Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Simbol-simbol (S. I.
Hayakawa)” dan “Bagaimana membaca Bahasa tubuh (Flora Davis)”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II RINGKASAN MATERI DARI SUMBER UTAMA..................................................4
a. Bahasa sebagai symbol........................................................................................4
b. Kesalahkaprahan menanggapi drama..................................................................5
c. Kata bukanlah hal.................................................................................................7
d. Peta dan wilayah..................................................................................................8
e. Bagaimana membaca Bahasa tubuh (Flora Davis)..............................................9
BAB III PEMBAHASAN DARI SUMBER LAIN..............................................................11
a. Bahasa sebagai symbol......................................................................................11
b. Kesalahkaprahan Menanggapi Drama...............................................................12
c. Kata bukanlah hal...............................................................................................13
d. Peta dan wilayah................................................................................................14
e. Membaca Bahasa Tubuh (Buku Komunikasi Antarbudaya karya Zahrotus
Sa'idah)......................................................................................................................16
BAB IV IMPLIKASI........................................................................................................17
a. Bahasa sebagai simbol.......................................................................................17
b. Kesalahpahaman menanggapi drama................................................................18
c. Kata bukanlah hal...............................................................................................19
d. Peta dan wilayah................................................................................................19
e. Membaca Bahasa Tubuh....................................................................................20
BAB V PENUTUP.........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
Buku "Language in Thought and Action" karya S.I. Hayakawa adalah salah satu
karya penting dalam bidang linguistik yang membahas tentang peran simbol dalam
bahasa dan pemikiran manusia. Buku ini membahas mengenai cara manusia
menggunakan simbol untuk merepresentasikan konsep dan ide-ide abstrak.
Dalam buku ini, Hayakawa mengidentifikasi berbagai macam simbol seperti kata-kata,
gambar, angka, dan simbol matematika. Dia menunjukkan bagaimana simbol-simbol ini
digunakan untuk mengkomunikasikan makna dan ide-ide kompleks dan seringkali
abstrak. Hayakawa juga membahas tentang bagaimana simbol dapat mempengaruhi cara
kita berpikir dan bertindak.
Di sisi lain, buku "Reading Between the Lines" karya Flora Davis membahas
tentang bagaimana membaca bahasa tubuh dan mengartikan pesan-pesan nonverbal
yang terkandung dalam komunikasi manusia. Buku ini membahas tentang berbagai
tanda nonverbal seperti gerakan tangan, mimik wajah, postur tubuh, dan intonasi suara.
Davis menunjukkan bagaimana pesan nonverbal dapat memberikan informasi
yang sama pentingnya dengan pesan verbal dan bahkan dapat mengungkapkan perasaan
dan emosi yang lebih jelas. Dia juga membahas tentang cara kita dapat membaca bahasa
tubuh untuk meningkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang lain.
Kedua buku ini memberikan pandangan yang berbeda namun saling melengkapi
mengenai bagaimana manusia menggunakan simbol dan bahasa tubuh untuk
mengkomunikasikan makna dan pesan. Membaca dan memahami simbol serta bahasa
tubuh dapat membantu kita dalam memahami diri sendiri dan orang lain, serta
meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial kita.
3
BAB II
RINGKASAN MATERI DARI SUMBER UTAMA
4
yang digunakan oleh manusia untuk mengkomunikasikan makna dan informasi
antara satu dengan yang lain.
Dalam konteks komunikasi antarbudaya, bahasa menjadi penting karena
perbedaan bahasa dapat mempengaruhi bagaimana informasi dipahami dan
diterima oleh orang yang berbeda budaya. Selain itu, bahasa juga dapat
mencerminkan nilai, keyakinan, dan pandangan dunia yang berbeda antara
budaya yang berbeda.
Dalam komunikasi antarbudaya, penggunaan bahasa yang tepat dan bermakna
sangat penting. Hal ini meliputi pemilihan kata yang tepat, penggunaan bahasa
tubuh dan intonasi suara yang sesuai, serta penghindaran dari stereotip atau
generalisasi negatif tentang budaya lain.Selain itu, penggunaan bahasa juga
dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam menjalin hubungan
antarbudaya. Misalnya, penggunaan bahasa yang sopan dan menghargai
kebudayaan orang lain dapat membantu membangun kepercayaan dan hubungan
yang harmonis, sementara penggunaan bahasa yang tidak pantas atau kasar
dapat merusak hubungan dan menimbulkan konflik. Dalam kesimpulannya,
bahasa merupakan simbol yang penting dalam komunikasi antarbudaya, yang
dapat mencerminkan perbedaan budaya dan mempengaruhi bagaimana
informasi dipahami dan diterima oleh orang yang berbeda budaya. Oleh karena
itu, penggunaan bahasa yang tepat dan bermakna sangat penting dalam menjalin
hubungan antarbudaya yang harmonis dan saling menghormati.
