LINGUISTIK
Disusun oleh:
AMRIANI 2153008
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i
C. Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan...................................................................................................................... 61
B. Saran............................................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 63
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Linguistik sampai saat ini masih dianggap sulit oleh sebagian besar
manusia. Padahal Ilmu Linguistik bersifat umum yang hanya mengkaji sebuah
bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Hal ini
Banyak yang beranggapan bahwa Ilmu Linguistik itu sulit dan perlu segera
ditepis. Masalahnya sekarang, sampai saat ini panduan Ilmu Linguistik umum
yang benar-benar dan detai masih sangat sulit untuk ditemukan. Padahal buku
jenis Ilmu Linguistik akan sangat membantu para penulis pemula untuk mulai
mengasah kemampuan.
Umum.. Secara umum makalah ini dapat dikategorikan kedalam bagian besar
yakni pembahasan objek keilmuan Linguistik dan sejarah berkembangnya
Linguistik.
1. Untuk mengetahui pengertian linguistik dari berbagai ahli atau sumber yang
berbeda;
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan linguistik hingga saat ini; dan
PEMBAHASAN
Kata linguistic berasal dari bahasa latin “lingua” yang artinya bahasa.
definisikan sebagai ilmu tentang bahasa atau penyelidikan bahasa secara ilmiah.
Definisi yang sama di kemukakan oleh Tarigan (1986), yaitu seperangkat ilmu
membedakan antara bahasa yang satu dengan yang lainnya (hasanan, 1984).
Dalam BA, linguistik disebut ilmu lughah. Pada mulanya kata ilmu lughah
tidak digunakan dengan makna linguistic atau kajian bahasa. Kata ilmu lughah
dan dimaksudkan sebagai ilmu ma’ajim atau lecikology. Berikutnya kata ilmu
(dalam Hasanin,1984).[1]
tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya;
atau lebih tepat lagi, sepeti dikatakan Martiner (1987:19), telaah ilmiah
Prancis mempunyai dua istilah, yaitu langue dan langage dengan makna
yang berbeda. Langue berarti suatu bahasa tertentu, seperti bahasa inggris,
bahasa jawa, atau bahasa prancis. Sedangkan langage beararti bahasa secara
umum, dan parole adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata , yang konkret,
bermula dari dua dunia, yakni dunia barat dan dunia timur. Secara kebetulan
bermulanya sejarah bahasa di dunia barat dan dunia timur hampir bersamaan
Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia barat dimulai sejak dua puluh
empat abad yang lalu, yaitu abad IV sebelum masehi oleh Plato yang membagi
jenis kata bahasa yunani kuno dalam kerangka telaah filsafatnya. Dalam
kerangka telaah filsafatnya Plato membagi jenis kata bahasa yunani kuno
menjadi dua golongan yakni onom dan rhema. Onoma adalah jenis kata yang
biasanya menjadi pangkal pernyataan dan pembicaraan, dalam kata lain onoma
pun disebut sebagai pernyataan pertama atau kurang lebihnya itu disejajarkan
dengan kata benda. Sedangkan rhema adalah jenis kata yang biasanya dipakai
merupakan pernyataan kedua dan dapat dijajarkan dengan kata kerja atau sifat.
