Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA


DAN SASTRA SD (MEMBACA)

Disusun Oleh:
Nama. : Putri Audia Ervama
Npm. : 5021183
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Sd.
Dosen Pengampu : Inda Puspita Sari, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2023
KATA PENGANTAR
Marilah kita ucapkan rasa syukur kepada Allah yang maha kuasa, karena
atas berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Pendagogik yang dibimbing oleh Ibu Inda Puspita Sari ,M.pd
Dan makalah ini saya angkat dengan judul ‘’PENGEMBANGAN
PEMBELAJARAN BAHASA dan SASTRA SD”

Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Indah Puspita Sari M.pd yang telah
memberikan bimbingannya dalam membuat makalah ini.

Saya mohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat berbagai macam kesalahan


dalam penulisan, maka dari itu saya sangat memerlukan kritik dan saran dari
pembaca.

Lubuk Linggau, 15 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sumber Materi
B. Pengertian 4 kebahasaan
C. Model
D. Pendekatan Gendre

BAB III TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. Gambaran Masalah
B. Teknik Pengumpulan Data
C. Model

BAB IV PEMBAHASAN

A. Siswa kesulitan mengenal huruf


B. Kurangnya minat latihan dan pengulangan membaca
C. Gangguan perhatian dan hiperaktif membaca siswa

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan membaca merupakan pondasi penting bagi semua mata pelajaran di
sekolah. Ini adalah kunci untuk memahami dan mengakses berbagai jenis informasi.
Membaca adalah cara efektif untuk mengembangkan kosakata, pemahaman tata bahasa,
dan kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia. Ini membantu siswa
menguasai bahasa dengan lebih baik.

Membaca memungkinkan siswa untuk mengakses pengetahuan yang luas. Ini


tidak hanya mencakup pelajaran di buku teks, tetapi juga literatur, cerita rakyat, dan
sumber-sumber lain yang memperkaya pemahaman mereka tentang budaya dan sejarah
Indonesia. Anak-anak dapat mengeksplorasi cerita dan puisi yang menghidupkan sastra
Indonesia. Melalui membaca, siswa juga diajarkan untuk menganalisis teks,
mengidentifikasi pesan utama, karakter, dan konflik. Ini adalah keterampilan kritis yang
berguna dalam pemahaman yang lebih dalam terhadap berbagai aspek sastra.

Indonesia memiliki tantangan literasi yang perlu diatasi Pengembangan


pembelajaran membaca di SD adalah upaya untuk meningkatkan tingkat literasi di
seluruh negeri.

Dengan latar belakang ini, pengembangan pembelajaran membaca di tingkat SD


bukan hanya tentang mengajarkan keterampilan membaca, tetapi juga tentang membuka
pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa dan sastra Indonesia, serta
mempersiapkan generasi muda untuk masa depan yang cerdas dan terdidik.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana siswa bisa kesulitan dalam mengenal huruf?


2. Bagaimana bisa kurangnya minat latihan dan pengulangan membaca pada siswa?
3. Bagimana gangguan perhatian dan hiperakif menbaca pada siswa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kesulitan siswa dalam mengenal huruf.


2. Untuk mengetahui kurangnya minat latihan dan pengulangan membaca siswa.
3. Untuk mengetahui apa saja gangguan perhatian dan hiperaktif membaca siswa.
BAB II

Kajian Pustaka

A. Pengertian empat kebahasaan

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa
tulis (H.G. Tarigan dalam Dalman, 2014). Kegiatan membaca ini dilakukan pembaca untuk
memperoleh pesan yang dibutuhkan khusunya melalui media tulisan khususnya buku.

Kegiatan membaca merupakan pemerolehan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca


yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati teks bacaan. Proses membaca diawali dari
aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas panca indera khsusnya mata bagi pembaca
normal. Setelah aktivitas mekanis berlangsung, maka proses pemahaman dan penghayatan
yang melibatkan nalar. Aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan, kecepatan dan
kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas.

