BAB I
RESUME
DASAR-DASAR LINGUISTIK UMUM
SOEPARNO
Disusun Oleh :
Tri Wibowo
(1113013000045)
Kelas : PBSI 1B
Halaman | 2
BAB I
PEMBAHASAN
A. Resume Buku Dasar-dasar Linguistik Umum Soeparno
I.
Hakikat Bahasa
Menurut teori stuktural, dapat didefinisikan sebagai suatu sistem arbitrer yang
konvensional. Berkaitan dengan ciri sistem, bahasa bersifat sistematik dan
sistemik. Bahasa bersifat sistemik karena mengikuti ketentuan-ketentuan atau
kaidah-kaidah yang teratur. Bahasa juga bersifat sistemik karena bahasa itu sendiri
merupakan suatu sistem atau subsistem-subsistem. Misalnya, subsistem fonologi,
subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik, subsitem leksikon.
Selain bahasa juga mempunyai ciri arbitrer, yakni hubungan yang sifatnya
semena-mena antara signifie dan signifiant atau antara makna dan bentuk. Dan
kesemenaan tersebut dibatasi oleh kesepakatan antar-penutur yang disebut bahasa
memiliki ciri konvensional.
Beberapa kemungkinan lain untuk mengubah sistem:
1. Dengan cara menambah sisipan si pada kata yang sudah dibalik urutan
suku katanya.
2. Dengan cara menambah akhiran al pada penggalan suku pertama.
3. Dengan cara menyisipi em pada penggalan suku pertama.
Berdasarkan pengertian bahasa seperti yang telah dikemukakan, maka hanya
yang berupa ujaran saja yang dapat disebut bahasa. Bentuk-bentuk dan
perwujudan lain (dengan media) pada hakikatnya tidak dapat disebut bahasa
dalam arti sebernarnya; gerak anggota badan (gesture), rambu lalu lintas, lampu
lalu lintas, morse, bunyi kentongan, tepuk tangan, dan tulisan.
Halaman | 3
II.
Fungsi Bahasa
a. Fungsi Umum
Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Dengan
demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat
komunikasi. Tak ada masyarakat tanpa bahasa dan tak ada bahasa tanpa
masyarakat
Di suatu media massa (Abadi, 1971) seorang bernama Kang En menulis
sebuah artikel yang isinya agak provokatif, yaitu: Bahasa yang Merusak Mental
Bangsa. Yang berisi persoalan dalam bahasa Indonesia;
(1) masalah kata sapaan memiliki sifat familier dan nepotisme,
(2) masalah kala (tenses) memiliki sifat aglutinatif, tidak mengenal waktu,
(3) masalah salam (greeting) tidak memiliki sugesti untuk berbuat sesuatu.
Tulisan tersebut tampaknya beranjak dari hipotesis Whorf-Sapir yang
mengemukakan bahwa bahasa yang mementukan suatu corak masyarakat.
b. Fungsi Khusus
Jakobson membagi funsi bahasa atas enam macam, yakni emotif
(mengungkapkan suatu rasa), konatif (agar lawan bicara berbuat seuatu),
referensial (membicarakan suatu permasalahan berdasarkan topik), puitik
(menyampaikan suatu amanat), fatik (berbicara ala kadarnya, hanya untuk basabasi), dan metalingual (berbicara dengan bahasa sebagai arbitrer).
Dell Hymnes mengembangkan fungsi bahasa dari perincian yang telah
dikemukakan di depan. Fungsi bahasa tersebut yaitu:
Untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial.
Untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman.
Untuk mengatur kontak sosial.
Untuk mengatur perilaku atau diri sendiri.
Untuk mengatur perilaku atau perasaan orang lain.
Untuk mengungkapkan perasaan.
Untuk menandai perihal hubungan sosial.
Halaman | 4
III.
Halaman | 5
1.
2.
3.
4.
Nomina
Pronominal
Artikel
Verba
5. Adverbal
6. Preposisi
7. Partisipium
8. Konjugasi
Sebelum Dyonisius Thrax, Zeno membag jenis kata menjadi empat, yakni:
1. Nomina
2. Verba
3. Artikel
4. Konjugasi
Nomina
Adverbal
Preposisi
Pantisipium
5. Promina
6. Verba
7. Konjugasi
Nomina
Pronomina
Partisium
Verba
5. Adverbia
6. Preposisi
7. Konjugasi
8. Interjeksi
Pada zaman Renaisance kembali membagi jenis kata menjadi tujuh, yakni:
1.