[3]
322 SM). Dimana Aristoteles membagi jenis kata bahasa yunani kuno menjadi
tiga golongan, yakni onoma, rhema, syndesmos. Dua jenis kata sama dengan
pokok pikiran gurunya, sedangkan yang satunya lagi sebagai buah pikirannya
disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, jumlah dan kasus. Rhema diartikan
yaitu perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan personal, jumlah,
Pada akhir abad kedua masehi (130 SM) oleh Dyonisius Thrax dimana
pada saat ini sangat menjadi anutan para ahli tata bahasa, beliau menjadikan
a. Nomina
b. Pronominal
c. Artikel
d. Verba
e. Adverbial
f. Preposisi
g. Partisipium
h. Konjugasi
a. Nomina
b. Verba
c. Artikel
d. Konjugasi
Pada abad ke-IV dan V, gramatisi yang terkenal pada saat itu adalah
Donatius dan Priscianus. Karangan kedua gramatis ini sangat terkenal dan besar
sekali pengaruhnya diseluruh eropa. Pembagian jenis kata pada saat itu menjadi
tujuh, yaitu:
a. Nomina
b. Pronominal
c. Verba
d. Adverbial
e. Preposisi
f. Partisipium
g. konjugasi/konjungsi
bhasa latin. status bahasa latin pada saat itu memang sangat tinggi hingga
dianggap sebagai bahasa vulgar. Setelah abad XVI barulah muncul kesadaran
untuk mempelajari bahasa mereka sendiri. Pembagian jenis kata pada abad
yaitu:
a. nomina
b. pronominal
c. partisipium
d. verba
e. adverbial
f. preposisi
g. partisipium
h. konjungasio
i. interjeksi
yaitu :
a. Nomina
b. Pronominal
c. Partisipium
d. Adverbial
e. Preposisi
f. Konjungsi
g. Interjeksi
Dan pembagian jenis kata ini di negeri belanda menjadi sepuluh, yaitu: :
a. Nomina
b. Verba
c. Pronomina
d. Adverbia
e. Adjektiva
f. Numeralia
g. Preposisi
h. Konjungsi
i. Interjeksi
j. Artikel.
Tradisi inilah yang kemudian dikutip oleh para ahli tatabahasa tradisional di
Indonesia.[5]
Di Indonesia ada tradisi lain di dalam hal pembagianjenis kata ini, yaitu
pembagian jenis kata atas 3 golongan, yakni: (1) isim, (2) fi’il, (3) harf.
terpengaruh oleh ahli tata bahasa melayu Raja Alihaji. Raja Alihaji sendiri pada
dasarnya terpengaruh oleh tradisi Arab, yakni dari seorang ahli tata bahasa Arab
yaitu Addu’ali.
tentang signifiant dan signifie merupakan kunci utama untuk memahami hakikat
bahasa. Konsep lain yang ditampilkan antara lain parole, langue dan langage;
Saussure ini kemudian berkembang menjadi suatu aliran dengan nama aliran
a. Nominal
b. Verbal
c. Partikel
Apabila kita ini kita bandingkan dengan tradisi Arab dan Yunani terdapat
kurang lebih empat abad sebelum masehi, jadi hampir bersamaan dengan
bahasa di dunia timur ini ditandai dengan munculnya karya Panini yang
berjudul “vyakarana” .[7] buku tersebut buku tata bahasa sansekerta yang
sangat mengagumkan dunia pada zaman yang sedini itu telah dapat
dipahami oleh orang awam. Hal itulah yang menyebabkan seorang muridnya
pengikutnya tidak dilakukan secara tertulis, melainkan secara lisan. Hal tersebut
bunyi diupayakan untuk dilambangkan dengan cara khas. Di seluruh dunia tidak
ada bahasa yang secermat ini sistem bunyi dan sistem tulisnya. Banyak ahli
bahasa barat yang kagum dan terperanjat setelah mengetahui bahwa tata
bahasa sansekerta pada zaman yang sedini itu sudah memiliki deskrifsi bahasa
yang tidak ubahnya dengan deskripsi ahli bahsa structural di barat pada awal
abad dua puluh, atau katakanalah akhir abad Sembilan belas. Bahkan banyak
structural yang paling cermat dan paling murni. Dengan demikian seandainya
kita bandingkan antara barat dan timur dengan mengambil tharikh yang sama,
maka dapat dikatakan bahwa ilmu bahsa di dunia barat tertinggal dua puluh tiga
abad dari dunia timur. Sayangnya puncak strukturalisme pada saat itu terputus
sama sekali dan tidak ada kelanjutannya barang sedikit pun. Hal tersebut dapat
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau
3) Hati-hati bergaul dengan anak yang tidak tahu bahasa itu.
4) Dalam kasus itu ternyata lurah dan camat tidak mempunyai bahasa yang
sama.
7) Kalau dia memberi kuliah bahasanya penuh dengan kata dari pada dan
akhiran ken.
kalimat ke-2, kata bahasa menunjuk bahasa pada umumnya; jadi, suatu langage.
