Anda di halaman 1dari 13

MAMPU MENJELASKAN PENAMAAN DAN PENDEFINISIAN

DALAM SEMANTIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

RIZKY SYAPUTRA (2021020)

ISTIYAH YULIANISAH (2021062)

RINA AGUSTINA (2021066)

DOSEN PENGAMPU : Juwati, M.Pd.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI (UNPARI)

LUBUKLINGGAU

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
ibu Juwati, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah “SEMANTIK BAHASA
INDONESIA”. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................1
C. TUJUAN..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
PENAMAAN DAN PENDEFINISIAN

BAB III PENUTUP...........................................................................................................13


SIMPULAN
DAFTAR PUSTAK

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai alat komunikasi verbal bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang
bersifat arbitrer. Maksudnya, tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang
menandai yang berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu
referen dari kata atau leksem tersebut. Oleh karena itu, misalnya, kita tidak dapat
menjelaskan mengapa unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan
dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina
berkotek disebut dalam bahasa Indonesia dengan nama (ayam) dan buka nama lain, misal
(maya), atau (amya). Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang
dilamangkannya itu, tentu orang Sunda tidak akan menyembutnya (hayam), orang Arab
menyebutnya (Dajajah). Tentu mereka semua akan menyebutnya juga (ayam), sama
dengan orang Indonesia.

Plato menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan
makna adalah objek yang diahayati di dalam dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau
sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atas kata-kata
itu tidak lain dari pada nama atau label yang dilapangkannya, mungkin berupa konsep,
aktifitas, atau peristiwa,

Penamaan dan pendefinisian adalah dua proses perlambangan suatu konsep untuk
mengacu kepada suatu referen yang berada yang di luar bahasa. Kedua proses itu
walaupun banyak kesamaannya tapi juga banyak perbedaannya. Pertanyaannya, apa
sebenanya yang dimaksud penamaan? Apa itu pendefinisian? Apa persamaan dan
perbedaan di antara keduanya?

Pada makalah ini kami akan coba menjawab pertanyaan-pertanyaannya itu lewat
pembahasan berikut. Semoga usaha ini beroleh kebermanfaatan, bagi pembaca umumnya
dan bagi penyusun pada khususnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penamaan dan sebab apa saja yang melatarbelakangi terjadi penamaa tersebut?
2. Apa itu pendefinisian dan bagaiman cara membuat definisi itu?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud penamaan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengistilahan
3. Untuk memahami apa yang dimaksud pendefinisian

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penamaan dan Pendefinisian


1. Penamaan
Penamaan dan pendefinisian adalah dua buah proses pelambangan suatu konsep untuk
mengacu kepada sesuatu referen yang berada di luar bahasa. Penamaan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara, perbuatan menamakan. Sementara
oleh Kridalaksana diartikan (1993), sebagai proses pencarian lambang bahasa untuk
menggambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya; biasanya dengan memanfaatkan
perbendaharaan yang ada; antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang
mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda, aktivitas, dan
peristiwa di dunia. Anak-anak mendapat kata-kata dengan cara belajar, dan menirukan
bunyi-bunyi yang mereka dengar untuk pertama kalinya. Nama-nama itu muncul akibat
dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam, alam sekitar manusia berjenis-
jenis.
Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa
sebagai lambang, misalnya kata dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya
bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Oleh karena
itu, misalnya, kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang berkaki dua, bersayap
dan berbulu, dan biasanya dapat terbang disebut dalam bahasa Indonesia dengan nama
(burung) dan buka nama lain, misal (ngurub), atau (bungur). Lagi pula andaikata ada
hubungannya antara lambang dengan yang dilamangkannya itu, tentu orang Inggris
tidak akan menyembutnya (bird), orang Arab menyebutnya (Thoir). Tentu mereka
semua akan menyebutnya juga (burung), sama dengan orang Indonesia.
Plato di dalam suatu percakapan yang berjudul “cratylos” menyatakan bahwa
lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang
dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang
itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain
daripada nama atau label yang dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep,
aktivitas, atau peristiwa.

