Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERAN FILSAFAT BAHASA DALAM

PERKEMBANGAN ILMU BAHASA


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Bahasa Dengan

Dosen Pengampu Nasrudin S.Hum, M.A

Kelas: 04SIDP003

Disusun Oleh :

Kholiffia Dina Ayu Pramesti 211010700067


Enggar Prayoga 211010700176
Khosmi Rosali Nazika 211010700141
Salsa Qirana Alzahra 211010700271

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS PAMULANG

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peran Filsafat
Bahasa Dalam Perkembangan Ilmu Bahasa” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang studi Sastra
Indonesia dengan mata kuliah Filsafat Bahasa.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Peran
Filsafat Bahasa Dalam Perkembangan Ilmu Bahasa bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nasrudin S.Hum, M.A selaku dosen bidang
studi Sastra Indonesia dengan mata kuliah Filsafat Bahasa yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami mendapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
lewat pikiran, moral maupun materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Kami menyadari, makalah yang telah ditulis ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang Selatan, 22 Mei 2023

Penulis (Anggota Kelompok)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................................


B. Batasan dan Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Logika ..........................................................................................................


B. Pengertian Bahasa ..........................................................................................................
C. Hubungan Logika dan Bahasa .......................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan manusia baik secara lisan maupun
tulisan. tanpa bahasa tidak akan terjadi komunikasi dan transformasi pengetahuan sehingga
manusia selalu berada dalam keterbelakangan. Peranan Bahasa Dalam Perkembangan Filsafat
merupakan alat sentral untuk menyampaikan sebuah pesan dan memahami maksudnya.

Begitu juga dalam menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa menjadi salah satu
sarana ilmiah dalam berfikir sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang logis. Pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari peran bahasa didalamnya, apalagi dalam
perkembangan filsafat. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena hubungan antara bahasa dan
filsafat telah berjalan lama, yaitu semenjak zaman Yunani kuno.

Dalam hal ini, terdapat hubungan timbal balik antara bahasa dan filsafat. Pertama,
bahasa menjadi subjek atau alat dalam menganalisis, memecahkan, dan menjelaskan
problema-problema dan konsep-konsep filosofis sehingga filsafat dapat berkembang. Kedua,
bahasa menjadi objek material, yaitu menjadi pembahasan dalam filsafat sehingga
perkembangan bahasa semakin meningkat. Hubungan yang sudah lama dan erat ini tidak
dapat dipisahkan terutama dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat adalah
menganalisis konsep-konsep dan hal ini akan terungkap melalui bahasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mendeskripsikan filsafat bahasa
2. Mendeskripsikan hubungan filsafat degan ilmu kebahasaan
3. Memaparkan peran ilmu filsafat dalam perkembangan ilmu kebahasaan
1.3 Tujuan
“Agar para pembaca dapat memahami serta mengetahui bagaiamana
perkembangan ilmu kebahasaan pada filsafat.”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Bahasa
Filsafat sangat penting dalam berbahasa karena perannya dalam proses analisis
struktur linguistik dan ekstralinguistik. Filsafat dan bahasa memiliki kajian tersendiri
yang dikenal dengan ‘’filsafat bahasa’’.
Bahasa dan filsafat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya seperti dua
sisi mata uang yang selalu dihubungkan dan disatukan, terutama dalam arti tugas filsafat
adalah menganalisis konsepkonsep dan konsep-konsep tersebut diungkapkan melalui
bahasa, sehingga analisis tersebut tentunya berkaitan dengan makna yang digunakan.
Filsafat bahasa sebagai salah satu cabang filsafat memang mulai dikenal dan
berkembang pada abad ke-20, ketika para filosof mulai menyadari bahwa banyak
masalah dan konsep filosofis baru yang dapat dijelaskan dengan analisis bahasa, karena
bahasa merupakan alat vital dalam filsafat (Davis, 1976).
Filsafat bahasa merupakan bidang tanpa topik pembahasan yang jelas, melainkan para
filosof bahasa memiliki aksen yang beragam sehingga penekanannya pun beragam.
Bidang filsafat bahasa baru dikenal dan berkembang pada abad ke-20, namun
berdasarkan fakta sejarah, hubungan antara filsafat dan bahasa sudah ada sejak lama,
bahkan sejak zaman Yunani.
Filsafat bahasa dapat diartikan sebagai salah satu kerja keras filsuf untuk memaknai
pengetahuan konseptual melalui pemahamannya kepada bahasa untuk
mendapatkan konsep cara kerja bahasa, yaitu bagaimana seharusnya bahasa itu dan
bagaimana bahasa dapat dikatakan baik (Poedjosoedarmo. 2001). Dalam filsafat
ilmu terdapat tiga aspek pokok yaitu hakikat keberadaan suatu hal atau pengetahuan
yang disebut ontologi, proses atau cara tercapainya suatu hal atau pengetahuan disebut
epistemologi, dan kebermanfaatan atau peran dari suatu hal atau pengetahuan
yang disebut aksiologi.
Bahasa adalah alat untuk komunikasi, dalam artian sebagai alat untuk
menyampaikan pendapat, pola pikir, rasa, maksud, gagasan, pesan, dan tujuan
penutur secara lisan, tulisan, dan isyarat di dalam kehidupan keseharian
(Kurniawati, 2015 & Waljinah, 2018). Alat komunikasi yang dapat digunakan
untuk pemersatu bangsa ialah bahasa. Sebagai alat untuk mempererat keutuhan
bernegara, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Tidak sedikit keluarga-
keluarga yang memakai bahasa ibuuntuk berkomunikasi di dalam rumah. Bahasa
ibu ialah bahasa paling awal yang dipelajari manusia setelah lahir. Bahasa ibu ini
biasanya diadopsi dari lingkungan rumah. Bahasa yang diperoleh orang sejak lahir
melalui interaksi dengan orang lain seperti keluarga dan masyarakat merupakan
definisi bahasa ibu di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ketika seorang individu
mempelajari bahasa ini di masa setelah lahir, maka bahasa ini diartikan sebagai
bahasa pertama manusia.