Menyimak menurut Tarigan dalam Mulyati (2013: 3.4) bahwa yaitu suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi,serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi,serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikanoleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Keterampilan menyimak menurut Yudha dan Rudhyanto (2005: 7), keterampilan


menyimak adalah kemampuan anak dalam melakukanberbagai akitivitas seperti motorik,
berbahasa, sosial-emosional,kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral). Keterampilan perlu
dilatihkan kepada anak sejak usia dini agar dimasa yang akan datang akan tumbuh menjadi
pribadi yang terampil cekatan melakukan aktivitas. Keterampilan anak dapat dilakukan
dengan berbagai aktivitas salah satunya yaitu keterampilan dalamkegiatan menyimak.

B. Model PBL
model pembelajaran yang saat ini sedang digemari dan mendapat perhatian dari
kalangan pendidik adalah model Problem Based Learning (PBL). Model ini dinilai relevan
dengan tuntutan masyarakat yang sedang berubah, masyarakat yang kreatif dan inovatif, serta
masyarakat modern yang kompetitif. Disebut kreatif karena dapat berkembang sesuai dengan
situasi dan kondisi serta tantangan yang dihadapi oleh peserta didik. Masalah yang diberikan
dalam model ini adalah masalah yang aktual, ril di lingkungannya dan siswa diberi
kesempatan untuk memecahkannya. Meski demikian masalah itu tetap dalamkerangka
kurikulum dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) disebut pembelajaran inovatif sebab dianggap baru dan berbeda
dengan model pembelajaran sebelumnya yang konservatif, konvensional, dan semuanya
berbasis guru. Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran konvensional selalu berasumsi
bahwa pembelajar itu belum memiliki apa apa, ibarat botol, isinya belum ada sehingga
mereka harus diisi dan diberi macam-macam minuman, terserah minuman apa yang guru
anggap cocok dengan peserta didiknya. Karena itulah pembelajaran konvensional selalu
menjadikan peserta didiknya sebagai subjek belaka Model pembelajaran berbasis masalah
mengubah asumsi peserta didik sebagai subjek yang tidak memilki apa-apa menjadi objek
yang dapat dijadikan mitra, kontributor dan memberi inspirasi bagi keberlangsungan
pembelajaran.
Oleh sebab itu, pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah inovasi pembelajaran
dari konvensional ke pembelajaran modern yang demokratis. Problem based learning sangat
tepat diberikan kepada peserta didik di semua jurusan,namun lebih baik lagi kalau pendidikan
vokasi yang menuntut memiliki keahlian dan kompetensi yang kuat, sebab pendidikan vokasi
orientasinya pada pengembangan psikomotrik yang menuntut banyak praktik dibanding
dengan teori dan model pembelajaran berbasis masalah relevan dengan itu sebab siswa diberi
masalah dan diberi kebebasan untuk memecahkannya. Dengan demikian model ini
diharapkanakan melahirkan jiwa kemandirian, terbiasa memecahkan masalah dan
mempunyai mental kompetisi yang kuat. Dan dengan begitu model ini relevan dengan
pendidikan vokasi yang akan melahirkan entrepreneur yang tangguh dikemudian
hari.Persoalannya kemudian adalah ketersediaan dan kesiapan guru melaksanakan model ini,
sebab disadari benar bahwa peran guru dalam hal ini sangat besar, meski model ini dianggap
mereduksi peran guru, akan tetapi guru tetap menjadi penuntun dan pengendali dalam
pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan
mengenai model pembelajaran ini, dan dalam rangkaitulah buku penuntun/pedoman model
ini lahir, agar para guru benar-benar bisa melaksanakan dengan baik dan tujuan pembelajaran
bisa tercapai dengan baik. ( Dr.syamshidah ,M.Pd & Dr.Hamidah Suryani ,M.Pd 2018:3-4)

C.Pendekatan gendre
pendekatan berbasis tesk (genre-based approach). Pendekatan ini meliputi beberapa
tahapan,yaitu membangun pengetahuan, pemodelan, bekerja sama, dan bekerja mandiri.
Siklus pembelajaran ini tidak tertutup atau terkunci. Dengan demikian, pembelajaran dapat
dimulai dari mana saja, bahkan bisa dilewati jika diperlukan. Namun, siklus pembelajaran
tidak dapat diimplementasikan hanya dalam satu kali pertemuan.
Jumlah latihan yang diberikan bisa berbeda-beda dalam setiap tahapan untuk
memaksimalkan peran siswa di kelas. Setiap siklus pembelajaran dirincikan sebagai berikut:

1. Membangun Pengetahuan (Building Knowledge of the Field)


Tahapan ini bertujuan untuk membangun konteks atau pengetahuan siswa tentang
topik yang akan mereka komunikasikan. Kegiatan ini melibatkan kegiatan membaca
dan menyimak. Untuk memeriksa pemahaman siswa tentang bacaan dan simakan dari
topik yang mereka baca dan dengarkan, guru dapat meminta siswa untuk menulis atau
berbicara, atau melakukan keduanya. Guru juga mengajarkan aspek ekspresi,
kosakata, dan tata bahasa yang berkaitan dengan teks yang dipelajari siswa.
Selanjutnya, guru juga meminta siswa untuk menuliskan ungkapan dan kosakata yang
bisa mereka gunakan dalam berkomunikasi.
Pada tahap ini, peran guru sangat dominan agar nantinya siswa dapat bekerja
secara mandiri.

2. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah tahap ketika siswa diperkenalkan dengan jenis teks yang akan
mereka komunikasikan. Pada tahap ini, guru menjelaskan jenis teks, termasuk tujuan
dan konteks sosialnya. Guru juga menjelaskan struktur teks, fungsi, serta unsur
kebahasaan dari teks yang mereka pelajari.
Ketika menjelaskan tujuan sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks, guru
menyajikan teks secara keseluruhan dalam tiga kolom. Kolom pertama berisi struktur
teks, kolom kedua menyajikan teks lengkap, dan kolom terakhir menyediakan unsur
kebahasaan teks. Pada tahap ini, peran guru juga dominan karena siswa masih perlu
memahami konsep dari jenis yang sedang mereka pelajari.

3. Bekerja sama (Joint Construction)


Bekerja sama adalah tahap ketika siswa menerapkan pemahaman mereka
tentang jenis teks yang telah dipelajari dengan bekerja sama dengan siswa lain. Tahap
ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, siswa dan guru menulis bersama di mana
guru dapat bertindak sebagai juru tulis, sementara siswa berkontribusi pada penulisan
atau diskusi yang akan mereka lakukan. Kedua, siswa dapat dikelompokkan dan
diberikan tabel topik yang akan mereka bicarakan dan tuliskan. Tabel berisi kerangka
unsur teks dari topik yang dibahas.
Meskipun penting, tahap ini dapat dilewati jika perlu, terutama bila siswa telah
menunjukkan kinerja yang baik secara individu dalam menulis dan berbicara
mengenai topik yang mereka bahas. Pada tahap ini, kontrol dari guru harus dikurangi
dan peran siswa di kelas harus ditingkatkan saat mereka terlibat langsung dalam
kegiatan.

4. Bekerja mandiri (Independent Construction)


Bekerja mandiri adalah tahap ketika siswa bekerja secara individu dalam
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dalam hal ini, siswa harus sudah dapat
memahami tujuan sosial dari jenis teks yang mereka pelajari, menulis, dan berbicara
di kelas dengan menggunakan struktur teks dan unsur kebahasaan yang sesuai dengan
jenis teks yang telah mereka pelajari.
Pada tahap ini, peran guru menjadi kurang dominan. Namun, guru bisa
memberikan petunjuk jika siswa membutuhkannya di kelas.
BAB III
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. Gambaran yang di ambil

Keterampilan membaca merupakan pondasi penting bagi semua mata pelajaran di


sekolah. Ini adalah kunci untuk memahami dan mengakses berbagai jenis informasi.
Membaca adalah cara efektif untuk mengembangkan kosakata, pemahaman tata bahasa, dan
kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia.

Ini membantu siswa menguasai bahasa dengan lebih baik.Membaca memungkinkan


siswa untuk mengakses pengetahuan yang luas. Ini tidak hanya mencakup pelajaran di buku
teks, tetapi juga literatur, cerita rakyat, dan sumber-sumber lain yang memperkaya
pemahaman mereka tentang budaya dan sejarah Indonesia. Anak-anak dapat
mengeksplorasi cerita dan puisi yang menghidupkan sastra Indonesia.

Melalui membaca, siswa juga diajarkan untuk menganalisis teks, mengidentifikasi


pesan utama, karakter, dan konflik. Ini adalah keterampilan kritis yang berguna dalam
pemahaman yang lebih dalam terhadap berbagai aspek sastra. Indonesia memiliki tantangan
literasi yang perlu diatasi Pengembangan pembelajaran membaca di SD adalah upaya untuk
meningkatkan tingkat literasi di seluruh negeri.