6
Aristoteles menyatakan bahwa pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian
belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa.
a. Peniruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan
bunyi. Maksudnya nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi
dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya,
binatang sejenis reptil kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya
“cak, cak, cak-,”. Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya
“tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk nama untuk anjing,
menurut bahasa kanak-kanak adalah karena bunyinya begitu. Kata-kata yang
dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini sebenarnya juga tidak persis
sama, hanya mirip saja, karena benda atau binatang yang mengeluarken bunyi itu
tidak mempunyai alat fisiologis seperti manusia dan karena sister fonologi setiap
bahasa tidak sama. Itulah sebabnya barangkali mengapa orang sunda menirukan
kokok ayam jantan sebagai (kongkorongok), orang melayu Jakarta sebagai
(kukuruyuk), sedangkan orang Belanda sebagai (kukeleku).
b. Penyebutan Bagian
Dalam bidang kesusastraan ada istilah pars prototo yaitu gaya bahasa yang
menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah
keseluruhannya. Misalnya kata kepala pada kalimat ‘setiap kepala menerima
bantuan seribu rupiah’, bukanlah dalam arti “kepala” itu saja, melainkan seluruh
orangnya sebagai satu kesatuan.
Penamaan sesuatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu biasanya
berdasarkan ciri yang khas atau yang menonjol dari benda itu dan yang sudah
diketahui umum. Misalnya pada tahun enam puluhan kalau ada orang yang
mengatakan “ingin membeli rumah tetapi tidak ada Sudirmannya” maka dengan kata
Sudirman yang dimaksudkan adalah uang karena pada waktu itu uang bergambar
almarhum Jenderal Sudirman. Sekarang mungkin dikatakan orang tidak ada
Soekarno-Hatanya sebab uang kertas sekarang bergambar Soekarno-Hata (lembar
seratus ribu).
Kebalikan dari pars prototo adalah gaya retorika yang disebut totem proparte
yaitu menyebut keseluruhan untuk sebagian. Misalnya kalau dikatakan “Indonesia
memenangkan medali perak di Olimpiade”, yang dimaksud hanyalah tiga orang atlet

7
panahan putra. Begitu juga kalau dikatakan semua perguruan tinggi ikut dalam
lomba baca puisi, padahal yang dimaksud hanyalah peserta-peserta lomba dari
perguruan tinggi tersebut.
c. Penyebutan Sifat Khas
Hampir sama dengan pars prototo yang dibicarakan di atas adalah penanaman
sesuatu benda berdasarkan sifat khas yang ada pada benda itu. Di sini terjadi
perkembangan yaitu berupa cirri makna yang disebut dengan  kata sifat itu
mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga
akhirnya, kata sifat itulah yang menjadi nama bendanya. Umpamanya, orang yang
sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. Anak yang tidak dapat tumbuh
menjadi besar, tetap  saja kecil, disebut si kerdil; yang kulitnya hitam disebut si
hitam; dan yang kepalanya botak disebut si botak.
d. Penemu dan Pembuat
Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan
nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah.
Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah appelativa.
Nama benda yang berasal dari nama orang, antara lain, mujahir atau mujair yaitu
sejenis ikan laut tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang yang
bernama mujair di Kediri, Jawa Timur. Contoh lain nama, Volt nama satuan
kekuatan aliran listri yang diturukan dari nam penciptanya yaitu Volta (1745-1787)
seorang sarjana fisika dari Italia. Selanjutnya dalam dunia ilmu pengetahuan kita
kenal juga nama dalil , kaidah, atau aturan yang didasarkan pada nama ahli yang
mmebuatnya. Misalnya, dalil arkhimides, hukum kepler, hukum var der Tunk, dan
sebagainya.
Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang kemudian menjadi nama benda
hasil produksi seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit perut, miwon bumbu
masak dan sebagainya.
Dari peristiwa sejarah banyak kita dapati nama orang atau nama kejadian menjadi
kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara, laksamana, dan sebagainya. Kata
Lloyd  seperti yang terdapat pada nama persahaan pelayaran seperti Djakarta Lloyd
dan Rotterdamse Lloyd di turunkan dari nama seorang pengusaha warung kopi di
kota London pada abad XVII, yaitu Edward Lloyd.

