(PDGK 4204)
NIM : 836675492
POKJAR : BLORA
UPBJJ : 42 SEMARANG
1. Pengertian bahwa bahasa merupakan sebuah simbol yang bersifat arbitrer dan
contohnya
Kata Arbitrer bisa diartikan 'sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka'.
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh
lambang tersebut. Umpamanya, antara [kuda] dengan yang dilambangkannya yaitu "sejenis
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai". Kita tidak dapat menjelaskan mengapa
binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kuda]. Mengapa, misalnya bukan [aduk] atau
[akud] atau lambang yang lainnya. Begitu juga, kita tidak dapat menjelaskan hubungan antara
lambang bunyi [air] dengan benda yang dilambangkannya, yaitu "barang cair yang biasa
dipakai untuk minum, mandi, atau memasak", yang rumus kimianya H2O. Mengapa bukan
dilambangkan dengan bunyi [ria] atau [ari]. tidak bisa dijelaskan karena sifat arbitrer itu.
Apabila ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya, tentu
lambang yang dalam bahasa Indonesia berbunyi [kuda], akan disebut juga [kuda] oleh orang
di klaten, bukannya [jaran]. Di Inggris orang juga akan menyebut [kuda] dan bukannya
<horse>; begitu juga di negara lain. Lalu andaikata ada hubungan wajib antara lambang
dengan yang dilambangkannya maka di bumi ini tidak akan ada bermacam-macam bahasa.
Tentu hanya ada satu bahasa yang meskipun mungkin berbeda tetapi perbedaannya tidak
terlalu banyak.
Memang ada juga yang berpendapat bahwa ada sejumlah kata dalam bahasa apapun yang
lambangnya berasal dari bunyi benda yang diwakilinya. Misalnya lambang [meong] dalam
bahasa Indonesia, yang mempunyai hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu
sejenis binatang buas yang bunyinya [meong]; atau lambang bunyi [cecak] yang mempunyau
hubungan dengan konsep yang dilambangkannya, yaitu sejenis reptil yang bunyinya [cak,
cak, cak]. Jadi, di sini kata-kata yang disebut onomatope (kata yang berasal dari tiruan bunyi)
ini lambangnya memberi "saran" atau "petunjuk" bagi konsep yang dilambangkannya. Kalau
begitu dapat dikatakan hubungan antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya
tidak bersifat arbitrer. Karena paling tidak ada "saran" bunyi yang menyatakan hubungan itu.
Namun kalau diteliti lebih jauh, yang disebut onomatope ini pun ternyata tidak persis
sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Bunyi ayam jantan yang dalam
bahasa Indonesia dan dialek Jakarta berbunyi [kukuruyuk] ternyata dalam bahasa Sunda
berbunyi [kongkorongok].
Kalau titanya, mengapa bunyi benda yang sama terdengar berbeda oleh dua penutur
bahasa yang berlainan, agak sukarlah menjawabnya. Mungkin juga sebagai akibat
kearbitreran bahasa itu atau juga karena sistem bunyi bahasa-bahasa itu tidak sama.
Contoh:
3. Perbedaan pengertian belajar melalui bahasa dan belajar tentang bahasa dan
contohnya
Dalam pandangan beberapa ahli, ada perbedaan antara konsep pemerolehan dan
pembelajaran. Pemerolehan bahasa diartikan sebagai penguasaan bahasa pertama seorang
anak di mana dia tinggal. Proses pemerolehan bahasa ini berlangsung secara tidak sadar. Di
sisi lain, pembelajaran adalah proses penguasaan bahasa target (bahasa kedua) yang
dilakukan oleh seseorang guna kepentingan tertentu, misalnya untuk tujuan pekerjaan,
akademis, ekonomi, dan lain-lain. Dalam proses ini tujuan yang ingin dicapai oleh individu
tersebut jelas sehingga proses inipun dilakukan dengan sadar.