2.
3.
4.
Nomina
Pronomina
Partisipium
Adverbia
5. Preposisi
6. Konjugasi
7. Interjeksi
Halaman | 6
Nomina
Verba
Pronomina
Adverbia
Adjektiva
6. Numeralia
7. Preposisi
8. Konjugasi
9. Interjeksi
10.Artikel
Di Indonesia ada tradisi lain dalam hal pembagian jenis kata, yang membagi jenis
kata menjadi tiga golangan, yakni:
1. Isim
2. Fiil
3. Harf
IV.
Lingistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa
secara luas dan umum. Secara garis besar cakupan linguistik meliputi dua lingkup
mikrolinguistik dan lingkup makrolingistik.
a. Mikrolinguistik
Mikrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa dalam
rangka kepentingan ilmu bahasa itu sendiri, tanpa mengaitkan dengan ilmu lain
dan tanpa memikirkan bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Mikrolingistik ini meliputi bidang dan subdisiplin berikut:
1. Teri-Teori Linguistik
a. Teori Tradisional
b. Teoi Struktural
c. Teori Transformasi
d. Teori Tagmemik
2. Linguistik Historis/Historis-Komparatif
3. Perbandingan Bahasa (Linguistik Komparatif dan Kontrantif)
4.
Halaman | 7
Fonetik
Fonemik
Morfologi
Sintaksis
e. Semantik
f. Morfosintaksis
g. Leksikologi
h.
b. Makrolingistik
i.
Makrolinguistik adalah lingkup linguistik yang mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan dunia di luar bahasa yang berhubungan dengan ilmu lain
dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Makrolinguistik
meliputi bidang linguistik interdisipliner dan bidang linguistik terapan.
1. Bidang Linguistik Interdisipliner
j. Bidang linguistik interdisipliner meliputi beberapa
disiplin/subbidang berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Fonetik Interdisipliner
Sosiolinguistik
Psikolinguistik
Etnolinguistik
Antropolinguistik
Filologi
Stilistik
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Semiotik
Epigrafi
Paleografi
Etologi
Etimologi
Dialektologi
n.
2. Bidang Linguistik Terapan
o.
subbidang/subdisiplin berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
l.
m.
Fonetik Terapan
Perencanaan Bahasa
Pembinaan Bahasa
Pengajaran Bahasa
Penerjemahan
Grafonomi atau Ortografi
g.
h.
i.
j.
k.
Grafologi
Leksikografi
Mekanolinguistik
Medikonlinguistik
Sosiolinguistik Terapan
(Pragmatik)
V.
n.
o.
TIPOLOGI BAHASA
pembicaraan dan pembahasan perihal tipe bahasa. Tipologi terbagi menjadi 3 macam,
yakni:
p.
a) Tipologi Genealogis
q.
b) Tipologi Geografis Atau Areal, Dan
r. c) Tipologi Struktural.
s.
A. TIPOLOGI GENEALOGIS
t.
Tipologi ini sering juga disebut tipologi genetis. Criteria tipologi ini ialah
garis keturunan.
B. TIPOLOGI GEOGRAFIS
u.
Tipologi ini disebut juga tipologi areal. Criteria yang digunakan adalah
lokasi geografis atau areal (comrie, 1981:197).
C. TIPOLOGI STRUKTURAL
v.
Tipologi ini menggunakan criteria struktur bahasa yang meliputi struktur
morfologis, struktur morfosintaksis, struktur fraseologis, maupun strutur
klausal.
1. Tipologi stuktur Morfologis
w. Terdapat empat macam tipe bahasa, yakni: a) aglutinatif, b) fleksi, c)
flekso-aglutinatif, dan d) isolatif.
2. Tipologi Struktur Morfosintaksis
x. Berdasarkan struktur morfosintaksisnya terbagi menjadi tiga macam
bahasa, yaitu: a) tipe bahasa analitik, b) tipe bahasa sintetik, dan c) tipe
bahasa polisintetik.
3. Tipologi Struktur Fraseologis
y. Berdasarkan perbedaan struktur frasanya, kita mengenal dua macam tipe
bahasa, yaitu bahasa yang bertipe senter atribut dan bahasa yang bertipe
atribut-senter, atau secara tradisional dapat juga disebut bahasa yang bertipe
diterangkan-menerangkan (D-M) dan bahasa yang bertipe menerangkanditerangkan (M-D).