5
tentang perjuangan seorang wanita untuk mendapatkan hak-haknya di
masyarakat yang patriarkis, penonton dari budaya yang menganggap peran
wanita hanya di rumah tangga mungkin akan merasa tidak nyaman atau bahkan
marah.
Selain itu, bahasa dan gaya komunikasi yang berbeda juga dapat
menyebabkan kesalahpahaman. Penonton yang tidak akrab dengan bahasa dan
budaya yang digunakan dalam drama dapat salah mengartikan pesan yang
disampaikan, terutama jika pesan tersebut menggunakan makna implisit atau
simbolik.
Dalam hal ini, penting bagi penonton dan pembuat drama untuk
memahami budaya satu sama lain dan mengeksplorasi perbedaan-perbedaan
tersebut. Pembuat drama dapat melakukan riset dan konsultasi dengan orang-
orang dari budaya yang berbeda untuk memastikan pesan yang disampaikan
dapat dipahami oleh berbagai kalangan penonton. Sementara itu, penonton dapat
membuka diri dan berusaha memahami konteks dan makna budaya yang
mendasari drama yang ditonton.
Proses simbolik bukan hanya tentang kata-kata. Dalam drama SA
(panggung film, televisi), ada penonton yang tidak sepenuhnya sadar bahwa itu
adalah sandiwara. Serangkaian representasi simbolik fiksi. Seorang aktor adalah
seseorang yang mewakili orang-orang nyata dan fiksi. Di film lama, Fredric
March dengan seorang peminum berat. Nona March melaporkan bahwa dia
menerima banyak surat nasihat dan simpati sesudahnya dari wanita yang
mengatakan bahwa mereka juga menikah dengan orang yang juga seorang
pemabuk sama seperti suaminya.
Ketika Edward G. Robinson, yang berperan sebagai gangster dengan
kemampuan supernatural, mengunjungi Chicago, dilaporkan bahwa seorang
penjahat setempat meneleponnya. Dia berada di hotel sebagai tanda hormat.
Desember Seorang aktor ditembak mati oleh penonton saat berperan sebagai
penjahat dalam adegan menegangkan di teater keliling. Ini hanyalah salah satu
contoh penampil yang buruk. Paul Muni diundang untuk berbicara di American
Bar Association setelah memerankan Clarence Darrow di Inherit the Wind.
6
Setelah memainkan peran Franklin D. Roosevelt di Sunrise at Campobello,
Ralph Bellamy diundang oleh beberapa perguruan tinggi untuk berpartisipasi.
Pidato tentang Roosevelt. Ketika Amerika Serikat "diserbu" oleh "rakyat
Amerika" pada tanggal 30 Oktober 1938, beberapa patriot bergegas ke kantor
perekrutan untuk mempertahankan negaranya. Seorang aktor adalah orang yang
melambangkan orang- orang lain, baik yang nyata ataupun yang imajiner.
Kesimpulannya, kesalahan dalam menanggapi drama dapat terjadi akibat
perbedaan budaya dan gaya komunikasi yang berbeda antara penonton dan
pembuat drama. Untuk menghindari kesalahpahaman, penting bagi penonton
dan pembuat drama untuk memahami budaya satu sama lain dan berusaha
mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.
7
Pencampuran antara simbol-simbol dan hal-hal yang disimbolkan, baik
pada individu maupun masyarakat, adalah masalah serius dalam berbagai
budaya dan berdampak pada masalah kemanusiaan yang berkelanjutan. Namun,
dengan adanya sistem komunikasi modern, masalah ini menjadi lebih mendesak.
Kita terus-menerus dipengaruhi oleh guru-guru, pendeta, penjual, petugas
hubungan masyarakat, lembaga pemerintah, dan film-film. Penjual minuman
dingin, deterjen, dan obat pencahar terus-menerus mengejar kita melalui radio
dan televisi, bahkan di rumah, pesawat elektronik tidak pernah dimatikan
sepanjang hari. Tukang pos membawa iklan cetak untuk kita. Di jalan-jalan,
papan iklan menghalangi kita, dan bahkan kita membawa radio transistor ke
pantai.