8
Warung kopi itu banyak dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan. Maka
itulah namanya dipakai sebagai atribut perusahaan pelayaran yang searti dengan kata
kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan pelayaran.

e. Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda
tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari,
yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di Afrika dan sebagainya.
Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat
penemunya seperti piagam kota kapur, prasasti. Kedudukan bukit, piagam telaga
batu dan piagam Jakarta.  Selain itu banyak juga kata kerja yang dbentuk dari nama
tempat misalnya, didigulkan yang berarti dibuang ke digul di irian jaya;
dinusakambangankan yang berarti dibawa atau dipenjarakn di pulau nusakambangan
dan sebagainya.
f. Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama pokok benda itu.
Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serta tumbuh-tumbuhan yang
dalam bahasa latinnya Corchorus capsularis, disebut jyga goni atau guni. Jadi, kalau
dikatakan membeli beras dua goni, maksudnya membeli beras dua karung.
Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu bahan-bahan lain yang dibuat dari
kaca disebut juga kaca seperti kaca mata, kaca jendela, kaca spion, dan kaca mobil.
Begitu juga bambu runcing adalah nama senjata yang digunakan rakyat indonesia
dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya
diruncingi sampai tajam. Maka disini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama
alat senjata itu.
g. Keserupaan
Dalam praktik berbahasa  banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya
kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau
diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Misalnya kata kaki ada frase
kaki meja, kaki gunung, dan kaki kursi. Disini kata kaki mempunyai kesamaan
makna dengan salah satu ciri makna dari kata kaki itu yaitu, “alat penopang
berdirinya tubuh” pada frase kaki meja dan kaki kursi, dan ciri “terletak pada bagian
bawah” pada frase kaki gunung.

9
Dalam pemakaian bahasa sekarang banyak nama benda yang dibuat berdasarkan
kesamaan sifat atau ciri dari makna leksikal dari kata itu. Misalnya kata raja frase
raja kumis, raja minyak, raja kayu lapis, raja jalanan, raja dangdut dan raja
bandel.raja adalah orang yang paling berkuasa atau yang paling tingi kedudukannya
di negaranya. Maka raja kumis diartikan sebagai “orang yang memiliki kumis palig
hebat”.
Sifat metaforis dari kata-kata itu tampaknya sudah luntur karena kata-kata itu
telah menjadi istilah umum dalam pemakaian bahasa sehari-hari.
h. Pemendekan
Dalam perkembangan bahasan terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa
indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau
suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Kata-kata yang
tebentuk sebagai hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Kata-kata yang
berupa akronim ini dapati hampir semua bidang kegiatan. Misalnya, abri yang
berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, KONI yang berasal dari
Komite Olahraga Nasional Indonesia, rudal berasal dari peluru kendali, lemhanas
berasal dari lembaga pertahanan naisonal.
Suatu gejala yang bersifat humor dan tidak perlu ditanggapi secara serius dewasa
ini adalah adanya dikalangan remaja  di kota-kota besar (terutama Jakarta) untuk
memberi kepanjangan atau menafsirkan lain dari akronim atau singkatan itu.
Misalnya, ASMI yang ditafsirkan sebagai kependekan dari Akademi Santapan
Manajer Indonesia (padahal sebenarnya Akademi Sekertaris Manajemen Indonesia),
Tekab ditafsirkan sebagai kependekan dari tekanan bati (padahal sebenarnya team
khusus anti banditisme). Malah banyak pula kata biasa yang diperlukan sebagai
akronim dan diberi tafsiran yang bukan-bukan, seperti benci yang ditafsirkan
sebagai benar-benar cinta; apik yang ditafsirkan sebagai kependekan dari agak
pikun; pilot yang ditafsirkan sebagai kpendekan dari papi kolot, dan sebagainya.
i. Penamaan Baru
Penamaan baru ialah kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan
kata atau istilah yang sudah ada diganti dengan kata-kata baru atau sebutan baru, ini
terjadi karena kata-kata lama dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang ilmiah
dan kurang halus.