Pada kalimat ke-3 kata bahasa berarti ‘sopan santun’; pada kalimat ke-4 kata
bahasa berarti ‘kebijakan dalam bertindak ‘; pada kalimat ke-5 kata bahasa
berarti ‘maksud-maksud dengan bunga sebagai lambang ‘; pada kalimat ke-6
kata bahasa berarti ‘dengan cara ‘; dan pada kalimat ke-7 kata bahasa berarti
Dari keterangan diatas bisa disimpulkan hanya pada kalimat (1), (2), dan
(7) saja kata bahasa itu digunakan secara harfiah, sedangkan pada kalimat lain
digunakan pada secara kias. Bahasa sebagai objek linguistic adalah seperti yang
digunakan pada kalimat (1) , kalimat (2), dan kalimat (7). Pada kalimat (1)
bahasa sebagai langue, pada kalimat (2) bahasa sebagai langage, dan pada
itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu
masyarakat bahasa. Langue merupakan objek yang abstrak karena langue itu
berwujud sistem bahasa secara universal. Yang dikaji linguistik secara langsung
adalah parole itu, karena parole itu yang berwujud konkret, yang nyata, yang
mendapatkan kaidah-kaidah suatu langue ; dan dari kajian terhadap langue ini
[10]
bahasa itu, biasanya akan dijawab, “Bahasa adalah alat komunikasi”. Jawaban ini
tidak salah, tetapi juga tidak benar, sebab jawaban itu hanya menyatakan
“Bahasa adalah alat”. Jadi, fungsi dari bahasa itu yang dijelaskan, bukan “sosok”
bahasa itu sendiri. Memang benar. Fungsi bahasa adalah alat komunikasi bagi
“sosok” bahasa itu. Bukan tentang fungsinya. Jawaban, bahwa “Bahasa adalah
alat komunikasi”, untuk pertanyaan “apakah bahasa itu ?” memang wajar terjadi
karena bahasa itu adalah fenomena social yang banyak seginya. Sedangkan segi
yang lainnya. Karena itu tidak mengherankan kalu banyak juga pakar yang
membuat definisi tentang bahasa dengan pertama-tama menonjolkan segi
fungsinya itu, seperti Sapir (1221:8). Badudu (1989:3), dan Keraf (1984:16).
fungsi tetapi menonjolkan “sosok” bahasa itu adalah seperti yang dikemukakan
Kridalaksan (1983, dan juga dalam Djoko Kentjono 1982): “Bahasa adalah
system lambing bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok
social untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri”. Definisi ini
Bahasa adalah bunyi-bunyi yang dipakai oleh setiap kaum untuk menyatakan
menjelaskan bahwa bahasa memiliki fungsi sosial yang ekspresif dan memiliki
kerangka sosial. Oleh karena itu, bahasa berbeda karena perbedaan kelompok
karakteristik bahasa dari satu aspek dan fungsinya dari aspek lain. Terlebih
dahulu definisi-definisi modern tentang bahasa menjelaskan bahwa bahasa
adalah sistem lambang. Ini berarti bahwa bahasa terdiri dari seperangkat
Bahasa adalah sistem bahasa yang paling kompleks. Isyarat lalu lintas
adalah lambing cahaya, tetapi ia spesifik dan sederhana. Isyarat cahaya yang
keluar dari kapal-kapal, para panglima pasukan, pandu, dan klub-klub olahraga
hewan dengan berbagai jenisnya, terutama burung-burung, itu juga spesifik dan
sederhana. Akan tetapi hanya manusia yang mampu berinteraksi dengan bahasa
sistem yang kompleks. Maka bunyi-bunyi yang keluar dari alat-alat ucap pada
manusia relatif terbatas. Oleh karena itu banyak bahasa yang berkoleksi dalam
kurang dari 40 bunyi. Akan tetapi bunyi-bunyi yang spsesifik ini menjadikan
banyak susunan sehingga membentuk ribuan kata dalam satu bahasa. Kata-kata
ada pada hewan. Bahasa manusia merupakan system lambang yang kompleks.