4. Tipologi Struktur Klausal
z. Berdasarkan struktur klausalnya, kita mengenal dua macam bahasa,
yakni bahasa yag bertipe V-O (verb-obyek) dan bahasa yang bertipe O-V
(obyek-verb).
aa.
VI.
ab.
ac.
TEORI/ALIRAN LINGUISTIK
d. Teori/aliran tagmemik
ai.
Pada garis besarnya teori ini terbagi atas dua generasi. Generasi pertama
adalah generasi sebelum GA (Grammatical Analysis, 1977) dan generasi kedua adalah
generasi GA itu sendiri.
aj.
Adapun cirri-ciri- aliran tagmemik tersebut secara lengkap sebagai
berikut.Setiap struktur terdiri atas tagmen-tagmennya
- Slot
- Kelas (class)
- Peran (role)
- Kohesi
- Bersifat elektik
- Bersifat universal
- Tiga hirearki linguistik
- Tataran pada hirearki gramatial
- Slot pada tataran klausa
- Predikat kata kerja
- Cirri etik dan cirri emik
- Rumus di dalam analisis
- Analisis dimulai dari klausa
- Tidak ada batas antara morfologi dan sintaksis
ak.
e. Beberapa teori/aliran yang lain.
al.
Beberapa teori yang perlu disebutkan di sini antara lain adalah teori atau
aliran bloomfieldian, stratifikasi, kopenhagen, praha, London, case grammar, dan lainlain.
am.
VII.
an.
ao.
Ada beberapa variasi bahasa yang kita kenal, yakni variasi kronologis,
variasi geografis, variasi social, variasi fungsional, variasi gaya/style, variasi kultural,
dan variasi individual.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
ap.
VIII.
HIREARKI LINGUISTIK
aq.
ar.
disebut fonetik. Ada dua macam fonetik yaitu fonetik akustik dan fonetik
artikulator.
a. Alat ucap
av. Alat ucap sebagai penghasil bunyi bahasa yang terdiri atas pita suara dan
mulut/hidung sebagai saluran.
b. Terjadinya bunyi
aw. Bunyi bahasa terjadi karena bergetarnya pita suara.Berdasarkan ada
tidaknya rintangan di dalam saluran bicra, bunyi dibedakan atas:
1. Vokoid: bunyi yang keluar tanpa mengalami rintangan sama sekali di dalam
saluran ucap.
2. Kontoid atau nonvokoid: bunyi yang keluar melalui saluran ucap dan di dalam
saluran ucap mengalami rintangan, baik rintangan total maupun sebagian.
c. Artikulator
ax. Artikulator adalah alat ucap yang secara ktif bergerak di dalam
pembentukan bunyi bahasa.
d. Transkripsi
ay.
Transkripsi adalah suatu cara pengalihan bentuk bunyi di dalam abjad.
bb.
Secara garis besar fonem terbagi atas dua macam yaitu fonem segmental dan
suprasegmental.
1. Fonem Segmental
bc. Fonem segmental adalah fonem yang mempunyai tempat di dalam urutan
segmantik. Fonem ini terdiri atas vokal dan konsonan. Ada nama juga yang sering disebut
karena berkaitan dengan vocal dan konsonan, yaitu diftong dan klaster. Diftong adalah
gabungan vocal dan semivokal dalm batas silabel. Contoh: silau/silaw dan pisau/pisaw.
Klaster adalah gugus konsonan dalam batas silabel. Berdasarkan posisinya dalam suku
kata ada dua macam klaster, yaitu klaster inisial dan klaster final.
bd. Vokal merupakan satuan bunyi yang sonoritasnya tinggi, sedangakan konsonan
merupakan bunyi yang sonoritasnya endah, dengan demikian sulit untuk kita dengar.
Silabel atau suku kata di definisikan satuan ucapan yang terdiri atas satu puncak vocal
dan satu atau lebih dari satu atau tanpa lembah sonoritas (konsonan).
be.
2. Fonem Suprasegmental
bf. Fonem suprasegmental adalah fonem yang tidak memiliki tempat di dalam urutan
sintagmatik. Fonem ini terdiri atas tiga macam, yakni tekanan, nada, dan kepanjangan.
bg.
b. Cara Menentukan Fonem
bh. Cara menentukan fonem ialah dengan cara menggunakan pasangan minimal. Hal
ini disebabkan fonem merupakan unsur bahasa yang belum mempunyai arti, melainkan
hanya mendukung arti atau mengandung arti atau membedakan arti.
c. Alofon, Arkhifonem, dan Variasi Tebatas
1. Alofon adalah variasi fonem Karen apengaruh ligkunagn. Sifat alofon adalah
fonetis, jadi tidak membedakan arti.
