Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH LINGUSTIK UMUM

DOSEN PEGAMPU: Dr. MUH. SAFAR, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH :

HAERIL ANWAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PEGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah

Tataran Linguistik Fonologi .

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah

Linguistik Umum yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan

terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang

sesungguhnya. Kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah

ini dapat berguna bagi kami khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bone, 21 Januari 2024

HAERIL ANWAR
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR...............................................................................................................2

BAB I......................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….4

BAB II....................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
2.1 Pengertian Linguistik……………………………...………………………………….4
2.2 Objek Linguistik: Bahasa…………………………………………………………….8
2.3 Ruang Lingkup Linguistik…………………………………………………………..12

BAB III.................................................................................................................................13

PENUTUP............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa;
atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tapat lagi, seperti
dikatakan Martinet telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Dalam berbagai buku mungkin
rumusannya agak berbeda, tetapi, bahwa bahasa menjadi kajian linguistik, kiranya tidak perlu
diperdebatkan lagi.

Bahasa sebagai objek kajian linguistik bisa kita bandingkan dengan peristiwa-
peristiwa alam yang menjadi objek kajian ilmu fisika; atau dengan berbagai penyakit dan cara
pengobatannya yang menjadi objek kajian ilmu kedokteran; atau dengan gejala-gejala sosial
dalam masyarakat yang menjadi objek kajian sosiologi. Meskipun dalam dunia keilmuan
ternyata yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya bukan hanya linguistik, tetapi
linguistik tetap merupakan ilmu yang memperlakukan bahasa sebagai bahasa; sedangkan
ilmu lain tidak demikian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari Linguistik?

2. Apa Objek Linguistik?

3. Apa saja Ruang Lingkup Linguistik?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LINGUISTIK


A. Terminologi kunci dalam studi linguistik (Definisi Linguistik)

Linguistik adalah ilmu bahasa (verhaar, 1966 : 1). Definisi ini hampir tidak memberi
gambaran cukup kepada pembaca, serta tidak memberi suatu indikasi yang positif mengenai
asas-asas dasar bidang studi ini. Definisi tersebut mungkin dapat diperjelas sedikit dengan
menguraikan lebih rinci yang terkandung dalam batasan “Bahasa” itu sendiri. Bahasa dapat
diartikan sebagai suatu lambang bunyi yang arbitrer (manasuka). Ferdinand De Saussure
mengartikan bahasa kedalam tiga bentuk, yaitu tuturan, aturan, dan semestaan. Namun
secara garis besar pengertian dari bahasa adalah suatu perantara yang digunakan oleh
sekelompok anggota sosial untuk saling berkomunikasi antara individu yang satu dengan
individu yang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa linguistik adalah suatu cabang ilmu yang
mengkaji tentang sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh sekelompok anggota
sosial untuk berkomunikasi. Linguistik sering disebut sebagai linguistik umum. Mengapa
demikian? Sebab linguistik bersifat menyeluruh. Linguistik tidak hanya menyelidiki salah
satu bahasa saja, akan tetapi menyelidiki seluruh bahasa yang digunakan manusia dalam
kehidupan sehari-hari pada umumnya.