2.2 Hubungan Filsafat Dan Bahasa

Hubungan ilmu bahasa dan filsafat selalu menempatkan filsafat kedalam posisi
yang prestisius. Hal ini tidaklah aneh mengingat filsafat adalah roh dari semua ilmu
termasuk ilmu bahasa. Kajian bahasa pertama kalipun justru dilakukan oleh filosof dan bukan
oleh ahli bahasa. Pada jaman dulu, para filosof memecahkan berbagai macam problem
filsafat melalui pendekatan analisis bahasa. Sebagai contoh problem filsafat yang
menyangkut pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan mendasar seperti yang ada, reality,
eksistensi, sensi substansi, materi, bentuk kausalitas, makna pernyataan dan
verifikasinya dan pertanyaan-peranyaan fundamental lainnya dapat dijelaskan dengan
menggunakan analisis data bahasa. Tradisi ini oleh para ahli sejarah filsafat disebut sebagai
Filsafat Analitik, yang berkembang di Eropa terutama di Inggris abad XX.

Sejak zaman Yunani kuno, sudah muncul paham Phusis yang menyatakan bahwa bah
asa bersifat alamiah (fisei atau fisis), yaitu bahasa mempunyai hubungan dengan asal- usul, s
umber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia itu sendiri dan kare
na itu tidak dapat ditolak. Dengan demikian dalam bahasa ada keterkaitan antara kata dan ala
m. Tokoh paham natural ini diantaranya Cratylus dalam Dialog Pluto. Paham naturalis ini me
ndapat penentangan dari paham Thesis yang berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi
(nomos). Bahasa diperoleh dari hasil-hasil tradisi, kebiasaan berupa tacit agreement (per
setujuan diam). Bahasa bukan pemberian Tuhan, melainkan bersifat konvensional. Pendap
at ini diwakili oleh Hermoganes dalam Dialog Pluto.
semua ahli filsafat sependapat bahwa hubungan bahasa dengan filsafat sangat erat
bahkan tidak dapat dipisahkan terutama dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat
adalah analisis konsep-konsep dan oleh karena konsep-konsep tersebut terungkapkan melalui
bahasa maka analisis tersebut tentunya berkaitan dengan makna bahasa yang digunakan
dalam mengungkapkan konsep-konsep tersebut.

Hubungan yang sangat erat antara bahasa dengan filsafat tersebut sebenarnya telah
berlangsung lama bahkan sejak zaman pra Sokrates, yaitu ketika Herakleitos membahas
tentang hakikat segala sesuatu termasuk alam semesta. Bahkan Aristoteles menyebutnya
sebagai para fisiologis kuno.