2. Arkhifonem adalah fonem yang pada suatu prososo tertentu kehilanagn ciri
pembedanya atau kehilangan kontrasnya. Contohnya antara kata /abad/ vs. /abat/
ternyata /d/ dan /t/ telah kehilangan kontras.
3. Variasi Bebas adalah variasi fonem yang tidak disebabkan oleh kondisi
lingkungan tertentu dan juga tidak disebabkan oleh posisi tertentu, akan tetpai
hanya terjadi pada kata-kata tertentu saja.
bi.
b. HIERARKI GRAMATIKAL
bj.
bentuk garamatik yang objek kajiannya dari morfem, farasa, klausa, kalimat, alinea,
dialog, monolog, percakapan, dan wacana.
1. Morfologi
bk.
pembentukan kata.
a. Morfem
bl. Morfem adalah bentuk gramatikal terkecil yang tidak dapat dipecah lagi
menjadi bentuk gramatikal yang lebih kecil. Berdasarkan wujudnya, morfem
terbagi atas 4 macam yaitu morfem segmental, morem prosodi, morfem intonasi
dan morfem kosong.
bm.
Berdasarkan sifat konstruksinya morfem dapat dibagi atas tiga
macam yaitu morfem aditif yang besifat penambahan, morfem substraktif yang
bersifat pengurangan, dan morfem replasif yang bersifat penggantian.
bn.
Berdasarkan distribusinya, morfem dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang
dapat berdiri sendiri sedangkan morfem bebas adalah morfem yang tidak data
berdiri sendiri.
bo.
b. Proseda Morfologis
bp.Proses morfologis adalah peristiwa pembentukan kata kompleks atau
kata polomorfemik secara diakronis, sedangkan proseda morfologis adalah suatu
cara pembentukan kata kompleks secara sinkronis.
bq.
Secara umum ada enam macam proseda morfologis, yakni.
1. Afiksasii adalah proseda pembentukan kata kompleks dengan cara penambahan
afiks pada bentuk dasar.
2. Reduplikasi adalah proseda pembentukan kata kompleks pengulangan morfem
secara parsial.
3. Komposisi atau Compounding (Matthews, 1978: 33) ialah penggabungan dua
morfem bebas atau lebih untuk membnetuk kata kompleks. Kata kompleks yang
terbentuk biasanya dinamakan kata majemuk. Adapun ciri-ciri kata majemuk
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki makna dan fungsi baru yang tidak persis sama dengan fungsi masingmasing unsurnya.
b. Unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan, baik secara fonologis, morfologis
maupun secara sintaksis. Contohnya pada kaat kambing hitam, rumah makan,
kereta api.
4. Suplisi adalah proseda morfologis dengan cara pengubahan bentuk dasar secara
total. Contohnya good best, go went.
5. Perubahan Internal adalah Proseda morfologis yang berupa perubahan unsure di
dalam bentuk dasar. contohnya pada kata man men, sing sang.
6. Modifikasi Kosong adalah proseda morfologis yang tidak terwujud dalam suatu
bentuk. Contohnya pada kalimat cut (present) dan put (past).
br.
c. Konstruksi Morfologis
1. Berdasarkan komplesitas kontruksinya dapat dibedakan atas dua macam
kontruksi yaitu kontruksi simpel contohnya book + s -> books dan kontruksi
berlapis contohnya form + al -> formal.
2. Berdasarkan sifat kontruksiya dapat dibedakan atas dua macam kontruksi, yaitu
derivasi dan infleksi.
bs.
d. Morfonemik
bt.
bu.
2. Sintaksis
bv.
Menurut aliran struktural sintaksis diartikan sebagai subdisiolin ilmu
lingustik yang mengkaji tata susun frasa samapi kalimat. Dengan demikian, ada
tiga tataran gramatikal yang menjadi garapan sintaksis, yakni.
bw.
a. Frasa
bx.
Frasa adalah suatu konstruksi gramatikal yang secara potensial terdiri
atas dua kata atau lebih, yang merupakan unsur dari suatu klausa dan tidak
bermakna proposisi.
b. Klausa
by.