B. Sejarah linguistik

Secara garis besar sejarah perkembangan bahasa terjadi melalui 3 tahapan zaman
yaitu, zaman kuno/klasik, zaman modern, dan zaman pos modern. Linguistik sudah ada sejak
zaman kuno yaitu sekitar akhir abad ke-4 SM. Akan tetapi ini bukan awal kelahiran dari
linguistik, disini linguistik hanya masih di ibaratkan sebagai embrio saja. Selanjutnya
memasuki zaman Yunani atau yang sering disebut dengan tata bahasa tradisional. Tokoh-
tokoh yang berperan di zaman ini antara lain adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Pada
zaman ini mulai disusun suatu gramatika (tata bahasa) yang didasarkan pada logika, namun
pembagian katanya sudah lebih lengkap. Disinilah awal lahirnya linguistik dalam dunia
kebahasaan. Plato dengan tegas membedakan kata benda (nomina) dengan kata kerja (verba).
Menurut plato nomina adalah kata yang dapat berfungsi dalam kalimat sebagai subjek sesuatu
dalam predikat, sedangkan verba adalah kata yang dapat menyatakan perbuatan atau kualitas
yang disebut dalam predikat (John L, 1995 : 11). Kemudian pada abad pertengahan dibuat
pembagian kata-kata menjadi nomina, verba, dan ajektiva. Aristoteles mengikuti pembedaan
antara nomina dan verba seperti Plato, tetapi menambahkan satu kelas lain yang berbeda
yaitu kata sambung atau konjungsi. Menurut Aristoteles maksud dari istilah ini adalah semua
kata yang tidak termasuk ke dalam kelas nomina dan verba. Satu langkah yang lebih maju
yang dibuat Aristoteles adalah pengenalan akan kategori kala dalam kata kerja Yunani. Dia
memperhatikan bahwa variasi sistematis tertentu pada bentuk-bentuk kata kerja dapat
dihubungkan dengan pengertian waktu seperti kini atau lampau. Namun ajarannya dalam hal
ini masih kurang jelas. Kemudian para iskandaria meneruskan karya para ahli tata bahasa
kelompok Stoa. Yaitu kelompok di zaman Yunani yang paling memperhatikan bahasa.
Iskandarialah yang sekarang kita sebut sebagai tata bahasa tradisional. Memasuki zaman
Renaisanse minat terhadap bahasa-bahasa daerah berkembang luas sekali, dan buku-buku tata
bahasa ditulis dalam jumlah besar. Selanjutnya di abad ke-19 memasuki akhir abad ke-20,
ada seorang tokoh yang kemudian dikenal sebagai bapak Linguistika modern,
yaitu “FerdinandDe Sawssure” yang memiliki pemikiran-pemikiran luar biasa tentang ilmu
bahasa. Ia mengembangkan satu study bahasa yang tidak diakronis lagi, tetapi secara
sinkronis, yang kemudian dikenal dengan nama linguistik struktural. Pada abad ini,
peradaban mulai berkembang, tidak hanya 1 tempat, tetapi di berbagai tempat, dengan
penekanan yang berbeda-beda. Pembedaan ini dinamai berdasarkan nama tempatnya.
Kemudian pada tahun 60’an mulai berkembang satu model pemikiran dekonstruksi yang inti
pemikirannya dengan cara menentang pemikiran lama dan membuat pemikiran baru. Dan
selanjutnya di masa-masa yang berikutnya, linguistika dikembangkan lagi oleh para ahli
bahasa yang lain menjadi tata bahasa yang lebih baik lagi hingga saat ini.

C. Perkembangan linguistik di Indonesia

Perkembangan linguistik di Indonesia terjadi melalui empat periode, yang pertama dimulai
dari periode dominasi tradisional yaitu sebelum tahun 1965’an. Pada periode ini
perkembangan linguistik di indonesia terdominasi oleh tata bahasa tradisional, yaitu sebuah
tata bahasa yang diwarnai oleh campuran logika, seperti S=P yang dapat diartikan sebagai
subyek mengakui predikat. Beberapa bukti terkait dengan pernyataan tersebut adalah
banyaknya karya-karya seperti buku pada periode ini yang penjelasan konsepnya banyak
didasarkan pada makna pengidentifikasian donimasi tradisional. Selanjutnya memasuki tahun
1965’an-1985’an atau yang disebut dengan periode dominasi struktural. Pada tahun 1970’an
telah diterbitkan buku bahasa indonesia yang membuktikan bahwa aliran stuktural mulai
dikenal teristimewa dalam bidang pengajaran bahasa indonesia. Dominasi ini semakin kokoh
ketika pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan perubahan dari
kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975. Beberapa bukti lain perkembangan teori ini adalah
diterbitkannya buku ilmu bahasa indonesia (1967-1970, M. Ramlan), buku analisa
bahasa (1978, Samsuri), sertabuku predikat obyek dalam bahasa indonesia (1979,
Sudaryanto). Kemudian lanjut ke periode dominasi transformasional ditengah variasi, yaitu
pada tahun 1985-1990’an. Pada periode ini, perkembangan linguistik di indonesia mulai
muncul berbagai macam variasi teori. Variasi-variasi tersebut tampak pada penerbitan karya-
karya terjemahan dari beberapa buku yang diantaranya adalah ilmu bahasa : pengantar
dasar (1982, Unlenbeck), ilmu bahasa : pengantar (1987, Andremarinet), ilmu bahasa
lapangan (1988, William J. Samarin), pengantar linguistik umum (1988, Ferdinand De
Saussure), dan lain sebagainya. Kevariasian teori dalam periode ini semakin kuat dengan
adanya pemasukan bab wacana dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Kevariasian juga
mendominasi periode ini dengan perkembangan ilmu-ilmu hibridis di bidang bahasa. Dan
periode yang terakhir adalah periode warna-warni teori yang ada pada awal tahun 2000’an.
Warna-warni teori dalam periode ini adalah didasarkan pada teori-teori yang sebelumnya,
yaitu teori yang ikut mewarnai peristiwa linguistik bahasa indonesia seperti teori tradisional,
struktural, dan transformasi. Dan dimasa yang akan datang , untuk perkembangan linguistik
yang selanjutnya diharapkan akan muncul lagi teori yang baru terkait dengan linguistik. Jadi
berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan linguistik di indonesia
didominasi oleh empat periode yang masing-masing periode didasarkan pada bukti hasil
karya-karya yang diterbitkan.