[12]
Lambang bahasa tidak mengandung nilai subjektif yang karakteristiknya
nama bagi hewan itu atas dasar pemakaian kata ini. Ini berarti bahwa nilai
interaksi. Oleh karena itu, lambang bahasa merupakan sarana komunikasi dalam
kerangka kelompok bahasa yang sama. Proses ujaran berdasar pada adanya
penutur dan penerima dan di antara keduanya ada sarana komunikasi. Ini
dalam akal Sifat dan fungsi bahasa sampai pada makna-maknanya yang
dimaksud oleh penutur atau penulis, lalu lambang-lambang itu dipahami oleh
Bahasa bersifat arbiter, yang dimaksud dengan arbiter adalah sifat bahasa
yang manasuka, artinya bahasa tidak ada hubungannya dengan suatu keharusan
Misalnya, kita tidak bisa memaksa mengenai nama suatu benda, bahkan kita
tidak bisa menjawab mengapa benda itu dinamai pohon, sedangkan oleh
kelompok lain disebut wit, atau syajar, atau arbre. Begitu pula dengan nama
benda yang lain, mungkin terdapat kelompok sosial yang memiliki sebutan
masing-masing. Akan tetapi ada pula unsur bahasa lain yang tidak terlalu
bersifat arbitrer, yaitu yang disebut onomatopea. Misalnya: kokok ayam, desir,
kesamaan faktual dengan apa apa yang dilambangkannya. Unsur bahasa yang
mempunyai kata lebih dari 30 000 yang mengandung fonem-fonem itu masih
pertanyaan, perintah, keinginan, dan seruan. Akan tetapi dengan kelima tipe
tidakla terbatas.
Bahasa bersifat unik. Artinya setiap bahasa mempunyai sisitem yang has
yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Contoh: bahasa Inggris memiliki sistem
yang berbeda dengan sistem bahasa Indonesia. Misalnya dalam bahasa Inggris,
kita mengenal bentuk yang menunjukan perbedaan waktu, sedangkan dalam
digunakan sebagai alat komunikasi oleh manusia dan potensinya dibawa sejak
Sebaliknya, ada pula sifat-sifat suatu bahasa yang dimiliki oleh bahasa
lain, sehingga sifat itu ada yang universal dan ada pula yang hampir universal.
Contoh: konfiks kean dalam bahasa Indonesia hanya dapat bergabung dengan
sebanyak-banyaknya dua morfem, seperti kata tidak pasti, kurang ajar, menjadi
ketidakpastian dan keurangajaran. Ini sifat yang unik yang dimiliki oleh bahasa
Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia memiliki sifat yang universal, misalnya
dalam bahasa Indonesia setiap kata sifat (ajektif) pada umumnya mengikuti
nominal, seperti baju bagus, rumah mewah, jalan besar. Sifat-sifat itu ternyata
tidak hanya dimiliki oelh bahasa Indonesia tetapi dimilki pula oleh bahasa lain,
atau tidak menggunakan ciri khas pribadinya dalam bahasanya, sehingga bahasa
setiap orang pun mempunyai ciri khas yang sama sekali tidak sama dengan
bahasa orang lain. Kita katakan tiap orang mempunyai idiolek. Ferdinand de
yang ada dalam akal budi pemakai bahasa dalam kelompok sosial, yang disebut
langue, dan manisfetasi serta realisasi fonis dan psikologis yang nyata dalam
semua cirri budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol, karena
dengan tiap kelompok sosial merasa diri sebagai kesatuan yang berbeda dari
sosial yang ditandai oleh suatu system tulisan yang mengikat jutaan manusia
yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan berbagai bahasa yang cukup jauh
Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau
‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford
“The scientific study of language and its structure, including the study of grammar,
Ilmu bahasa yang dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa
sejak zaman Yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat
dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik modern.
a. Tahap pertama yaitu tahap spekulasi maksudnya pernyataan tentang bahasa
klasifikasi.
b. Tahap kedua, tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahapan ini diadakan
c. Tahap ketiga, tahap perumusan teori atau membuat teori-teori, sehingga
struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu
bahasa tertentu. Misalnya dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa tradisional
mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian;
sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat
zaman Yunani. Sejarah studi bahasa pada zaman Yunani ini sangat panjang, yaitu
dari lebih kurang abad ke-5 S.M sampai lebih kurang abad ke 2 M. Masalah
pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan pada linguis pada waktu itu
adalah pertentangan antara bahasa bersifat alami (fisis) dan bersifat konvensi
(nomos). Bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan
asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar
manusia itu sendiri. kaum naturalis adalah kelompok yang menganut faham itu,
ditunjuknya. Atau dengan kata lain, setiap kata mempunyai makna secara alami,
bahwa bahasa bersifat konvensi, artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari
berubah.