Meskipun pemerolehan dan pembelajaran bahasa memiliki esensi yang berbeda tetapi
keduanya memiliki persamaan dalam prosesnya. Persamaan antara pemerolehan dan
pembelajaran bahasa tersebut seperti di bawah ini.
1) Perbedaan Motivasi atau tujuan, pemerolehan bahasa digunakan sebagai dasar dalam
berkomunikasi dengan orang di sekitarnya sedangkan pembelajaran didasari oleh motif
tertentu seperti ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.
3) Model dalam pemerolehan bahasa pertama adalah bahasa pertama yang digunakan di
lingkungannya sedangkan pembelajaran biasanya objek bahasanya adalah bahasa kedua.
Misalnya, di suku Jawa bahasa pertama adalah bahasa Jawa dan bahasa kedua adalah bahasa
Indonesia.
4) Perbedaan waktu ini mengacu pada tahap yang dilalui dimana pemerolehan bahasa
pertama biasanya pada waktu usia anak-anak dan yang paling baik pada masa periode masa
kritis dan pembelajaran bahasa bahasa dapat dilakukan kapanpun.
5) Pembelajaran bahasa adalah proses yang terjadi setelah pemerolehan bahasa terjadi.
Konsep persamaan dan perbedaan pemerolehan dan pembelajaran bahasa ini penting
diketahui dan dipahami oleh seorang pendidik bahasa. Hal ini nantinya dapat digunakan
sebagai landasan dalam penyusunan pembelajaran bahasa yang efektif dan efisien sesuai
dengan konteks yang dihadapi.
Di samping kedua istilah di atas, yang bisa menimbulkan salah pengertian kita
terutama karena kemiripan pengucapannya adalah sifat pemerolehan
yaitu nurture atau nature. Istilah tersebut memang lahir dari kedua tokoh yang berlainan
aliran dan bidang kajian yang berbeda pula. Istilah nurture merupakan kesimpulan dari teori
behaviorisme yang mengatakan bahwa otak manusia dilahirkan seperti tabularasa (blank
slate/piring kosong) dimana blank slate ini akan diisi oleh alam sekitarnya. Dalam buku
Psikolinguistik karya Abdul Chaer, hipotesis tabularasa ini mulanya dikemukakan oleh John
Locke seorang tokoh empirisme yang sangat terkenal.Kemudian pelopor modern dalam
pandangan ini adalah seorang psikolog dari Universitas Harvard yaitu, B.F. Skinner.
Sedangkan istilah nature adalah lahir dari teori Innatisme yang dipelopori oleh Noam
Chomsky (1960an) yang mengatakan bahwa manusia dilahirkan dengan Innate
Properties (bekal kodrati) yaitu bersama Faculties of the Mind (kapling minda) yang salah
satu bagiannya khusus untuk memperoleh bahasa, yaitu Language Acquisition
Device (piranti pemerolehan bahasa). Karena alat ini berlaku semesta, maka kemudian
Chomsky merumuskan teorinya dengan istilah Universal Grammar (tatabahasa semesta). Jadi
perkembangan pemerolehan bahasa anak akan seiring dengan pertumbuhan faktor
biologisnya (Ghazali: 2000 dan Dardjowidjojo: 2005).
Bahasa reseptif adalah berbahasa yang digunakan untuk menangkap dan memahami
informasi yang disampaikan melalui bahasa lisan dan tertulis. Adapun yang termasuk dalam
keterampilan bahasa reseptif tersebut adalah kegiatan menyimak dan membaca:
Bahasa produktif adalah berbahasa yang diguakan untuk menyampaikan informasi atau
gagasan baik secara tertulis maupun lisan. Adapaun yang termasuk dalam keterampilan
bahasa produktif adalah kegiatan menulis dan berbicara:
1. Menulis: kegiatan penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Menulis
adalah proses bernalar.