D. Prinsip dasar studi linguistik

Linguistik adalah studi yang didasarkan pada sebuah realita, dimana obyek yang dikaji
meliputi obyek materia dan obyek forma. Prinsip dasar studi linguistik mengobyekkan obyek
materia sebagai bahasa lisan. Obyek materia itu sendiri meliputi beberapa prinsip-prinsip
penelitian, yang diantaranya adalah natural. Yang dimaksud natural disini adalah bukan hasil
rekayasa dalam berbagai kepentingan atau dapat dikatakan linguistik mendatakan hasil
penelitian berdasarkan fakta. Yang kedua yaitu deskripsi, maksudnya data harus diberikan
sebagaimana adanya. Deskripsi yang baik adalah deskripsi data yang diberikan oleh peneliti
mampu membuat pembaca percaya dengan apa yang ia diskripsikan. Selain itu, diluar
natural dan deskripsi ada studi linguistik yang bersifat preskriptif. Dalam prinsip ini,
penelitian didasarkan atas kaidah /teori yang dibawa oleh peneliti, sehingga penelitian
tersebut dikaji atas dasar teori pikiran yang ada pada peneliti. Akan tetapi, Linguistik adalah
ilmu pengetahuan deskriptif, bukan preskriptif. Tugas utama dari seorang linguis adalah
menggambarkan (describe) bagaimana sebenarnya orang-orang memakai bahasa mereka
untuk berbicara maupun menulis tidak menetapkan (prescribe) bagaimana seharusnya mereka
berbicara dan menulis (john L. 1995:43). Jadi dapat dikatakan bahwa linguistik adalah ilmu
yang empiris, yaitu ilmu yang berdasarkan pada fakta dan data yang dapat diuji oleh ahli
tertentu dan juga oleh semua ahli lainnya.

E. Hubungan linguistik dengan ilmu lain

Bahasa yang dikaji oleh linguistik akan menjadi ciri khusus manusia sebagai makhluk
homozimbolikum, yaitu seperti yang dikatakan oleh Ernest K bahwa determinan manusia
dengan makhluk yang lain itu adalah simbol. Terdapat beberapa ilmu lain yang berhubungan
dengan linguistika. Beberapa disiplin ilmu hibridis yang berhubungan dengan linguistika
yang pertama yaitu sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sosialisasi
manusia dengan masyarakat. Adanya ilmu sosiologi didalam linguistika, ini melahirkan studi
bahasa baru yang disebut dengan sosiolinguistika. Sosiolinguistika merupakan cabang
linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini
merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah
komunikasi yang alami. Didiplin ilmu hibridis yang kedua adalah antropologi. Adanya
hubungan antara ilmu antropologi dengan linguistika dalam bahasa, mampu berkembang
menjadi studi ilmu baru yakni Antropolinguistika, yaitu cabang ilmu linguistik yang
mengkaji bahasa dari perspektif kebudayaan manusia. Ilmu hibridis yang berhubungan
dengan linguistik yang selanjutnya adalah psikologi. Di dalam linguistika, psikologi dikenal
dengan istilah psikolinguitika, yakni sebuah cabang ilmu linguistik yang mengkaji variasi
bahasa yang berhubungan dengan mental seseorang. Adanya psikolinguistik ini mampu
melahirkan sebuah komperhensi bahasa, aposisi bahasa, produksi bahasa serta koherensi
bahasa, yang dapat dikaji di dalam psikolinguistika. Selanjutnya cabang ilmu linguistika
setelah psikoliguistika lahir studi bahasa yang disebut dengan neurolinguistika, yaitu salah
satu cabang kajian interdisipliner dalam ilmu linguistik dan ilmu kedokteran yang mengkaji
hubungan antara otak manusia dengan bahasa. Kemudian linguistik juga berhubungan dengan
ilmu dalam bidang informatika. Cabang ilmu yang mengkaji antara linguistik dengan
informatika terutama dengan komputer disebut dengan komputasi linguistik. Sedangkan
disiplin ilmu hibridis linguistik yang terakhir adalah etnolinguistika, yaitu cabang ilmu
linguistika yang mengkaji bahasa yang berhubungan dengan etnis dan suku tertentu. Jadi
dapat dikatakan bahwa linguistika adalah cabang ilmu yang bersifat sosial, yakni linguistika
berhubungan atau membutuhkan ilmu-ilmu lain didalam suatu kajiannnya.

