Anda di halaman 1dari 10

“Pengertianan Dan Wujud Konsep Kebahasaan (Linguiatik)”

{Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sastra}

Dosen Pengampu : Dr. Sance Lamusu M.Hum

Disusun oleh kelompok I

FITRI S. NOHO

MUTMAINA

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI GOROTALO

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah PENGANTAR ILMU BAHASA yang berjudul “Pengertian
dan wujud konsep kebahasaan (linguistik)” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Semoga jerih payah kami dicatat sebagai amal baik yang nantinya bisa bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi seluruh mahasiswa.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas kelompok Pengantar ilmu Bahasa,
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Ibu Dr. Sance Lamusu M.Hum

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam terselesaikannya makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian materi dalam
makalah ini. Selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.

Gorontalo, September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar Belakang......................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6

2.1 Pengertian Kebahasaan........................................................................7

2.2 Wujud Konsep Kebahasaan………………………………………….8

BAB III PENUTUP..................................................................................................9

3.1 Simpulan...............................................................................................10

3.2 Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan pada era modern ini,manusia sebagai makhluk
berbudaya dan berbahasa memiliki potensi dan ilmu dalam berintraksi di kehidupan sehari-
harinya, tidak bisa dipungkiri bahwa manusia akan berintraksi satu sama lain yang memiki
bahasa dan budaya yang berbeda.
Dalam interaksi antar satu manusia dan manusia lain, maka dibutuhkan sesuatu alat
komunikasi ‘Bahasa’Dari keberagaman bahasa yang digunakan manusia diseluruh dunia,
maka dibutuhkan sebuah ilmu ataupun studi yang bisa membandingkan dan menyatukan
bahasa dalam sebuah konsep yang dapat dikaji oleh semua orang dalam mempelajari dan
mengenal berbagai bahasa lain di dunia.
Oleh karena itu studi yang mempelajari tentang ilmu bahasa dan kebahasaan disebut
Linguistik, Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum. dalam
bidang linguistik terdapat beberapa kajian, salah satunya dari kajian itu adalah kajian tentang
makna, baik makna sebenarnya maupun makna kiasan. Ilmu yang mempelajari makna
disebut semantik. Semantik sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia karena
bahasa yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi haruslah memiliki makna yang tepat
agar terjadi komunikasi yang efektif terhadap teman atau mitra bicara.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian dari Kebahasaan atau linguistik?
2. Bagaimana wujud konsep Kebahasaan atau linguistik?

1.3 Tujuan Penulisan


Setelah menemukaan beberapa masalah, maka tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian dari Kebahasaan atau linguistic.
2. Menjelaskan bagaimana Wujud konsep Kebahasaan atau linguistic.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Kebahasaan atau linguistik


Bahasa memiliki pengertian yang sangat luas. Bahasa merupakan suatu sistem
lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Suatu bahasa yang baik dan benar berdasarkan suatu sistem tertentu yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakai bahasa tersebut yang memliki fungsi sebagai
sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Secara etimologis, bahasa berasal dari bahasa Sanskerta bhasa, bhasa ‘hembusan
nafas’. Pengertian bahasa kemudian berkembang menjadi sesuatu system bunyi yang keluar
dari mulut (manusia). Pengertian ini mengisyaratkan bahasa sistem bunyi yang arbitrer.
Berkaitan dengan hal ini, beberapa ahli menyimpulkan arti atau definisi bahasa sebagai
berikut:
1. Bahasa adalah alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan
dengan memakai tanda-tanda, bunyi, gesture, atau tanda yang disepakati, yang
mengandung makna yang dapat dipahami (Webster, 1961-1270).
2. Bahasa adalah sistem lambing yang arbiter yang dipergunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk kerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri
(Kridalaksana, 1982:2).
Berdasarkan definisi di atas, tampak bahwa bahasa adalah sistem lambing bunyi yang
dipergunakan oleh sekelompok manusia (masyarakat) secara arbitrer sebagai alat komunikasi.
Perlu diketahui, bahwa bunyi-bunyi yang digunakan dalam bahasa itu bukan sembarang
bunyi. Bunyi-bunyi yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Dengan kata lain, bahasa adlah lambing bunyi yang arbiter, yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi.
Hakikat bahasa menurut Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Linguistik edisi ketiga
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Sementara menurut H. Douglas Brown dalam bukunya Henry Guntur Tarigan
“Pengajaran Pragmatik” menyebutkan hakikat bahasa sebagai suatu sistem yang sistematis,
juga untuk sistem generative, seperangkat lambang-lambang atau simbol-simbol arbitrer.