2. Berbicara: kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, mengatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Ali (1995:77) mengatakan bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia
sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya,
seperti keluarga dan masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan bahasa pertama
(B1) merupakan suatu proses awal yang diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan
lambang yang disebut bahasa.
Apabila dalam proses awal menunjukkan pemahaman dan penghasilan yang baik dari
keluarga dan lingkungan bahasa yang diperolehnya, proses pemerolehan bahasa
selanjutnya akan mendapatkan kemudahan. Tahapan-tahapan berbahasa ini
memberikan pengaruh yang besar dalam proses pemerolehan bahasa anak.
Pemerolehan bahasa adalah proses pemahaman dan penghasilan (produksi) bahasa
pada diri anak melalui beberapa tahap mulai dari meraba sampai fasih berbicara
(Indrawati dan Oktarina, 2005:21).
Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu
(a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c)
perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada
masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata
dan ujaran kombinasi permulaan.
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua
cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam
bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara
anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa
merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan
bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan
belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat
mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-
orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah
hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan
bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu
proses yang amat kuat pada orang dewasa.
1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang
anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,
Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa
kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.
1. Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin adalah pemerolehan bahasa kedua yang
diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi
bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai
oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
2. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing
yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru.
Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan
caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong
pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah
atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari
pimpinan sistematis yang sengaja.
1. Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka,
melainkan bahasa kedua, atau ketiga.
3. Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak formal
dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.
4. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada
bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
5. Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu
berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa Kedua (B2) didapat pada usia
prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.
6. Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa
Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa Kedua dipelajari melalui
proses belajar formal; jika didapat di lingkungan Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat
melalui interaksi tidak formal, melalui keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.
1. Belajar Bahasa Kedua (B2) adalah belajar dalam konteks pemakaian bahasa yang
sebenarnya.
2. Belajar Bahasa Kedua (B2) adalah belajar menggunakan Bahasa Kedua (B2) tersebut
dalam berbagai fungsinya.
5. Pemahaman Budaya Bahasa Kedua (B2) perlu ditumbuhkan dalam pengajaran Bahasa
Kedua (B2).
6. Metode tata bahasa terjemahan tidak membuat siswa terampil menggunakan bahasa,
tetapi tahu tentang bahasa.
7. Metode langsung diterapkan melalui kegiatan dialog, tubian pola, dan penerapan.
Tubian yang dilakukan mencakupi tubian pengulangan dan tubian respons.
8. Tujuan pengajaran bahasa komunikatif ialah agar siswa dapat berkomunikasi dalam
permaian bahasa yang sebenarnya dalam bentuk bahasa yang diterima. Dalam
pelaksanaannya, jika diperlukan Bahasa Kesatu (B1) dan penerjemahkan dapat digunakan.
Tata bahasa diberikan.
• Mulai mengoceh
Bentuk ucapan hanya satu kata, sederhana, mudah diucapkan dan memiliki arti
c. 2 tahun
ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain yang
seharusnya digunakan.
• Mulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat menggunakan bentuk bahasa
d. Taman Kanak-kanak
kalimat,
e. Sekolah Dasar
f. Remaja
Penggunaan bahasa yang khas sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri
g. Dewasa
Terdapat perbedaan-perbedaan yang besarØ antara individu yang satu dengan yang lainnya
dalam perkembangan bahasa (sesuai dengan tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat,
dan jenis pekerjaan.
a. Anak Laki-laki
tingkat dewasa seorang ayah lebih banyak menggunakan perintah ketika berbicara
dengan anak laki-laki, dan lebih banyak menginterupsi pembicaraan anak
perempuannya.
b. Anak perempuan
menggunakan kata-kata yang lebih sopan: silakan, terima kasih, selamat jalan, dsb.
• Ekspresi emosional yang digunakan lebih halus, misalnya: Oh sayangku, Ya Allah,
dsb.
• Cenderung menggunakan bahasa tidak langsung dalam meminta persetujuan dan