F. Dikotomi linguistik

Linguistik sebagai ilmu bahasa memiliki banyak sekali karakteristik yang


membedakannya dengan ilmu lain. Beberapa karakteristik tersebut dijelaskan dalam istilah-
istilah yang diantaranya adalah linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis
atau linguistik murni adalah ilmu bahasa yang mengkaji dengan tujuan menemukan kaidah
bahasa yang otonom, sedangkan linguistik terapan adalah cabang ilmu linguistik yang
meneliti penerapan teori dari teoritis untuk bidang tertentu, misal pembelajaran bahasa;
penerjemahan; pragmatig klinis; leksikografi; leksikologi; dll. Selanjutnya adalah linguistik
sinkronis dan diakronis. Perbedaan dari keduanya adalah terletak pada kurun waktunya.
Linguistik sinkronis mengkaji bahasa dalam kurun waktu yang sama, sedangkan linguistik
diakronis mengkaji bahasa dari dua atau lebih dalam kurun waktu yang berbeda. Kemudian
dalam prinsip dasar studi linguistik dikenal istilah preskriptif dan deskriptif. Pengertian dari
preskriptif adalah ilmu yang mengkaji bahasa dari sudut pandang teori tertentu dan bahasa
yang dikaji itu sesuai dengan teori yang dipakai oleh peneliti, sedangkan pengertian dari
deskriptif sendiri adalah ilmu yang mengkaji bahasa berdasarkan data bahasa secara natural
atau apa adanya tanpa mendasarkan teori tertentu. Selanjutnya dikenal juga istilah linguistik
struktural dan pragmatikal. Linguistik struktural adalah ilmu yang mengkaji bahasa tanpa
menghubungkan bahasa itu dengan penggunaannya, sedangkan linguistik pragmatikal adalah
ilmu yang mengkaji tentang kaidah penggunaan bahasa. Bentuk dari linguistik adalah
mengarah kepada elemen yang disebut elemen segmental, sedangkan isi dari linguistik
mengacu pada konsep yang melekat pada bentuk bahasa tersebut. Selain beberapa istilah
diatas tadi sebenarnya masih banyak lagi istilah-istilah lain dalam linguistik yang diantaranya
adalah historis komparatif dan tipologis, linguistik makro dan mikro, sintakmatik dan
paradigmatik, kompetensi dan perfomansi, kotekstual dan kontekstual, dan struktur luar dan
dalam. Jadi secara garis besar linguistik memiliki banyak istilah yang menjadi karateristiknya
sebagai ilmu bahasa.

2.2 Objek Linguistik: Bahasa


A. Pengertian Bahasa

Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian.
Dalam pendidikan formal di SMA,”Bahasa adalah alat komunikasi.”Sedangkan definisi
bahasa menurut Sapir, Badudu, dan Keraf bahasa itu tidak menonjolkan fungsi, tetapi
menonjolkan sosok bahasa itu seperti apa yang dikemukakan Kridalaksana dan juga Joko
Kentjono, yaitu “Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri.”

Kriteria dalam menentukan dua buah tuturan adalah dua bahasa yang berbeda berdasarkan
dua patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara linguistik dua buah tuturan
dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda apabila anggota dari dua masyarakat tuturan itu
tidak saling mengerti. Tetapi secara politis, dua buah bahasa yang berbeda berdasarkan asal
negaranya.