Dengan latar belakang ini, pengembangan pembelajaran membaca di tingkat SD


bukan hanya tentang mengajarkan keterampilan membaca, tetapi juga tentang membuka
pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa dan sastra Indonesia, serta
mempersiapkan generasi muda untuk masa depan yang cerdas dan terdidik

B. Teknik Pengumpulan data

Sugiyono (2014: 224) mengungkapkan teknik pengumpulan data merupakan langkah


yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak, catat,
dan pustaka. Teknik simak biasanya juga disebut sebagai teknik sadap merupakan
penyadapan sesuatu yang digunakan seseorang atau beberapa orang informan dalam upaya
mendapatkan data. Teknik ini dilakukan dengan membaca secara berulang-ulang agar
mendapatkan data yang akurat. Mahsun (2005: 92-93) menyatakan teknik catat merupakan
teknik lanjutan setelah peneliti menerapkan teknik simak. Teknik catat ini dilakukan dengan
mencatat bagian-bagian penting. Teknik ini menggunakan sumber-sumberdari buku dan
jurnal-jurnal.

C. Model PBL

model pembelajaran yang saat ini sedang digemari dan mendapat perhatian dari
kalangan pendidik adalah model Problem Based Learning (PBL). Model ini dinilai relevan
dengan tuntutan masyarakat yang sedang berubah, masyarakat yang kreatif dan inovatif, serta
masyarakat modern yang kompetitif. Disebut kreatif karena dapat berkembang sesuai dengan
situasi dan kondisi serta tantangan yang dihadapi oleh peserta didik. Masalah yang diberikan
dalam model ini adalah masalah yang aktual, ril di lingkungannya dan siswa diberi
kesempatan untuk memecahkannya. Meski demikian masalah itu tetap dalamkerangka
kurikulum dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) disebut pembelajaran inovatif sebab dianggap baru dan berbeda
dengan model pembelajaran sebelumnya yang konservatif, konvensional, dan semuanya
berbasis guru. Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran konvensional selalu berasumsi
bahwa pembelajar itu belum memiliki apa apa, ibarat botol, isinya belum ada sehingga
mereka harus diisi dan diberi macam-macam minuman, terserah minuman apa yang guru
anggap cocok dengan peserta didiknya. Karena itulah pembelajaran konvensional selalu
menjadikan peserta didiknya sebagai subjek belaka Model pembelajaran berbasis masalah
mengubah asumsi peserta didik sebagai subjek yang tidak memilki apa-apa menjadi objek
yang dapat dijadikan mitra, kontributor dan memberi inspirasi bagi keberlangsungan
pembelajaran.
Oleh sebab itu, pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah inovasi pembelajaran
dari konvensional ke pembelajaran modern yang demokratis. Problem based learning sangat
tepat diberikan kepada peserta didik di semua jurusan,namun lebih baik lagi kalau pendidikan
vokasi yang menuntut memiliki keahlian dan kompetensi yang kuat, sebab pendidikan vokasi
orientasinya pada pengembangan psikomotrik yang menuntut banyak praktik dibanding
dengan teori dan model pembelajaran berbasis masalah relevan dengan itu sebab siswa diberi
masalah dan diberi kebebasan untuk memecahkannya. Dengan demikian model ini
diharapkanakan melahirkan jiwa kemandirian, terbiasa memecahkan masalah dan
mempunyai mental kompetisi yang kuat. Dan dengan begitu model ini relevan dengan
pendidikan vokasi yang akan melahirkan entrepreneur yang tangguh dikemudian
hari.Persoalannya kemudian adalah ketersediaan dan kesiapan guru melaksanakan model ini,
sebab disadari benar bahwa peran guru dalam hal ini sangat besar, meski model ini dianggap
mereduksi peran guru, akan tetapi guru tetap menjadi penuntun dan pengendali dalam
pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan
mengenai model pembelajaran ini, dan dalam rangkaitulah buku penuntun/pedoman model
ini lahir, agar para guru benar-benar bisa melaksanakan dengan baik dan tujuan pembelajaran
bisa tercapai dengan baik. ( Dr.syamshidah ,M.Pd & Dr.Hamidah Suryani ,M.Pd 2018:3-4)
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kesulitan dalam mengenal huruf