5
Abdul Chaer dan Leonie Agustina menyebutkan hakikat bahasa dalam buku
“Pragmatik: Perkenalan Awal” yaitu sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Di samping itu, A. S.
Hornby (1996) dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary, menyatakan bahasa adalah
sistem bunyi dan kata yang digunakan manusia untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya

Beberapa pendapat bahasa para ahli yakni

1. Menurut Keraf dalam Smarapradhipa, bahasa memiliki dua pengertian yakni, pertama
menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem
komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat
arbitrer.
2. Menurut Owen dalam Stiawan ,defenisi bahasa yaitu bahasa dapat didefenisikan
sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk
menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan
kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.
3. Menurut Tarigan,ada dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang
sistematis, juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-
lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.
4. Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia secara sadar.
5. Menurut Mackey, Bahasa adalah suatu bentuk atau sesuatu sistem lambang bunyi
yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem
dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut.
6. Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan
perasaan dan pikiran.
7. Walija, mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan
efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang
lain.

6
8. Menurut Syamsuddin,beliau mendefenisikan dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa
adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan
perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua,
bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda
yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
9. Menurut Pengabean, beliau berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang
mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.
10. . Menurut Soejono ,bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat
penting dalam hidup bersal.

2.2 Wujud konsep Kebahasaan atau linguistic


Bahasa, sebagaimana telah diuraikan di atas merupakan sistem lambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Di berbagai
belahan dunia, bahasa memiliki istilah dan makna yang berlainan satu sama lain. Misalnya:

Jawa = basa (tutur kata, etika, unggah-ungguh)


Indonesia = bahasa (identitas pribadi dan bangsa, alat interaksi)
Belanda = taal (berbicara)
Inggris = language (human speech, sistem tuturan manusia)
Jerman = sprache (kemampuan menyampaikan gagasan)
Jepang = kokugo (ungkapan batin)
Arab = lughatun (bertutur, ucapan)
Perancis = langue (sistem bahasa)
Apa yang menjadi pengertian di belakang istilah tersebut menunjuk pada beberapa hal, antara
lain: wujud, cara, fungsi, dan hakikat bahasa.

7
Pada hakikatnya wujud bahasa dapat dipilah menjadi dua, yaitu: bahasa lisan dan
bahasa tulis. Bahasa tulis, tentu saja hanyalah bahasa turunan dari bahasa lisan. Jadi sifatnya
sekunder. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dikemukakan perbedaan kedua jenis wujud
bahasa tersebut.

Bahasa Lisan Bahasa Tulis


Asli Turunan
Primer Sekunder
Ada situasi afeksi Lambangvisual, non afeksi
Diucapkan langsung Disampaikan dengan tulisan
Sistem bunyi Sistem tulisan
Intonasi (lagu) Tanpa intonasi
Konteks tuturan Tanpa konteks tuturan

Bahasa lisan pada umunya dianggap lebih jelas dibandingkan dengan bahasa jelas kerena
didukung oleh:
a. Konteks situasi (konteks sosial/cultural dalam sebuah pembicaraan)
b. Mimic (raut muka,biasanya raut muka seseorang akan menunjukan perubahan
ketika perasaannya mengalami sesuatu)
c. Gesture (gerak-gerik badan tanga muka, ketika orang sedang bicara)
d. Intonasi (lagu kalimat, yaitu tinggi rendah panjang pendek pengucapan
kalimat-kalimat)
Sementara itu bahasa tulis dianggap kehilangan askep-askep alamiah bahsa
(seting dan konteks tuturan), karena tidak memungkinkan aspek-aspek
tersebut hadir dalam bahasa tulis. Beberapa aspek itu hanya dapat
dipresentasikan atau divisulisasikan dalam bentuk tulisan untuk sebagian kecil
saja. Misalnya, intonasi (lagu kalimat). Kalimat perintah, pada umunya
dilambkan dengan tanda titik (.), dan kalimat bernada lagu pertanyaan diberi
lambang tanda Tanya (?).
Dalam bahasa tulis, representasi sistem bunyi dilambangkan dengan huruf atau
aksara. Secara historis, sistem lambang huruf seluruh bahsa di dunia ini setidak-tidaknya
dapat dipilih menjadi lima jenis, yaitu:
a. Sistem piktografis (pictogram=gambar,piktrograf=tulisan)

8
Sistem ini mempersentasikan satu kata (ide) menjadi satu gambar. Akibatnya gambar
menjadi sangat banyak jadi gambar (pictogram) dianggap sebagai huruf (piktograf) yang
digunakan sebagai sarana komunikasi misalnya. Kata”burbur” dilambangkan dengan gambar
“tombak”. Dsb sistem ini disebut-sebut sebagai sistem yang pali tua, paling primitive contoh
huruf sistem piktografis banyak ditemukan di gua-gua Altamira spanyol dan di beberapa
tempat di pedalaman USA yanga digunakan oleh suku Indian primitive
b. Sistem ideografis (ide=gagasan)
Sistem ini dianggap sebagai bentuk pengembangan sistem piktografis
sistem ideografis menggambarkan satu ide ( gagasan tentang sesuatu)
menjadi satu lambang/tanda jadi setiap ide harus dilambangkan menjadi
satu pola tulisan. Dengan kata lain, satu kata satu lambang contoh huruf
Herogif Mesir (4000 SM) Babilonia. Kanji, China
c. Sistem silaberis (silabe=suku kata)
Representasi sistem ini menggambarkan satu suku kata satu lambang.
Kalau sebuah kata memiliki dua suku kata, maka lambang huruf yang
ditulis juga ada dua. Contoh sistem ini antara lain adalah hurub Arab,
Katagana dan Hirogana (Jepang), Bugis, Pallawa, Jawa, (aksara Jawa).
d. Sistem fenotis (silabe=suku kata)
Sistem fenotis merepresentasikan satu bunyi satu lambang Tujusnnya
agar setiap bunyi sesuai dengan lambang vissualnya. Ini sangat ideal,
tetapi sangat sulit karena membutuhkan lambang yang demikian banyak
dan rumit. Untuk keperluan ilmiah atau kajian ilmu pengetahuan, sistem
ini biasanya digunakan untuk memudahkan penjelasan.
e. Sistem fonemis
Setiap fonem dipresentasiakan dengan saru lambang Fonem yang
diberi lambang hanyalah fonem yang berposisi (fungsional). Jadi kalau ada
bunyi-bunyi yang mirip tetapi tidak fungsional, tidak diberi lambang.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia untuk berinteraksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Bahasa memiliki ciri-ciri dan sifat yang hakiki,sifat yang hakiki itu yakni
bahasa itu adalah sebuah sistem,berwujud lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, bahasa
itu bermakna, konvensional, unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis, dan sebagai
alat interaksi social dan merupakan identitas penuturnya.

3.2 Saran
Makalah ini tidak lupuk dari kesalahan, dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
kaerna itu kami mebutuhkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari kelompok
lain.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Renika Cipta

10

Anda mungkin juga menyukai