Oleh karena itu, karena rumitnya dalam menentukan suatu parole (objek konkret) bahasa atau
bukan, hanya dialek saja dari bahasa lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang
pasti mengenai jumlah bahasa yang ada didunia ini.

B. Hakikat Bahasa

a. Bahasa Sebagai Sistem

Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan
sistemis. Sistematis, artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola tertentu, sedangkan
sistemis artinya bahasa bukan merupakan system tunggal, tetapi terdiri dari sub-sistem/sistem
bawahan. Jenjang subsistem dalam linguistik, dikenal dengan nama tataran linguistic atau
bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga
subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.

Dalam morfologi kata menjadi satuan terbesar dan dikaji struktur dan proses
kajiannya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai unsur
pembentuk sintaksis yang lebih besar.
b. Bahasa Sebagai Lambang

Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama.
Lambang dengan berbagai seluk-beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang disebut
ilmu semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang membuat
penuturnya bisa menyampaikan semua pemikiran atau sikap sebagai sebuah lambang atau
simbol untuk mengacu pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang perlu digaris bawahi
bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan tidak ada hubungan secara
langsung. Setiap kata memang mengacu pada yang dilambangkan. Namun, kata saja tidak
bisa dipahami secara utuh tanpa melibatkan konteks penggunaan kata itu dalam struktur yang
lebih besar, seperti frasa, klausa, dan kalimat. Konteks berperan penting dalam penggunaan
suatu kata sebagai lambang.

c. Bahasa Adalah Bunyi

Yang dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang
diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer adalah
yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan
inilah yang menjadi objek linguistik. hanyalah bersifat sekunder.

d. Bahasa Itu Bermakna

Yang dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu
ide, atau suatu pikiraan yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang
bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem,
kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan
wacana (maqa:l). Semua satuan itu memiliki makna. Namun karena ada perbedaan
tingkatannya, maka jenis maknanya pun tidak sama. Makna yang berkenaan dengan morfem
dan kata disebut makna leksikal (al-ma’na:al-lafzhi:); yang berkenaan dengan frasa, klausa
dan kalimat disebut makna gramatikal (al-ma’na: al-nahwi:); dan yang berkenaan dengan
wacana disebut makna pragmatik atau makna konteks (al-ma’na: al-tada:wuli: atau al-ma’na:
al-siya:qi:).

e. Bahasa Itu Arbitrer

Yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud
oleh lambang tersebut. Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang
dilambangkan, tentu lambang yang dalam bahasa Arab berbunyi (bait) akan disebut
juga (bait) dalam bahasa Indonesia, bukan (rumah). Dengan kata lain, tidak ada kata yang
baik dan kata yang buruk dalam membincangkan nama-nama satuan-satuan kosakata.
C. Bahasa dan Faktor Luar-Bahasa

Objek kajian linguistik mikro adalah struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu
sendiri, sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-
faktor di luar bahasa. Hubungan bahasa dengan masyarakat adalah:

a. Masyarakat Bahasa

Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang
sama.

Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa pada “merasa menggunakan bahasa
yang sama", maka konsep masyarakatnya menjadi lebih luas dan sempit sehingga patokan
linguistik umum menjadi lebih longgar. Misal secara linguistik bahasa Indonesia dan
Malaysia adalah bahasa yang sama, keduanya dapat mengerti dengan bahasa masing-masing.

b. Variasi dan Status Sosial Bahasa

Pada penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa bahasa itu bervariasi karena anggota
masyarakat penutur bahasa sangat beragam, dan bahasa yang digunakan juga beragam.

Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan yang membedakan adanya
dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya.

1. Variasi bahasa tinggi (T) yang digunakan dalam situasi-situasi resmi, seperti pidato
kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah, surat-menyurat resmi, dan
buku pelajaran.

2. Variasi bahasa rendah (R) digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di
warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi, dan catatan untuk diri sendiri.

c. Penggunaan Bahasa

Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi


dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan 8 unsur, yang diakronimkan menjadi
SPEAKING, yakni:

1. Setting and Scene, yaitu unsur yang berhubungan dengan tempat dan waktu
terjadinya percakapan.
2. Participants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan.
3. Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan.
4. Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.
5. Key, yaitu cara atau semangat dalam percakapan.
6. Instrumentalities, yaitu jalur percakapan apakah lisan atau tulisan.
7. Norms, yaitu norma perilaku peserta percakapan.
8. Genres, yaitu kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
d. Kontak Bahasa

Indonesia adalah negara yang multilingual. Dalam masyarakat multilingual yang


mobilitas geraknya tinggi, maka anggota-anggota masyarakatnya akan cenderung untuk
menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai dengan
kebutuhannya.

Bloomfield mengartikan bilingual sebagai penguasaan yang sama baiknya oleh


seseorang terhadap dua bahasa. Uriel Weinrich mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa
oleh seseorang secara bergantian. Sedangkan Einar Haugen mengartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain, yang
bukan bahasa ibunya.

Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain kedalam bahasa yang sedang
digunakan.Contoh dalam tataran fonologi: kata Bogor dibaca mbogor.

e. Bahasa dan Budaya

Dalam sejarah linguistik ada hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan
bahasa dan kebudayaan, yang dikeluarkan oleh dua orang pakar, Edward Sapir dan Benjamin
Lee Whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan, cara berfikir dan
bertindak anggota masyarakat penuturnya. Misalnya jadwal acara yang sudah disusun tidak
tepat waktu sehingga di Indonesia ada ungkapan jam karet.

Hipotesis Sapor -Whorf ini memang tidak banyak diikuti orang, yang banyak diikuti
adalah kebalikan dari hipotesis Sapor-Whorf, yaitu bahwa kebudayaanlah yang
mempengaruhi bahasa.

D. Klasifikasi Bahasa

Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa.
Kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi, menurut Greenberg suatu klasifikasi
harus memenuhi persyaratan nonarbitrer (tidak boleh semaunya), ekshautik (klasifikasi yang
dilakukan tidak bersisa), dan unik (apabila suatu bahasa telah masuk pada satu kelompok
tidak boleh masuk ke kelompok lainnya).

2.3 Ruang Lingkup Linguistik


1. Fonologi

Bidang Linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan


bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu
bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya,
fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan
sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah
bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan
memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
2. Morfologi

Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari
bentuk-bentuk kata dan segala hal proses pembentukannya. Morfologi mengidentifikasikan
satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dalam bahasa Arab, ilmu ini lebih
dikenal dengan ‘ilm al-sharf, yang merupakan satuan gramatikal yang membahas masalah
struktur intern kata. Secara terminologi morfologi adalah salah satu dari bidang linguistik
yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 2003, 97).
Devinisi lain dikemukakan oleh Hijazi (1978:55) yang menyatakan bahwa Morfologi
penyatuan dari beberapa unsur bunyi yang ada sehingga menjadi sebuah kata yang
mengalami afiksasi.

3. Sintaksis

Secara etimologi, sintaksis berarti ‘menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi


kelompok kata atau kalimat’. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut
susunan kata-kata di dalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara tradisional
disebut tata bahasa atau gramatika. Jadi, sintaksis ialah ilmu yang mempelajari hubungan
aantara kata, frase, klausa, kalimat yang satu dengan kata, frase, klausa, kalimat yang lain.
Kata, frase, klausa dan kalimat inilah yang oleh para ahli disebut sebagai satuan sintaksis
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Linguistik adalah ilmu bahasa (verhaar, 1966 : 1) dan secara garis besar sejarah
perkembangan Linguistik terjadi melalui 3 tahapan zaman yaitu, zaman kuno/klasik, zaman
modern, dan zaman pos modern.

Objek Linguistik: Bahasa. Dan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa
tersebut, antara lain, adalah (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu wujudnya
lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu
bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu
bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu
bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa itu
merupakan identitas penuturnya.

Ruang Lingkup Linguistik terdiri atas kajian terhadap bunyi bahasa (fonologi “ilm al-
ashwa:t” dan fonetik “ilm wazha:’if al-ashwa:t"), kajian terhadap kata (morfologi “ilm al-
sharf”), kajian terhadap kalimat (sintaksis “ilm al-nahw”), dan kajian terhadap makna
(semantik “ilm al-dila:li:”).
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012, cetakan keempat).

Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Pengantar Linguistik Arab Klasik-Modern. (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, cetakan pertama).

Anda mungkin juga menyukai