Siswa mungkin mengalami kesulitan dalam mengenal huruf karena berbagai


faktor. Salah satunya adalah kurangnya stimulasi visual di lingkungan sekitar, seperti
kurangnya buku atau materi bacaan yang menarik. Sumber kesulitan juga bisa berasal
dari metode pengajaran yang tidak sesuai, seperti kurangnya aktivitas interaktif atau
penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik perhatian.
Selain itu, perbedaan gaya belajar antar siswa juga dapat memengaruhi
kemampuan mereka dalam mengenal huruf. Beberapa siswa mungkin lebih responsif
terhadap pendekatan visual, sementara yang lain dapat lebih baik memahami melalui
pendengaran atau pengalaman langsung.Ketidakmampuan siswa untuk mengenal
huruf juga dapat terkait dengan perkembangan kognitif dan motorik mereka.
Misalnya, beberapa anak mungkin mengalami keterlambatan dalam pengembangan
koordinasi mata-tangan yang diperlukan untuk menulis huruf dengan benar.
Penting bagi pendidik dan orang tua untuk memahami sumber kesulitan
tersebut dan menyediakan lingkungan belajar yang mendukung. Kombinasi
pendekatan yang beragam, penggunaan materi yang menarik, serta pengakuan
terhadap gaya belajar individu dapat membantu siswa mengatasi kesulitan mereka
dalam mengenal huruf.
B. Kurangnya minat latihan dan pengulangan membaca
Ada beberapa hal yang menghambat kecepatan dan rendahnya kemampuan
membaca dan menulis bagi seorang siswa. Bentuk hambatan ini sebagian ada yang
disadari, namun sering kali tidak disadari oleh pemiliknya. Berikut ini adalah
hambatan-hambatan tersebut.
1. Sulit konsentrasi
Kesulitan konsentrasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya kelelahan fisik dan mental, bosan, atau banyak hal lain yang sedang
dipikirkan. Konsentrasi juga dapat terganggu dengan adanya hal-hal yang
dapat mengalihkan perhatian, seperti suara musik yang keras, TV yang
menyala, orang yang lalu lalang, dan sebagainya.30Kesulitan konsentrasi
membuat pikiran melayang kemana dan huruf-huruf yang dibaca pun ikut
menguap terbang. Dalam membaca, konsentrasi sangat penting, karena
menentukan kemampuan menangkap dan memahami isi bacaan. Oleh karena
itu, ketika mulai membaca, pembaca perlu mengatasi faktor-faktor yang
menyebabkan sulit berkonsentrasi.
2. Rendahnya motivasi
Hambatan berikutnya dalam membaca adalah rendahnya motivasi.
Gangguan ini terutama dialami mahasiswa ketika harus membaca tekt book
tebal yang tidak disukai. Rendahnya motivasi ketika pembaca hendak
membaca suatu buku, tapi tidak terlalu tahu buku tersebut tentang apa.
Sehingga, pembaca akan cenderung membaca sekadarnya saja dan tidak
terlalu berminat untuk membaca dengan pemahaman yang baik. 31Motivasi
menjadi pendukung konsentrasi dan saling membantu dalam menciptakan
pemahaman yang utuh, baik secara nalar maupun emosional. Jika pembaca
memiliki otak yang cemerlang dan konsentrasi yang tinggi, mungkin
pembaca bisa memahami materi dengan mudah. Akan tetapi, motivasilah yang
membantu seorang pembaca untuk mempertahankan pemahaman tersebut
dalam jangka panjang, karena motivasi melibatkan emosi dan keinginan untuk
menikmati suatu bahan bacaan.
3. Khawatir tidak bisa memahami bahan bacaan
Rasa khawatir paling sering muncul ketika seseorang membaca buku
pelajaran, terutama pada saat menjelang ujian. Ada perasaan-perasaan, seperti
waktunya sangat terbatas, kurang memiliki pengetahuan, soal yang ditanyakan
mungkin akan sangat beragam dan pembaca harus menguasai satu buku
secara penuh untuk memahaminya, dan sebagainya. Semua kekhawatiran ini
akan mengganggu kecepatan membaca maupun pemahaman orang tersebut.
4. Kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca
Kebiasaan buruk dalam membaca jika dipelihara akan membuat
kecepatan membaca akan terganggu.