Contoh penamaan baru atau penggantian kata :

10
Kata turisme menjadi pariwisata.
Kata piknik menjadi darma wisata.
Kata onderdil menjadi suku cadang.
Kata-kata turisme,piknik dan onderdil diganti karena dianggap tidak bersifat
nasional, karena itu diganti dengan yang bersifat nasional.

Kata bui/penjara menjadi lembaga pemasyarakatan.


Kata demonstrasi menjadi unjuk rasa.
Kata-kata bui dan demonstrasi diganti karena konsepnya memang dianggap
berbeda.
Kata gelandangan menjadi tuna wisma
Kata pelacur menjadi tuna susila
Kata buta huruf menjadi tuna aksara
Kata-kata gelandangan, pelacur, buta huruf diganti karena kuarang halus dan
sopan.
2. Pendefinisian
Pengertian pendefinisian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk
mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa
dan sebagainya.
Ada empat (4) macam pendefinisian
a. Definisi sinonimis (sinonim), ialah definisi yang paling rendah tingkat kejelasannya
karena hanya berputar balik, misalkan kata ayah didefinisikan  dengan kata bapa,
kata tinta dengan kata air.
b. Definisi formal ialah konsep atau ide yang akan didefinisikan itu disebut dulu ciri
umumnya lalu ke cirri khususnya. 
Misalkan  konsep (bus)-ciri umum (kendaraan umum)-ciri khusus (dapat memuat
banyak penumpang). Dapat di definisikan menjadi : bus adalah kendaraan umum
yang dapat memuat penumpang.
c. Definisi logis ialah mendefinisikan secara tegas objek, ide atau konsep dengan
sedemikian rupa, sehingga objek tersebut berbeda secara nyata dengan objek-objek
yang lain, dan lebih luas dari definisi formal.
Contoh : Air adalah zat cair yang jatuh dari awan sebagai hujan, mengaliri sungai,
menggenagi danau dan lautan, meliputi dua pertiga bagian dari permukaan bumi,

11
merupakan unsure pokok dari kehidupan, tidak berbau, tanpa rasa, tanpa warna
namun tampak kebiru-biruan pada lapisan yang tebal, membeku pada suhu nol drajat
celcius dan mendidih pada suhu 100 drajat celcius, mempunyai brat jenis maksimum
4 drajat celcius.
d. Definisi ensiklopedis ialah definisi yang lebih luas lagi dari definisi logis sebab
definisi ensiklopedis menerangkan secara lengkap dan jelas serta cermat akan segala
sesuatu yang berkitan dengan konsep/ide.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara,
perbuatan menamakan. Sementara oleh Kridalaksana diartikan (1993), sebagai proses
pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya;
biasanya dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada; antara lain dengan perubahan-
perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
Sebab-sebab dan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya penamaan
antara lain ; peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat khas, penemu dan
pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan, penamaan baru.
Istilah dalam KBBI berarti :  1 kata atau gabungan kata yang dengan cermat meng-
ungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yg khas dalam bidang
tertentu; 2 sebutan; nama: janda muda disebut dengsn – “janda kembang”; 3 kata atau
ungkapan khusus, Sedangkan pengistilahan berarti proses, cara, perbuatan mengistilahkan.
Definisi adalah kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan,
atau iri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas; batasan (arti); 2 rumusan tentang
ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yg menjadi pokok pembicaraan atau studi;

Pengertian pendefinisian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk


mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa
dan sebagainya.

Ada empat (4) macam pendefinisian, yakni :  definisi sinonimis, definisi formal, definisi
logis, definisi ensiklopedis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

https://bangpek-kuliahsastra.blogspot.com/2013/08/semantik-penamaan-dan-
pendefinisian.html#:~:text=2.1.1%20Peniruan%20Bunyi&text=Maksudnya%20nama
%2Dnama%20benda%20atau,cak%2C%20cak%2D%2C%E2%80%9D.

13

Anda mungkin juga menyukai