelajaran

b. Guru mempersiapkan RPP.

c. Guru mempersiapkan materi


tentang membaca dan soal
yang sudah dibuat

d. Guru mempersiapkan
instrument penelitian

e. Siswa mempersiapkan buku


dan alat tulis

f. Siswa dalam kondisi siap


menerima pembelajaran

2. Kegiatan Awal

a. Pembuka pembelajaran
dengan salam dilanjutkan
dengan doa agama masing-
masing.

b. Mengaitkan materi
sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari.

c. Memberikan gambaran
tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari

3. Kegiatan Inti

a. Guru memberikan penjelaan


serta contoh tentang
bagaimana cara teknik
membaca cepat yang efektif
dan juga tentang membaca
pemahaman.

b. Guru memberikan penjelasan


serta contoh intonasi yang
benar saat membaca cepat

c. Guru memberikan penjelasan


serta contoh memahami tanda
baca

d. Guru memberikan penjelasan


serta contoh bagaimana
memilih kosakata dalam
membuat ide pokok dan
menjabarkan sebuah jawaban
dengan bahasa diri kita sendri.

e. Guru memberikan penjelasan


tentang mengisi soal materi
untuk membaca pemahaman
agar supaya murid lebih jelas

4. Kegiatan Akhir

a. Siswa diajak untuk mengambil


kesimpulan mengenai kegiatan
pembelajaran yang baru
dilakukan

b. Guru memeriksa tugas yang


sudah dikerjakan oleh siswa

c. Guru tepat waktu dalam


mengakhiri pembelajaran.

b. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap dan penyebab

kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran membaca cepat untuk

menemukan ide pokok dengan menggunakan metode kalimat bacaan

menggunakan waktu (time). Adapun cara yang ditempuh dalam

melaksanakan wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar

wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan di ajukan pada

siswa; (2) menentukan siswa yang kecepatan membacanya kurang,

cukup, dan baik,untuk diajak wawancara; (3) mencatat hasil

wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan.


Tabel 3.9 Kisi-kisi Wawancara Siswa

No Indikator Aspek yang No. Soal Jumlah Soal


dinilai

1 Lafal Kejelasan 1,5 2


intonasi dan
kosakata
dalam
membaca

2 Intonasi Tinggi 1 1
rendahnya
suara

3 Kosakata atau Kalimat Kalimat 5,3 2


Bahasa
Indonesia yang
baik

4 Hafalan Kelancaran 5 1
dan tidak ada
penundaan
serta
perulangan

5 Sikap Ekspresi 1,4,3 3


Wajah,
Ekspresi tubuh

6 Keberanian Percaya Diri 5 1

7 Pemahaman Kejelasan 4,5 2


dalam suatu
pemahaman
yang aa
Tabel 3.10 Instrument Wawancara Siswa

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah pelafalan atau ucapan bicaramu selalu


benar dan tepat tanpa bercampur bahasa
daerah?

2. Apakah membaca sudah benar dengan tanda


baca nya?

3. Apakah intonasi kamu saat membaca sudah


benar ?

4. Apakah saat menjawab soal kamu bisa


memastikan jawaban itu benar?

5. Bagaimana kamu bisa menyimpulkan suatu


cerita ?

6. Apakah saat membaca tempo bicara kamu


sudah tepat?

7. Bagaimana kamu bisa memahami suatu teks


narasi lalu menjawab soalnya tanpa
kesusahan?

8. Apakah bacaan yang kamu baca sudah sesuai ?


c. Dokumentasi Foto

Data-data dokumentasi foto ini berwujud gambar visual yang memuat

perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran membaca cepat

250 kpm dengan menggunakan metode membaca dengan waktu.

Pengambilan gambar visual tersebut dilakukan dengan cara meminta

bantuan teman peneliti untuk melakukan pemotretan. Cara ini

ditempuh peneliti berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu (1)

keaslian data visual terjamin; (2) perilaku guru dan siswa pada saat

proses pembelajaran membaca cepat 250 kpm. untuk menemukan ide

pokok dengan menggunakan metode kalimat dan media teks berjalan

terlihat dengan jelas; (3) konsentrasi peneliti pada saat mengajar

keterampilan membaca cepat 250 kpm dengan menggunakan metode

kalimat bacaan dengan waktu (time) tidak akan terganggu. Gambar-

gambar foto yang telah dikumpulkan selanjutnya dilaporkan secara

deskriptif sesuai dengan kondisi yang ada.

Tabel 3.11 Kisi-kisi Instrument Dokumentasi

Fokus Arsip Dokumen

1. Kemampuan membaca siswa 1. Video siswa sedang membaca

2. Keterampilan siswa dalam membaca 2. Video siswa saat membaca dan


dan memahami nya selesai membaca dengan pemahaman
nya

3. Kemampuan siswa dalam menjawab 3. Video saat pembelajaran berlangsung


soal-soal dan saat siswa mengisi soal-soal yang
sudah diberikan

oo. Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis

data adalah mengkelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

menyusun data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data

tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah

diajukan. (Sugiyono, 2011 : 147).