Kita hidup dalam lingkungan yang dibentuk dan terutama dipengaruhi
oleh pengaruh semantik yang tidak selaras. Surat kabar dan majalah yang luas
sirkulasinya mencerminkan prasangka dan obsesi aneh dari para penerbit dan
pemiliknya. Program-program radio dan televisi hampir sepenuhnya didominasi
oleh motif komersial. Penasihat hubungan masyarakat merupakan pembayar
dalam seni memanipulasi dan mengarahkan lingkungan semantik kita untuk
kepentingan klien mereka. Ini adalah lingkungan yang penuh dengan
kegairahan, tetapi juga penuh dengan bahaya. Saat ini, pesan-pesan dari agen
iklan, lembaga hubungan masyarakat, radio, televisi, dan surat kabar disebarkan
untuk mempengaruhi keputusan kita dalam kampanye pemilihan, terutama saat
pemilihan presiden.
Oleh karena itu, warga masyarakat modern membutuhkan lebih dari
sekadar "akal sehat" biasa yang didefinisikan sebagai pemahaman sederhana
tentang dunia. Mereka harus menyadari kekuatan dan batasan simbol-simbol,
terutama kata-kata, jika tidak ingin bingung oleh kompleksitas lingkungan
semantik mereka. Prinsip pertama tentang simbol adalah: simbol bukanlah hal
yang disimbolkan; kata bukanlah hal; peta bukanlah wilayah yang dipetakan.
8
d. Peta dan wilayah
9
Pahami konteks budaya: Bahasa tubuh memiliki makna yang berbeda-
beda di setiap budaya. Oleh karena itu, sebelum membaca bahasa tubuh
seseorang, penting untuk memahami konteks budaya dari orang tersebut.
Misalnya, dalam budaya Barat, orang mungkin menyilangkan tangan di dada
sebagai tanda tidak setuju, sedangkan di beberapa budaya Asia, menyilangkan
tangan di dada bisa dianggap sebagai tanda hormat.
10
beda. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks budaya dan tidak
membuat kesimpulan yang salah berdasarkan bahasa tubuh seseorang.
BAB III
PEMBAHASAN DARI SUMBER LAIN
11
tersebut menunjukkan pentingnya bahasa dalam kehidupan kita, terutama dari
perspektif budaya.
12
Selain itu, perbedaan dalam bahasa, ungkapan, atau humor antar budaya
juga dapat menjadi sumber kesalahpahaman. Drama sering kali menggunakan
kata-kata, dialog, atau lelucon yang khas bagi budaya tertentu, dan jika penonton
berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan tidak memahami
konteksnya, mereka mungkin tidak menyadari pesan atau makna sebenarnya
yang ingin disampaikan.
Kesalahpahaman dalam merespons drama antar budaya juga dapat
disebabkan oleh perbedaan persepsi terhadap isu-isu sensitif atau kontroversial.
Drama sering kali mengangkat topik seperti agama, politik, gender, atau
seksualitas, yang memiliki penafsiran dan norma yang berbeda di berbagai
budaya. Ini dapat menyebabkan penafsiran yang beragam dan kesalahpahaman
jika individu atau kelompok tidak dapat memahami sudut pandang yang berbeda
secara kontekstual.
Untuk mengatasi kesalahpahaman dalam merespons drama antar budaya,
penting untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya lain,
menghargai perbedaan, dan berusaha mencari informasi yang akurat sebelum
membuat penilaian atau tanggapan. Komunikasi yang terbuka, dialog yang
terbuka, dan kemauan untuk mempelajari perspektif orang lain juga dapat
membantu mengurangi kesalahpahaman dan mempromosikan pemahaman lintas
budaya yang lebih baik.
13
budaya yang unik. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang budaya lain
dan pemilihan kata yang tepat sangat penting untuk menghindari
kesalahpahaman atau penafsiran yang tidak akurat.
Selain itu, penting juga untuk memahami bahwa kata-kata memiliki
kekuatan dalam membentuk citra dan stereotip budaya tertentu. Pilihan kata
dalam drama, sastra, atau media massa dapat mempengaruhi persepsi dan
representasi suatu budaya. Dalam hal ini, penulis, pengarang, dan pembaca harus
berhati-hati agar tidak menggunakan kata-kata yang memperkuat stereotip atau
prasangka budaya.