Berikut ini adalah beberapa kebiasaan buruk yang lazim dimiliki orang :

a. Vokalisasi
Hal ini dilakukan dengan cara melafalkan apa yang kita baca. Dengan
demikian, kecepatan membaca akan samadengan kecepatan berbicara.
b. Subvokalisasi
Ada orang membaca tanpa suara di bibir, tapi di hati. Dengan cara ini,
dampaknya kurang lebih sama dengan vokalisasi, yakni kecepatan membaca
sama dengan kecepatan berbicara.
c. Gerakan bibir
Ada juga orang yang membaca tanpa bersuara, tapi bibir seperti orang
berbicara dan melafalkan sesuatu. Kebiasaan ini berakibat sama dengan dua
kebiasaan buruk di atas.
d. Gerakan kepala
Banyak orang ketika membaca kepalanya ikut bergerak mengikuti kata
demi kata dalam bahan bacaan, sehingga kepala bergerak secara teratur dari
kiri ke kanan, lalu kembali lagi ke kiri, dan seterusnya. Kebiasaan ini akan
menghambat kecepatan baca karena pergerakan kepala sebenarnya kalah jauh
dengan pergerakan mata.

e. Regresi (pengulangan ke belakang)


Seorang pembaca yang membaca suatu kalimat atau paragraf,
kemudian tidak yakin dengan isinya atau merasa kurang paham, lalu pembaca
balik lagi dan mengulangkalimat atau paragraf tersebut maka akan banyak
waktu yang terbuang.Dapat disimpukan yaitu terdapat berbagai hambatan
yang menyebabkan kurangnya minat membaca seseorang dan orangtua sangat
berperan penting dalam memotivasi anaknya agar minat membaca pada
anaknya tersebut dapat tumbuh. Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan minat membaca menurut Hasyim adalah agar tiap keluarga
memiliki perpustakaan keluarga, sehingga perpustakaan bisa dijadikan tempat
yang menyenangkan ketika berkumpul bersama, sedangkan di tingkat sekolah,
rendahnya minat membaca anak-anak bisa diatasi dengan perbaikan
perpustakaan sekolah, guru, dosen maupun pustakawan sekolah sebagai tenaga
kependidikan, harus mengubah mekanisme proses pembelajaran menuju
membaca sebagai suatu sistem belajar sepanjang hayat. Setiap guru, dosen
dalam semua bahan kajian harus dapat memainkan perannya sebagai
motivator agar para peserta didik bergairah untuk banyak membaca buku-buku
penunjang kurikulum pada bahan kajian masing-masing. Misalnya, dengan
memberi tugas rumah setiap kali selesai pertemuan dalam proses
pembelajaran. Dengan sistem reading drill secara kontinyu maka membaca
akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam belajar.

C. Gangguan perhatian dan hiperaktif membaca

Hambatan pada anak dengan kesulitan belajar khusus termasuk kondisi-


kondisi seperti, gangguan persepsi, kerusakan otak, MBD (Minimal Brain
Dysfunction), kesulitan membaca (dyslexia), dan gangguan dalam memahami kata-
kata (developmental aphasia). Batasan ini tidak mencakup anak-anak yang
mengalami hambatan belajar akibat dari kecacatan visual, pendengaran atau motorik,
keterbelakangan mental, gangguan emosional, atau deprivasi/ kurangnya stimulasi
dari lingkungan (Hallahan & Kauffman, dalam Mangunsong, 2009).

Anak dengan kesulitan belajar, memiliki beberapa hambatan, di antaranya:

1. Keterampilan Dasar.
Anak dengan kesulitan belajar biasanya memiliki gangguan dalam proses
mem-pelajari nama warna atau huruf, tidak memiliki pemahaman yang kuat
hubungan antara huruf dengan suara, buruk pada tugas yang berhubungan
dengan bunyi, memiliki masalah dalam mengingat fakta dasar matematika.