Perbedaan- perbedaan perspektif tentang bahasa dan segala hal yang berkaitan
namun tetap berada dalam payung bahasa, yang dilakukan oleh para filosof ternyata
memiliki kontribusi yang demikian besar terhadap kemajuan dari ilmu bahasa. Perbedaan-
perbedaan ini memunculkan adanya diskusi, dialog, bahkan debat. Diskusi, dialog, dan debat
inilah yang menyuntikkan darah segar pada para filosof untuk selalu melahirkan inovasi-
inovasi dan revisi-revisi terhadap teori lama yang berkenaan dengan bahasa. Dimulai
dengan dimunculkannya filsafat bahasa oleh para filosof yaitu pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab, asal dan hukumnya (yang kemudian
menjadi embrio dari lahirnya ilmu bahasa atau linguistik), maka lahirlah ilmu bahasa atau
linguistik yang kita kenal dewasa ini.

2.3 Peran Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Uraian terdahulu telah membicarakan tentang pengertian filsafat bahasa, dan juga
sudah diuraikan hubungan filsafat dengan bahasa sangat erat, atau sangat penting. Begitu juga
peranan (kegunaan) filsafat bahasa, sangat penting dalam pengembangan ilmu bahasa.

Kegunaan (peranan) filsafat bahasa itu sangat penting pada pengembangan ilmu
bahasa karena filsafat bahasa itu adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakekat bahasa, sebab, asal, dan hukumnya. Jadi pengetahuan dan penyelidikan itu
terfokus kepada hakekat bahasa, juga sudah termasuk perkembangannya.

Pada dasarnya perkembangan filsafat analitika bahasa meliputi tiga aliran yang pokok
yaitu atomisme logis, positivisme logis, dan filsafat bahasa biasa. Aliran filsafat bahasa biasa
inilah yang memiliki bentuk yang paling kuat bilamana dibandingkan dengan aliran yang
lain, dan memiliki pengaruh yang sangat luas, baik di Inggris, Jerman dan Perancis maupun
di Amerika. Aliran ini dipelopori oleh Wittgenstein.

Aliran filsafat bahasa biasa juga mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain

1. Kekaburan makna

2. Bergantung pada konteks

3. Penuh dengan emosi

4. Menyesatkan

Untuk mengatasi kelemahan dan demi kejelasan kebenaran konsep-konsep filosofis


maka perlu dilakukan suatu pembaharuan bahasa, yaitu perlu diwujudkan suatu bahasa yang
sarat dengan logika sehingga ungkapan-ungkapan bahasa dalam filsafat kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan. Kelompok filsuf ini adalah Bertrand Russell. Menurut kelompok
filsuf ini tugas filsafat yaitu membangun dan mengembangkan bahasa yang dapat mengatasi
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam bahasa sehari-hari ini. Dengan suatu kerangka
bahasa yang sedemikian itu kita dapat memahami dan mengerti tentang hakikat fakta-fakta
atau kenyataan-kenyataan dasar tentang struktur metafisis dan realitas kenyataan dunia yang
menjadi perhatian yang terpenting adalah usaha untuk membangun dan memperbaharui
bahasa itu membuktikan bahwa perhatian filsafat itu memang berkenaan dengan konsepsi
umum tentang bahasa serta makna yang terkandung di dalamnya.
Sebagai suatu bidang filsafat khusus, filsafat bahasa mempunyai kekhususannya,
yaitu masalah yang dibahas berkenaan dengan bahasa. Jadi peranan filsafat bahasa jelas
sangat penting, atau berpengaruh terhadap pengembangan ilmu bahasa. Namun berbeda
dengan ilmu bahasa atau lingkungan yang membahas ucapan tata bahasa, dan kosa kata,
filsafat bahasa lebih berkenaan dengan arti kata atau arti bahasa (semantik). Masalah pokok
yang dibahas dalam filsafat bahasa lebih berkenaan dengan bagaimana suatu ungkapan
bahasa itu mempunyai arti, sehingga analisa filsafat tidak lagi dimengerti atau tidak lagi
dianggap harus didasarkan pada logika teknis, baik logika formal maupun matematik, tetapi
berfilsafat didasarkan pada penggunaan bahasa biasa. O1eh karena itu mempelajari bahasa
biasa menjadi syarat mutlak bila ingin membicarakan masalah-masalah filsafat, karena
bahasa merupakan alat dasar dan utama untuk berfilsafat.
Di dalam pengembangan bahasa banyak ditemui kata-kata yang bersinonim, ini
membuktikan bahwa bahasa itu berkembang sehingga banyak kata yang bersinonim.