Perlu diingat bahwa bahasa dan kata-kata tidak hanya terbatas pada
aspek verbal, tetapi juga mencakup komunikasi nonverbal. Gestur tubuh, mimik
wajah, dan intonasi suara juga berperan dalam komunikasi antar budaya.
Misalnya, makna suatu kalimat dapat berubah sepenuhnya tergantung pada
ekspresi wajah atau gestur yang menyertainya. Oleh karena itu, kesadaran akan
aspek nonverbal dalam komunikasi sangatlah penting dalam konteks komunikasi
antar budaya.
Dalam buku "Pelangi Pemikiran Komunikasi Antar Budaya," ditekankan
pentingnya menyadari kekuatan dan pengaruh kata-kata dalam komunikasi antar
budaya. Pemilihan kata yang tepat, pemahaman konteks budaya, dan kesadaran
akan makna yang terkandung dalam kata-kata merupakan elemen kunci yang
dibahas untuk mencapai komunikasi yang efektif dan saling memahami antar
budaya.
14
mengemis yang diajarkan kepada muridnya dapat dikategorikan sebagai budaya,
diperlukan adanya parameter yang telah disepakati bersama.
Adanya penafsiran yang bervariasi terkait makna budaya dalam
masyarakat menyebabkan perlunya parameter budaya yang jelas. Parameter ini
berfungsi sebagai batasan untuk menghindari penggunaan kata budaya secara
sembarangan untuk merujuk pada "segala sesuatu yang menjadi kebiasaan" atau
"segala sesuatu yang diturunkan secara tradisional". Untuk itu, budaya
menciptakan parameter-parameternya sendiri untuk menentukan apakah suatu
hal layak disebut sebagai budaya atau tidak.
Parameter-parameter budaya terdiri dari tiga komponen utama: budaya
merupakan gaya hidup unik dari kelompok tertentu, termasuk perbedaan dalam
bahasa, makanan, dan tingkah laku. Hal ini menyebabkan orang yang bukan
bagian dari kelompok budaya tersebut merasa asing dan menganggapnya
sebagai sesuatu yang unik.
Budaya juga mencakup pengetahuan yang dapat dikomunikasikan dan
perilaku yang dapat dipelajari, serta ditunjukkan melalui anggota-anggota
kelompok sosial, lembaga-lembaga, dan artefak-artefak. Pengetahuan ini
berkaitan dengan cara menghadapi kehidupan dan beradaptasi dengan
lingkungan.
Budaya membantu memahami wilayah tempat kita tinggal, menyediakan
solusi, menentukan pola hubungan, dan memelihara konsensus dan kohesi dalam
kelompok. Dengan adanya budaya, kehidupan menjadi lebih mudah karena
memberikan panduan dan kerangka kerja dalam berinteraksi dengan orang lain.
Secara sederhana, budaya adalah entitas yang kompleks karena terdiri dari
berbagai komponen seperti bahasa, makanan, artefak, dan lainnya. Komponen-
komponen ini secara alami membentuk identitas individu. Ketika kita
berinteraksi dengan orang lain, tanpa sadar kita menunjukkan identitas budaya
kita. Dengan memahami budaya orang lain, kita menjadi lebih terampil dalam
memahami harapan dan kebutuhan orang lain. Dalam penjelasan ini, dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat dikategorikan sebagai budaya jika memenuhi
karakteristik budaya yang telah ditentukan.
15
e. Membaca Bahasa Tubuh (Buku Komunikasi Antarbudaya karya Zahrotus
Sa'idah)
16
BAB IV
IMPLIKASI
Implikasi dari poin-poin yang disebutkan sebelumnya dalam komunikasi antar budaya
sangat signifikan. Memahami implikasi ini dan menerapkannya secara efektif dapat
membantu mengurangi kesalahpahaman dan meningkatkan kualitas komunikasi antar
budaya. Berikut adalah penjelasan yang lebih detail tentang implikasi dan contoh
penerapannya dalam komunikasi:
a. Pelajari bahasa dan kosakata yang spesifik dalam budaya target: Saat
berkomunikasi dengan orang dari budaya yang berbeda, berusahalah untuk
mempelajari beberapa kata dan frasa dalam bahasa mereka. Ini
menunjukkan upaya Anda untuk memahami dan menghormati budaya
mereka. Misalnya, jika Anda berkomunikasi dengan orang Jepang,
belajarlah beberapa ungkapan sopan seperti "Arigatou gozaimasu" (terima
kasih banyak) atau "Sumimasen" (maaf).