Klausa adalah satuan gramatikal terkecil yang menyatakan proposisi
(Pike & Pike, 1997: 482)
c. Kalimat
bz.
Kaum struktural memberikan definisi bahwa kalimat adalah satuan
gramatikal yang tidak berkonstruksi lagi dengan bentuk yang lain.
ca.
cb. c.
HIERARKI REFERENSIAL
cc. Hierarki referensial adalah hierarkikajian linguistik pada bidang makna.
1. Semantik Leksikal
ce.
Semantik leksikal berurusan dengan makna leksikon itu sendiri, bukan
suatu makna struktur gramatik. Contohnya sinonim, antonym, homonim,
homograf, polisemi, hipernim, kolokasi, denotasi dan konotasi.
2. Semantik Gramatkal
cf.
Semantik gramatikal berurusan dengan makna dalam struktur gramatikal.
Di dalam semantik garamatikal juga tedapat hal-hal yang terdapat dalam
semantik leksikal.
cg.
ch.
Jenjang Gramatik
Morfem
Kata dan frasa
Klausa dan kalimat
Paragraf dan
monolog
cv.
Dialog dan
cm.
co.
cq.
cs.
cu.
Jenjang Makna
Bungkus leksem
Istilah
Proposisi
Pengembangan tema
cw.
Interaksi sosial
percakapan
cx.
cy.
cz.
da. IX.
ORTOGRAFI
db.
dc.
dg.
dk.
Jaelani sidik
dl. Yang Dipertuang Agung
dm.
Sarung Kelantan
dq.
dt.
dw.
dz.
ec.
ef.
ei.
el.
BUNYI/FONEM
1
1
0
1
2
1
x,y,z
dr.
du.
dx.
ea.
ed.
eg.
ej.
em.
HURUF
1
0
1
2
1
x,y,z
1
eo.
ep.
eq.
er.
Contoh:
Jenis I
: satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf.
/kita/ ------ kita
Jenis II : ada bunyi yang tidak dilambangkan dengan
huruf.
es.
et.
eu.
ev.
huruf.
ew.
ex.
ey.
ez.
macam huruf.
fa.
Bahasa Inggris: / / ------- the book
fb.
Jenis VII : aneka ragam bunyi dilambangkan dengan satu
macam huruf.
fc.
fd.
B. EJAAN SILABIS
fe.
X. ANALISIS BAHASA
fj.
fk. Pendekatan
fl.
yaitu:
1. Pendekatan Sinkronik
fm.
fo.
3. Pendekatan Pankronik
fp.
fw.
(d)Submetode Translasional
fx.
dari dalam bahasa itu sendiri, yaitu yang. Teknik bagi unsur
langsug ini meliputi bernagai teknik lanjutan sebagai
berikut:
1) Delisi (pelesapan)
gb.
a) pelesapan tunggal
b) pelesapan
berpasangan
gc.
2) Subtitusi (penggatian)
gd.
a) subtitusi sama tataran
ge.
b) subtitusi naik tataran
gf.
c) subtitusi naik tataran
gg.
3) Ekspansi (peluasan)
gh.
a) ekspansi depan
b) ekspansi belakang
gi.
4) Interupsi (penyisian)
gj.
a) interupsi pisah
b) interupsi tambah
gk.
5) Permutasi (pembalikan)
gl.
a) permutasi tunggal biasa
c)
permutasi ganda biasa
gm.
b) permutasi tungga loncat
d)
permutasi ganda loncat
gn.
6) Repetisi (pengulangan)
go.
7) parafrase
2. Teori Hockett
gp.
bahasa, yaitu :
a. Words and Paradigm (WP)
gq. Analisis ini menggunakan dasr deretan paradigmatik
sebagai alat untuk menentukan unsur bahasa. Dengan deretan
ini dapat diterapkan unsur-unsur bahasa yang dicari; misalnya
fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan sebagainya.
gr.
b. Item and Arrangement (IA)
gs.
perempuan
selatan
wenita
wanita
gx.
Langkah-langkah Analisis
hb. BAB II
hc. RESUME
hd. LINGUISTIK UMUM
he. ABDUL CHAER
hf.
hg.
hh.
hi.
hj.
hk.
hl.
hm.
hn.
ho.
hp.
hq.
hr.
hs.
ht.
hu.
hv.
hw.Disusun Oleh :
hx. Tri Wibowo
(1113013000045)
Kelas : PBSI 1B
hy.
id. BAB II
ie. PEMBAHASAN
if. B. Resume Buku Linguistik Umum Abdul Chaer
ig.
ih. I. PENDAHULUAN
ii.
ij.