Begitu juga akibat perkembangan bahasa itu timbul kata-kata baru, yang singkat dan
tepat, dan mewakili kata-kata yang panjang, seperti kata canggih, dahulu kata canggih
belum ada, sekarang timbul dan mewakili kata-kata yang panjang. Cukup kita mengatakan
canggih saja, di dalam dunia modern, masa kini. Selanjutnya kata rekayasa, dahulu kata
rekayasa tidak ditemukan, sekarang timbul untuk mewakili kata-kata yang panjang yaitu
penerapan kaidah-kaidah ilmu seperti perancangan, membangun, pembuatan konstruksi.
Selanjutnya kata monitor atau memantau dahulu kata monitor (memantau) belum ada,
sekarang timbul dan mewakili kata-kata yang panjang, yaitu mengawasi, mengamati,
mengontrol, mencek dengan cermat, terutama untuk tujuan khusus.

Struktur kalimat juga berkembang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang meningkat.

Contoh : Dahulu struktur kalimat mempunyai pokok, sebutan, objek, sekarang timbul subjek,
predikat, keterangan dan ada lagi frase benda, frase kerja, dan frase keterangan.

Ada lagi paradigma baru seperti kata pemimpin, dengan pimpinan, yang mempunyai
makna berbeda. Pemimpin adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan adalah orang
yang dpimpin. Selanjutnya kata simpulan yang benar dari kata kesimpulan. Simpulan itu
adalah akhir dari pembahasan. Kata keterangan dengan terangan yang betul adalah terangan.
Jadi makin banyak perubahan atau perkembangan bahasa itu akibat ilmu pengetahuan tentang
bahasa yang meningkat.

Ada juga kata-kata yang timbul pada saat ini tetapi tidak diterima oleh masyarakat
seperti kata sangkil dan mangkus dalam bahasa Inggris effektif dan eftsien, masyarakat lebih
menerima kata berhasil guna, dan berdaya guna.

Begitu juga singkatan-singkatan atau akronim sering terjadi pada masyarakat masa

kini. Contoh :

OTISTA, Obrolan Artis dalam Berita

KISS, Kisah Seputar Selebritis

Selanjutnya masalah Hukum DM ( Diterangkan, Menerangkan)


Bahasa Indonesia Hukum DM

Contoh : Rumah putih

D M

Bahasa Inggris mempunyai Hukum MD

Contoh : White house

M D

Dahulu terdapat kata Sarjana Wanita ini mempunyai hukum MD, muncul

paradigma baru menjadi Wanita Sarjana

D M

Yang betul adalah Wanita Sarjana, karena Bahasa Indonesia mempunyai

Hukum DM. Ini semua karena ilmu pengetahuan yang semakin meningkat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peranan filsafat bahasa dalam perkembangan ilmu bahasa sangat penting . Filsafat
bahasa mempunyai kekhususannya, yaitu masalah yang dibahas berkenaan dengan
bahasa, yaiti ungkapan - ungkapan bahasa yang mempunyai arti. Di dalam
perkembangan bahasa peran filsafat cukup jelas , akibat banyaknya timbul kata - kata
baru, sinonim, struktur kalimat, singkatan (akronim) dan kaidah - kaidahnya. Ini semua
karena ilmu pengetahuan yang semakin meningkat pada saat ini, dan banyak timbul
paradigma baru

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita miliki dan menemukan kebenaran ilmu itu semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah
proses akhir. Tetapi meruapakan langkah awal yang masih banyak memerlukan
perbaikan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah kelompok kami selanjutnya. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Hilal, M. (2019). Filsafat bahasa biasa Gilbert Ryle dan relevansinya dengan konsep

pendidikan karakter di Indonesia. Jurnal Filsafat, 29(2), 206-227.

Setyowati, Y., & Nurwahidin, M. (2022). FILSAFAT BAHASA IBU DALAM

PROSES PEMBELAJARAN. JOEL: Journal of Educational and Language Research,

2(4), 687-692.

Edi Sumanto. (2017). HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN BAHASA, 6.

Tamaji, S. T. (2020). Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Perspektif Filsafat Ilmu. Al-

Fakkaar, 1(2), 80-104.

Salliyanti: Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa, 2004


USU Repository©2006

Anda mungkin juga menyukai