b. Hindari kesalahan terjemahan harfiah: Kata-kata memiliki konotasi dan
makna yang dapat berbeda antara budaya. Oleh karena itu, penting untuk
tidak hanya menerjemahkan kata-kata secara harfiah, tetapi juga memahami
konteks budaya di baliknya. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, "cold
17
feet" secara harfiah berarti kaki yang dingin, tetapi dalam konteks yang
lebih luas, itu mengacu pada rasa takut atau keraguan sebelum mengambil
tindakan. Memahami makna budaya di balik frase seperti ini membantu
menghindari kesalahpahaman.
a. Amati dan respek ekspresi emosi budaya lain: Ketika berinteraksi dengan
orang dari budaya yang berbeda, perhatikan ekspresi emosi mereka.
Misalnya, dalam budaya Jepang, kesopanan dan mengendalikan emosi
adalah nilai yang penting. Orang Jepang cenderung menahan diri dalam
menunjukkan emosi yang kuat seperti kemarahan atau kegembiraan yang
berlebihan. Memahami norma-norma budaya ini membantu Anda
menghargai dan menghormati cara orang lain mengekspresikan diri.
b. Jaga sensitivitas budaya saat merespons drama atau peristiwa emosional:
Ketika menanggapi situasi yang memicu emosi kuat dalam konteks budaya
lain, penting untuk berhati-hati dan mempertimbangkan norma-norma
budaya. Misalnya, ketika hadir dalam upacara duka cita di budaya tertentu,
mungkin ada aturan tertentu tentang ekspresi kesedihan atau berbicara
dalam nada yang rendah. Dengan menghormati praktik-praktik ini, Anda
menghindari membuat orang lain tidak nyaman atau menyinggung.
18
c. Kata bukanlah hal
Dalam poin ini, Hayakawa menggunakan analogi peta dan wilayah untuk
menjelaskan pentingnya memahami perspektif budaya. Implikasinya adalah
perlunya sikap terbuka, penghormatan, dan pengakuan terhadap perbedaan
budaya dalam komunikasi antar budaya. Menyadari bahwa pandangan dan
19
pengalaman kita hanyalah sebagian kecil dari realitas budaya orang lain dapat
membantu menghindari kesalahpahaman dan konflik.
20
kita dalam menghindari kesalahpahaman konflik serta meningkatkan pemahaman &
kualitas komunikasi.
21
BAB V
PENUTUP
Tidak hanya itu, pembelajaran tentang bagaimana membaca bahasa tubuh oleh Flora
Davis juga memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang komunikasi nonverbal
dalam interaksi antar budaya. Dan juga diperkuat dengan pembahasan dari sumber-
sumber lainnya seperti dari buku komunikasi antar budaya karya Zahrotus Sa'idah dan
masih banyak lainnya.
Hal ini bertujuan untuk menggali lebih dalam dan menghormati perbedaan budaya serta
simbol-simbol yang ada dapat membantu meminimalkan kesalahpahaman dan
meningkatkan komunikasi yang efektif antar budaya. Dalam era globalisasi ini,
kemampuan untuk memahami dan menghargai budaya dan simbol-simbol yang berbeda
adalah keterampilan yang sangat berharga dan relevan.
Dengan demikian, penting bagi kita untuk terus belajar dan terbuka terhadap
pengalaman serta perspektif budaya yang berbeda. Melalui komunikasi yang efektif dan
pemahaman yang mendalam tentang simbol-simbol budaya, kita dapat membangun
hubungan yang harmonis dan saling menghormati antara individu dan kelompok
budaya di dunia yang semakin terhubung ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati, R. (2013). Kinesik Guru mengajar Di Kelas (Studi Kasus Pada Tya, Guru
Bahasa Indonesia). Bapala, 1(1) 1
15.https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/bapala/articel/view/2025
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, 2005, Komunikasi Antarbudaya, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Dillistone, F. W. (1986). The Power of Symbols. In The Power of Symbols. SCM Press.
https://doi.org/10.3726/b10940
23