Anda di halaman 1dari 109

Halaman | 1

BAB I
RESUME
DASAR-DASAR LINGUISTIK UMUM
SOEPARNO

Disusun Oleh :
Tri Wibowo

(1113013000045)

Kelas : PBSI 1B

PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013

Halaman | 2

BAB I
PEMBAHASAN
A. Resume Buku Dasar-dasar Linguistik Umum Soeparno
I.

Hakikat Bahasa

Menurut teori stuktural, dapat didefinisikan sebagai suatu sistem arbitrer yang
konvensional. Berkaitan dengan ciri sistem, bahasa bersifat sistematik dan
sistemik. Bahasa bersifat sistemik karena mengikuti ketentuan-ketentuan atau
kaidah-kaidah yang teratur. Bahasa juga bersifat sistemik karena bahasa itu sendiri
merupakan suatu sistem atau subsistem-subsistem. Misalnya, subsistem fonologi,
subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik, subsitem leksikon.
Selain bahasa juga mempunyai ciri arbitrer, yakni hubungan yang sifatnya
semena-mena antara signifie dan signifiant atau antara makna dan bentuk. Dan
kesemenaan tersebut dibatasi oleh kesepakatan antar-penutur yang disebut bahasa
memiliki ciri konvensional.
Beberapa kemungkinan lain untuk mengubah sistem:
1. Dengan cara menambah sisipan si pada kata yang sudah dibalik urutan
suku katanya.
2. Dengan cara menambah akhiran al pada penggalan suku pertama.
3. Dengan cara menyisipi em pada penggalan suku pertama.
Berdasarkan pengertian bahasa seperti yang telah dikemukakan, maka hanya
yang berupa ujaran saja yang dapat disebut bahasa. Bentuk-bentuk dan
perwujudan lain (dengan media) pada hakikatnya tidak dapat disebut bahasa
dalam arti sebernarnya; gerak anggota badan (gesture), rambu lalu lintas, lampu
lalu lintas, morse, bunyi kentongan, tepuk tangan, dan tulisan.

Halaman | 3

II.

Fungsi Bahasa

a. Fungsi Umum
Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Dengan
demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat
komunikasi. Tak ada masyarakat tanpa bahasa dan tak ada bahasa tanpa
masyarakat
Di suatu media massa (Abadi, 1971) seorang bernama Kang En menulis
sebuah artikel yang isinya agak provokatif, yaitu: Bahasa yang Merusak Mental
Bangsa. Yang berisi persoalan dalam bahasa Indonesia;
(1) masalah kata sapaan memiliki sifat familier dan nepotisme,
(2) masalah kala (tenses) memiliki sifat aglutinatif, tidak mengenal waktu,
(3) masalah salam (greeting) tidak memiliki sugesti untuk berbuat sesuatu.
Tulisan tersebut tampaknya beranjak dari hipotesis Whorf-Sapir yang
mengemukakan bahwa bahasa yang mementukan suatu corak masyarakat.

b. Fungsi Khusus
Jakobson membagi funsi bahasa atas enam macam, yakni emotif
(mengungkapkan suatu rasa), konatif (agar lawan bicara berbuat seuatu),
referensial (membicarakan suatu permasalahan berdasarkan topik), puitik
(menyampaikan suatu amanat), fatik (berbicara ala kadarnya, hanya untuk basabasi), dan metalingual (berbicara dengan bahasa sebagai arbitrer).
Dell Hymnes mengembangkan fungsi bahasa dari perincian yang telah
dikemukakan di depan. Fungsi bahasa tersebut yaitu:
Untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial.
Untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman.
Untuk mengatur kontak sosial.
Untuk mengatur perilaku atau diri sendiri.
Untuk mengatur perilaku atau perasaan orang lain.
Untuk mengungkapkan perasaan.
Untuk menandai perihal hubungan sosial.

Halaman | 4

Untuk menunjukan dunia diluar bahasa.


Untuk mengajarkan berbagai kemampuan dan keterampilan.
Untuk menanyakan sesuatu kepada orang lain.
Untuk menguraikan tentang bahasa.
Untuk menghindari diri dengan mengemukakan kebenaran dan alasan.
Untuk mengungkapkan suatu perilaku performatif.

III.

Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa

Sejarah perkembangan ilmu bahasa pada dasarnya dapat dikatakan bermula


dari dua dunia, yakni dunia barat dan dunia timur. Secara kebetulan masa
bermulanya sejarah bahasa dunia barat dan dunia timur sekitar abad IV sebelum
Masehi.

a. Perkembangan Ilmu Bahasa di dunia Barat


Seorang ahli fisafat bernama Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno
menjadi dua golongan yakni onoma dan rhema (429 SM 348 SM). Murid
Socrates ini menjelaskan bahwa Onoma adalah jenis kata yang biasanya menjadi
pangkal pernyataan dan pembicaraan, dan Rhema adalah jenis kata yang biasanya
dipakai untuk mengungkpkan pernyataan dan pembicaraan.
Pokok pikiran Plato tersebut kemudian dikembangkan oleh muridnya yang
bernama Aristoteles (384 SM 322 SM) membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno
menjadi tiga golongan, yakni Onoma kini ditafsirkan sebagai jenis atau golongan
kata yang mengalami perubahan bentuk secara deklinatif, yaitu perubahan bentuk
kata yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, jumlah dan kasus. Rhema
diartikan sebagai jenis atau golongan kata yang mengalami perubahan secara
konjugatif, yaitu perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan persona,
jumlah, dan kala (tenses). Dan Syndemos adalah golongan kata yang tidak
mengalami perubahan bentuk secara deklinatif maupun konjugatif, jadi tidak
pernah mengalami perubahan bentuk oleh perbedaan apapun.
Tata bahasa atau gramatikal baru mulai diperhatikan pada akhir abad kedua
masehi (130 SM) oleh Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama kali
disusunnya adalah Techne Gramatike. Yang kemudian menjadi anutan bagi para
ahli tata bahasa yang lain. Pada zaman ini pembagian jenis kata sudah mencapai
delapan, yakni:

Halaman | 5

1.
2.
3.
4.

Nomina
Pronominal
Artikel
Verba

5. Adverbal
6. Preposisi
7. Partisipium
8. Konjugasi

Sebelum Dyonisius Thrax, Zeno membag jenis kata menjadi empat, yakni:
1. Nomina
2. Verba

3. Artikel
4. Konjugasi

Ketika bangsa romawi menaklukan bangsa Yunani, mereka mengubah cara


berpikir dan pendapat-pendapat bangsa Yunani. Gramatasi terjadi ketika istilah
bahasa Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Ialah Donatius dan
Priscianus membagi jenis kata menjadi tujuh, yakni:
1.
2.
3.
4.

Nomina
Adverbal
Preposisi
Pantisipium

5. Promina
6. Verba
7. Konjugasi

Pada abad pertengahan, Modistae membagi jenis kata menjadi delapan:


1.
2.
3.
4.

Nomina
Pronomina
Partisium
Verba

5. Adverbia
6. Preposisi
7. Konjugasi
8. Interjeksi

Pada zaman Renaisance kembali membagi jenis kata menjadi tujuh, yakni:
1.
2.
3.
4.

Nomina
Pronomina
Partisipium
Adverbia

5. Preposisi
6. Konjugasi
7. Interjeksi

Halaman | 6

Kemudian pembagian jenis kata yang berkembang di Belanda menjadi sepuluh


lalu dikutip pula oleh para ahli tata bahasa di Indonesia, yakni:
1.
2.
3.
4.
5.

Nomina
Verba
Pronomina
Adverbia
Adjektiva

6. Numeralia
7. Preposisi
8. Konjugasi
9. Interjeksi
10.Artikel

Di Indonesia ada tradisi lain dalam hal pembagian jenis kata, yang membagi jenis
kata menjadi tiga golangan, yakni:
1. Isim
2. Fiil
3. Harf
IV.

: Golongan kata yang mengalami deklanasi.


: Golongan kata yang mengalami konjugasi.
: Golongan kata yang tak mengalami perubahan bentuk kata.
LINGUISTIK DAN BIDANG CAKUPANNYA

Lingistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa
secara luas dan umum. Secara garis besar cakupan linguistik meliputi dua lingkup
mikrolinguistik dan lingkup makrolingistik.
a. Mikrolinguistik
Mikrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam
rangka kepentingan ilmu bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkan dengan ilmu lain
dan tanpa memikirkan bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Mikrolingistik ini meliputi bidang dan subdisiplin berikut:
1. Teri-Teori Linguistik
a. Teori Tradisional
b. Teoi Struktural

c. Teori Transformasi
d. Teori Tagmemik

2. Linguistik Historis/Historis-Komparatif
3. Perbandingan Bahasa (Linguistik Komparatif dan Kontrantif)
4.

Halaman | 7

5. Deskkripsi Bahasa (Linguistik Deskriptif)


a.
b.
c.
d.

Fonetik
Fonemik
Morfologi
Sintaksis

e. Semantik
f. Morfosintaksis
g. Leksikologi

h.
b. Makrolingistik
i.
Makrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan dunia di luar bahasa yang berhubungan dengan ilmu lain
dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Makrolinguistik
meliputi bidang linguistik interdisipliner dan bidang linguistik terapan.
1. Bidang Linguistik Interdisipliner
j. Bidang linguistik interdisipliner meliputi beberapa
disiplin/subbidang berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Fonetik Interdisipliner
Sosiolinguistik
Psikolinguistik
Etnolinguistik
Antropolinguistik
Filologi
Stilistik

h.
i.
j.
k.
l.
m.

Semiotik
Epigrafi
Paleografi
Etologi
Etimologi
Dialektologi

n.
2. Bidang Linguistik Terapan
o.

Bidang linguistik terapan meliputi beberapa

subbidang/subdisiplin berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
l.
m.

Fonetik Terapan
Perencanaan Bahasa
Pembinaan Bahasa
Pengajaran Bahasa
Penerjemahan
Grafonomi atau Ortografi

g.
h.
i.
j.
k.

Grafologi
Leksikografi
Mekanolinguistik
Medikonlinguistik
Sosiolinguistik Terapan
(Pragmatik)

V.
n.
o.

TIPOLOGI BAHASA

Yang dimaksudkan dengan dengan tipologi bahasa di sini ialah

pembicaraan dan pembahasan perihal tipe bahasa. Tipologi terbagi menjadi 3 macam,
yakni:
p.
a) Tipologi Genealogis
q.
b) Tipologi Geografis Atau Areal, Dan
r. c) Tipologi Struktural.
s.
A. TIPOLOGI GENEALOGIS
t.

Tipologi ini sering juga disebut tipologi genetis. Criteria tipologi ini ialah

garis keturunan.
B. TIPOLOGI GEOGRAFIS
u.
Tipologi ini disebut juga tipologi areal. Criteria yang digunakan adalah
lokasi geografis atau areal (comrie, 1981:197).
C. TIPOLOGI STRUKTURAL
v.
Tipologi ini menggunakan criteria struktur bahasa yang meliputi struktur
morfologis, struktur morfosintaksis, struktur fraseologis, maupun strutur
klausal.
1. Tipologi stuktur Morfologis
w. Terdapat empat macam tipe bahasa, yakni: a) aglutinatif, b) fleksi, c)
flekso-aglutinatif, dan d) isolatif.
2. Tipologi Struktur Morfosintaksis
x. Berdasarkan struktur morfosintaksisnya terbagi menjadi tiga macam
bahasa, yaitu: a) tipe bahasa analitik, b) tipe bahasa sintetik, dan c) tipe
bahasa polisintetik.
3. Tipologi Struktur Fraseologis
y. Berdasarkan perbedaan struktur frasanya, kita mengenal dua macam tipe
bahasa, yaitu bahasa yang bertipe senter atribut dan bahasa yang bertipe
atribut-senter, atau secara tradisional dapat juga disebut bahasa yang bertipe
diterangkan-menerangkan (D-M) dan bahasa yang bertipe menerangkanditerangkan (M-D).
4. Tipologi Struktur Klausal
z. Berdasarkan struktur klausalnya, kita mengenal dua macam bahasa,
yakni bahasa yag bertipe V-O (verb-obyek) dan bahasa yang bertipe O-V
(obyek-verb).
aa.

VI.
ab.
ac.

TEORI/ALIRAN LINGUISTIK

Berdasarkan criteria dapat membedakan empat macam teori/aliran dan

beberapa aliran kecil-kecil yang lain, yaitu:


a. Teori/aliran tradisional
ad.
Ciri-ciri teori tersebut adalah sebagai berikut:
- Bertolak dari pola piker secara filosofis
- Tidak membedakan bahasa dan tulisan
- Senang bermain dengan definisi
- Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah
- Level-level gramatik belum ditata secara rapi
- Tata bahasa didominasi oleh jenis kata (part of speech)
ae.
b. Teori/aliran struktural
af.
Cirri-ciri aliran tersebut adalah sebagai berikut:
- Berlandaskan pada paham behavioristik
- Bahasa berupa ujaran
- Bahasa berupa sistem tanda (signife dan signifiant)
- Bahasa merupakan factor kebiasaan (habit)
- Kegramatikalan berdasarkan keumuman
- Level-level gramatikal ditegakan secara rapi
- Tekanan alnalisis pada bidang morfologi
- Bahasa merupakan deretan sintakmatik dan paradigmatik. Deretan sintakmatik
adalah suatu deretan unsur secra horizontal. Deretan paradiogmatik adalah
deretan struktur yang sejenis secara vertikal.
- Analisis bahasa secara deskriptif
- Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.
ag.
c. Teori/aliran transformasional
ah.
Ciri-ciri aliran transformasional ini secara lengkap adalah sebagai
berikut.
- Berdasarkan paham mentalistik
- Bahasa merupkan innate
- Bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan
- Bahasa terdiri atas unsure competent dan performance
- Analisis bahasa bertolak dari kalimat
- Bahasa bersifat kreatif
- Memebedakan kalimat inti dan kalimat transformasi
- Analisis diwujudkan dalam bentukj rumus dan diagram pohon
- Gramatikal bersifat generatif

d. Teori/aliran tagmemik
ai.
Pada garis besarnya teori ini terbagi atas dua generasi. Generasi pertama
adalah generasi sebelum GA (Grammatical Analysis, 1977) dan generasi kedua adalah
generasi GA itu sendiri.
aj.
Adapun cirri-ciri- aliran tagmemik tersebut secara lengkap sebagai
berikut.Setiap struktur terdiri atas tagmen-tagmennya
- Slot
- Kelas (class)
- Peran (role)
- Kohesi
- Bersifat elektik
- Bersifat universal
- Tiga hirearki linguistik
- Tataran pada hirearki gramatial
- Slot pada tataran klausa
- Predikat kata kerja
- Cirri etik dan cirri emik
- Rumus di dalam analisis
- Analisis dimulai dari klausa
- Tidak ada batas antara morfologi dan sintaksis
ak.
e. Beberapa teori/aliran yang lain.
al.
Beberapa teori yang perlu disebutkan di sini antara lain adalah teori atau
aliran bloomfieldian, stratifikasi, kopenhagen, praha, London, case grammar, dan lainlain.
am.
VII.

VARIASI BAHASA dan LEK

an.
ao.

Ada beberapa variasi bahasa yang kita kenal, yakni variasi kronologis,

variasi geografis, variasi social, variasi fungsional, variasi gaya/style, variasi kultural,
dan variasi individual.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
ap.

Variasi kronologis disebabkan oleh factor keurutan waktu atau masa


Variasi geografis disebabkan oleh perbedaan geografis atau factor regional
Variasi social disebabkan oleh perbedaan sosiologis.
Variasi fumgsional disebabkan oleh perbedaan fungsi pemakaian bahasa.
Variasi gaya atau style disebabkan oleh perbedaan gaya
Variasi kultural disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat pemakainya
Variasi individual disebabkan oleh perbedaan perorangan

VIII.

HIREARKI LINGUISTIK

aq.
ar.

Hierarki linguistis terdiri atas hirearki fonologikal, hirearki gramatikal,

dan hirearki referensial.


as.
a. HIERARKI FONOLOGIKAL
at.

Hierarki fonologikal adalah hierarki kajian linguistik yang melingkupi

bidang fonologi. Fonologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi


bahasa secara umum, baik yang mempelajari bunyi bahasa yang tanpa menghiraukan
arti maupun yang tidak.
1. Fonetik
au.

Ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa tanpa menghiraukan arti

disebut fonetik. Ada dua macam fonetik yaitu fonetik akustik dan fonetik
artikulator.
a. Alat ucap
av. Alat ucap sebagai penghasil bunyi bahasa yang terdiri atas pita suara dan
mulut/hidung sebagai saluran.
b. Terjadinya bunyi
aw. Bunyi bahasa terjadi karena bergetarnya pita suara.Berdasarkan ada
tidaknya rintangan di dalam saluran bicra, bunyi dibedakan atas:
1. Vokoid: bunyi yang keluar tanpa mengalami rintangan sama sekali di dalam
saluran ucap.
2. Kontoid atau nonvokoid: bunyi yang keluar melalui saluran ucap dan di dalam
saluran ucap mengalami rintangan, baik rintangan total maupun sebagian.
c. Artikulator
ax. Artikulator adalah alat ucap yang secara ktif bergerak di dalam
pembentukan bunyi bahasa.
d. Transkripsi
ay.
Transkripsi adalah suatu cara pengalihan bentuk bunyi di dalam abjad.

Ada dua macam trasnkripsi, yakni.


Trasnkripsi fonetis
Transkripsi fonemis
az.
2. Fonemik
ba.
Fonemik khusus mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang membedakan arti
saja. Bunyi bahsaa yang membedakan arti itu disebut fonem.
a. Macam Fonem

bb.

Secara garis besar fonem terbagi atas dua macam yaitu fonem segmental dan

suprasegmental.
1. Fonem Segmental
bc. Fonem segmental adalah fonem yang mempunyai tempat di dalam urutan
segmantik. Fonem ini terdiri atas vokal dan konsonan. Ada nama juga yang sering disebut
karena berkaitan dengan vocal dan konsonan, yaitu diftong dan klaster. Diftong adalah
gabungan vocal dan semivokal dalm batas silabel. Contoh: silau/silaw dan pisau/pisaw.
Klaster adalah gugus konsonan dalam batas silabel. Berdasarkan posisinya dalam suku
kata ada dua macam klaster, yaitu klaster inisial dan klaster final.
bd. Vokal merupakan satuan bunyi yang sonoritasnya tinggi, sedangakan konsonan
merupakan bunyi yang sonoritasnya endah, dengan demikian sulit untuk kita dengar.
Silabel atau suku kata di definisikan satuan ucapan yang terdiri atas satu puncak vocal
dan satu atau lebih dari satu atau tanpa lembah sonoritas (konsonan).
be.
2. Fonem Suprasegmental
bf. Fonem suprasegmental adalah fonem yang tidak memiliki tempat di dalam urutan
sintagmatik. Fonem ini terdiri atas tiga macam, yakni tekanan, nada, dan kepanjangan.
bg.
b. Cara Menentukan Fonem
bh. Cara menentukan fonem ialah dengan cara menggunakan pasangan minimal. Hal
ini disebabkan fonem merupakan unsur bahasa yang belum mempunyai arti, melainkan
hanya mendukung arti atau mengandung arti atau membedakan arti.
c. Alofon, Arkhifonem, dan Variasi Tebatas
1. Alofon adalah variasi fonem Karen apengaruh ligkunagn. Sifat alofon adalah
fonetis, jadi tidak membedakan arti.
2. Arkhifonem adalah fonem yang pada suatu prososo tertentu kehilanagn ciri
pembedanya atau kehilangan kontrasnya. Contohnya antara kata /abad/ vs. /abat/
ternyata /d/ dan /t/ telah kehilangan kontras.
3. Variasi Bebas adalah variasi fonem yang tidak disebabkan oleh kondisi
lingkungan tertentu dan juga tidak disebabkan oleh posisi tertentu, akan tetpai
hanya terjadi pada kata-kata tertentu saja.
bi.
b. HIERARKI GRAMATIKAL
bj.

Hierarki garamatikal adalah hierarki kajian linguistik pada lingkup

bentuk garamatik yang objek kajiannya dari morfem, farasa, klausa, kalimat, alinea,
dialog, monolog, percakapan, dan wacana.
1. Morfologi

bk.

Morfologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bentuk dan

pembentukan kata.
a. Morfem
bl. Morfem adalah bentuk gramatikal terkecil yang tidak dapat dipecah lagi
menjadi bentuk gramatikal yang lebih kecil. Berdasarkan wujudnya, morfem
terbagi atas 4 macam yaitu morfem segmental, morem prosodi, morfem intonasi
dan morfem kosong.
bm.
Berdasarkan sifat konstruksinya morfem dapat dibagi atas tiga
macam yaitu morfem aditif yang besifat penambahan, morfem substraktif yang
bersifat pengurangan, dan morfem replasif yang bersifat penggantian.
bn.
Berdasarkan distribusinya, morfem dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang
dapat berdiri sendiri sedangkan morfem bebas adalah morfem yang tidak data
berdiri sendiri.
bo.
b. Proseda Morfologis
bp.Proses morfologis adalah peristiwa pembentukan kata kompleks atau
kata polomorfemik secara diakronis, sedangkan proseda morfologis adalah suatu
cara pembentukan kata kompleks secara sinkronis.
bq.
Secara umum ada enam macam proseda morfologis, yakni.
1. Afiksasii adalah proseda pembentukan kata kompleks dengan cara penambahan
afiks pada bentuk dasar.
2. Reduplikasi adalah proseda pembentukan kata kompleks pengulangan morfem
secara parsial.
3. Komposisi atau Compounding (Matthews, 1978: 33) ialah penggabungan dua
morfem bebas atau lebih untuk membnetuk kata kompleks. Kata kompleks yang
terbentuk biasanya dinamakan kata majemuk. Adapun ciri-ciri kata majemuk
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki makna dan fungsi baru yang tidak persis sama dengan fungsi masingmasing unsurnya.
b. Unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan, baik secara fonologis, morfologis
maupun secara sintaksis. Contohnya pada kaat kambing hitam, rumah makan,
kereta api.
4. Suplisi adalah proseda morfologis dengan cara pengubahan bentuk dasar secara
total. Contohnya good best, go went.
5. Perubahan Internal adalah Proseda morfologis yang berupa perubahan unsure di
dalam bentuk dasar. contohnya pada kata man men, sing sang.
6. Modifikasi Kosong adalah proseda morfologis yang tidak terwujud dalam suatu
bentuk. Contohnya pada kalimat cut (present) dan put (past).

br.
c. Konstruksi Morfologis
1. Berdasarkan komplesitas kontruksinya dapat dibedakan atas dua macam
kontruksi yaitu kontruksi simpel contohnya book + s -> books dan kontruksi
berlapis contohnya form + al -> formal.
2. Berdasarkan sifat kontruksiya dapat dibedakan atas dua macam kontruksi, yaitu
derivasi dan infleksi.
bs.
d. Morfonemik
bt.

Morfonemik adalah perubahan fonem sebagai akibat proseda morfologis.

Berdasarkan sifat perubahannya dapat dibedakan atas tiga macam morfonemik,

yakni asimilasi, Disimilasi, dan fusi.


Berdasarkan wujud perubahannya dapat dibedakan menjadi empat macam, ayitu
pengurangan, penggantian dan pergeseran.

bu.
2. Sintaksis
bv.
Menurut aliran struktural sintaksis diartikan sebagai subdisiolin ilmu
lingustik yang mengkaji tata susun frasa samapi kalimat. Dengan demikian, ada
tiga tataran gramatikal yang menjadi garapan sintaksis, yakni.
bw.
a. Frasa
bx.
Frasa adalah suatu konstruksi gramatikal yang secara potensial terdiri
atas dua kata atau lebih, yang merupakan unsur dari suatu klausa dan tidak
bermakna proposisi.
b. Klausa
by.
Klausa adalah satuan gramatikal terkecil yang menyatakan proposisi
(Pike & Pike, 1997: 482)
c. Kalimat
bz.
Kaum struktural memberikan definisi bahwa kalimat adalah satuan
gramatikal yang tidak berkonstruksi lagi dengan bentuk yang lain.
ca.
cb. c.

HIERARKI REFERENSIAL
cc. Hierarki referensial adalah hierarkikajian linguistik pada bidang makna.

Subdisiplin linguistiknya dinamakan semantik. Semantik adalah subdisiplin


linguistik yang mempelajari makna secara umum, baik makna leksikan maupun
garamtikal.
cd.

1. Semantik Leksikal
ce.
Semantik leksikal berurusan dengan makna leksikon itu sendiri, bukan
suatu makna struktur gramatik. Contohnya sinonim, antonym, homonim,
homograf, polisemi, hipernim, kolokasi, denotasi dan konotasi.
2. Semantik Gramatkal
cf.
Semantik gramatikal berurusan dengan makna dalam struktur gramatikal.
Di dalam semantik garamatikal juga tedapat hal-hal yang terdapat dalam
semantik leksikal.
cg.
ch.

ci. 3. Hierarki Referensial/Makna


cj. Menurut aliran Tagmemik, jenjang/hierarki makna adalah sebagai berikut (Pike
& Pike, 1997: 24)
ck.
cl.
cn.
cp.
cr.
ct.

Jenjang Gramatik
Morfem
Kata dan frasa
Klausa dan kalimat
Paragraf dan

monolog
cv.
Dialog dan

cm.
co.
cq.
cs.
cu.

Jenjang Makna
Bungkus leksem
Istilah
Proposisi
Pengembangan tema

cw.

Interaksi sosial

percakapan
cx.
cy.
cz.
da. IX.

ORTOGRAFI
db.

dc.

ORTOGRAFI adalah subdisplin linguistik yang mempelajari

ejaan. Sedangkan Grafologi adalah ilmu yang mempelajari ilmu dan


tulisan dalam kaitannya dengan nasib dan peruntungan seseorang.
Pada prinsipnya ada tiga macam sistem ortografis, yaitu ejaan
fonologi, ejaan silabis, dan ejaan morfemis.
A. EJAAN FONOLOGIS
dd. Ejaaan fornologis dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu ejaan fonetis dan ejaan fonemis.
1. Ejaan Fonetis
de. Ejaan fonetis berusaha melambangkan setiap bunyi yang
berbeda, baik bunyi itu membedakan arti maupun tidak.
Sistem ejaan fonetis ini adalah bahasa Melayu Malaysia atau
disingkat bahasa Malaysia. Pada penulisan kata agung di
dalam bahasa kita, dalam bahasa Malaysia ditulis agong.
2. Ejaan Fonemis
df.

Ejaan fonemis lebih sederhana daripada fonetis, sebab

hanya bunyi-bunyi berstatus fonem saja yang diperhitungkan


dalam penentuan huruf yang dipergunakan.

dg.

Berikut ini perbandingkan ejaan fonetis dan ejaan fonemis

dengan beberapa contoh yang biasa dijumpai.


dh.
di. EJAAN FONETIS
dj. EJAAN FONEMIS
(a) Jaelani sidek
(b)Yang Dipertuan Agong
(c) Sarong Kelantan
dn.
do.
dp.
ds.
dv.
dy.
eb.
ee.
eh.
ek.
en.

dk.
Jaelani sidik
dl. Yang Dipertuang Agung
dm.
Sarung Kelantan

Tabel konversi bunyi huruf:


JENIS
I
II
III
IV
V
VI
VII

dq.
dt.
dw.
dz.
ec.
ef.
ei.
el.

BUNYI/FONEM
1
1
0
1
2
1
x,y,z

dr.
du.
dx.
ea.
ed.
eg.
ej.
em.

HURUF
1
0
1
2
1
x,y,z
1

eo.
ep.
eq.
er.

Contoh:
Jenis I
: satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf.
/kita/ ------ kita
Jenis II : ada bunyi yang tidak dilambangkan dengan

huruf.
es.
et.
eu.
ev.

/ taat/ ----- taat


Jenis III : tidak ada bunyinya tetapi ada hurufnya.
/ tai / ------- tahi
Jenis IV : satu bunyi fonem dilambangkan dengan dua

huruf.
ew.
ex.
ey.
ez.

/ axir/ ------- akhir


Jenis V : dua bunyi dilambangkan satu huruf.
Bahasa Inggris: / ai / ------ I am
Jenis VI : satu macam bunyi dilambangkan dengan aneka

macam huruf.
fa.
Bahasa Inggris: / / ------- the book
fb.
Jenis VII : aneka ragam bunyi dilambangkan dengan satu
macam huruf.
fc.
fd.

/ e / pada / oleh / ----- oleh

B. EJAAN SILABIS
fe.

Ejaan silabis adalah sistem ejaan yang menggunakan

dasar suku kata. Bahasa yang menggunakan sistem ejaan


silabis ini antara lain bhasa Sanskerta dengan huruf Jawa,
bahasa Arab dengan huruf Arab, bahasa Bugis dengan huruf
Bugis, bahsa Batak Mandailing dengan huruf Mandailing,
bahasa Rejang dengan huruf rejang, bahasa Minang dengan
huruf Minangkabau, dan sebagainya.
ff.
C. EJAAN MORFEMIS
fg.

Ejaan morfemis adalah sistem ejaan yang menggunakan

dasar morfem, konsep dan pengertian tertentu. Yang


menggunakan ejaan morfemis antara lain tulisan China, Mesir
Kuno, Hiroglyph, tulisan Paku di Poenesia, dan lain-lain.
fh.
fi.

X. ANALISIS BAHASA

fj.
fk. Pendekatan
fl.

Di dalam analisis bahasa ada tiga macam pendekatan,

yaitu:
1. Pendekatan Sinkronik
fm.

Pendekatan ini menggunakan prinsip kesejamanan

atau kesesaatan sebagai pegangannya. Keunggulan


pendekatan ini ialah segi keobjektifitasnya. Kelemahan dari
pendekatan ini ialah tidak terungkapnya latar belakang
penggunan bahasa yang dianalisis.
2. Pendekatan Diakronik
fn.

Analisis bahasa dengan pendekatan ini disebut

juga analisis kesejarahan atau analisi ketidaksejamanan.


Keunggulan pendekatan ini adalah dapat terungkapnya
dengan tuntas latar perkembangan dan kesejarahan
bahasa dianalisis. Kelemahannya ialah terletak pada
kekurangobjektifannya.

fo.

3. Pendekatan Pankronik
fp.

Pendekatan ini merupakan paduan antara

pendekatan sinkronik dan pendekatan diakronik. Sebagai


contoh konkret ialah penelitian yang dilakukan oleh Labov
terhadap bahasa Inggris di Amerika. Dengan demikian
penelitian Labov tersebut berhasil memadukan dua model
pendekatan menjadi satu, yang disebut model pendekatan
pankronik.
fq.
A. Metode dan Teknik Analisis
1. Teori Einar Haugen
fr.
Haugen (dalam Sudaryanto, 1985:2-4)
mengemukakan adanya dua macam metode analisi bahasa,
yakni metode padan dan metode distribusioal.
a. Metode Padan
fs.

Metode padan dapat dikelompokkan menjadi

beberapa submetode, yaitu:


(a) Submetode Padan Referensial
ft.

Submetode ini alat penentunya berupa kenyataan

yang ditunjuk atau diacu oleh bahasa. Misalnya kata


benda diartikan sebagai kata yang menunjukkan pada
benda-benda atau kata yang menyatakan benda.
(b)Submetode Padan Fonetikal
fu.

Submetode ini alat penentunya berupa bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Contoh, kalimat tanya


adalah kalimat yang lagu akhirnya naik.
(c) Submetode Padan Ortografik
fv.

Submetode ini alat penentunya berupa aturan

penulisan atau ejaan. Misalnya, kalimat adalah struktur


gramatik yang diawalin dengan huruf kapital dan diakhirin
dengan titik. Kalimat perintah adalah kalimat yang diakhiri
dengan tanda seru. Kalimat tanya adalah kalimat yang
diakhiri dengan tanda tanya.

fw.

(d)Submetode Translasional
fx.

Submetode ini alat penentunya berupa padanan

pada bahasa lain. Misalnya, kata depan di dalam bahasa


Indonesia, sama dengan ing dalam bahasa Jawa, atau sama
dengan in / at dalam bahasa Inggris.
(e) Submetode Padan Pragmatik
fy.

Submetode ini alat penentunya berupa maksud

yang dikehendali oleh penutur. Misalnya, kalimat Tanya


ialah kalimat yang memerlukan jawaban orang lain.
Kalimat perintah adalah kalimat yang menghendaki
seseorang melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh
penutur.
fz.
b. Metode Distribusional
ga.

Metode distribusional ini alat penentunya justru

dari dalam bahasa itu sendiri, yaitu yang. Teknik bagi unsur
langsug ini meliputi bernagai teknik lanjutan sebagai
berikut:
1) Delisi (pelesapan)
gb.
a) pelesapan tunggal
b) pelesapan
berpasangan
gc.
2) Subtitusi (penggatian)
gd.
a) subtitusi sama tataran
ge.
b) subtitusi naik tataran
gf.
c) subtitusi naik tataran
gg.
3) Ekspansi (peluasan)
gh.
a) ekspansi depan
b) ekspansi belakang
gi.
4) Interupsi (penyisian)
gj.
a) interupsi pisah
b) interupsi tambah
gk.
5) Permutasi (pembalikan)
gl.
a) permutasi tunggal biasa
c)
permutasi ganda biasa
gm.
b) permutasi tungga loncat
d)
permutasi ganda loncat
gn.

6) Repetisi (pengulangan)
go.
7) parafrase

2. Teori Hockett
gp.

Hockett mengemukakan tiga macam cara menganalisis

bahasa, yaitu :
a. Words and Paradigm (WP)
gq. Analisis ini menggunakan dasr deretan paradigmatik
sebagai alat untuk menentukan unsur bahasa. Dengan deretan
ini dapat diterapkan unsur-unsur bahasa yang dicari; misalnya
fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan sebagainya.
gr.
b. Item and Arrangement (IA)
gs.

Analisis ini menggunakan landasan deretan sintakmatik

sebagai sebagai alat untuk menentukan bentuk gramatik yang


dicari. Deretan sintakmatik adalah deretan bentuk-bentuk
gramatik secara horizontal untuk membentuk struktur yang
lebih besar. Analisis AI ini biasanya dipakai utuk melengkapi
analisis WP sehingga kesimpulan akhir lebih cepat diperoleh.
gt.
c. Item and Process (IP)
gu. Analisis ini menggunakan pendekatan proses. Proses
adalah cara terjadinya suatu konstruksi gramatik secara
diakronik, sedangkan prosede adalah cara terjadinya
konstruksi gramiatik secara sinkronik.
gv.

Adapun proses morfologis yang sebenarnya dapat

diberikan contohnya sebagai berikut :


1. Per + empu+ an
2. Selat + an
3. Betina
wetina
gw.

perempuan
selatan
wenita

wanita

gx.

Langkah-langkah Analisis

a. Analisis Data Lengkap


gy.
Cara analisis yang paling umum dilakukan stelah semua
data terkumpul.
b. Analisi Data Terbuka
gz.
Cara yang ditempuh di dalam menganalisis data bahasa
tidak ditunggu sampai semua data terkumpul, akan tetapi dimulai
sejak awal.
c. Data Bahasa
d. Analisi bahasa dalam arti latihan untuk membongkar srtuktur
bahasa, pada dasarnya baru akan bermakna jika data bahasa yang
dianalisis itu bukan data bahsanya sendiri atau bahsa yang sudah
diketahui.
ha.

hb. BAB II
hc. RESUME
hd. LINGUISTIK UMUM
he. ABDUL CHAER

hf.
hg.
hh.
hi.
hj.
hk.
hl.
hm.
hn.
ho.
hp.
hq.
hr.
hs.
ht.
hu.
hv.
hw.Disusun Oleh :
hx. Tri Wibowo

(1113013000045)

Kelas : PBSI 1B
hy.

hz.PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA


ia. FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
ib. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ic. 2013

id. BAB II
ie. PEMBAHASAN
if. B. Resume Buku Linguistik Umum Abdul Chaer
ig.

ih. I. PENDAHULUAN
ii.
ij.

A. Pengertian Linguistik

ik.
il.

Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti bahasa.

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
objek kajiannya. Dalam bahasa Perancis ada tiga istilah untuk menyebut bahasa
yaitu:
im.
in.
iq.
it.
iw.

io.
L ip.
ir.
L is.
angue
iu.
P iv.

: suatu bahasa tertentu.


: bahasa secara umum.
: bahasa dalam wujud yang nyata yaitu berupa

arole
ujaran.
ix. Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general

linguistics). Artinya, ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa


saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, yang dalam
peristilahan Perancis disebut langage. Pakar linguistik disebut linguis. Bapak
Linguistik modern adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913). Bukunya tentang
bahasa berjudul Course de Linguistique Generale yang diterbitkan pertama kali
tahun 1916.
iy. Dalam dunia keilmuan, tidak hanya linguistik saja yang mengambil
bahasa sebagai objek kajiannya. Ilmu atau disiplin lain yang juga mengkaji
bahasa diantaranya: ilmu susastra, ilmu sosial (sosiologi), psikologi, dan fisika.
Yang membedakan linguistik dengan ilmu-ilmu tersebut adalah pendekatan
terhadap objek kajiannya yaitu bahasa. Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai
wadah seni. Ilmu sosial mendekati dan memandang bahasa sebagai alat
interaksi sosial di dalam masyarakat. Psikologi mendekati dan memandang
bahasa sebagai pelahiran kejiwaan. Fisika mendekati dan memandang bahasa
sebagai fenomena alam. Sedangkan linguistik mendekati dan memandang
bahasa sebagai bahasa atau wujud bahasa itu sendiri.

iz. II. LINGUISTIK SEBAGAI ILMU


ja.
jb. A. Keilmiahan Linguistik
jc.
jd. Pada dasarnya, setiap ilmu termasuk linguistik mengalami tiga tahap
perkembangan yaitu:
je.
jf. Tahap pertama, yakni tahap spekulasi. Dalam tahap ini pembicaraan
mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan spekulatif.
Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan
dilakukan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu. Dalam studi bahasa
dulu orang mengira bahwa semua bahasa di dunia diturunkan dari bahasa Ibrani,
Adam dan Hawa memakai bahasa Ibrani di Taman Firdaus, dan Tuhan berbicara
dalam bahasa Swedia. Semuanya itu hanyalah spekulasi yang pada zaman
sekarang sukar diterima.
jg.
jh. Tahap kedua, yakni tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini
para ahli bahasa baru mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa
dengan teliti tanpa memberi teori atau membuat kesimpulan.
ji.
jj.

Tahap ketiga, yakni tahap perumusan teori. Pada tahap ini setiap

disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan


pertanyaan- pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data yang
dikumpulkan. Kemudian dirumuskan hipotesis yang berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu, dan menyusun tes untuk menguji hipotesis terhadap
fakta yang ada.
jk.
jl.

Linguistik telah mengalami tiga tahapan tersebut sehingga dapat

dikatakan linguistik merupakan kegiatan ilmiah.


jm.
jn. B. Subdisiplin Linguistik
jo.
jp. Subdisiplin linguistik dapat dikelompokkan berdasarkan: (a)

objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu, (b) objek
kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa, (c) objek
kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya
dengan berbagai faktor di luar bahasa, (d) tujuan pengkajiannya apakah untuk
keperluan teori atau untuk terapan, dan (e) teori atau aliran yang digunakan untuk
menganalisis objeknya.
jq.
1) Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya
atau bahasa tertentu
jr. Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau
bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik umum dan
linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji
kaidah-kaidah bahasa secara umum. Linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah
bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu.
js.
2) Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu
atau bahasa sepanjang masa
jt.

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau

bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik (linguistik


deskriptif) dan linguistik diakronik (linguistik historis komparatif). Linguistik
sinkronik mengkaji bahasa pada masa tertentu. Misalnya, mengkaji bahasa
Indonesia pada tahun dua puluhan atau mengkaji bahasa Inggris pada zaman
William Shakespeare. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa
yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai masa sekarang.
Tujuan linguistik diakronik adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu
dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya.
ju.
3) Berdasarkan objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu
atau bahasa itu dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar
bahasa
jv. Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau
bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik mikro
(mikrolinguistik) dan linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro

mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa. Dalam linguistik mikro ada
beberapa subdisiplin yaitu:
jw.

jx. jy.
ka. kb.
gi
kd. ke.
kg. kh.
kj. kk.

Fonolo
Morfol
Sintaks
Semant
Leksik

jz. : menyelidiki tentang bunyi


kc. : menyelidiki tentang morfem.
bahasa.
kf. : menyelidiki tentang satuan-satuan
ki. : menyelidiki makna bahasa.
kl. : menyelidiki leksikon atau

km. ologi
kosakata.
kn. Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktorfaktor di luar bahasa. Subdisiplin-subdisiplin linguistik makro antara lain:
ko.
kp.

-Sosiolinguistik : mempelajari bahasa dalam


hubungan pemakaian di masyarakat.

kq.

- Psikolinguistik : mempelajari hubungan bahasa


dengan perilaku dan akal budi manusia.

kr.

-Antropolinguistik

: mempelajari hubungan bahasa

dengan budaya.
ks.

-Filsafat bahasa : mempelajari kodrat hakiki dan


kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia.

kt.

-Stilistika

: mempelajari bahasa dalam karya

sastra.
ku.

-Filologi

: mempelajari bahasa, kebudayaan,

pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat


dalam bahan tertulis.
kv.

-Dialektologi

: mempelajari batas-batas dialek dan

bahasa dalam suatu wilayah.


kw.
4) Berdasarkan tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori
atau untuk terapan
kx. Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau
bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik teoritis dan
linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan
bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek
kajiannya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka. Linguistik
terapan berusaha mengadakan penyelidikan bahasa untuk kepentingan
memecahkan masala- masalah praktis yang terdapat dalam masyarakat.
Misalnya, untuk pengajaran bahasa, penyusunan kamus, dan pemahaman karya

sastra.
ky.

5) Berdasarkan teori atau aliran yang digunakan untuk


menganalisis objeknya
kz. Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau
bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi tradisional, linguistik
struktural, linguistik tranformasional, linguistik generatif semantik, linguistik
relasional, dan linguistik sistemik.
la.
lb.

C. Manfaat Linguistik

lc.
ld. Linguistik memberi manfaat langsung kepada orang yang
berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa seperti linguis,
guru bahasa, penerjemah, penyusun kamus, penyusun buku teks, dan politikus.
Manfaat linguistik diantaranya:
le.

-Linguis : membantu menyelesaikan dan melaksanakan


tugasnya dalam penyelidikan bahasa.

lf.

-Guru bahasa

: melatih dan mengajarkan

keterampilan berbahasa.
lg.

-Penerjemah

: membantu dalam mendapatkan hasil

terjemahan yang baik.


lh.

-Penyusun kamus : membantu dalam menyusun kamus


yang lengkap dan baik.

li.

-Penyusun buku teks

: membantu dalam memilih

kata dan menyusun kalimat yang tepat.


lj.

-Politikus: membantu dalam aktivitasnya berkomunikasi


dengan orang banyak.

lk.

ll.

III. BAHASA
lm.

ln.
lo.

1. Pengertian Bahasa
lp. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh

para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan


mengidentifikasikan diri. (Kridalaksana: 1983)
lq.
lr.

2. Hakikat Bahasa

ls.
lt.

Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu: (1) bahasa itu adalah

sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4)
bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat
konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9)
bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat
dinamis, dan (12) bahasa itu manusiawi.
lu.
lv.

2.1 Bahasa itu adalah sebuah sistem

lw.
lx. Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah
unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri
dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan
membentuk satu kesatuan.
ly. Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun
secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal,
tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama
tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran
morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara
hirarkial, bagan subsistem bahasa tersebut sebagai berikut.
lz.

ma.

2.2 Bahasa itu berwujud lambang


mb.
mc. Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang

kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam
kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu:
tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat
(gesture), kode, indeks, dan ikon.
md.
me.Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang
bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.
mf.
mi.

Jenis mg.
Tanda mj.

(sign)
mn.

Keterangan
Sesuatu yang dapat mewakili ide,

pikiran,
Lamba mp.

ng

Menandai sesuatu secara tidak

langsung,

Contoh
Ada asap

tandanya ada
mr.

Bendera merah

ms.

tandanya

ada orang
mx.
Lampu lalu

mt.

Sinyal mv.

mu.

(signal pemberi

lintas

)
mz.

Gejala nb.

nd.

na.

(sympt alamiah

tinggi

on)
nf.

Gerak ni.

Tanda yang dilakukan dengan

nk.

ng.

isyarat nj.

menggunakan anggota badan.

kepala

nm.

Kode

Suatu tanda yang disepakati

np.

nr.

bersama
petugas
Indeks ns.
Tanda yang menunjukkkan sesuatu nu.
Suara gemuruh

nw.

Ikon

nn.

Tanda yang disengaja dibuat oleh

mh.
ml.

Tanda yang tidak disengaja tetapi

Badan demam
Anggukan
Kode rahasia

yang
nx.
Tanda yang paling mirip dengan

air
nz.

Patung pahlawa

sesuatu

oa.

merupakan

ikon pahlawan itu

ob.
oc.

2.3 Bahasa itu berupa bunyi


od.

oe. Menurut Kridalaksana (1983) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat
dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam
tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk
bunyi bahasa.

of.

2.4 Bahasa itu bersifat arbitrer

og.
oh. Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak
tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan
konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de
Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang dimaksud
signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan
signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.
oi. Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara
lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu
bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar
kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata
dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar,
karena bunyi kata tersebut tidak memberi saran atau petunjuk apapun untuk
mengetahui maknanya.
oj.
ok.

2.5 Bahasa itu bermakna

ol.
om. Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang.
Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu
ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka,
dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna,
maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
on.
oo.

[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang]

bermakna

bahasa

op.
oq.

[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl]

tidak bermakna

bukan bahasa

or.
os.

2.2.6 Bahasa itu bersifat konvensional

ot.
ou. Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang
dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk

suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat


bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk
mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa
Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan
lambang lain, maka komunikasi akan terhambat.
ov.
ow.

2.7 Bahasa itu bersifat unik

ox.
oy. Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri
khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa
menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat,
atau sistem- sistem lainnya.
oz.
pa.

2.8 Bahasa itu bersifat universal

pb.
pc. Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada
ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu
mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
pd.
pe.

2.9 Bahasa itu bersifat produktif


pf.
pg. Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu

terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat
satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan
sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa
Indonesia, /a/,
ph.

/i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan

satuan-satuan bahasa:
pi.

-/i/-/k/-/a/-/t/

pj.

-/k/-/i/-/t/-/a/

pk.

-/k/-/i/-/a/-/t/

pl.

-/k/-/a/-/i/-/t/

pm.

2.10 Bahasa itu bervariasi

pn.
po. Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai
orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama.
Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada
tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
pp.
pq.

-Idiolek

pr. -Dialek

Ragam bahasa yang bersifat perorangan.


Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok

anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.


ps.

-Ragam

Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi

tertentu.
pt.

Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

pu.
pv.

2.11 Bahasa itu bersifat dinamis

pw.
px. Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia,
sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu
berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi
dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan
makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.
py.
pz.

2.2.12 Bahasa itu manusiawi

qa.
qb. Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi
binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa
bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti
bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
qc.

qd. IV. TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI


qe.
qf.

1.

FONETIK

qg.
qh.

1.1 Pengertian dan Macam


Fonetik

qi.
qj. Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna
atau tidak. Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
qk.
ql.

- Fonetik artikulatoris

: mempelajari

bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia


bekerja dalam
qm.

menghasilkan bunyi bahasa.

- Fonetik akustik

: mempelajari bunyi

bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena


alam.
qn.

- Fonetik auditoris

: mempelajari

bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa


itu oleh telinga kita.
qo.
qp.

1.2 Alat Ucap

qq.
qr. Hal pertama pertama yang dibicarakan dalam fonetik artikulatoris
adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa.alat ucap manusia
terdiri dari:
qs. 1. paru-paru (lung)

qy. 7. aritenoid (arythenoid)

qt. 2. batang tenggorok (trachea)

qz. 8. dinding rongga kerongkongan

qu. 3. pangkal tenggorok (larynx)

(wall of pharynx)

qv. 4. pita suara (vocal cord)

ra. 9. epiglotis (epiglottis)

qw. 5. krikoid (cricoid)

rb. 10. akar lidah (root of tongue)

qx. 6. tiroid (thyroid) atau lekum

rc. 11. pangkal lidah (back of the

tongue, dorsum)

laminum)

rd. 12. tengah lidah (middle of

rf. 14. ujung lidah (tip of the tongue,

tongue, medium)

apex)

re. 13. daun lidah (blade of tongue,


rg. 15. anak tekak (uvula)

rl. 20. gigi bawah (lower teeth,

rh. 16. langit-langit lunak (soft

dentum)

palate, velum)

rm. 21. bibir atas (upper lip, labium)

ri. 17. langit-langit keras (hard

rn. 22. bibir bawah (lower lip,

palate, palatum)

labium)

rj. 18. gusi, lengkung kaki gigi

ro. 23. mulut (mouth)

(alveolum)

rp. 24. rongga mulut (oral cavity)

rk. 19. gigi atas (upper teeth,

rq. 25. rongga hidung (nasal cavity)

dentum)
rr.
rs.

1.3 Proses Fonasi

rt.
ru. Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara
keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di
dalamnya terdapat pita suara. Dari pita suara udara diteruskan melalui rongga
mulut atau rongga hidung ke udara bebas. Jika udara yang keluar dari paru-paru
tidak mendapat hambatan apa-apa maka tidak terjadi bunyi bahasa. Bunyi bahasa
terjadi karena udara yang dihembuskan dari paru-paru mendapat hambatan di pita
suara. Empat macam posisi pita suara saat dilewati udara yaitu: (a) pita suara
terbuka lebar (tidak menghasilkan bunyi), (b) pita suara terbuka agak
lebar (mengahasilkan bunyi tak bersuara), (c) pita suara terbuka sedikit
(menghasilkan bunyi bersuara), dan (d) pita suara tertutup rapat (menghasilkan
bunyi hamzah atau bunyi glotal).
rv.
rw.
rx.
ry.
rz.

a
sa. terbuka

lebar

sb.
b

sc.

terbuka
agak lebar

sd.
se.

terbuka sedikit

sf.
sg.

ertutup rapat
t

sh.

1.4 Klasifiaksi Bunyi

si.
sj. Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. bunyi
vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit
ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru.
Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan
apa-apa. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang
terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung
dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu
sk.
sl.1.4.1 Klasifikasi Vokal
sm.
sn. Bunyi vokal diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk
mulut. Posisi lidah bisa horisontal atau vertikal. Secara vertikal dibedakan adanya
vokal tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vokal tengah, misalnya bunyi [e] dan [
]; vokal rendah, misalnya bunyi [a]. Secara horisontal dibedakan adanya vokal
depan, misalnya bunyi [i] dan [e]; vokal pusat, misalnya bunyi [ ]; dan vokal
belakang, misalnya bunyi [u] dan [o]. Menurut bentuk mulut dibedakan
adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Berdasarkan posisi lidah dan bentuk
mulut itulah kemudian vokal-vokal itu diberi nama:
so.
sp.

[u] adalah vokal depan tinggi tak bundar

sq.

[u] adalah vokal depan tengah tak bundar

sr.

[u] adalah vokal pusat tengah tak bundar

ss.

[u] adalah vokal belakang tengah bundar

st.

[u] adalah vokal pusat rendah tak bundar

su.
sv.

1.4.2 Diftong atau Vokal Rangkap

sw.
sx. Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika
memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak
sama. Diftong dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, sehingga
dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. diftong naik, bunyi pertama

posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya diftong turun,
posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua. Contoh diftong adalah
[au] seperti pada kata harimau. Contoh lain, bunyi [ai] seperti pada kata cukai.
sy.
sz.

1.4.3 Klasifikasi Konsonan

ta.
tb. Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga kriteria,
yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Tempat artikulasi
tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu.
berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal antara lain konsonan:
tc.
td.
tg.

Nama
Bilabial

te.
th.

Keterangan
konsonan yang terjadi pada kedua belah

bibir,
tl.

yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah to.

tn.

dan bibir atas, gigi bawah merapat pada gigi [v]

Laminoalv atas
tq.

Konsonan yang terjadi pada daun lidah dan

eolar
gusi,
tt.
Dorsovelar tu.
Konsonan yang terjadi pada pangkal lidah
dan

[t] dan

[d]
tw.

[k] dan

[g]

ty. Berdasarkan cara artikulasinya, artinya bagaimana hambatan


yang dilakukan terhadap arus udara itu, dapat dibedakan adanya konsonan:
tz.

uv.

Hambat
Geseran atau frikatif
Paduan atau frikatif
Sengauan atau nasal
Getaran atau trill
Sampingan atau
Hampiran atau

7) oproksiman

uc.
: [p], [b], [t], [d], [k],
uf.
: [f], [s], dan [z]
dan [g]
ui.
: [c], dan [j]
ul.
: [m], [n], dan []
uo.
: [r]
ur.
: [l]
uu.
: [w], dan [y]

[f] dan

ts.

tx.

ua. ub.
ud. ue.
1)
ug. uh.
uj. uk.
um.un.
up. uq.
us. ut.

Bunyi
[b], [p],

dan

Labiodenta tm.

l
tp.

tf.
tj.

uw.

1.5 Unsur Suprasegmental

ux.
uy. Unsur suprasegmental adalah unsur yang menyertai bunyi segmental.
Unsur suprasegmental terdiri dari: (a) tekanan atau stres, (b) nada atau pitch, dan
(c) jeda atau persendian.
uz.
va.

1.5.1. Tekanan atau Stres

vb.
vc. Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Tekanan dapat
bersifat distingtif atau membedakan makna (contohnya dalam bahasa Inggris)
dan juga bisa tidak distingtif (contohnya dalam bahasa Indonesia).
vd.
ve.

Misalnya, tekanan pada kata dalam bahasa Inggris blackboard.

vf.
vg.
vj.
blackboard
vm. blackboard
vn.

1.5.2

vh. (tekanan pada kata


vk. (tekanan pada kata
black)
board)

vi.
vl.
tulis
hitam

papan
papan

Nada atau Pitch

vo.
vp. Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya bunyi. Dalam bahasa-bahasa
bernada atau bahasa tonal, seperti bahasa Thai dan Vietnam, nada dapat
membedakan makna. Macam nada ada lima yaitu:
vq.
vr. vs.
vu. vv.
1)
vx. vy.
wa.wb.
wd.we.

Nada naik
Nada datar
Nada turun
Nada turun
Nada naik

wg. 5) turun
wh.

1.5.3

vt. lambang :
vw. lambang :
/ ... /
vz. lambang :
wc. lambang :
wf. lambang :
/ ... /

Jeda atau Persendian

wi.
wj. Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar.
Jeda atau persendian dibedakan atas sendi dalam (internal juncture) dan sendi
luar (open juncture).

wk.
wl. Sendi dalam menunjukkan batas antara satu silabel dengan
silabel yang lain, yang dilambangkan dengan tanda tambah (+).
Contohnya:
wm.

/am+bil/

wn.

/lamp+pu/

wo.

/pe+lak+sa+na/

wq.

Sendi luar menunjukkan batas yang lebih besar dari segmen

wp.
silabel. Dalam hal ini biasanya dibedakan:
wr.
ws.
wt.

1)
2)
3)

Jeda antarkata dalam frase


Jeda antarfrase dalam klausa
Jeda antarkalimat dalam wacana

(/)
( // )
(#)

wu.
wv.

Contoh: # buku // sejarah / baru #


ww.

# buku / sejarah // baru #

wx.
wy.

3. Fonemik

wz.
xa. Fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa
yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
xb.
xc.

3.1 Identifikasi Fonem

xd.
xe. Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus
mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi
tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip.
Misalnya, kata laba dan raba. Perbedaan pada kata tersebut adalah pada bunyi [l]
dan [r]. Maka, dapat disimpulkan bunyi [l] dan bunyi [r] adalah dua buah fonem
yang berbeda di dalam bahasa Indonesia yaitu fonem [l] dan fonem [r].
xf.

xg.

3.2 Alofon

xh.
xi. Alofon adalah realisasi dari fonem, atau pengucaoan yang konkret
dari sebuah fonem. Dalam bahasa Indonesia, fonem [o] mempunyai dua alofon,
yaitu bunyi [ ] seperti pada kata tokoh dan bunyi [o] seperti pada kata toko.
Alofon- alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis. Artinya, benyak
mempunyai kesamaan dalam pengucapannya.
xj.
xk.

3.3 Perubahan Fonem

xl.
xm.

1) Asimilasi dan Disimilasi

xn.
xo. Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi
bunyi lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga
bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi
yang mempengaruhinya. Misalnya, kata Sabtu biasa diucapkan [saptu], di
mana bunyi [b] berubah menjadi [p] karena pengaruh bunyi [t].
xp.
xq. Asimilasi dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
xr.
xs.
xt.
xu.
xv.
xw.
xx.
xy.
xz.

a. Asi

mil
asi
Pro
gres
if
d. Asi
mil
asi
Reg
resi
f
g. Asi
mil
asi
Res
ipro
kal

b. Bunyi yang diubah

c. Kata mit der

terletak di belakang
bunyi yang
mempengaruhinya

e. Bunyi yang diubah

Frau (Belanda)
diucapkan [mit
ter Frau]
Kata op de weg
(Belanda)
diucapkan
[obdeweg]

f.

terletak di muka bunyi


yang mempengaruhinya

h. Perubahan terjadi pada

kedua
bunyi yang saling
mempengaruhi

i.

Kata Bereng
hamu
(Batak Toba)
diucapkan
[berek kamu]

ya. Disimilasi adalah perubahan bunyi yang menyebabkan dua


buah fonem yang sama menjadi berbeda atau berlainan. Misalnya,
dalam bahasa Indonesia kata cipta dan cinta yang berasal dari bahasa
Sansekerta citta. Kita lihat, bunyi [tt] pada kata citta berubah menjadi
bunyi [pt] pada kata cipta dan menjadi bunyi [nt] pada kata cinta.

yb.

2) Netralisasi dan Arkifonem

yc.
yd. Dalam bahasa Belanda kata hard dilafalkan [hart]. Dalam
bahasa adanya bunyi [t] pada posisi akhir kata yang dieja hard
adalah hasil netralisasi. Fonem /d/ pada kata hard yang bisa berwujud
/t/ atau /d/ disebut arkifonem. Contoh lainnya, dalan bahasa Indonesia
kata jawab diucapkan [jawap]; tetapi bila diberi akhiran an bentuknya
menjadi jawaban. Jadi, di sini ada arkifonem /B/, yang realisasinya bisa
berupa [b] atau [p].
ye.
yf.

3) Umlaut, Ablaut, dan Harmoni Vokal

yg.
yh. Kata umlaut berasal dari bahasa Jerman yang berarti
perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi
vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang
tinggi. Misalnya, dalam bahasa Belanda bunyi [a] pada kata handje lebih
tinggi kualitasnya dibandingkan dengan bunyi [a] pada kata hand.
Penyebabnya adalah bunyi [y] yang posisinya lebih tinggi dari bunyi [a].
yi.
yj.

Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam

bahasa- bahasa Indo Jerman untuk menandai berbagai fungsi


gramatikal. Misalnya, dalam bahasa Inggris kata sing berubah menjadi
sang atau sung untuk penandaan kala.
yk.
yl. Perubahan bunyi berupa harmoni vokal atau keselarasan vokal
terdapat dalamm bahasa Turki. Misalnya, kata at kuda bentuk jamaknya
adalah atlar kuda-kuda; oda rumah bentuk jamaknya adalah odalar
ym.

rumah-rumah.

yn.

4) Kontraksi

yo.
yp. Perubahan bunyi berupa kontraksi adalah pemendekan lafal.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia kata tidak tahu menjadi ndak tahu;
dalam bahasa Inggris kata will not menjadi wont.
yq.
yr.

5) Metatesis dan Epentesis

ys.
yt. Proses metatesis bukanlah mengubah bentuk fonem menjadi
fonem lain, melainkan mengubah urutan fonem yang terdapat dalam kata.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia selain bentuk jalur ada lajur; selain
kolar ada koral. Dalam proses epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya
yang homorgan dengan lingkungannya, disisipkan ke dalam sebuah kata.
Misalnya, ada kampak di samping kapak; ada sampi di samping sapi.

yu.
yv.
yw.

V. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI


yx.

yy.

1 MORFEM

yz.
za. Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun istilah
morfem, sebab morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua
morfem mempunyai makna secara filosofis.
zb.
zc.

1 Identifikasi Morfem

zd.
ze. Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan,
kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan
bentuk- bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulangulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. Sebagai
contoh kita ambil bentuk /kedua/. Ternyata bentuk /kedua/ dapat kita bandingbandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:

zf.

kedua

zh.

kelima

zg.

ketiga

zi.

ketujuh

zj. Ternyata juga semua bentuk ke pada daftar di atas dapat


disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan yang mempunyai makna yang
sama, yaitu menyatakan tingkat atau derajat. Dengan demikian bentuk ke pada
daftar di atas, karena merupakan bentuk terkecil yang berulang-ulang dan
mempunyai makna yang sama, bisa disebut sebuah morfem. Jadi, kesamaan
arti atau kesamaan bentuk merupakan ciri atau identitas sebuah morfem.
zk.
zl. Dalam studi morfologi suatu satuan bentuk yang berstatus sebagai
morfem biasanya dilambanhkan dengan mengapitnya di antara kurung kurawal.
Misalnya, kata Indonesia mesjid dilambangkan sebagai {mesjid}; kata kedua
dilambangkan menjadi {ke} + {dua}, atau bisa juga ({ke} + {dua})
zm.
zn.

2 Morf dan Alomorf

zo.
zp. Sudah disebutkan bahwa morfem adalah bentuk yang sama yang
terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk lain. Sekarang perhatikan deretan
bentuk berikut:
zq.

melihat
zr.

menyikat

zv.

zw.

zy.

mendengar
-

menggali

merasa
zt.

membawa

menyanyi
zs.

zu.

zz.

mengelas
-

aaa.

membantu

menduda

zx.

aab.

menggoda

mengetik

aac.
aad. Kita lihat ada bentuk-bentuk yang mirip atau hampir sama, tetapi kita
juga tahu bahwa maknanya juga sama. Bentuk-bentuk itu adalah me- pada
melihat dan merasa, mem- pada membawa dan membantu, men- pada
mendengar dan menduda, meny- pada menyanyi dan menyikat, meng- pada
menggali dan menggoda, menge- pada mengelas dan mengetik. Pertanyaan kita
sekarang apakah me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge- itu sebuah morfem
atau bukan, sebab meski maknanya sama tetapi bentuknya tidak persis sama.
Pertanyaan itu bisa dijawab bahwa keenam bentuk itu adalah sebuah morfem,
sebab meskipun bentuknya tidak persis sama, tetapi perbedaannya dapat
dijelasjan secara fonologis. Bentuk me- berdistribusi antara lain pada bentuk
dasar yang fonem awalnya konsonan /l/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada
bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan /p/; bentuk men- berdistribusi
pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /d/ dan /t/; bentuk menyberdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /s/; bentuk mengberdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /g/ dan /k/; bentuk
menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku.
aae.

Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama

ini disebut alomorf. Jadi, setiap morfem tentu mempunyai alomorf, enrah satu,
entah dua, atau juga enam buah seperti yang tampak pada data di atas. Selain itu,
bisa juga dikatakan morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk
yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui
statusnya; sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah
diketahui status morfemnya.
aaf. Sehubungan dengan alomorf me-, mem-, men-, meny-, meng- , mengemuncul masalah apa nama morfem untuk alomorf-alomorf itu? dalam tata bahasa
tradisional nama yang digunakan adalah awalan me- dengan penjelasan, awalan
me- ini akan mendapat sengau sesuai dengan lingkungannya. Dalam buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia dipilih alomorf meng- sebagai nama morfem itu,
dengan alasan alomorf meng- paling banyak distribusinya.
aag.
aah.
aai.

3 Klasifikasi Morfem

aaj.

Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan

berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan keberadaanya,


keutuhannya, maknanya, dan sebagainya. Berikut ini akan dibicarakan secara
singkat.
aak.
aal.

3.1 Morfem Bebas dan Morfem Terikat

aam.
aan. Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa
kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa Indonesia,
misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem
bebas. Sebaliknya, yang dimaksud morfem terikat adalah morfem yang tanpa
digabung dulu denganmorfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua
afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat.
aao.

Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa

Indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, yaitu:


aap.

Pertama, bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul, dan baur

juga termasuk morfem terikat, karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan


afiks, tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami
proses morfologi seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Bentuk-bentuk ini
lazim disebut prakategorial.
aaq.

Kedua, menurut konsep Verhaar (1978) bentuk-bentuk seperti baca,

tulis, dan tendang juga termasuk bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk


tersebut baru merupakan pangkal kata, sehingga baru bisa muncul dalam
pertuturan sesudah mengalami proses morfologi. Kemudian timbul pertanyaan,
bukankah tanpa imbuhan apa-apa bentuk tersebut dapat muncul dalam kalimat
imperatif? Menurut Verhaar, kalimat imperatif adalah kalimat ubahan dari kalimat
deklaratif. Dalam kalimat deklaratif aktif harus digunakan prefiks inflektif
me-, dalam kalimat deklaratif pasif harus digunakan prefiks inflektif di- atau ter-;
sedangkan dalam kalimat imperatif, juga dalam kalimat pasitif, harus
digunakan prefiks inflektif .
aar.

Ketiga, bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam

tua renta), kerontang (yang hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar
(yang hanya muncul dalam segar bugar) juga termasuk morfem terikat. Lalu,

karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk


tersebut disebut juga morfem unik.
aas.
aat.

Keempat, bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan

konjungsi, seperti ke, dari, pada, dan, kalau, dan atau secara morfologis termasuk
morfem bebas tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat.
aau.
aav.

Kelima, yang disebut klitika merupakan morfem yang agak

sukar ditentukan statusnya, apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentukbentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat
tekanan, kemungkinan dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi
dapat dipisahkan. Menurut posisinya, klitika biasanya dibedakan atas proklitika
dan enklitika. Yang dimaksud dengan proklitika adalah klitika yang berposisi di
muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa dan
kauambil. Sedangkan enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata
yang dilekati seperti -lah, -nya, dan -ku pada konstruksi dialah, duduknya, dan
nasibku3.2 Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
aaw.
aax.

Semua morfem dasar bebas yang dibicarakan di atas adalah

termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, {lau}, dan {pinsil}.
Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, {henti},
dan {juang}. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari
dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan
terdapat satu morfem utuh yaitu {satu} dan satu morfem terbagi yaitu {ke-/-an};
perbuatan terdiri dari satu morfem utuh {buat} dan satu morfem terbagi yaitu
{per-/-an}. Dalam bahasa Arab dan juga bahasa Ibrani, semua morfem akar verba
adalah morfem terbagi, yang terdiri atas tiga buah konsonan yang dipisahkan oleh
tiga buah vokal, yang merupakan morfem terikat yang terbagi pula. Misalnya
morfem akar terbagi {k-t-b} tulis merupakan dasar untuk kata-kata:
aay.
aaz.

kataba

ia (laki-laki) menulis

aba.

katabat

ia (perempuan) menulis

abb.

katabta

engkau (laki-laki) menulis

abc.

katabti

engkau (perempuan) menulis

abd.

katabtu

saya menulis

abe.

maktabun

kantor, toko buku, perpustakaan

abg.

Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa

abf.
Indonesia ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
abh.
abi.

Pertama, semua afiks yang disebut konfiks seperti {ke-/-an},

{ber-/-an},
abj.

{per-/-an}, dan {pe-/-an} adalah termasuk morfem terbagi. Namun

bentuk {ber-/- an} bisa merupakan konfiks pada bermunculan banyak yang tibatiba muncul, dan bermusuhan saling memusuhi, tetapi bisa juga bukan konfiks,
seperti pada beraturan mempunyai aturan dan berpakaian mengenakan
pakaian. Untuk menentukan apakah bentuk {ber-/-an} konfiks atau bukan, harus
diperhatikan makna gramatikal yang disandangnya.
abk.
abl.

Kedua, dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks,

yakni afiks yang disisipkan di tengah morfem dasar. Misalnya, infiks {-er-} pada
kata gerigi, infiks {-el-} pada kata pelatuk, dan infiks {-em-} pada kata gemetar.
Memang dalam bahasa Indonesia infiks ini tidak produktif, tetapi dalam bahasa
Sunda morfem infiks ini sangat produktif, artinya bisa dikenakan pada kata apa
saja.
abm.
abn.

3.3 Morfem Segmental dan

Suprasegmental
abo.
abp.

Perbedaan morfem segmental dan suprasegmental

berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah


morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat},
{lah}, {sikat}, dan {ber}. Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah
morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang
dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmenntal seperti tekanan, nada, durasi, dan
sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di benua Afrika,

setiap verba selalu disertai dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.
Aturannya, nada turun ( \ ) untuk kala kini, nada datar ( ) untuk kala lampau,
nada turun naik ( ) untu kala nanti, dan nada naik ( ) untuk bentuk imperatif.
Contoh:
abq.
abr.

kal

abs. kala

aby.
a kini
acf.
wa
acm.
act.
sa n n
ada. yl

abz.
lampau
acg.

acn.
wa
acu.
sa
adb.
nn

adh.

abt.
abu.

abv. imper abw. abx.


makna
acd. ace.
atif acc.

kala

aca.nantiacb.
ach. aci.

aco. wa
acp.
acv. acw.
sa
adc. add.
n

yl

acj.

acq.
wa
acx.
sa
ade.
n

yl

yl

ack.
acr.
acy.
adf.

acl.membe
menaruh
acs.meman
rsihkan
acz. ggil
adg.
memakan
berdiri

adi.
adj.

Kita lihat di samping morfem segmental {a} dengan arti

menaruh, ada empat morfem suprasegmental yang menyebabkan keempat


morfem itu bermakna: {} sedang menaruh, {} sudah menaruh, {} akan
menaruh, dan
adk.

{} taruhlah!.

adl.

3.4 Morfem Beralomorf Zero

adm.
adn.

Dalam linguistik deskriptif, ada konsep mengenai morfem

beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa ), yaitu morfem yang salah satu
alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur
suprasegmental), melainkan berupa kekosongan.
ado.
adp.Bentuk tunggal

Bentuk

jamak
adq.

I have a book

I have

two books
adr.

I have a sheep
have two sheep Kata kini
Kata lampau They call me
They called me They hit me
They hit me

ads.
adt. Bentuk tunggal untuk book adalah books dan bentuk jamaknya
adalah books; bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya
adalah sheep juga. Karena bentuk jamak untuk books terdiri dari dua buah
morfem, yaitu morfem {book} dan morfem {-s}, maka dipastikan bentuk jamak
untuk sheep adalah morfem {sheep} dan morfem {}. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa
adu.

{} merupakan salah satu alomorf dari morfem penanda jamak

dalam bahasa
adv.

Inggris.

adw.
adx.

3.5 Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem tak Bermakna


Leksikal

ady.
adz. Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara
inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa dulu berproses dengan
morfem lain. Misalnya, {kuda}, {lari}, dan {merah}. Sebaliknya, morfem tak
bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.
Misalnya, afiks
aea.

{ber-}, {me-}, dan {ter-}.

aeb.

4 Morfem Dasar, Dasar, Pangkal, dan Akar

aec.
aed. Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar
(base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam
proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung
dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
aee. Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam
proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks infleksi. Misalnya, dalam bahasa
Inggris kata books pangkalnya adalah book. Dalam bahasa Indonesia, kata
menangisi pangkalnya adalah tangisi.
aef. Akar atau (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat
dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya adalah
touch. Bagan pembentukan kata tersebut adalah sebagai berikut:

aeg.
aeh.
aei.
aej.
aek.

un

touch

able

ael.
aem.
aen.

5. Kata

aeo.
aep. Yang ada dalam tata bahasa tradisional sebagai satuan lingual yang
selalu dinicarakan adalah kata. Apakah kata itu, bagaimana kaitannya dengan
morfem, bagaimana klasifikasinya, serta bagaimana pembentukannya, akan
dibicarakan berikut ini.

aeq.

5.1 Hakikat Kata

aer.
aes. Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa
yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit
oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tata bahasawan struktural,
terutama penganut aliran Bloomfield, tidak lagi membicarakan kata sebagai
satuan lingual; dan menggantinya dengan satuan yang disebut morfem. Tidak
dibicarakannya hakikat kata secara khusus oleh kelompok Bloomfield karena
dalam analisis bahasa, mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, morfem,
dan kalimat.
aet.
aeu.

5.2 Klasifikasi Kata

aev.
aew.Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan
kriteria fungsi dalam mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk
mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi
digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, asverbia, pronomina,
dan lain-lainnya. Yang disebut verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau
perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang
dibendakan; konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata
dengan kata.
aex. Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan
distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi. Misalnya, yang disebut
nomina adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata bukan; verba adalah
kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak; sedangkan ajektifa adalah
kata yang dapat berdistribusi di belakang kata sangat.
aey.
aez.

5.3

Pembentukan Kata
afa.
afb. Untuk dapat digunakan dalam suatu kalimat, maka setiap bentuk dasar,
terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi
sebuah kata gramatikal melalui proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.

afc.

afd.

5.3.1

Inflektif
afe.
aff. Kata-kata dalam bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab, bahasa Latin,
dan bahasa Sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus
disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku
dalam bahasa itu. perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut
konyugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektifa disebut
deklinasi.
afg. Verba bentuk infinitif bahasa Latin amare mencintai untuk
persona pertama tunggal, modus indikatif aktif, bentuknya untuk kala (tense) yang
berbeda adalah sebagai berikut:
afh.
afi.
Kata

Bentuk

Arti

afj.
afk.
afo.
afs.

presen
imperfekt
futura

afw.

afl.
afp.
mo
aft.

a
a
a

afm.afn.
afq. afr.
afu. afv.

Aku mencintaimu
Aku (dulu sedang)
Aku akan mencintaimu

mabo

afx.

5.3.2 Deviratif

afy.
afz. Pembentukan kata secara inflektif tidak membentuk kata baru atau kata
lain yang berbeda identitasnya dengan bentuk dasarnya; sedangkan pembentukan
kata secara deviratif membentuk kata baru atau kata yang bentuk leksikalnya
tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya, dari kata Inggris sing menyanyi
terbentuk kata singer penyanyi. Antara sing dan singer berbeda identitas
leksikalnya, sebab selain maknanya berbeda, kelasnya juga berbeda; sing berkelas
verba sedangkan singer berkelas nomina.
aga.

agb.6.

Proses Morfemis

agc.
agd. Berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang
berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi, dan modifikasi
intern.
age.
agf.

6.1 Afiksasi

agg.
agh. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar.
Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2) afiks, dan (3)
makna gramatikal yang dihasilkan. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa
morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan
kata.
agi.
agj. Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar dibedakan adanya
prefiks,
agk.

infiks, konfiks, interfiks, dan transfiks.

agl.
agm.
Afiks
agn.

ago.

Keterangan
Prefiks

Contoh

afiks yang

agr.

diimbuhkan di muka bentuk

Sejenis

dasar

infiks atau

Infiks

afiks

diimbuhkan

elemen

yang

penyambun

di tengah bentuk

g yang

dasar
agp.

agq.

Interfiks

afiks yang

muncul

diimbuhkan di belakang bentuk

dalam

dasar

proses

Sufiks

Konfiks

afiks

penggabung

yang

berupa morfem terbagi yang

an dua

berposisi di muka dan

unsur

belakang bentuk dasar

ags.

Transfiks

Afiks yang berwujud vokal

agt.-

yang diimbuhkan pada


keseluruhan dasar

me- pada kata

menghibur
agu.
agv.

-el- pada kata telunjuk

agw. -an pada kata


bagian ke-/-an pada
kata
agx.

keterangan

agy.
agz.

Stern (unsur 1) +

Banner (unsur 2)
Stern.en.banner (bahasa
Indo German
aha.
ahb.

k-t-b tulis

(dasar dalam bahasa


Arab)
ahc.

kita:b buku,

maktaba toko buku

ahd.

6.2 Reduplikasi

ahe.
ahf. Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar.
Dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja, reduplikasi sebagian,
seperti lelaki, dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik. Proses
reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional dan dapat pula bersifat
devirasional. Reduplikasi yang infleksional tidak mengubah identitas leksikal,
melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti
ahg.

banyak meja. Yang bersifat devirasioanal membentuk kata baru.

Misalnya, kata
ahh.

laba-laba dan pura-pura.

ahi.
ahj.

6.3 Komposisi

ahk.
ahl. Komposisi adalah proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah
konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda. Misalnya, lalu lintas,
daya juang, dan rumah sakit. Produktifnya proses komposisi dalam bahasa
Indonesia menimbulkan berbagai masalah, antara lain masalah kata majemuk,
aneksi, dan frase.
ahm.
ahn. Kata majemuk adalah kata yang memiliki makna baru yang
tidak merupakan gabungan dari makna unsur-unsurnya. Misalnya, kumis
kucing
aho.

sejenis tumbuhan, mata sapi telur yang digoreng tanpa dihancurkan,

dan mata hati.


ahp.
ahq.

6.4 Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi

ahr.
ahs. Konversi, sering juga disebut devirasi zero, transmutasi, dan
transposisi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain
tanpa perubahan unsur segmental. Misalnya, kata cangkul dalam kalimat Ayah
membeli cangkul baru adalah nomina; sedangkan dalam kalimat Cangkul dulu

baik-baik baru ditanami adalah sebuah verba.


aht.
ahu. Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengan
penambahan unsur-unsur (biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang
berkerangka tetap (biasanya berupa konsonan). Misalnya, dalam bahasa Arab
morfem dasar dengan kerangka k-t-b tulis.
ahv.
ahw.

katab

dia laki-laki menulis

ahx.

jiktib

dia laki-laki akan menulis

ahy.

maktu:b

sudah ditulis

ahz.

maktaba

toko buku

aia.
aib. Ada sejenis modifikasi internal yang disebut suplesi. Dalam proses
suplesi perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar hampir
atau tidak tampak lagi. Misalnya, kata Inggris go yang menjadi went; atau verba
be manjadi was atau were.
aic.
aid.

6.5 Pemendekan

aie.
aif. Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem
atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tertapi maknanya
tetap sama. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (halaman),
dan SD (Sekolah Dasar). Pemendekan ini mengahsilkan singkatan. Selain
singkatan, ada akronim, yaitu hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat
dilafalkan sebagai kata. Misalnya, ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia), inpres (instruksi presiden), dan wagub (wakil gurbernur).
aig.
aih.

Morfofonemik

aii.
aij. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau
morfonologi, adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses
morfologi. Misalnya, prefiks me- berubah menjadi mem-, men-, meny-, meng-, dan
menge-. Perubahan fonem dalam proses morfofonemik dapat berwujud:

aik.
ail.

Pemunculan fonem

: me- + baca membaca

aim.

Pelesapan fonem

: sejarah + -wan sejarawan

ain.

Peluluhan fonem

: me- + sikat menyikat

aio.

Perubahan fonem

: ber- + ajar belajar

aip.

Pergeseran fonem

: ja.wab + an ja.wa.ban

aiq.
air.
ais.

ait.

VI. TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS


aiu.

aiv.

Strutur Sintaksis

aiw.
aix. Dalam pembicaraan struktur sintaksis, pertama-tama dibicarakan
masalah fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis. Istilah subjek,
predikat, objek, dan keterangan adalah peristilahan yang berkenaan dengan fungsi
sintaksis. Istilah nomina, verba, ajektifa, dan numeralia adalah peristilahan yang
berkenaan dengan kategori sintaksis. Istilah perilaku penderita, dan penerima
adalah peristilahan yang berkenaan dengan peran sintaksis.
aiy.
aiz.

Kata Sebagai Satuan Sintaksis

aja.
ajb. Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar; tetapi
dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial
menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, dibedakan adanya kata
penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata-kata
yang termasuk kategori nomina, verba, akjetifa, adverbia, dan numeralia.
Sedangkan kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.
ajc.
ajd.

Frase

aje.
ajf. Dalam sejarah studi linguistik istilah frase banyak digunakan dengan

pengertian yang berbeda-beda.

ajg.

3.1 Pengertian Frase

ajh.
aji. Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonprediktif, atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat. Frase berupa morfem bebas, bukan morfem terikat.
Frase bersifat nonprediktif, artinya hubungan antara kedua unsur yang
membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat-objek.
ajj.
ajk.

3.2 Jenis Frase

ajl.
ajm.Frase dibedakan atas (1) frase ekosentrik, (2) frase endosentrik, (3)
frase koordinatif, dan (4) frase apositif.
ajn.
ajo.

1)

Frase Eksosentrik

ajp.
ajq. Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase
eksosentrik biasanya dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan frase
eksosentrik yang nondirektif. Frase eksosentrik yang direktif komponen
pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya
berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Karena
komponen utamanya berupa preposisi, maka frase eksosentrik yang direktif ini
lazim juga disebut frase preposisional.
ajr.
ajs. Frase eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa
artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum;
sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori
nomina, ajektifa, atau verba.

ajt.

2)

Frase Endosentrik

aju.
ajv. Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau
komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan
keseluruhannya. Frase endosentrik ini lazim juga disebut + karena komponen
keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah
atau membatasi makna komponen inti atau hulu itu. Selain itu, frase endosentrik
ini lazim juga disebut frase subordinat karena salah satu komponennya, yaitu
yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan
komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen
bawahan.
ajw.
ajx. Dilihat dari kategori intinya dapat dibedakan adanya frase nominal,
frase verbal, frase ejektival, dan frase numeral. Yang dimaksud frase nominal
adalah frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina. Frase
nominal ini di dalam sintaksis dapat menggantikan kedudukan kata nominal
sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis. Yang dimaksud frase verbal adalah
frase endosentrik yang intinya berupa kata verba; maka oleh karena itu,
frase ini dapat menggantikan kedudukan kata verbal di dalam sintaksis. Yang
dimaksud frase ajektifa adalah frase endosentrik yang intinya berupa kata
ajektifa. Yang dimaksud frase numeral adalah frase endosentrik yang intinya
berupa kata numeral.
ajy.
ajz.

3)

Frase Koordinatif

aka.
akb. Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri
dari dua komponen atau lebih yang sama atau sederajat, dan secara potensial
dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan,
atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik ... baik, makin ... makin, baik
... maupun .... Frase koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan
kategori komponen pembentuknya. Frase koordinatif yang tidak menggunakan
konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frase parataksis.

akc.

4)

Frase Apositif

akd.
ake. Frase apositif adalah frase koordinatifyang kedua komponennya
merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat
dipertukarkan. Misalnya:
akf.
akg.

Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali.

akh.

Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.

aki.
akj.

3.3 Perluasan Frase

akk.
akl. Salah satu ciri frase adalah bahwa frase itu dapat diperluas.
Maksudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep
atau pengertian yang akan ditampilkan. Dalam bahasa Indonesia perluasan frase
ini tampaknya sangat produktif. Hal ini karena untuk menyatakan konsep-konsep
khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara
leksikal.
akm.
akn.

Klausa

ako.
akp. Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas
tataran frase dan di bawah tataran kalimat.
akq.
akr.

4.1 Pengertian Klausa

aks.
akt. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi
predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase,
yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau keterangan. Fungsi subjek
dan predikat boleh dikatakan wajib, sedangkan fungsi lain bersifat tidak lain.

aku.

4.2 Jenis Klausa

akv.
akw.

Jenis klausa dapat dibedakan berdasarkan strukturnya dan

berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan


strukturnya dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas
adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya subjek
dan predikat. Sedangkan klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap,
mungkin hanya subjeknya saja atau predikatnya saja, atau mungkin keterangan
saja.
akx.
aky. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat
dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektifal, kalusa
adverbial, dan klausal preposisional. Klausa verbal adalah kalusa yang
predikatnya berkategori verba. Misalnya, matahari terbit atau kakek makan
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbia. Misalnya,
akz.

bandelnya teramat sangat.Klausa preposisional adalah klausa yang

predikatnya berkategori preposisi. Misalnya, ayah ke pasar baru. Klausa numeral


adalah klausa yang predikatnya berupa numeralia. Miaslnya, gajinya lima juta
sebulan.
ala.
alb.

Kalimat
alc.
ald. Kalimat merupakan satuan bahasa yang langsung digunakan
sebagai satuan ujaran di dalam komunikasi verbal.
ale.
alf.

5.1 Pengertian

Kalimat
alg.
alh.a. Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran
yang lengkap.
ali. b. Kailmat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang
biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta

disertai dengan intonasi final.


alj.

alk.

5.2 Jenis

Kalimat
all.
alm.Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai kriteria atau sudut
pandang. Jenis-jenis kalimat yaitu:
aln.
alo.

1) kalimat inti dan kalimat non-inti

alp.

2) kalimat tunggal an kalimat majemuk

alq.

3) kalimat mayor dan kalimat minor

alr.

4) kalimat verbal dan kalimat non-verbal

als.

5) kalimat bebas dan kalimat terikat

alt.
alu.

5.3 Intonasi

kalimat
alv. Intonasi merupakan salah satu alat sintaksis yang sangat penting.
Intonasi dapat berwujud nada, tekanan, dan tempo. Dalam bahasa Indonesia,
intonasi tidak berlaku pada tataran fonologi danmorfologi, melainkan hanya
berlakuk pada tataran sintaksis. Tekanan yang berbeda akan menyebabkan
intonasi yang berbeda, akibatnya makna keseluruhan kalimat pun akan berbeda.
alw.
alx.

5.4 Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan

Diatesis
aly. Modus adalah penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut
tafsiran si pembicara, atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya. Ada
beberapa macam modus, yaitu:
alz.

Modus indikatif atau modus deklaratif, yaitu modus yang


menunjukkan sikap objektif atau netral.

ama.

Modus optatif, yaitu modus yang menunjukkan harapan atau

keinginan.
amb.

Modus imperatif, yaitu modus yang menyatakan perintah dan

larangan.
amc.

Modus interogatif, yaitu modus yang menyatakan pertanyaan.

amd.

Modus obligatif, yaitu modus yang menyatakan keharusan.

ame.

Modus desideratif, yaitu modus yang menyatakan keinginan.

amf.

Modus kondisional, yaitu modus yang menyatakan persyaratan.

amg.

amh.

Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu

secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses. Macam
aspek yaitu:
ami.
amj.

Aspek kontinuatif, yaitu yang menyatakan perbuatan yang terus

berlangsung.
amk.

Aspek inseptif, yaitu yang menyatakan peristiwa baru terjadi.

aml.

Aspek progresif, yaitu yang menyatakan perbuatan sedang

berlangsung.
amm.

Aspek repetitif, yaitu yang menyatakan perbuatan itu terjadi

berulang-ulang.
amn.

Aspek perfektif, yaitu yang menyatakan perbuatan sudah selesai.

amo.

Aspek imperfektif, yaitu yang menyatakan perbuatan berlangsung

sebentar.
amp.

Aspek sesatif, yaitu yang menyatakan perbuatan berakhir.

amq.
amr.Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan
waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang
disebutkan di dalam predikat.. Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang
menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Sikap ini dapat
berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, dan keizinan.
ams.

Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga

perhatian pendengar atau pemabaca tertuju pada bagian itu. dalam bahasa
Indonesia, fokus kalimat dapat dilakukan dengan cara:
amt.

Memberi tekanan pada bagian kalimat yang difokuskan.

amu.

Mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan.

amv.

Memakai partikel pun, yang, tentang, dan adalah.

amw.

Mengontraskan dua bagian kalimat.

amx.
amy.

Diatesis adalah gamabaran hubungan antara pelaku dan peserta

dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu. macam
diatesis yaitu:
amz.

Diatesis aktif, yaitu subjek yang berbuat

ana.

Diatesis pasif, subjek menjadi sasaran perbuatan

anb.

Diatesis refleksif, subjek berbuat terhadap dirinya sendiri

anc.

Diatesis resiprokal, subjek yang terdiri dari dua pihak berbuat

tindakan yang berbalasan.


and.
ane.

Diatesis kausatif, subjek menjadi penyebab terjadinya sesuatu


6

Wacana

anf.
ang. Kalimat atau kalimat-kalimat hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa
yang lebih besar yang disebut wacana.
anh.
ani.

6.1 Pengertian Wacana

anj.
ank. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam
hierarkial gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi. Sebagai satuan
bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep yang utuh yang
bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar. Sebagai satuan gramatikal tertinggi,
wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal.
anl.
anm.

6.2 Alat-alat Wacana

ann.
ano. Alat-alat gramatikal yang digunakan untuk membuat wacana menjadi
kohesif, antara lain:
anp.
anq.

Konjungsi

anr.

Kata ganti

ans.

Elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama.

ant.
anu. Selain gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koherensif dapat
dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain:
anv.
anw.

Menggunakan hubungan pertentangan

anx.

Menggunakan hubungan generik-spesifik

any.

Menggunakan hubungan perbandingan

anz.

Menggunakan hubungan sebab-akibat

aoa.

Menggunakan hubungan tujuan

aob.

Menggunakan hubungan rujukan yang sama

aoc.
aod.

5.6.3 Jenis Wacana

aoe.
aof. Jenis wacana ada wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan
sasarannya. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat
dari pengguanaan bahasa apakaha dalam bentuk uraian atau puitik. Wacana prosa
dilihat dari isinya dibedakan adanya wacana narasi, wacana eksposisi, wacana
persuasi, dan wacana argumentasi.
aog.
aoh.
aoi.

aoj.

VII. TATARAN LINGUISTIK (4): SEMANTIK


aok.

aol. 1 Hakikat Makna


aom.

Menurut de Saussure setiap tanda linguistic atau tanda terdiri dari

dua komponen, yaitu komponen signifikan atau yang mengartikan yang


wujudnya berupa runtunan bunyi, dan komponen signifie atau yang diartikan
yang wujudnya berupa pengertian atau konsep (yang dimiliki oleh signifikan).
aon.
aoo.

2. Jenis Makna

a) Makna leksikal: makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa
konteks apa pun
b) Makna gramatikal: makna gramatikal baru ada kalau terjaid proses
gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasai.
c) Makna kontekstual: makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
satu konteks.
d) Makna referensial: makna referensial bermakna referensial kalau ada
referensinya, atau acuannya.
e) Makna non-referensial: makna non-referensial bermakna tersebut jika tidak
ada referensinya.
f) Makna denotative: makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang
dimiliki oleh sebuah leksem.
g) Makna konotatif: makna lain yang ditambahkan pada makna denotative tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut.
h) Makna konseptual: makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari
konteks atau asosiasi apa pun.
i) Makna asosiatif: makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.
j) Makna idiom: satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari
makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Idiom
terbagi menjadi idiom penuh dan idiom sebagian.
k) Peribahasa: memilikimakna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari
makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makana asli dengan
maknanya sebagai peribahasa.
aop.
aoq.

3 Relasi Makna

aor.

Relasi makna adalah hubungan semantic yang terdapat antara satuan

bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya:


a) Sinonim atau sinonimi: hubungan semantic yang menyatakan adanya
kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
b) Antonim atau antonimi: hubungan semantic antara dua buah satuan ujaran
yang maknanya menyatkan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara
yang satu dengan yang lain.
c) Polisemi: jika kata itu mempunyai makna lebih dari satu.
d) Homonimi: dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan
sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata
atau bentuk ujaran yang berlainan.
e) Hiponimi: hubungan semantic antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya
tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain.
f) Ambiguiti atau Ketaksaan: gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat
tafsiran gramatikal yang berbeda.
g) Redundansi: berlebih-lebihannya penggunaan unsure segmental dalam suatu
bentuk ujaran.
aos.

4. Perubahan Makna
aot. Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah;

tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Maksudnya, dalam masa
yang relatif singkat, makna sebuah kata akan tetap sama, tidak berubah; tetapi
dalam waktu yang relatif lama ada kemungkinan makna sebuah kata akan
berubah. Ada kemungkinan ini bukan berlaku untuk semua kosakaata yang
terdapat dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada sejumlah kata saja,
yang disebabkan oleh faktor, antara lain:
a. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi
b. Perkembangan social budaya
c. Perkembnagan pemakaina kata

d. Pertukaran tanggapan indra


aou.

5. Medan Makna dan Komponen Makna

aov. Medan makna atau medan leksikal adalah seperangkat unsur


leksikalyanga maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari
bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu.
aow.

aox.

VIII. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK

aoy.
aoz.

Linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu:

a. Tahap spekulasi, yaitu pembicaraan mengenai sesuatu dan cara


mengambil kesimpulan yang dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti
empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.
Contoh: dalam bidang geografi dulu orang berpendapat bahwa bumi ini
berbentuk datar seperti meja. Kalau ditanya apa buktinya, mereka tentu
tidak dapat menjawab, atau kalaupun dijawab akan secara spekulatif pula.
b. Tahap observasi dan klasifikasi, yaitu mengumpulkan dan
menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori
atau kesimpulan apa pun. Contoh: bahasa-bahasa di nusantara
didaftarkan, ditelaah ciri-cirinya, lalu dikelompokan berdasarkan
kesamaan-kesamaan ciri yang dimiliki bahasa-bahasa tersebut.
c. Tahap perumusan teori, yaitu setiap disiplin ilmu berusaha memahami
masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumpulkan . Kemudian
dirumuskan hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan itu dan
menyusun tes untuk menguji hipotesis terhadap fakta-fakta yang ada.
apa.
apb.

1 Linguistik Tradisional
apc. Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan

istilah structural, sehingga dalam pendidikan formal ada istilah kata bahasa
tradisional dan tata bahasa structural.
apd. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan
semantik. Tata bahasa structural berdasarkan struktur atau cirri-ciri formal yang
ada dalam suatu bahasa tertentu.
a) Linguistik Zaman Yunani Kaum Sophis, Plato (429-347 S.M.),
Aristoteles (384-322 S.M.), Kaum Stoik, Kaum Alexandrian
b) Zaman Romawi Varro dan De Lingua Latina, Institutiones
Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia

c) Zaman Pertengahan Kaum Modistae, Petrus Spekulativa


d) Zaman Renaisans Bahasa Ibrani, Linguistik Arab, Bahasa-bahasa
Eropa, Bahasa-bahasa di luar Eropa
e) Menjelang lahirnya Linguistik Modern
ape.
apf. 2. Linguistik Strukturalis
apg.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Ferdinand de Saussure
Aliran Praha
Aliran Glosematik
Aliran Firthian
Linguistik Sistemik
Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
Aliran Tagmemik
aph.

api. 3. Linguistik Transformasional Dan Aliran Aliran Sesudahnya


apj.
a)
b)
c)
d)

Tata Bahasa Tranformasi


Semantik Generatif
Tata Bahasa Kasus
Tata Bahasa Relasional
apk.

apl. 4 Tentang Linguistik Di Indonesia


apm.

Indonesia sudah lama menjadi medan penelitian linguistik.

Awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan
Eropa lainnya dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan colonial. Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pemerintah colonial sangat memerlukan
informasi mengenaik bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia untuk
melancarkan jalannya pemerintahan colonial di Indonesia, di samping untuk
kepentingan lain.
apn. Sesuai dengan masanya, penelitian bahasa-bahasa daerah itu baru
sampai pada tahap deskripsi sederhana mengenai system fonologi, morfologi,
sintaksis, serta pencatatan butir-butir leksikal beserta terjemahan maknanya
dalam bahasa Belanda atau bahasa Eropa lainnya. Perkembangan waktu jualah

yang kemudian menyebabkan konsep-konsep linguistik modern dapat diterima,


dan konsep-konsep linguistik tradisional mulai agak tersisih.
apo.
app.

apq.

BAB III

apr.
aps.

RESUME

PESONA BAHASA: LANGKAH AWAL MEMAHAMI LINGUISTIK


apt.

KUSHARTANTI - UNTUNG YUWONO


apu.
apv.
apw.
apx.
apy.
apz.
aqa.
aqb.
aqc.
aqd.
aqe.
aqf.
aqg.
aqh.
aqi.
aqj.
aqk.
aql.
aqm.
aqn.

aqo.

Disusun Oleh :

Tri Wibowo
aqp.

(1113013000045)

Kelas : PBSI 1B
aqq.

aqr.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA

aqs.

FAKULTAS ILMU TARBYIAH DAN KEGURUAN

aqt.

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


aqu.

2013

aqv.
aqw.

BAB III
PEMBAHASAN

aqx.
aqy.

C. Resume Buku Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami

Linguistik Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia Rmt Lauder


aqz.
ara.

I. BAHASA DAN LINGUISTIK


arb.Harimurti Kridalaksana
arc.

A. Pengertian Bahasa
ard.

Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan

oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama,


berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Definisi bahasa tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa bukan sejumlah unsur yang
terkumpul secara tidak beraturan.
b. Bahasa itu sistematis, artinya bahasa dapat di uraikan atas satuan- satuan
terbatas yang terkombinasi dengan kaidah yang dapat diramalkan.
c. Bahasa itu sistemis, artinya bahasa bukanlah sistem yang tunggal, melainkan
terdiri dari beberapa subsistem.
d. Bahasa adalah sebuah sistem tanda. Tegasnya bahasa itu bermakna, artinya
bahasa itu berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar
masyarakat yang memakainya.
e. Bahasa adalah sistem bunyi, artinya bahasa itu berupa bunyi. Karena manusia
dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan.
f. Bahasa bersifat produktif, artinya sebagai sistem dari unsur- unsur yang
jumlahnya terbatas bahasa dapat dapat dipakai secara tidak terbatas oleh
pemakainya.
g. Bahasa bersifat unik, artinya tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang
tidak harus ada dalam bahasa lain.

B. Linguistik
1. Letak Keilmiahan Linguistik
a. Syarat keeksplisitan, dipenuhi dengan menyatakan secara jelas kriteria
yang mendasari suatu penelitian dan menyusun peristilahan secara jelas
dan konsisten. Misalnya jika hendak menyelidiki kalimat dalam bahasa
Indonesia, kita harus mengetahui dan kemudian menentukan apa saja
yang ada dalam sesuatu yang disebut kalimat itu, sehingga jelas apa yang
kita maksud.
b. Syarat kesistematisan, dipenuhi dengan menentukan kerangka deskriptif
yang dipakainya untuk menyesuaikan pandangannya tentang data, yang
dilihat dan dicari. Selain itu juga dengan pengujian yang ketat terhadap
hipotesis, perkiraan, atau pandangan tentang bahasa.
c. Syarat keobjektifan, dipenuhi dengan penyelidikan terhadap data dengan
eksperimen yang terkontrol.
2. Pendekatan Linguistik
a. Secara deskriptif dan tidak secara preskriptif
b. Tidak memaksakan aturan- aturan suatu bahasa dalam kerangka bahasa
yang lain
c. Bahasa sebagai suatu sistem, bukan sebagai kumpulan dari unsur- unsur
yang terlepas
d. Bahasa bukan sesuatu yang statis, melainkan sesuatu yang berkembang
sejalan dengan perkembangan sosial budaya pemakainya
3. Manfaat Linguistik
are. Dengan memahami secara mendalam ruang lingkup linguistik
mahasiswa atau guu bahasa dapat melakukan pemilihan bahan dan
penjenjangan pengajaran secara lebih rapi. Juga dapat merumuskan normanorma yang harus diajarkannya secara realistis. Linguistik mempunyai manfaat
teoritis bagi orang yang mempelajari bahasa secara mendalam. Selain itu juga
linguistik mempunyai manfaat praktis.

arf.II. ASPEK KOGNITIF BAHASA


arg.Setiawati Darmojuwono dan Kushartanti

arh.
A. Proses Kognitif dan Otak
ari.

Bagian otak yang paling penting dalam kegiatan berbahasa adalah

otak besar, yakni korteks serebral. Korteks serebral terbagi menjadi dua bagian,
yaitu belahan otak kanan atau hemisfer kanan, yang berfungsi mengontrol
pemprosesan informasi spasial dan visual. Belahan otak kanan atau hemisfer kiri,
yang berfungsi mengontrol kegiatan berbahasa.
B. Melupakan dan Mengingat
arj.

Kita dapat menjadi lupa jika ada intervensi dalam proses mengingat.

Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk mengingat. Cara untuk mengingat
itu disebut mnemonik. Berbagai bentuk mnemonik yaitu sebagai berikut; (1)
Urutan kategorial; (2) Gambaran mental yang interaktif; (3) Akronim; (4)
Akrostik; (5) Sistem kata kunci.
C. Tahap- tahap dalam Pemerolehan Bahasa Pertama
1. Tahap ujaran satu kata atau tahap ujaran holofrastik (holophrasstic). Dalam
tahap ini terjadi penggelembungan makna (overextention).
2. Tahap ujaran dua kata atau tahap ujaran telegrafik (telegraphic speech)

ark.

Setelah melampaui masa- masa diatas, perkembangan kosakata

seseorang meningkat dengan pesat. Perkembangan kemampuan bahasa tidak


hanya tercermin dari aspek fonologisnya. Namun juga tercermin dari aspek
sintaksis dan aspek pragmatis.
D. Pemelajaran Bahasa Asing
arl.

Faktor- faktor yang berperanan besar dalam pengajaran bahasa asing

adalah faktor psikologis dan faktor sosial. Faktor psikologis yang dimaksud
adalah proses intelektual yang melibatkan pemahaman struktur gramatikal dan
aturan- aturannya, ingatan atau memori yang sangat penting dalam pemelajaran,
serta keterampilan motorik yang meliputi penggunaan alat- alat ucap untuk
memproduksi bunyi- bunyi dalam bahasa asing. Faktor sosial dalam pemelajaran
bahasa mempertimbangkan situasi, termasuk interaksi, khususnya situasi alamiah
dan situasi di dalam kelas. Ada dua cara yang dapat digunakan, yakni: meminta
seseorang untuk menerangkannya; menemukannya dengan cara kita sendiri. Di

dalam pemelajaran bahasa, dikenal pula istilah Hipotesis Umur Kritis (critical age
hyphothesis). Hipotesis ini mempertimbangkan usia sebagai faktor untuk
mencapai kemampuan berbahasa.
E. Bilingualitas dan Bilingualisme
arm.

Bilingual adalah orang- orang yang mampu berbicara dalam dua

bahasa. Sedangkan yang mampu berbicara lebih dari dua bahasa disebut
multilingual. Bilingualitas adalah keadaan psikologis seseorang yang mampu
menggunakan dua bahasa dalam komunikasi sosial. Bilingualisme adalah suatu
konsep yang mencakup konsep bilingualitas dan juga keadaan yang
menggambarkan terjadinya kontak bahasa di antara sebuah masyarakat bahasa
tertentu dengan masyarakat bahasa lainnya.
F. Gangguan dalam Proses Berbahasa
arn.

Gangguan dalam proses berbahasa dapat berupa gangguan alat

wicara dan gangguan wicara. Gangguan alat wicara berkaitan dengan gangguan
pada alat ucap, sebagai berikut:
1. Gangguan pada bagian paru- paru, nada bicaranya sangat monoton,
suaranya terputus- putus.
2. Gangguan pada bagian pita suara, suaranya serak atau hilang.
3. Gangguan pada bagian lidah, pengucapan sejumlah fonem yang melibatkan
lidah mencadi tidak sempurna.
4. Gangguan pada rongga hidung atau langit- langit (platum), suaranya
menjadi sengau.
aro.
arp.

III. ASPEK FISIOLOGIS BAHASA


arq.F.X. Rahyono

arr.
A. Produksi Bunyi Bahasa
ars.

Bunyi bahasa ditentukan oleh sumber bunyi serta proses dalam

memproduksi bahasa itu. Untuk menghasilkan bunyi yang benar diperlukan alat
bicara yang normal, keterampilan dan kemampuan organ alat bicara dalam
melakukan artikulasi. Kemampuan mengatur pernapasan untuk mengalirkan udara
ke rongga tenggorokan, mulut, dan hidung.

1. Alat Bicara
art.

Merupakan perangkat anggota tubuh manusia yang berfungsi

sebagai sumber bunyi. Alat bicara yang berada di rongga mulut disebut
artikulator (alat ucap). Alat bicara yang berada di rongga badan adalah paruparu yang berfungsi untuk memompakan udara dalam proses produksi bunyi,
disebut aliran udara pulmonik. Artikulator dapat dikelompokkan menjadi
artikulator aktif dan artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang
secara aktif bergerak membentuk hambatan aliran udara, yaitu bibir bawah dan
lidah. Artikulator pasif adalah alat ucap yang diam, yaitu bibir atas, gigi atas,
gusi, langit- langit keras dan langit- langit lunak.
2. Proses Produksi Bahasa
a. Udara keluar dari paru- paru melalui gloris (celah sempit/ lebar) yang
dibentuk oleh pita suara. Bunyi- bunyi yang dihasilkan dengan cara
mempersempit glotis disebut bunyi bersuara.
b. Getaran udara menuju ke rongga mulut atau hidung sesuai dengan posisi
langit- langit lunak atau velum.
c. Jika velum membuka jalan aliran udara menuju ke hidung, artikulator
yang berada di rongga mulut berfungsi menutup aliran udara.
d. Aliran udara yang menuju ke mulut di saat aliran udara ke rongga hidung
tertutup, udara bebas keluar dari mulut tanpa hambatan.
e. Pada saat aliran udara berhasil melewati rongga mulut atau hidung, bunyi
bahasa terdengar.
aru.Jenis- jenis hambatan
artikulasi:
o
o
o
o
o
o
o
arv.
arx.

Letupan (plosive/ stop)


Geseran (fricative)
Paduan (affricate)
Sengau (nasal)
Getaran (trill)
Sampingan (lateral)
Hampiran (approximant)

arw.
o
o
o
o
o
o

Daerah artikulasi antara lain:

Labial (bibir atas)


Dental (gigi atas)
Alveolar (gusi atas)
Palatal (langit- langit keras)
Velar (langit- langit lunak)
Glotal (tidak dihasilkan oleh
artikulator, melainkan oleh penutupan
glotis secara total)

B. Satuan Bunyi Bahasa


1. Konsonan
ary. Satuan bunyi yang dihasilkan jika udara yang keluar dari paru- paru
mengalami hambatan.
2. Vokal
arz.

Satuan bunyi yang dihasilkan jika udara yang keluar dari paru- paru

tidak mengalami hambatan.


3. Persepsi bunyi bahasa
asa. Persepsi bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara dibedakan
menjadi dua, yakni persepsi terhadap bunyi yang berupa satuan struktural yaitu
vokal dan konsonan, persepsi terhadap bunyi yang berupa cepat lambat,
kelantangan, tekanan dan nada.
asb.
asc.
asd.
ase.

IV. ASPEK SOSIAL BAHASA

B.Suhardi dan B.Cornelius Sembiring

asf.
A. Keberagaman Bahasa menurut Pemakainya
asg. Keberagaman bahasa ditentukan oleh berbagai aspek luar bahasa,
seperti kelas sosial, jenis kelamin, etnisitas, dan umur. Adanya perbedaan dialek
dan aksen dalam satu komunitas merupakan bukti keberagaman itu yang
keberadaannya dipengaruhi oleh aspek- aspek sosial. Keberagaman yang terjadi
karena faktor kedaerahan disebut dialek regional. Keberagman bahasa karena
faktor latar belakang pendidikan, pekerjaan atau karena faktor derajat keresmian
situasinya disebut dialek sosial atau sosiolek.
B. Aturan dan Fungsi Sosial Bahasa
ash. Hymes mengemukakan aturan sosial berbahasa sebenarnya tidak
hanya menyangkut masalah kesepakatan dalam pemakaian bahasa saja, tetapi juga
mencakup fungsi bahasa; (1) Fungsi bahasa kontekstual; (2) Fungsi emotif; (3)
Fungsi konatif; (4) Fungsi referensial; (5) Fungsi puitis; (6) Fungsi fatis; (7)
Fungsi metalinguistik.

C. Sentuh Bahasa
asi.

Ciri yang menonjol dari sentuh bahasa adalah terdapatnya

kedwibahasaan (bilingualism) atau keanekabahasaan (multilingualism).


Kedwibahasaan (bilingualism), Leonard Bloomfield (1993) mengartikan
kedwibahasaan sebagai penguasaan (seseorang) yang sama baiknya atas dua
bahasa. Uriel Weinriech (1968) kedwibahasaan diartikan sebagai pemakaian dua
bahasa oleh seseorang secara bergantian. Sedangkan Einar Haugen (1966) dan
bermakna dalam bahasa lain. Perbedaan pengertian mengenai kedwibahasaan
disebabkan oleh sukarnya menentukan batasan seseorang menjadi dwibahasawan.
D. Ragam Bahasa dalam Masyarakat Multibahasa
1. Bahasa baku
asj.

Ragam bahasa ini sudah melewati proses kodifikasi, yaitu tahap

pembakuan tata bahasa, ejaan, dan kosakata. Biasanya dicapai melalui


penyusunan kamus bahasa tersebut. Ragam bahasa ini dinilai lebih bergengsi
(prestigious), berfungsi sebagai bahasa resmi atau bahasa nasional, seperti
bahasa Indonesia di negara kita.
2. Vernakular
ask. Ragam bahasa yang tidak memiliki status resmi, tidak mengalami
proses kodifikasi. Dipakai dalam percakapan sehari- hari atau sebagai lambang
solidaritas.
3. Lingua franca
asl.

Lingua franca sering di artikan sebagai bahasa perantara, muncul

dalam keadaan darurat dan digunakan sebagai bahasa untuk bertahan hidup.
Digunakan apabila kedua peserta tutur bukanlah penutur asli bahasa tersebut.
Dan juga sebagai titik temu dua pihak yang memiliki dua bahasa yang benar
berbeda.
4. Pijin (pidgin)
asm. Ragam bahasa yang tidak memiliki penutur asli, ragam bahasa ini
tumbuh karena adanya dua pihak yang ingin berkomunikasi satu sama lain tetapi
sangat berbeda bahasanya.
5. Kreol
asn. Merupakan perluasan pijin dan sudah sejajar dengan bahasa- bahasa
lain di negara yang memilikinya.

aso.
asp.

V. AKSARA DAN EJAAN

Harimurti Kridalaksana dan Hermina Sutami

asq.
A. Asal Mula dan Perkembangan Aksara
1. Masa Praaksara
asr.

Penduduk India mempercayai bahwa Ganesha (dewa kebijaksanaan

berbentuk gajah) adalah pencipta tulisan. Masyarakat Mesir percaya bahwa


Dewa Thoth menciptakan tulisan untuk raja Thamus. Pada kedua masyarakat itu
timbul anggapan bahwa penciptaan tulisan berada di luar kemampuan manusia
sehingga harus diciptakan oleh dewa. Di Cina beredar legenda yang mengatakan
tulisan diciptakan oleh manusia bukan dewa. Namun manusia itu pun bernama
Cang Jie bukan sembarang manusia melainkan pejabat kaisar. Masyarakat Cina
percaya bahwa kaisar adalah utusan dewa. Jadi anggapan ketiga masyarakat
kuno ini tidak jauh berbeda.
ass.

Sebelum apa yang dinamakan tulisan seperti yang didefinisikan

Gelb hadir di muka bumi, timbul pertanyaan bagaimana manusia kuno


mengingat suatu peristiwa. Para peneliti melakukan penelitian terhadap gambargambar di atas batu, ternyata gambar- gambar tersebut merekam suatu peristiwa.
Gambar- gambar ini belum disebut tulisan karena tidak merupakan bagian dari
suatu sistem tanda yang konvensional. Gambar hanya dapat dimengerti oleh
orang tertentu saja, yaitu si penggambar dan orang- orang di sekitarnya yang
bersama- sama mengalami peristiwa yang dilukiskan dalam gambar tersebut.
Walaupun belum dapat dikategorikan sebagai tulisan, gambar- gambar ini
digunakan untuk berkomunikasi. Gambar- gambar yang digunakan sebagai
sebagai sarana untuk mengingat sesuatu dikatakan mempunyai fungsi
mnemonik.
ast.
2. Masa aksara
a. Aksara paku
asu. Merupakan aksara tertua yang berasal dari daerah Mesopotamia di
lembah Sungai Tigris dan Efrat. Bentuknya seperti paku, ditulis di atas tanah
liat, digunakan sebagai wahana tulis bahasa Sumeria.

b. Aksara hieroglif
asv. Perbedaan waktu kemunculan hieroglif dengan aksara paku tidak
terlalu jauh. Hieroglif Mesir ini menurunkan aksara semit kuna yang
mempunyai dua cabang, yakni semit utara, dan semit selatan.
asw.
c. Aksara han
asx. Aksara ketiga yang menurunkan huruf kanji adalah aksara han.
Digunakan oleh suku Han (mayoritas penduduk RRC) yang pada masa
primitif mendiami lembah Sungai Kuning. Aksara Han tidak lepas dari
bahasanya, yakni bahasa Han. Banyaknya kata serapan pada bahasa- bahasa
sekitarnya, antaralain bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa itu sendiri.
Aksara Han tidak menyebar ke Barat dan Selatan melainkan ke Timur. Katakata yang diserap dalam Bahasa Indonesia tidak ditulis dalam aksara han
melainkan dengan huruf Latin. Aksara Han bersifat morfemis. Satu karakter
bersifat satu morfem sekaligus satu suku kata.
B. Aksara di Indonesia
asy. Bahasa jawa dalam karya- karya mengenai agama islam
menggunakan huruf arab, nama aksaranya pegon, sedangkan bahasa Melayu yang
menggunakan huruf arab nama aksaranya jawi. Jika masuknyaaksara arab
disebabkan menyebarnya agama islam, masuknya aksara palawa dikarenakan
menyebarnya agama Hindu dan Budha yang datang sebelum agama islam.
C. Aksara dalam Sistem Bahasa
1. Aksara Alfabetis: satu huruf mewakili satu konsonan atau satuvokal
2. Aksara Silabis : satu suku kata terdiri dari satu konsonan dan satu vokal
3. Aksara Morfemis: satu morfem mewakili seperangkat bunyi, satu tone, dan
satu makna
asz. Aksara digunakan untuk menggambarkan unsur- unsur wicara secara
tertulis, tetapi tidak ada aksara yang dapat menggambarkannya secara sempurna.
Unsur suprasegmental seperti intonasi, tekanan, dan jeda tidak dapat digambarkan
oleh aksara.
D. Ejaan
ata.

Ejaan adalah kaidah tulis menulis baku yang didasarkan pada

penggambaran bunyi. Ada empat prinsip dalam penyusunan ejaan, yaitu:


1. Prinsip kecermatan: sistem ejaan tidak boleh mengandung kontradiksi

2. Prinsip kehematan: suatu standar yang diperlukan untuk menyusun suatu


ejaan agar orang dapat menghemat tenaga dan pikirannya dalam
berkomunikasi.
atb.
3. Prinsip keluwesan: sistem ejaan harus terbuka bagi perkembangan bahasa di
kemudian hari
4. Prinsip kepraktisan: tidak menggunakan huruf- huruf baru yang tidak lazim
agar tidak perlu mengganti mesin tik dan peralatan tulis lainnya.
E. Sistem Ejaan di Indonesia
atc.

Sistem ejaan di Indonesia yang menggunakan huruf latin dimulai

sejak kedatangan orang Eropa ke Nusantara. Pada tahun 1959 terjadi kesepakatan
antara RI dengan Malaysia untuk menyamakan ejaan bahasa di kedua negara
tersebut yang dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu Indonesia). Pada
tahun 1972 presiden Rimenetapkan ejaan baru yang bernama Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Ejaan inilah yang kita gunakan hingga saat ini.
atd.
ate.
atf.VI. WACANA
atg.Untung Yuwono
A. Pengertian Wacana
ath.

Wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam

suatu bangun bahasa. Wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap
bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Sebagai kesatuan yang
abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau inskripsi, yang
mengacu pada makna yang sama, yaituwujud yang konkret yang terlihat, terbaca,
dan terdengar.
ati.

Ada bermacam- macam konteks dalam wacana. Wacana lisan

merupakan kesatuan bahasa yang terikat dengan konteks situasi penuturnya.


Sedangkan wacana tulis merupakan satuan bahasa yang dituliskan.

B. Jenis Wacana
1. Berdasarkan fungsi bahasa:
a. Wacana ekspresif, bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai
sarana ekspresi, seperti wacana pidato.
b. Wacana fatis, bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan dalam pesta.
c. Wacana estetik, bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan,
seperti wacana puisi dan lagu
d. Wacana informasional, bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa.
e. Wacana direktif, bersumber pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau
pembaca, seperti wacana khotbah.
2. Berdasarkan saluran komunikasi:
a. Wacana lisan, memiliki ciri adanya penutur dan mitratutur, bahasa yang
dituturkan, dan alih tutur yang menandai pergantian giliran bicara .
b. Wacana tulis, memiliki ciri adanya penulis dan pembaca, bahasa yang
dituliskan, dan penerapan sistem ejaan.
3. Berdasarkan pemaparan:
a. Wacana naratif
b. Wacana deskriptif
c. Wacana ekspositoris
d. Wacana argumentatif
e. Wacana persuasif
f. Wacana hortatorif
g. Wacana prosedural
4. Berdasarkan banyaknya peserta komunikasi:
a. Wacana monolog, satu orang saja yang terlibat dalam komunikasi
b. Wacana dialog, dua orang yang terlibat dalam komunikasi
c. Wacana polilog, melibatkan banyak peserta komunikasi
C. Kepaduan Wacana
1. Kohesi
atj. Kohesi adalah keadaan unsur- unsur bahasa yang saling merujuk dan
berkaitan secara semantis. Kohesi diciptakan secara formal oleh alat bahasa yang
disebut pemarkah kohesi, misalnya kata ganti (pronomina), kata tunjuk
(demonstrativa), kata sambung (konjungsi), dan kata yang diulang. Terdapat dua
jenis kohesi, yakni kohesi gramatikal, adalah hubungan semantis antarunsur
yang dimarkahi alat gramatikal- alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya
dengan tata bahasa yang berwujud referensi atau pengacuan, substitusi atau
penyulihan, elipsis atau pelepasan, dan konjungsi atau penghubungan. Kohesi
leksikal, adalah hubungan semantis antarunsur pembentuk wacana dengan
memanfaatkan unsur leksikal atau kata. Berwujud reiterasi dan kolokasi.

atk.
2. Koherensi
atl. Koherensi adalah keberterimaan suatu tuturan atau teks karena
kepaduan semantisnya, atau hubungan antara teks dan faktor diluar teks
berdasarkan pengetahuan seseorang.
atm.
atn.

VII. PRAGMATIK
ato.Kushartanti

atp.
atq. Pragmatik mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal- hal di luar
bahasa. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika ada syarat- syarat
tertentu terpenuhi, salah satunya adalah kesadaran akan bentuk sopan santun.
Salah satu penanda bentuk sopan santun adalah penggunaan bentuk pronomina
tertentu dalam percakapan. Grice mengungkapkan ada empat maksim yang
harus dipatuhi oleh seorang pembicara, yaitu sebagai berikut:
atr.
A. Maksim Kuantitas
ats. Dalam percakapan, penutu harus memberikan kontribusi yang
secukupnya kepada mitra tutur. Hal ini dapat kita lihat dalam ungkapan di awal
kalimat seperti singkatnya, dengan kata lain, kalau boleh dikatakan, dan
sebagainya.
B. Maksim Kualitas
att. Peserta percakapan harus mengatakan hal yang sebenarnya.
Ungkapan di awal kalimat seperti setahu saya, kalau tidak salah dengar, katanya,
dan sebagainya.
C. Maksim Relevensi
atu. Peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan
dengansituasi pembicaraan. Ungkapan di awal kalimat, seperti ngomongngomong, sambil lalu, merupakan pembatas yang memenuhi maksim relevansi.
D. Maksim Cara
atv. Peserta percakapan harus berbicara langsung dan lugas secara tidak
berlebihan. Menyatakan ungkapan seperti Bagaimana kalau.., menurut saya..,
dan sebagainya.

atw. Pelanggaran akan maksim percakapan akan menimbulkan kesan


yang janggal. Kejanggalan itu dapat terjadi jika informasi yang diberikan
berlebihan, tidak benar, tidak relevan, atau berbelit- belit. Di dalam pragmatik,
kita mengenal istilah pertuturan. Pertuturan merupakan seluruh komponen
bahasa dan nonbahasa yang meliputi perbuatan bahasa yang utuh, yang
menyangkut peserta di dalam percakapan, bentuk penyampaian amanat, topik
dan konteks amanat itu. Berdasarkan tujuannya, pertuturan dibedakan menjadi
lima, yaitu asertif, fdirektif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.
atx. Referensi adalah hubungan diantara unsur luar bahasa yang ditunjuk
oleh unsur bahasa dengan lambang yang dipakai untuk mewakili atau
menggambarkannya. Sedangkan interferensi adalah pengetahuan tambahan yang
dipakai oleh mitra tutur atau pembaca untuk memahami apa yang tidak di
ungkapkan secara eksplisit di dalam ujaran.
aty. Deiksis adalah cara merujuk pada suatu hal yang berkaitan erat
dengan konteks penutur. Ada tiga jenis deiksis yaitu deiksis ruang, deiksis
persona, dan deiksis waktu. Ketiga deiksis ini bergantung pada interperensi
penutur dan mitra tutur, yang berada dalam konteks yang sama.
atz.

aua.
aub.

VIII. SEMANTIK
Setiawati Darmojuwono

auc.
aud. Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna
tanda bahasa. Dalam semantik akan dibahas tentang berbagai jenis makna, relasi
makna, dan analisis makna, sebagai berikut:
1. Berbagai Jenis Makna
a) Makna denotatif: Disebut juga makna deskriptif atau makna leksikal, yang
merupakan relasi kata dengan konsep benda/ peristiwa atau keadaan yang
dilambangkan dengan kata tersebut.
b) Makna gramatikal
2. Relasi Makna
a) Homonimi: Relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama,
tetapi maknanya berbeda.
b) Polisemi: kata atau frasa yang memiliki beberapa makna yang berhubungan.
c) Sinonimi: relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip.
d) Antonimi atau Oposisi: relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan
maknanya.
e) Hiponimi: relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik
dalam makna generik.
f) Meronimi: relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena
relasi maknanya bersifat hierarkis, namun tidak menyiratkan pelibatan
sejarah, tetapi merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan.
g) Makna Asosiatif: merupakan asosiasi yang muncul dalam benak seseorang
jika mendengar kata tertentu. Memiliki peran penting dalam wacana yaitu
sebagai pengikat makna- makna kata sehingga terbentuk pemahaman wacana.
h) Makna afektif: makna yang berkaitan dengan perasaan seseornag jika
mendengar atau membaca kata tertentu
i) Makna etimologis: makna yang berkaitan dengan asal usul kata dan
perubahan makna kata dilihat dai aspk sejarah kata.
3. Analisis Makna
aue. Analisis makna dapat dilakukan dengan bantuan analisis komponen
dan penotipe. Menurut pendektan ini makna kata tidak dapat diuraikan dalam
bentuk komponen semantis karena makna kata batasnya kabur dan
keanggotaan dalam satu kategori tidak ditentukan oleh ada tidaknya
komponen- kompoen semantis tertentu, tetapi bergantung pada jarak dari

prototipe, yaitu representasi mental yang mewakili contoh terbaik satu konsep
tertentu.
auf.
aug.
auh.
aui.

IX. SINTAKSIS

auj.Liberty P. Sihombing dan Djoko Kentjono


auk.
aul. Sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antarkata, atau
menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frasa
hingga kalimat. Rangkaian kata yang mematuhi kaidah sintaksis disebut apik atau
gramatikal. Sebaliknya, rangkaian kata yang tidak mematuhi kaidah sintaksis
disebut tidak apik atau tidak gramatikal. Kaidah- kaidah sintaksis memungkinkan
penutur bahasa menghasilkan dan memahami kalimat, yang belum pernah ada
sebelumnya, dalam jumlah yang tidak terbatas. Kaidah- kaidah sintaksis di dalam
tata bahasa harus menjelaskan kegramatikalan kalimat; urutan kata; ketaksaan
struktural; hubungan- hubungan gramatikal; makna struktural; dan aspek
produktif bahasa. Golongan ujaran yang dapat saling dipersulihkan tanpa
kehilanga kegramatikalannya disebut kategori gramatikal. Meliputi, kata, frasa,
klausa, dan kalimat.
1. Kata
aum.

Kata dapat digolongkan menjadi dua jenis besar, yaitu

partikel dan kata penuh. Partikel adalah kata yang jumlahnya terbatas, biasanya
tidak mengalami proses morfologis, bermakna gramatikal, dan dikuasai dengan
cara menghafal. Misalnya, yang, dari, ke, di, dan pada. Sedangkan kata penuh
mempunyai ciri- ciri yang berlawanan dengan partikel, yang utama adalah
maknanya bersifat leksikal. Kata penuh dibedakan menjadi nomina (kata benda),
verba ( kata kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), preposisi
(kata depan), konjungsi (kata sambung), numeralia ( kata bilangan), dan
sebagainya.
2. Frasa

aun. Berdasarkan macam strukturnya, dibedakan menjadi frasa


ekosentris, yaitu frasa yang salah satu pembentuknya berbentuk preposisi. Dan
frasa endosentris, yaitu frasa yang mempunyai induk.
3. Klausa
auo.

Berdasarkan distribusi satuannya:

a) Klausa bebas, yaitu klausa yang dapat bersendiri menjadi kalimat.


b) Klausa terikat, yaitu klausa yang tidak dapat bersendiri menjadi kalimat.
4. Kalimat
aup.

Berdasarkan jumlah dan macam klausanya:

a) Kalimat sederhana atau kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari
satu klausa bebas.
b) Kalimat bersusun, yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan
sekurang- kurangnya satu klausa terikat.
c) Kalimat majemuk atau kalimat setara, yaitu kalimat yang teridiri atas lebih
dari satu klausa bebas.
d) Kalimat majemuk bersusun, yaitu kalimat yang terdiri atas gabungan
kalimat majemuk dan kalimat bersusun.
auq.

Berdasarkan struktur intern klausa utamanya:

a) Kalimat lengkap, yaitu kalimat yang mempunyai unsur- unsur pengisi


fungsi gramatikal yang lengkap, terutama subjek dan predikat.
b) Kalimat tidak lengkap, yaitu kalimat yang salah satu unsur pengisi fungsi
gramatikalnya tidak ada.
aur.Berdasarkan jenis tanggapan yang diharapkan:
a) Kalimat pertanyaan
b) Kalimat pernyataan
c) Kalimat perintah
aus.

Berdasarkan sifat hubungan antara pelaku dan perbuatan:

a) Kalimat aktif, kalimat yang memperlihatkan subjek sebagai pelaku.


b) Kalimat pasif, kalimat yang memperlihatkan subjek sebagai tujuan atau
sasaran perbuatan.
c) Kalimat tengah, kalimat yang subjeknya merupakan pelaku dan tujuan.
d) Kalimat netral, kalimat yang tidak berstruktur pelaku- perbuatan.
aut.
auu.
auv.
auw.

X. MORFOLOGI
Djoko Kentjono

aux. Morfologi sering disebut pula tata kata atau tata bentuk. Morfologi
mengenal unsur dasar atau satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya. Satuan
gramatikal yang terkecil itu disebut morfem. Morfem tidak dapat dipecah menjadi
bagian- bagian yang lebih kecil yang masing- masing mengandung makna.
auy. Morfem menjadi bagian pembentuk atau konstituen satuan- satuan
gramatikal yang lebih besar. Anggota- anggota suatu morfem disebut alomorf.
Morfem dapat dibedakan menurut jenisnya berdasarkan beberapa ukuran. Yaitu
morfem beralomorf satu dan morfem beralomorf lebih dari satu. Menurut jenis
fonem yang menyusunnya, dikenal morfem segmental, morfem suprasegmental,
dan morfem segmental- suprasegmental. Perbedaan antara morfem yang satu
dengan morfem yang lainnya dapat ditinjau berdasarkan jumlah fonem yang
membentuknya. Morfem juga dapat dibedakan menurut macam maknanya. Ada
golongan morfem yang mempunyai semacam makna dasar yang menunjuk
kepada benda, hal, perbuatan, atau sifat yang terdapat di alam sekitar. Morfem
seperti ini disebut morfem leksikal. Sedangkan morfem yang tidak mempunyai
makna dasar, tetapi kehadirannya membawa fungsi gramatikal, disebut morfem
gramatikal.
auz. Kata disusun oleh satu atau beberapa morfem. Kata bermorfem satu
disebut monomorfemis, sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut kata
polimorfemis. Afiks selalu merupakan morfem terikat, sedangkan morfem dasar
dapat beruba morfem bebas atau morfem terikat. Proses morfologis, sebagai
proses yang mengubah bentuk kata, memberikan kedudukan gramatikal yang
tertentu kepada kata yang dibentuknya. Proses morfologis dibagi menjadi dua
tipe, yaitu infleksi dan derivasi. Infleksi mengubah bentuk suatu kata untuk
menetapkan hubungannya dengan kata- kata lain dalam kalimat. Proses derivasi
mengubah suatu kata menjadi kata baru.
ava. Makna gramatikal bermacam- macam, bukan hanya morfem afiks
saja yang memiliki makna gramatikal, morfem seperti ke, atau, itu, tetapi, untuk,
yang, dan yang disebut partikel juga mempunyai makna gramatikal. Beberapa
kategori makna gramatikal :
1.
2.
3.
4.

Jumlah
Jenis
Milik
Kala

5.
6.
7.
8.

Aspek
Diatesis
Orang
Modus

avb.
avc.
avd.

XI. FONOLOGI

ave.

Djoko Kentjono

avf.
avg. Merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa. Satuan
bunyi fungsional terkecil disebut fonem. Bunyi- bunyi yang merupakan wujud
lahirian suatu fonem disebut alofon- alofon, anggota fonem, atau varian fonem
tersebut. Jenis fonem dibedakan menjadi vokal dan konsonan.
avh. Analisis fonemik
avi.

Langkah persiapan:

1. Memperoleh data
2. Memeriksa apakah data yang telah kita catat itu telah dicatat dengan
3.
4.
5.
6.

teliti dan konsisten


Membuat daftar bunyi- bunyi yang terdapat dalam data
Meletakkan bunyi- bunyi yang telah didaftar dalam peta bunyi
Mendaftar pasangan- pasangan bunyi yang berkemiripan fonetis itu
Dengan keterampilan melakukan analisis fonemik, suatu sistem ejaan
yangpraktis dapat dibuat untuk bahasa itu atau untuk memperbaiki
sistem ejaan yang sudah ada.

avj.

XII. TIPOLOGI BAHASA DAN BAHASA- BAHASA DI


DUNIA

avk.

Lucy Ruth Montolalu, Muhadjir, dan Multamia RMT Lauder

avl.
avm.

Tipologi bahasa membahas klasifikasi bahasa berdasarkan

kesamaan ciri atau tipe yang terdapat dalam sebuah bahasa. Bahasa- bahasa yang
mempunyai sejumlah tipe yang sama dikelompokan dalam kelompok bahasa yang
sama. Setiap usur dalam suatu bahasa dapat dieperlakukan sebagai sebuah tipe
atau sebuah tanda dalam tipologi bahasa. Tipologi bahasa sebagai cabang
linguistik mengembangkan metode- metode khusus yang menghasilkan klasifikasi
bahasa berdasarkan tipe- tipenya. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa
tipologi bahasa adalah cabang linguistik yang mengelompokkan bahasa
berdasarkan tipe- tipe yang paling banyak terdapat dalam sekelompok bahasa.
1. Tipologi Fonologis
avn. Kesamaan di bidang fonologi menyangkut kesamaan jenis fonem
yang dihasilkan oleh posisi artikulasi, ciri- ciri distingtif, ciri- ciri prosodi, dan
distribusi fonem tiap bahasa. Peta- peta fonem sebuah bahasa yang disusun
seorang peneliti akan menjadi landasan yang penting dalam membuat konfigurasi
tiap fonem. Konfigurasi merupakan gambaran mengenai posisi fonem yang
dimiliki sebuah bahasa dilihat dari alat- alat ucap manusia. Klasifikasi bahasa
dapat dilakukan berdasarkan konfigurasi semua vokal yang terdapat dalam sebuah
bahasa atau dapat pula dilakukan berdasarkan ciri- ciri distingtif vokal yang
terdapat dalam bahasa. Klasifikasi bahasa juga dapat dilakukan atas dasar ciri- ciri
distingtif konsonan yang terdapat dalam sebuah bahasa.
2. Tipologi morfologis
a) Bahasa yang kata- katanya terdiri atas satu morfem
b) Bahasa yang kata- katanya dapat dibagi dalam morfem- morfem tanpa
kesulitan
c) Bahasa yang menggabungkan beberapa morfem menjadi satu kata
sedemikian rupa sehingga morfem- morfem pembentuk kata tersebut sulit
dikenali sebagai unsur- unsur yang berbeda.
avo. Mengenai pengelompokkan bahasa berdasarkan tipe- tipenya pada
suatu ketika orang menduga bahwa sebuah bahasa mempunyai pola

pengembangan yang tetap. Tahap pertama adalah isolasi, kedua aglutinasi, dan
ketiga fusional.
avp. Kelemahan pengelompokkan bahasa sebagaimana diuraikan di atas
adalah tidak ada bahasa yang tergolong dalam tipe morfoligis murni.
3. Tipologi sintaksis
avq. Bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan kata sebagai unsur
sintaksis utama, yang dikenal sebagai bahasa konfiguratif. Klasifikasi yang paling
lazim dijumpai adalah klasifikasi bahasa yang dengan subjek di awal kalimat.
Klasifikasi yang kedua adalah bahasa yang menempatkan verba di awal kalimat.
avr. Bahasa- bahasa di Asia- Pasifik
a) Rumpun Austronesia
avs. Meliputi wilayah Madagaskar- kepulauan Ester, dan dari Taiwan ke
Hawaii ke Selandia Baru.
avt.
b) Rumpun Indo- Pasifik
avu. Meliputi sekitar 650 bahasa yang dituturkan di Papua dan 100
bahasa lain yang dituturkan di pulau- pulau sebelah barat dan timur, yang
tidak termasuk rumpun bahasa Autronesia.
avv.
avw.Dalam linguistik historis komparatif terdapat metode komparatif,
yaitu metode tentang bagaimana membandingkan sejumlah bahasa untuk
membuktikan hubungan histois di antaranya. Disamping metode komparatif,
terdapat pula metode leksikostatistik, yaitu pengukuran jarak perbedaan di antara
dua kelompok variasi bahasa dilakukan dngan membandingkan kosakata
keduanya.
avx.
avy.
avz.

XIII. TOKOH- TOKOH LINGUISTIK ABAD KE- 20


awa.

B.Suhardi

1. Ferdinand de Saussure (1857- 1913)


awb.

Dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern. Melalui bukunya

yakni Cours de linguistique generale. Saussure sering dianggap sebagai pelopor


linguistik modern. Pandangannya dapat diringkas dalam bentuk dikotomi. Yang
pertama adalah telaah diakronis dan telaah sinkronis, yang kedua mengenai

langue dan parole, lalu signifiant dan signifie, dan terakhir mengenai hubungan
sintagmatik dan paradigmatik.

2. Aliran Praha
awc.Aliran yang terbentuk pada tahun 1926 atas praksara salah seorang
tokohnya. Yaitu Vilem Mathesius (1882- 1945). Pokok- pokok aliran praha:
a) Membandingkan telaah diakronis dan sinkronis yang memungkinkan
untuk menyelidiki bahasa secara lebih lengkap dan terkendali
b) Membandingkan sistem bahasa
c) Membedakan fonetik dan fonologi
3. Louis Hjelmslev
awd.

Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat

ilmu bahasa menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, dan menganggap bahasa
tidak sebagai bagian dari gejala psikologis, gejala sosial, atau gejala non
bahasalainnya. Hjelmslev memandang bahasa sebagai sistem hubungan
(relations). Hjelmslev mengakui adanya hubungan sintagmatik dengan asosiatif.
4. John R.Firth
awe.Pandangan firth mengenai bahasa dapat kita baca dalam bukunya
The Tongues of Men and Speech dan Papers in Linguistics. Firth berpendapat
bahwa telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Firth sangat
terkenal dengan teorinya mengenai fonologi prosodi.
5. Leonard Bloomfield
awf. Merupakan seorang linguis yang sangat berpengaruh pada tahun
1930-an sampai tahun 1950-an di Amerika Serikat. Metode ilmiah yang
dikembangkan Bloomfield tampak dalam tulisan rekan- rekan yang berkecimpung
dalam bahasa linguistik. Mereka sama sekali menajuhi unsur- unsur yang bersifat
spekulatif dan berpegang teguh pada prinsip bahwa pernyataan ilmiah haruslah
didasarkan pada fakta- fakta objektif. Pengaruh Bloomfield mulai surut pada akhir
tahun 1950-an ketika seorang linguis muda, Naom Chomsky mengemukakan
pemikiran- pemikiran yang sama sekali berbeda dengannya.

awg.

XIV. BERBAGAI KAJIAN LINGUISTIK

awh.

Allan F. Lauder dan Multamia RMT Lauder

awi.
1. Kajian Terapan
awj. Linguistik terapan adalah suatu cabang dari linguistik yang khusus
mengaplikasikan berbagai teori, metode, dan temuan linguistik untuk menjelaskan
atau memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan bahasa. Contoh kajian
linguistik yang bersifat terapan, sebagai berikut:
a) Pengajaran Bahasa
b) Pengetahuan linguistik mengenai bentuk, makna, struktur, fungsi,
dan variasi bahasa sangat penting sebagai modal dasar pengajaran
bahasa.
c) Penerjemahan
d) Merupakan sebuah kegiatan kompleks yang menuntut
kecermatan. Tujuan utama penerjemahan adalah untuk
menghasilkan terjemahan yang semirip mungkin dengan nakah
aslinya.
e) Perkamusan
f) Kamus adalah sebuah karya yang berfungsi sebagai referensi.
Pada umumnya berupa seranai kata yang disusun secara alfabetis.
g) Linguistik forensik
awk. Salah satu cabang linguistik terapan yang sangat berkaitan
dengan hukum. Tataran linguistik yang berkaitan erat dengan
linguistik forensik adalah fonetik akustik, analisis wacana, dan
semantik.
h) Terapi wacana
awl. Kegiatan terapi wacana didesain untuk memberikan latihanlatihan yang membantu mengurangi atau menyembuhkan
kelainan bicara.
i) Grafologi
awm.Kajian mengenai sistem simbol yang digunakan untuk
menyampaikan pesan bahasa dalam bentuk tertulis.
j) Linguistik edukasional
awn. Linguistik edukasional dikenal juga dengan nama linguistik
pedagogis. Kajiannya fokus pada penggunaan bahasa ibu sebagai
bahasa pengantar, tetapi akhir- akhir ini lebih pada pemilihan dan

penggunaan bahasa yang dipakai sebagaibahasa pendidikan pada


tataran nasional.
k) Perencanaan bahasa
awo. Sebuah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau badan
yang ditunjuk oleh pemerintah, dalam hal ini Pusat Bahasa.
2. Kajian interdisiplin
a) Sosiolinguistik
awp. Kajian ini cenderung fokus pada variasi bahasa yang muncul
di masyarakat yang biasanya ditelusuri karena keberadaan
berbagai stratifikasi sosial dalam masyarakat.
b) Antropologi linguistik
awq. Salah satu cabang linguistik yang menelaah hubungan
antara bahasa dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana
bahasa ini digunakan sehari- hari sebagai alat dalam tindakan
masyarakat.
c) Stilistika
awr. Cabang linguistik yang memfokuskan diri pada analisis
gaya bahasa.
d) Filologi
aws. Salah satu cabang linguistik yang tertua yang
mngkhususkan diri pada bidang penelitian kekerabatan bahasa
dan perubahan bahasa dengan cara membandingkan berbagai
bahasa.
e) Epigrafi
awt. Cabang linguistik yang menelaah isi tulisan pada prasasti.
f) Dialektologi
awu. Cabang ilmu pengetahuan bahasa yang secara sistematis
menangani berbagai kajian yang berkenaan dengan distribusi
dialek atau variasi bahasa dengan memperhatikan faktor geografi,
politik, ekonomi, dan sosial budaya.
awv.

g) Psikolinguistik
aww.Merupakan cabang linguistik yang kompleks. Yang derap
perkembangannya pesat karena membuka diri pada disiplin ilmu
lain sebagai alat bantu untuk menginterpretasikan masalah
pemerolehan bahasa dan produksi bahasa.
h) Neurolinguistik
awx. Kajian yang berupaya memahami kerja otak untuk
memproses kegiatan bahasa.
i) Biolinguistik
awy. Cabang linguistik baru yang menekuni proses bahasa pada
manusia dari sudut pandang biologi.
j) Linguistik komputasional
awz. Linguistik komputasional bukanlah komputerisasi bahasa
dan merupakan salah satu cabng linguistik yang baru.
axa.

Anda mungkin juga menyukai