2. Membaca.
Anak-anak ini memiliki kekurangan dalam jumlah perbendaharaan kata
dibandingkan anak seusianya, membaca dengan suara keras kurang lancar
atau terbata-bata, memiliki masalah yang berkelanjutan atau terus menerus
untuk mendeskripsikan sesuatu, tidak mengerti apa yang dibaca, pemahaman
membaca bermasalah karena masalah pemahaman uraian kata, sering
membalik-balikan kata, kemampuan membaca tidak sesuai dengan
kecerdasan yang tampak dan kosakata yang dimilikinya, sering mengganti
kata-kata yang mirip secara visual (misalnya ini untuk itu), lambat tingkat
membacanya dibandingkan anak lain seusianya, kata-kata yang terpecah
ketika membaca, menambahkan kata saat membaca, terus bergantung pada
jari menunjuk saat membaca (untuk siswa yang lebih tua), terus bergerak
bibirnya saat membaca (untuk siswa yang lebih tua).

3. Menulis.
Dalam hal menulis, anak-anak ini membuat pembalikan huruf dan diulang-
ulang (setelah 9 tahun), sering melakukan kesalahan dalam ejaan termasuk
penghilangan konsonan, kesalahan urutan suku kata (misalnya manbi untuk
mandi), menulis lambat atau dengan susah payah, membuat pembalikan
nomor.
4. Bahasa Lisan.
Anak-anak ini memiliki kesulitan menemukan kata yang tepat, mengingat
urutan verbal (misalnya nomor telepon, arah, bulan tahun), memiliki kosakata
yang terbatas.

5. Perilku.

Anak-anak ini tidak suka membaca atau menghindarinya, memiliki masalah


perilaku waktu selama atau sebelum kegiatan membaca dengan membaca
signifikan, menolak untuk melakukan pekerjaan rumah yang membutuhkan
bacaan, tampaknya hanya melihat gambar-gambar di buku cerita dan
mengabaikan teks.

Anak berkesulitan belajar dilihat dari spesifikasinya juga dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kesulitan belajar praakademik dan akademik. Kesulitan belajar yang
tergolong praakademik meliputi:
a. Gangguan motorik dan persepsi, yang mencakup gangguan pada motorik
kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus.

b. Gangguan persepsi meliputi persepsi penglihatan atau persepsi visual, persepsi


pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi heptik (raba dan gerak atau taktil
dan kinestik), dan inteligensi sistem persepsi. Jenis gangguan ini perlu
penanganan secara sistematis karena pengaruhnya terhadap per-kembangan
kognitif yang besar yang bermuara pada terhambatnya prestasi akademik yang
dicapai anak.

c. Dispraksia atau sering disebut dengan istilah clumsy merupakan keadaan


akibat adanya gangguan dalam inteligensi auditori-motor. Anak tidak mampu
melaksanakan gerakan bagian dari tubuh dengan benar malaupun tidak ada
kelumpuhan anggota tubuh. Manifestasi dispraksia dapat berbentuk disfasia
verbal (bicara) dan non verbal (menulis, bahasa isyarat, dan pantomime).

Ada beberapa jenis dispraksia, yaitu:

1) Dispraksia ideomotoris, yang ditandai oleh kurangnya kemampuan dalam


melakukan gerakan praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi,
atau menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan kurang
luwes. Dispraksia ini merupakan kendala bagi perkembangan bicara.

2) Dispraksia ideosional, yang ditandai oleh adanya kemampuan anak melakukan


gerakan kompleks tetapi tidak mampu menyelesaikan secara keseluruhan,
terutama untuk kondisi lingkungan yang tidak tenang. Kesulitannya terletak
pada urutan gerakan, anak sering bingung mengalami suatu aktivitas, seperti
mengikuti irama musik.

3) Dispraksia konstruksionalyang ditandai oleh konsisi anak yang mengalami


kesulitan dalam gerakan-gerakan kompleks yang berkaitan dengan bentuk,
seperti menyusun balok dan menggambar. Kondisi seperti ini akan
mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis.
4) Dispraksia oral, yang diidentikkan dengan kesulitan anak yang mengalami
gangguan per-kembangan bahasa yang disebabkan oleh adanya gangguan
dalam konsep gerakan motorik di dalam mulut. Anak tampak kurang mampu
menirukan gerakan seperti menjulurkan dan menggerakan lidah,
mengembungkan pipi.