Kaum analogi antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu
bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata
bahasa. Jika tidak teratur tentu yang dapat disusun hanya idiom-idiom saja dari
bahasa itu. Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak
teratur. Kalau bahasa itu tidak teratur mengapa bentuk jamak bahasa Inggris
child menjadi children, bukannya childs; mengapa bentuk past tense bahasa
(abad ke-5 S.M), Plato (429-347 S.M), Aristoteles (384-322 S.M), Kaum Stoik
dapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani
dan munculnya kerajaan Romawi. Tokoh pada zaman romawi yang terkenal
antara lain, Varro (116 – 27 S.M) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia
Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa
Latin menjadi Lingua Franta, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa
Renaisans. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini
1) Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga
2) Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya
Dan yang terakhir yang termasuk ke dalam linguistik tradisional adalah masa
menjelang lahirnya linguistik modern. Dalam masa ini ada satu tonggak yang
sangat penting dalam sejarah studi bahasa, yaitu dinyatakan adanya hubungan
kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin dan
a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara
c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif, yakni benar atau salah;
dipertahankan.
atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Berikut ini merupakan tokoh dan aliran
linguistik strukturalis.
Telaah bahasa secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada suatu
kurun waktu tertentu saja. Sedangkan telaah bahasa secara diakronik adalah
telaah bahasa sepanjang masa, atau sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh
para penuturnya.
konkret karena parole itu tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari
pikiran kita, sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada
dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Sedangkan
suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan
yang bersangkutan.
Kedua, Aliran praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang
tokohnya, yaitu Vilem Mathesius (1882 – 1945). Dalam bidang fonologi aliran
Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan
Prosodi.
Kelima, aliran sistemik, nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskan
dari nama M.A.K Halliday, yaitu salah seorang murid Firth yang
Scals and Category Linguistics. Namun kemudian ada nama baru, yaitu Systemic
Linguistics (SL).
1) Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu
2) Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang
Ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat
Ketujuh adalah Aliran Tagmemik. Aliran ini dipelopori oleh Kenneth L. Price,
pandangan Bloomfeld, sehingga aliran ini juga bersifat strukturalis, tetapi juga
antropologis. Menurut aliran ini satuan dasar dan sintaksis adalah tagmem.
Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok
bentuk-bentuk kata yang dapat saling diperlukan untuk mengisi slot tersebut.
sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu mencari kebenaran yang
hakiki.
3.3.1. Tata Bahasa Transformasi
Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam
Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara
sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis
generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori
extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku
generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun
Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah merupakan teori
dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1) Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh
pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
2) Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan
atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja,
antara lain Pascal, Lakoff, Mc Cawly, dan Kiparsky, sebagai reaksi terhadap
sendiri. Kelompok Lakoff ini, kemudian terkenal dengan sebutan kaum Semantik
generatif.
Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J.
Fillmore dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang
dimuat dalam buku Bach, E. dan R. Harms Universal in Linguistic Theory, terbitan
Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas
(1) modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan (2)
proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus. Yang
dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dengan
nomina.
3.3.4. Tata Bahasa Relasional
Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung
terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang
Hingga saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang
para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan
sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata
bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Perubahan baru terjadi, lebih
dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia.
Misalnya negeri Belanda, London, Amerika, Jerman, Rusia, dan Australia banyak
sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara maka bahasa
ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa
telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar dengan
4. Kajian Fonologi
A bunyi → verbal
Beberapa dasar tentang berbahasa :
Bebicara → bunyi
Mendengarkan →menyimak
Menulis → lambang
Fonologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari tata bunyi/kaidah
bahasa yang paling primer adalah bunyi. Bunyi adalah Getaran udara yang
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dibentuk oleh tiga faktor, yaitu pernafasan
(sebagai sumber tenaga), alat ucap (yang menimbulkan getaran), dan rongga
fonemik. Didalam fonologi terdapat istilah fonem, fon, dan alofon. Fonem adalah
satuan bunyi terkecil yang masih abstrak atau yang tidak diartikulasikan. Fonem
/t/. /d/, /c/. Fon adalah realisasi dari fonem (parole), atau bunyi yang
tidak menimbulkan perbedaan makna, misalnya /i/ dan /I/ dalam /menangIs/.
Disebut juga huruf hidup karena dapat berdiri sendiri dan dapat menghidupkan
Berdasarkan bentuk bibir
·Vokal bulat →a, o, u
· Vokal lonjong → i, e
Berdasarkan tinggi rendah lidah
· Tinggi → i
· Tengah → e
· Bawah → a
Berdasarkan maju mundurnya lidah
· Depan → i, a
· Tengah → e
· Belakang →o
b) Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi (t, d, h)
c) Labiodental : pembentukan konsonan oleh gigi dan bibir (f, v)
f) Hamzah (glottal stop) : posisi pita suara tertutup sama sekali.
g) Laringal : pita suara terbuka lebar, udara keluar melalui geseran.
a. Bunyi Segmental
Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita
3. Diftong= dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai,
ng: yang
ny: nyonya
spr: sprai
diselangseling dengan jeda singkat atau agak singkat, disertai dengan keras
lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, panjang pendek bunyi, ada bunyi yang dapat
Doa
Tuhanku//
Dalam/ termangu//
Biar/ susah sungguh//
Tinggal// kerdip lilin// di kelam sunyi///
Tuhanku//
aku/ hilang bentuk//
remuk///
Tuhanku//
di pintuMu// aku// mengetuk//
5. Kajian Morfologi
kata dianggap sebagai unit terkecil dalam sintaksis, jelas bahwa dalam
kebanyakan bahasa, suatu kata dapat dihubungkan dengan kata lain melalui
aturan. Misalnya, penutur bahasa Inggris mengetahui kata dog, dogs, dan dog-
keteraturan) mengenai bagaimana kata dibentuk dari satuan yang lebih kecil
kalimat), misalnya pada kalimat He loves books dan He is a lover of books. Apa
yang di dalam suatu bahasa ditandai dengan afiks infleksional, dalam bahasa lain
ditandai dengan urutan kata dan dalam bahasa yang lain lagi dengan kata fungsi.
Demikian halnya jika bahasa Inggris memiliki penanda have dan be, bahasa
dokter. I was examined by the doctor. Selain itu, semua morfem memiliki struktur
morfem yang tidak memiliki makna di luar makna gramatikal, seperti penanda
pengecualian, seperti pada kata hit â €“ hit (present â €“ past), atau sheep â €“
maupun morfem. Sebab morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis dan
tidak semua morfem punya makna secara filosofis. Morfem dikenalkan oleh
bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila
satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama,
maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi satuan bentuk
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya.
Sedangkan Alomorf nama untuk bentuk bila sudah diketahui status morfemnya
Melihat . me-
Membawa . mem-
Menyanyi . meny-
Menggoda . meng-
sebagainya.
Morfem Bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul
morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul
dalam pertuturan. Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa hal yang
lazim tersebut disebut prakategorial. Kedua, bentuk seperti baca, tulis, dan
pangkal kata, sehingga baru muncul dalam petuturan sesudah mengalami proses
morfologi. Ketiga bentuk seperti : tua (tua renta), kerontang (kering kerontang),
hanya dapat muncul dalam pasangan tertentu juga, termasuk morfem terikat.
Keempat, bentuk seperti ke, daripada, dan kalau secara morfologis termasuk
disebut klitika. Klitka adalah bentuk singkat, biasanya satu silabel, secara
Morfem utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi
adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian terpisah. Catatan yang perlu
diperhatikan makna gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental. Morfem
Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak
Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki makna
pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Sedangkan
morfem yang tidak bermakna leksikal adalah tidak mempunyai makna apa-apa
Morfem dasar bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang dalam
suatu reduplikasi, bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses
infleksi. Akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis
lebih jauh.
6. Kajian Sintaksis
Struktur sintaksis ada tiga yaitu fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran
sintaksis. Dalam fungsi sintaksis ada hal-hal penting yaitu subjek, predikat, dan
objek. Dalam kategori sintaksis ada istilah nomina, verba, adjektiva, dan
numeralia. Dalam peran sintaksis ada istilah pelaku, penderita, dan penerima.
SPOK
pelaku sasaran
SPOK
sasaran pelaku
Agar menjadi kalimat berterima, maka fungsi S dan P harus berurutan dan tidak
subjek dan predikat seperti pada verba intransitif yang tidak membutuhkan
objek.
konteksnya.
diisi kategori nomina, fungsi predikat diisi kategori verba, fungsi objek diisi
Kata “adalah” pada kalimat tersebut merupakan verba kopula, seperti to be pada
bahasa Inggris.
SPO
gramatikalnya. Kata yang bermakna pelaku dan penerima tetap tidak berubah
walaupun kata kerja yang aktif diganti menjadi pasif. Pelaku berarti objek yang
terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi. Perbedaan urutan
perbedaan makna. Intonasi ada tiga macam yaitu intonasi deklaratif untuk
kalimat bermodus deklaratif atau berita dengan tanda titik, intonasi interogatif
dengan tanda tanya, dan intonasi interjektif dengan tanda seru. Intonasi juga
Kalimat tersebut sudah berbeda makna karena tafsiran gramatikal yang berbeda
satu dengan yang lain. dilihat dari sifatnya, ada dua macam konektor. Konektor
dan, atau, dan tetapi. Contohnya: Nenek dan kakek pergi ke sawah. Konektor
seperti kalau, meskipun, dan karena. Contohnya: Kalau diundang, saya tentu
akan datang.
7. Kajian Semantik
Status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi dan sintaksis adalah
tidak sama. Semantik dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh tataran,
yaitu berada di tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. Makna yang menjadi
objek semantik sangat tidak jelas, tak dapat diamati secara empiris, sehingga
semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa dan makna kalimat
Menurut de Saussure, setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari 2
yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Jika tanda linguistik
tersebut disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, berarti makna adalah
pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem. Jika
disamakan dengan morfem, maka makna adalah pengertian atau konsep yang
dimiliki oleh setiap morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks.
Di dalam penggunaannya dalam pertuturan yang nyata, makna kata atau leksem
itu seringkali terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga acuannya.
Banyak pakar menyatakan bahwa kita baru dapat menentukan makna sebuah
kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya. Pakar itu juga
mengatakan bahwa makna kalimat baru dapat ditentukan apabila kalimat itu
arbiter, sehingga hubungan antara kata dan maknanya juga bersifat arbiter.
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa
konteks apapun. Dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang
sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indera kita atau makna apa adanya.
Makna gramatikal adalah makna yang ada jika terjadi proses gramatikal seperti
makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makna
konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan
Sebuah kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika ada referensnya
atau acuannya. Ada sejumlah kata yang disebut kata diektik, yang acuannya
tidak menetap pada satu wujud. Misalnya : kata-kata pronominal seperti, dia,
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang
dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif sebenarnya sama dengan makna
leksikal. Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna
denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang yang menggunakan
kata tersebut. Konotasi sebuah kata bisa berbeda antara seseorang dengan
orang lain.
Leech (1976) membagi makna menjadi menjadi makna konseptual dan makna
asosiatif. Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual sebenarnya sama
dengan makna leksikal, deotatif dan makna referensial. Makna asosiatif adalah
makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata bahasa. Makna asosiasi sama
ciri yang ada pada leksem tersebut. Makna konotatif termasuk dalam makna
asosiatif, karena kata-kata tersebut berasosiasi dengan nilai rasa terhadap kata
dengan perbedaan sosial atau bidang kegiatan. Makna afektif berkenaan dengan
Pada awalnya, makna yang dimiliki oleh sebuah kata adalah makna leksikal,
denotatif atau makna konseptual. Namun, dalam penggunaannya makna kata itu
baru menjadi jelas jika kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau
konteks situasinya. Istilah mempunyai makna yang pasti, jelas, tidak meragukan,
meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, istilah sering dikatakan bebas
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna
atas idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang semua
unsurnya telah melebur menjadi satu kesatuan. Sedangkan idiom sebagian
adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal sendiri.
Peribahasa memilliki makna yang masih dapat ditelusuri dari makna unsurnya
peribahasa.
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
a. Sinonim
satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Dua buah ujaran yang
bersinonim maknanya tidak akan sama persis. Ketidaksamaan itu terjadi karena
faktor :
1. Faktor waktu
3. Faktor keformalan
4. Faktor sosial
5. Faktor bidang kegiatan
b. Antonim
Yaitu hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya
yang lain.
c. Polisemi
Yaitu kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Dalam kasus polisemi,
yang dimiliki kata atau satuan ujaran itu. Oleh karena itu, makna-makna pada
sebuah kata atau satuan ujaran yang polisemi ini masih berkaitan satu dengan
yang lain.
d. Homonim
Yaitu dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama dan
yang berlainan. Pada kasus homonim ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan,
yaitu homofon dan homograf. Homofon adalah adanya kesamaan bunyi antara
dua satuan ujaran, tanpa memperhatikan ejaannya. Homograf adalah bentuk
ujaran yang ortografinya dan ejaannya sama, tetapi ucapan dan maknanya
yaitu dua buah bentuk ujaran atau lebih yang “kebetulan” bentuknya sama, dan
memiliki makna lebih dari satu. Dengan demikian jelas bahwa antara keduanya
e. Hiponimi
Yaitu hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup
dalam makna bentuk ujaran yang lain. Relasi hiponimi bersifat searah.
Yaitu gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang
homonim yaitu dua buah bentuk atau lebih yang kebetulan bentuknya sama,
sedangkan ambiguitas adalah sebuah bentuk dengan dua tafsiran makna atau
hanya pada tataran kata, dan makna-makna yang dimilikinya yang lebih dari
satu itu, sedangkan ambiguiti adalah satu bentuk ujaran yang mempunyai
g. Redudansi
PENUTUP
A. Simpulan
Kata linguistic berasal dari bahasa latin “lingua” yang artinya bahasa.
Secara populer orang asing menyatakan bahwa linguistic adalah ilmu tentang
berawal pada abad ke IV SM oleh plato yang yang membagi jenis kata
SM) yang membagi jenis kata bahasa yunani kuno menjadi tiga golongan, yakni :
Pada tahun 130 SM oleh Dyonisius Thrax menjadikan jenis kata bahasa
Setelah abad XVI, Modistae membagi jenis kata menjadi delapan, yaitu:
Interjeksi.
Dan pembagian jenis kata ini di negeri belanda menjadi sepuluh, yaitu:
Sultan Muhammad Zain dari Raja Alihaji dari Sibawaihi dari Addu’ali
Awal abad XX fajar mulai merekah, paham baru mulai muncul. munculnya
membagi jenis kata Indonesia menjadi tiga, yakni: Nominal, Verbal, dan Partikel.
pengalaman isi kitab Veda kepada para pengikutnya secara lisan. Untuk
dipelajari dengan tekun. Banyak ahli bahasa barat yang kagum dan terperanjat
setelah mengetahui bahwa tata bahasa sansekerta tersebut. Bahkan banyak yang
yang paling cermat dan paling murni. Hal tersebut dapat kita pahami karena
religius. Sayangnya puncak strukturalisme pada saat itu terputus sama sekali
(1) Bahasa adalah bunyi-bunyi yang dipakai oleh setiap kaum untuk menyatakan
tuiuannya
(1) Arbiter (manasuka) yaitu sifat bahasa yang manasuka, artinya bahasa tidak
(2) bersifat produktif, artinya bahasa merupakan sistem dari unsur-unsur yang
lebih dari 30 000 yang mengandung fonem-fonem itu masih mungkin diciptakan
(3) bersifat unik. Artinya setiap bahasa mempunyai sisitem yang has yang tidak
(4) Bahasa itu Universal, artinya semua bahasa memiliki kesamaan secara umum
sebagai alat komunikasi oleh manusia dan potensinya dibawa sejak lahir
(innatruss potential).
DAFTAR FUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Bandung
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta:
Grasindo
Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
University Press