Analisis data adalah kegiatan setelah informasi dikumpulkan dari

semua responden atau sumber data lainnya. Fungsi analisis data

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mengumpulkan data semua variabel responden, menyajikan data pada setiap

variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

(Sugiyono, 2011).

Analisis data sekolah proses mencari dan Menyusun secara sistematis

data hasil wawancara, observasi, angket dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data dan memilih mana yang penting serta mana yang

perlu dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

(Sugiyono, 2011 : 333-345).


(Sugiyono, 2011) Analisis bahan pelajaran adalah suatu proses pencarian

dan penggabungan secara sistematis informasi dari hasil wawancara,

observasi, survey dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan dan

menyeleksi informasi mana yang penting dan mana yang perlu diselidiki, serta

menarik kesimpulan dengan cara yang mudah dipahami.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif. Langkah-langkahnya adalah:

1. Reduksi Data

Data yang telah terkumpul, kemudian direduksi guna memilih data

yang sesuai, merangkum hal pokok memfokuskan pada hal yang

penting dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas. Penelitian mereduksi data dari hasil

wawancara, observasi, dan apabila ada jawaban yang tidak mengarah

kepada kemampuan membaca cepat dan pemahaman tidak akan

dianalisis lebih lanjut sehingga mempermudah penelitian saat

pembuatan kesimpulan.

2. Penyajian Data

Penyajian Data yaitu Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara

kategori dan sejenisnya. Dalam penelitian ini data mengenai peran

guru dalam menganalisis kemampuan membaca cepat dan

pemahaman di kelas IV yang terkumpul disajikan dalam bentuk uraian


singkat, agar mudah dipahami sehingga memungkinkan dilakukan

penarikan kesimpulan/verifikasi.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah verifikasi data yang dilakukan dalam

kegiatan ini dengan membuat kesimpulan dari data-data yang telah

diambil dan membandingkan dengan teori-teori yang cocok dengan

strategi pembelajaran dalam kemampuan membaca cepat dan

pemahaman pada siswa kelas IV.

pp. Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data tidak hanya digunakan untuk

menyangga apa yang telah ditujukan kepada konsep penelitian kualitatif, yang

mengatakan bahwa penelitian ini tidak bersifat ilmiah, tetapi teknik

pemeriksaan keabsahan data ini merupakan sebagai tahapan yang tidak dapat

dipisahkan dari tubuh pengetahuan pada penelitian kualitatif.

Uji keabsahan data ini juga berkaitan dengan triangulasi yang mana

triangulasi itu merupakan sebuah konsep metodologis pada penelitian

kualitatif yang perlu diketahui oleh peneliti kualitatif selanjutnya adalah teknik

triangulasi. Tujuan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis,

metodologis, maupun interpretatif dari penelitian kualitatif. Triangulasi

diartikan juga sebagai kegiatan pengecekan data melalui beragam sumber,

teknik, dan waktu.


Untuk mencapai keabsahan data, salah satu teknik pengecekan agar

data benar-benar valid maka di dalam penelitian ini digunakan triangulasi,

yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi Sumber dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.

‘Triangulasi Sumber adalah membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh Melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualilatif”. Oleh karena

itu peneliti menggunakan triangulasi sumber karena peneliti akan

membandingkan dan mengecek kembali hasil observasi, angket, dan

wawancara yang didapat dari beberapa sumber diantaranya guru dan

siswa yang telah dilakukan saat penelitian. (Moleong & Lexy, 2018 :

330).

Triangulasi sumber digunakan untuk membandingkan dan memeriksa

tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh pada waktu yang

berbeda dan menggunakan alat penelitian kualitatif. (Moleong &

Lexy, 2018).

b. Triangulasi Teknik

‘Triangulasi Teknik adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat

kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya membantu

mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Pada dasarnya


penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi

teknik ini’. Oleh karena itu peneliti mengecek kembali dengan

melakukan cek hasil wawancara kepada siswa, dan guru. (Moleong &

Lexy, 2018 : 331).

Segitiga teknis menggunakan peneliti atau pengamat lain untuk

memverifikasi keandalan data.

c. Triangulasi Waktu

Triangulasi Waktu dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan

kembali terhadap data kepada sumber dan tetap menggunakan teknik

yang sama, namun dengan waktu atau situasi yang berbeda. Misalnya

mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung, maka informan

sebelumnya yang telah dilakukan wawancara mendalam, diulangi

wawancaranya pada waktu atau situasi berbeda. Apabila hasil uji tetap

menunjukkan data yang berbeda, peneliti dapat melakukannya secara

berulang hingga ditemukan kepastian data. (Moleong & Lexy, 2018).

d. Penjamin Keabsahan

Penjamin Keabsahan merupakan penilaian ahli yang diminta

pendapatnya tentang instrument yang telah disusun itu. Pendapat ahli

ini akan menentukan apakah instrument layak digunakan tanpa

perbaikan dan adapun perbaikan. Instrumen penelitian ini telah diuji

pakar oleh:

1) Dilla Fadillah, M.Pd

Instrumen penelitian yang dinyatakan layak untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai