Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TUTORIAL 1

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD

(PDGK 4204)

NAMA : GEOLANA LAVENIA

NIM : 836675492

PRODI : S1 PGSD SEMESTER 7A

POKJAR : BLORA

UPBJJ : 42 SEMARANG

1. Pengertian bahwa bahasa merupakan sebuah simbol yang bersifat arbitrer dan
contohnya

Kata Arbitrer bisa diartikan 'sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka'.
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh
lambang tersebut. Umpamanya, antara [kuda] dengan yang dilambangkannya yaitu "sejenis
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai". Kita tidak dapat menjelaskan mengapa
binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kuda]. Mengapa, misalnya bukan [aduk] atau
[akud] atau lambang yang lainnya. Begitu juga, kita tidak dapat menjelaskan hubungan antara
lambang bunyi [air] dengan benda yang dilambangkannya, yaitu "barang cair yang biasa
dipakai untuk minum, mandi, atau memasak", yang rumus kimianya H2O. Mengapa bukan
dilambangkan dengan bunyi [ria] atau [ari]. tidak bisa dijelaskan karena sifat arbitrer itu.

Ferdinand de Saussure (1966:67) dalam dikotominya membedakan apa yang disebut


signifiant (Inggris: signifier) dan signifie (Inggris: signified). Signifiant adalah lambang
bunyi iyu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant. Dalam
peristilahan Indonesia dewasa ini ada digunakan istilah penanda untuk lambang bunyi atau
signifiant dan istilah petanda untuk konsep yang dikandungnya, atau diwakili oleh penanda
tersebut. Hubungan antara signifiant dan signifie itulah yang bersifat arbitrer. Lambang yang
berupa bunyi itu tidak memberi "saran" atau "petunjuk" apapun untuk mengenal konsep yang
diwakilinya. Tidak adanya hubungan antara signifiant dan signifie menyebabkan Bolinger
(1975:22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu suatu bahasa tertentu akan dapat
menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita
tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang
belum pernah kita dengar karena bunyi kata tersebut tidak memberi "saran" atau "petunjuk"
apapun untuk mengetahui maknanya.

Apabila ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya, tentu
lambang yang dalam bahasa Indonesia berbunyi [kuda], akan disebut juga [kuda] oleh orang
di klaten, bukannya [jaran]. Di Inggris orang juga akan menyebut [kuda] dan bukannya
<horse>; begitu juga di negara lain. Lalu andaikata ada hubungan wajib antara lambang
dengan yang dilambangkannya maka di bumi ini tidak akan ada bermacam-macam bahasa.
Tentu hanya ada satu bahasa yang meskipun mungkin berbeda tetapi perbedaannya tidak
terlalu banyak.
Memang ada juga yang berpendapat bahwa ada sejumlah kata dalam bahasa apapun yang
lambangnya berasal dari bunyi benda yang diwakilinya. Misalnya lambang [meong] dalam
bahasa Indonesia, yang mempunyai hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu
sejenis binatang buas yang bunyinya [meong]; atau lambang bunyi [cecak] yang mempunyau
hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu sejenis reptil yang bunyinya [cak,
cak, cak]. Jadi, di sini kata-kata yang disebut onomatope (kata yang berasal dari tiruan bunyi)
ini lambangnya memberi "saran" atau "petunjuk" bagi konsep yang dilambangkannya. Kalau
begitu dapat dikatakan hubungan antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya
tidak bersifat arbitrer. Karena paling tidak ada "saran" bunyi yang menyatakan hubungan itu.

Namun kalau diteliti lebih jauh, yang disebut onomatope ini pun ternyata tidak persis
sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Bunyi ayam jantan yang dalam
bahasa Indonesia dan dialek Jakarta berbunyi [kukuruyuk] ternyata dalam bahasa Sunda
berbunyi [kongkorongok].

Kalau titanya, mengapa bunyi benda yang sama terdengar berbeda oleh dua penutur
bahasa yang berlainan, agak sukarlah menjawabnya. Mungkin juga sebagai akibat
kearbitreran bahasa itu atau juga karena sistem bunyi bahasa-bahasa itu tidak sama.

2. Perbedaan antara bahasa memiliki fungsi informatif dan memiliki fungsi


heuristik dan contohnya

Fungsi Informatif, artinya bahasa dapat juga digunakan untuk menginformasikan


sesuatu kepada orang lain. Fungsi Informatif ini dapt diwujudkan dalam bentul lisan dan
tulisan. Dalam bentul lisan seperti percakapan sedangkan bentul tulisan seperti buku-buk.
Contoh :
dalam sebuah berita berisi tentang informasi suatu kejadiaan atau peristiwa.

Fungsi heuristik (the heuristic function) melibatkan penggunaan bahasa untuk


memperoleh ilmu pengetahuan, mempelajari seluk beluk lingkungan. Fungsi heuristik
seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban. Secara khusus,
anak-anak memanfaatkan penggunaan fungsi heuristik ini dalam aneka pertanyaan
“mengapa?” yang tidak ada putusannya mengenai dunia sekeliling, alam sekitar mereka.
Penyelidikan, rasa ingin tahu, merupakan suatu metode heuristik untuk memperoleh
representasi realitas dari orang lain.

Contoh:

Mengapa adik lahir?

Mengapa matahari panas?

Mengapa malam gelap?

Mengapa nenek meninggal?

3. Perbedaan pengertian belajar melalui bahasa dan belajar tentang bahasa dan
contohnya

Dalam pandangan beberapa ahli, ada perbedaan antara konsep pemerolehan dan
pembelajaran. Pemerolehan bahasa diartikan sebagai penguasaan bahasa pertama seorang
anak di mana dia tinggal. Proses pemerolehan bahasa ini berlangsung secara tidak sadar. Di
sisi lain, pembelajaran adalah proses penguasaan bahasa target (bahasa kedua) yang
dilakukan oleh seseorang guna kepentingan tertentu, misalnya untuk tujuan pekerjaan,
akademis, ekonomi, dan lain-lain. Dalam proses ini tujuan yang ingin dicapai oleh individu
tersebut jelas sehingga proses inipun dilakukan dengan sadar.

Meskipun pemerolehan dan pembelajaran bahasa memiliki esensi yang berbeda tetapi
keduanya memiliki persamaan dalam prosesnya. Persamaan antara pemerolehan dan
pembelajaran bahasa tersebut seperti di bawah ini.

1) Praktik, baik pemerolehan maupun pembelajaran pada hakikatnya adalah pembentukan


kebiasaan berbahasa sehingga ia memiliki kemampuan (capability) berbahasa yang dilakukan
melalui serangkaian praktik berbahasa.

2) Meniru, kegiatan meniru (imitation) juga berlaku bagi pemerolehan maupun


pembelajaran bahasa. Peniruan itu baik dari aspek suara, kalimat, dan metode
menggunakannya (konteks).

3) Keduanya melalui tahapan-tahapan dalam proses kebahasaannya.

Selain persamaan tersebut, pemerolehan maupun pembelajaran bahasa juga memiliki


perbedaan sebagai berikut.

1) Perbedaan Motivasi atau tujuan, pemerolehan bahasa digunakan sebagai dasar dalam
berkomunikasi dengan orang di sekitarnya sedangkan pembelajaran didasari oleh motif
tertentu seperti ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.

2) Pemerolehan bahasa dilakukan secara tidak sadar sedangkan pembelajaran bahasa


dilakukan secara sadar oleh individu yang bersangkutan.

3) Model dalam pemerolehan bahasa pertama adalah bahasa pertama yang digunakan di
lingkungannya sedangkan pembelajaran biasanya objek bahasanya adalah bahasa kedua.
Misalnya, di suku Jawa bahasa pertama adalah bahasa Jawa dan bahasa kedua adalah bahasa
Indonesia.

4) Perbedaan waktu ini mengacu pada tahap yang dilalui dimana pemerolehan bahasa
pertama biasanya pada waktu usia anak-anak dan yang paling baik pada masa periode masa
kritis dan pembelajaran bahasa bahasa dapat dilakukan kapanpun.

5) Pembelajaran bahasa adalah proses yang terjadi setelah pemerolehan bahasa terjadi.

Konsep persamaan dan perbedaan pemerolehan dan pembelajaran bahasa ini penting
diketahui dan dipahami oleh seorang pendidik bahasa. Hal ini nantinya dapat digunakan
sebagai landasan dalam penyusunan pembelajaran bahasa yang efektif dan efisien sesuai
dengan konteks yang dihadapi.

Di samping kedua istilah di atas, yang bisa menimbulkan salah pengertian kita
terutama karena kemiripan pengucapannya adalah sifat pemerolehan
yaitu nurture atau nature. Istilah tersebut memang lahir dari kedua tokoh yang berlainan
aliran dan bidang kajian yang berbeda pula. Istilah nurture merupakan kesimpulan dari teori
behaviorisme yang mengatakan bahwa otak manusia dilahirkan seperti tabularasa (blank
slate/piring kosong) dimana blank slate ini akan diisi oleh alam sekitarnya. Dalam buku
Psikolinguistik karya Abdul Chaer, hipotesis tabularasa ini mulanya dikemukakan oleh John
Locke seorang tokoh empirisme yang sangat terkenal.Kemudian pelopor modern dalam
pandangan ini adalah seorang psikolog dari Universitas Harvard yaitu, B.F. Skinner.
Sedangkan istilah nature adalah lahir dari teori Innatisme yang dipelopori oleh Noam
Chomsky (1960an) yang mengatakan bahwa manusia dilahirkan dengan Innate
Properties (bekal kodrati) yaitu bersama Faculties of the Mind (kapling minda) yang salah
satu bagiannya khusus untuk memperoleh bahasa, yaitu Language Acquisition
Device (piranti pemerolehan bahasa). Karena alat ini berlaku semesta, maka kemudian
Chomsky merumuskan teorinya dengan istilah Universal Grammar (tatabahasa semesta). Jadi
perkembangan pemerolehan bahasa anak akan seiring dengan pertumbuhan faktor
biologisnya (Ghazali: 2000 dan Dardjowidjojo: 2005).

4. Kemampuan reseptif dan kemampuan produktif dalam pemerolehan bahasa


dan contohnya

Bahasa reseptif adalah berbahasa yang digunakan untuk menangkap dan memahami
informasi yang disampaikan melalui bahasa lisan dan tertulis. Adapun yang termasuk dalam
keterampilan bahasa reseptif tersebut adalah kegiatan menyimak dan membaca:

1. Menyimak:suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,


mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang
terkandung didalamnya.
2. Membaca: perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan,
yakni mengamati, memahami, memikirkan.

Bahasa produktif adalah berbahasa yang diguakan untuk menyampaikan informasi atau
gagasan baik secara tertulis maupun lisan. Adapaun yang termasuk dalam keterampilan
bahasa produktif adalah kegiatan menulis dan berbicara:

1. Menulis: kegiatan penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Menulis
adalah proses bernalar.
2. Berbicara: kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, mengatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

5. Penjelasan bahwa anak dapat belajar bahasa dengan mengalaminya secara


langsung dan contohnya

 Pemerolehan Bahasa Pertama

Pemerolehan bahasa (Language Acquisition) adalah proses manusia mendapatkan


kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan
kosakata yang luas. Pemerolehan bahasa (akuisisi bahasa) merupakan proses yang
berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau
bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa.
Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada
bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama
yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan
bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang
dewasa.
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-
kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi,
pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa
berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167). Hal ini perlu ditekankan, karena
pemerolehan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran (Cox, 1999;
Musfiroh, 2002)

 Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa.Pertama, pemerolehan bahasa


mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa
memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik,
sosial, dan kognitif pralinguistik.

 Ali (1995:77) mengatakan bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia
sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya,
seperti keluarga dan masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan bahasa pertama
(B1) merupakan suatu proses awal yang diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan
lambang yang disebut bahasa.

 Apabila dalam proses awal menunjukkan pemahaman dan penghasilan yang baik dari
keluarga dan lingkungan bahasa yang diperolehnya, proses pemerolehan bahasa
selanjutnya akan mendapatkan kemudahan. Tahapan-tahapan berbahasa ini
memberikan pengaruh yang besar dalam proses pemerolehan bahasa anak.
Pemerolehan bahasa adalah proses pemahaman dan penghasilan (produksi) bahasa
pada diri anak melalui beberapa tahap mulai dari meraba sampai fasih berbicara
(Indrawati dan Oktarina, 2005:21).

 Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu
(a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c)
perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada
masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata
dan ujaran kombinasi permulaan.

Pemerolehan Bahasa Kedua

 Proses Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua
cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam
bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara
anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa
merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan
bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.

Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan
belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat
mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-
orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah
hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan
bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu
proses yang amat kuat pada orang dewasa.

 Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu:

1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang
anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,

2. Pemerolehan secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.

3. Pemerolehan bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran


mengetahui bahasa kedua,

4. Pemerolehan mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat


pengetahuan secara eksplisit,
5. Pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong
sekali.

 Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa
kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.

1. Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin adalah pemerolehan bahasa kedua yang
diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi
bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai
oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
2. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing
yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru.
Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan
caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong
pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah
atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari
pimpinan sistematis yang sengaja.

 Pemerolehan Bahasa Kedua

1. Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka,
melainkan bahasa kedua, atau ketiga.

2. Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau


proses belajar.

3. Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak formal
dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.

4. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada
bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.

5. Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu
berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa Kedua (B2) didapat pada usia
prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.

6. Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa
Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa Kedua dipelajari melalui
proses belajar formal; jika didapat di lingkungan Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat
melalui interaksi tidak formal, melalui keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.

 Prinsip dan Metode Pengajaran B2

1. Belajar Bahasa Kedua (B2) adalah belajar dalam konteks pemakaian bahasa yang
sebenarnya.

2. Belajar Bahasa Kedua (B2) adalah belajar menggunakan Bahasa Kedua (B2) tersebut
dalam berbagai fungsinya.

3. Siswa harus dilatih menggunakan bahasa secara tepat.


4. Pengajaran bahasa perlu memperhatikan kebutuhan afektif dan kognitif pelajaran.

5. Pemahaman Budaya Bahasa Kedua (B2) perlu ditumbuhkan dalam pengajaran Bahasa
Kedua (B2).

6. Metode tata bahasa terjemahan tidak membuat siswa terampil menggunakan bahasa,
tetapi tahu tentang bahasa.

7. Metode langsung diterapkan melalui kegiatan dialog, tubian pola, dan penerapan.
Tubian yang dilakukan mencakupi tubian pengulangan dan tubian respons.

8. Tujuan pengajaran bahasa komunikatif ialah agar siswa dapat berkomunikasi dalam
permaian bahasa yang sebenarnya dalam bentuk bahasa yang diterima. Dalam
pelaksanaannya, jika diperlukan Bahasa Kesatu (B1) dan penerjemahkan dapat digunakan.
Tata bahasa diberikan.

9. Pengajaran dengan respons fisik total menekankan penguasaan kemampuan menyimak


pada awal pelajaran. Pemahaman dan retensi paling baik dipelajari melalui gerakan fisik
sebagai respons terhadap perintah guru. Kegiatan berbicara baru dilakukan bila siswa sudah
benar-benar siap. Proses siswa dilaksanakan melalui langkah = latihan mendengarkan,
produksi dan membaca serta menulis.

10. Pendekatan alamiah dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa penguasaan bahasa


lebih banyak terjadi melalui proses pemerolehan secara alamiah yang digabungkan dengan
teori monitor dan Krashen. Pendekatan ini dalam penerapannya sangat mementingkan
pemerolehan kosakata.

 Tahap Pemerolehan Bahasa

a. Kurang dari 1 tahun

 • Belum dapat mengucapkan kata-kata,


 • Belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya
 • Dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa. (Eimas, lewat Gleason, 1985: 2,

dalam Zuchdi, 1996: 4


b. 1 tahun

• Mulai mengoceh

 • Bermain dengan bunyi (bermain dengan jari-jari tangan dan kakinya)


• Perkembangan pada tahap ini disebut pralinguistik. (Gleason, 1985: 2)
• Ketika bayi dapat mengucapkan beberapa kata, mereka memiliki ciri-ciri

perkembangan yang universal.

 Bentuk ucapan hanya satu kata, sederhana, mudah diucapkan dan memiliki arti

konkrit (nama benda, kejadian atau orang-orang di sekitar anak).

• Mulai pengenalan semantik (pengenalan makna).

c. 2 tahun

• Mengetahui kurang lebih memiliki 50 kata.


• Kebanyakan mulai mencapai kombinasi dua kata yang dikombinasikan dalam

ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain yang

seharusnya digunakan.

• Mulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat menggunakan bentuk bahasa

yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa.

• Mulai dapat membuat kalimat-kalimat pendek.

d. Taman Kanak-kanak

 • Memiliki dan memahami sejumlah besar kosa kata,


 • Mampu membuat pertanyaan-pertanyaan, kalimat majemuk dan berbagai bentuk

kalimat,

 • Dapat berbicara dengan sopan dengan orang tua dan guru.

e. Sekolah Dasar

• Peningkatan perkembangan bahasa, dari bahasa lisan ke bahasa tulis,

• Peningkatan perkembangan penggunaan bahasa.

f. Remaja

Penggunaan bahasa yang khas sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri

(merupakan usia yang sensitif untuk belajar berbahasa) (Gleason, 1985: 6)

g. Dewasa

Terdapat perbedaan-perbedaan yang besarØ antara individu yang satu dengan yang lainnya
dalam perkembangan bahasa (sesuai dengan tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat,
dan jenis pekerjaan.

2. Perbedaan Bahasa Anak Laki-Laki Dan Perempuan

a. Anak Laki-laki

• Ekspresi emosional cenderung menggunakan kata-kata kasar misalnya umpatan:

sialan, bedebah, dsb

 • Cenderung menggunakan bahasa secara langsung dan bersifat memberitahu, karena

laki-laki menganggap perannya dalam percakapan adalah pemberi informasi.


• Kurang banyak berbicara, tetapi lebih banyak berbuat. Pada perkembangan ke

tingkat dewasa seorang ayah lebih banyak menggunakan perintah ketika berbicara
dengan anak laki-laki, dan lebih banyak menginterupsi pembicaraan anak

perempuannya.

b. Anak perempuan

 • Menghindari bahasa yang berisi umpatan dalam percakapan dan cenderung

menggunakan kata-kata yang lebih sopan: silakan, terima kasih, selamat jalan, dsb.
• Ekspresi emosional yang digunakan lebih halus, misalnya: Oh sayangku, Ya Allah,

dsb.
• Cenderung menggunakan bahasa tidak langsung dalam meminta persetujuan dan

lebih banyak mendengarkan. Perannya dalam percakapan adalah sebagai fasilitator.


• Lebih banyak berbicara secara berpasangan dengan teman akrabnya dan saling

Anda mungkin juga menyukai