Definisi Kesulitan Belajar Khusus:

1. menurut IDEA atau Individualswith Disabilities Education Act Amandements


yang dibuat pada tahun 1997 dan ditinjau kembali pada tahun 2004: secara
umum, anak dengan kesulitan belajar khusus adalah, anak-anak yang
mengalami hambatan/penyimpangan pada satu atau lebih proses-proses
psikologis dasar yang mencakup pengertian atau penggunaan bahasa baik
lisan maupun tulisan. Hambatannya dapat berupa ketidakmampuan
mendengar, berpikir, berbicara, membaca,menulis, mengeja atau berhitung.

2. NJCLD (the National Joint Committe on Learning Disabilities) memaparkan


definisi kesulitan belajar sebagai suatu terminologi umum yang dikaitkan
pada sekelompok penyimpangan heterogen, ditunjukkan dengan kesulitan
nyata dalam penguasaan dan penggunaan dari aktivitas mendengar, berbicara,
membaca, menulis, berpikir, atau kemampuan matematik

3. Penyimpangan-penyimpangan ini bersifat intrinsik pada individu,


diperkirakan karena ter-ganggunya fungsi sistem syaraf pusat, dan bisa terjadi
sepanjang kehidupan. Masalah dalam perilaku regulasi diri, persepsi sosial
dan interaksi sosial dapat muncul pada kesukaran belajar, tetapi tidak
merupakan sumber utama dari kesukaran belajar. Walaupun kesukaran
belajar bisa terjadi bersamaan dengan kondisi kecacatan lain (seperti,
kerusakan sensoris, retardasi mental, gangguan emosional serius) atau karena
pengaruh ekstrinsik (seperti perbedaan budaya, instruksi yang kurang
memadai atau kurang tepat), ini bukanlah akibat dari kondisi-kondisi atau
pengaruh-pengaruh tersebut (Mangunsong, 2009).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesulitan membaca pada siswa umumnya dapat disebabkan oleh berbagai


faktor, seperti kurangnya pemahaman fonem, masalah penglihatan, atau kekurangan
latihan membaca. Sementara itu, gangguan hiperaktif pada siswa dapat memengaruhi
konsentrasi mereka, menghambat kemampuan untuk fokus pada aktivitas membaca.
Pentingnya mendeteksi dan mengatasi faktor-faktor ini secara dini untuk mendukung
perkembangan literasi dan belajar siswa.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya uraikan. saya menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya
kesempurnaan itu milik Allah dan kekurangan bagian dari kita. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermafaat dan menambah referensi pengetahuan
kita. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Elvi susanti, M.Pd. (2019), keterampila berbicara, jakarta.PT Grafindo persada


Elina Syarif, Zulkarnaini &Sumarmo. (2009). Pembelajaran menulis. Jakarta.
Hanum Hanifa Sukma, M.Pd.&M. Fakhrur Saifudin, M.Pd. (2021). keterampilan menyimak
dan berbicara.jakarta: penerbit, k-media.
Ria Kristia Fatmasari, M.Pd.&Husniyatul Fitriyah, M.Pd.(2018). keterampilan membaca.
Jakarta.
https://books.google.com/books/about/Kiat_Jitu_Anak_Gemar_Baca_Tulis.html?
hl=id&id=LDBIDwAAQBAJ#v=onepage&q=buku%20pendekatan%20genre
%20membaca&f=false.
https://books.google.com/books/about/Bahasa_dan_Sastra_Indonesia_SD_Berorient.html?
hl=id&id=BtKREAAAQBAJ#v=onepage&q=buku%20pedagogi%20genre&f=false
Maesaroh, RadenSahabatku Indonesia (2017), bahan diplomasi bahasa Indonesia bagi
penutur bahasaInggris. Level BIPA 1/Raden Maisaroh dan Ellis R., Artyana.; Sri
Nurasiawati(Penyunting). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Dr.muamar , M.Pd , membaca permulaan di sekolah dasar. sanabil (2020).
NADIA MAYANGSARI,(2022). FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PEMBELAJARAN
MEMBACA PERMULAAN ANAK KELAS I DI SD NEGERI 41 KOTA
BENGKULU.
Dini ratri desinigrum, ( 2016 ). Psikologi anak berkebutuhan khusus , yogjakart.

Anda mungkin juga menyukai