A. Pengertian Linguistik
ik.
il.
Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti bahasa.
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
objek kajiannya. Dalam bahasa Perancis ada tiga istilah untuk menyebut bahasa
yaitu:
im.
in.
iq.
it.
iw.
io.
L ip.
ir.
L is.
angue
iu.
P iv.
arole
ujaran.
ix. Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general
Tahap ketiga, yakni tahap perumusan teori. Pada tahap ini setiap
objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu, (b) objek
kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa, (c) objek
kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya
dengan berbagai faktor di luar bahasa, (d) tujuan pengkajiannya apakah untuk
keperluan teori atau untuk terapan, dan (e) teori atau aliran yang digunakan untuk
menganalisis objeknya.
jq.
1) Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya
atau bahasa tertentu
jr. Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau
bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik umum dan
linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji
kaidah-kaidah bahasa secara umum. Linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah
bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu.
js.
2) Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu
atau bahasa sepanjang masa
jt.
mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa. Dalam linguistik mikro ada
beberapa subdisiplin yaitu:
jw.
jx. jy.
ka. kb.
gi
kd. ke.
kg. kh.
kj. kk.
Fonolo
Morfol
Sintaks
Semant
Leksik
km. ologi
kosakata.
kn. Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktorfaktor di luar bahasa. Subdisiplin-subdisiplin linguistik makro antara lain:
ko.
kp.
kq.
kr.
-Antropolinguistik
dengan budaya.
ks.
kt.
-Stilistika
sastra.
ku.
-Filologi
-Dialektologi
sastra.
ky.
C. Manfaat Linguistik
lc.
ld. Linguistik memberi manfaat langsung kepada orang yang
berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa seperti linguis,
guru bahasa, penerjemah, penyusun kamus, penyusun buku teks, dan politikus.
Manfaat linguistik diantaranya:
le.
lf.
-Guru bahasa
keterampilan berbahasa.
lg.
-Penerjemah
li.
lk.
ll.
III. BAHASA
lm.
ln.
lo.
1. Pengertian Bahasa
lp. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
2. Hakikat Bahasa
ls.
lt.
Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu: (1) bahasa itu adalah
sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4)
bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat
konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9)
bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat
dinamis, dan (12) bahasa itu manusiawi.
lu.
lv.
lw.
lx. Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah
unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri
dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan
membentuk satu kesatuan.
ly. Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun
secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal,
tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama
tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran
morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara
hirarkial, bagan subsistem bahasa tersebut sebagai berikut.
lz.
ma.
kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam
kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu:
tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat
(gesture), kode, indeks, dan ikon.
md.
me.Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang
bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.
mf.
mi.
Jenis mg.
Tanda mj.
(sign)
mn.
Keterangan
Sesuatu yang dapat mewakili ide,
pikiran,
Lamba mp.
ng
langsung,
Contoh
Ada asap
tandanya ada
mr.
Bendera merah
ms.
tandanya
ada orang
mx.
Lampu lalu
mt.
Sinyal mv.
mu.
(signal pemberi
lintas
)
mz.
Gejala nb.
nd.
na.
(sympt alamiah
tinggi
on)
nf.
Gerak ni.
nk.
ng.
isyarat nj.
kepala
nm.
Kode
np.
nr.
bersama
petugas
Indeks ns.
Tanda yang menunjukkkan sesuatu nu.
Suara gemuruh
nw.
Ikon
nn.
mh.
ml.
Badan demam
Anggukan
Kode rahasia
yang
nx.
Tanda yang paling mirip dengan
air
nz.
Patung pahlawa
sesuatu
oa.
merupakan
ob.
oc.
oe. Menurut Kridalaksana (1983) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat
dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam
tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk
bunyi bahasa.
of.
og.
oh. Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak
tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan
konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de
Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang dimaksud
signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan
signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.
oi. Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara
lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu
bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar
kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata
dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar,
karena bunyi kata tersebut tidak memberi saran atau petunjuk apapun untuk
mengetahui maknanya.
oj.
ok.
ol.
om. Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang.
Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu
ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka,
dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna,
maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
on.
oo.
bermakna
bahasa
op.
oq.
tidak bermakna
bukan bahasa
or.
os.
ot.
ou. Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang
dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk
ox.
oy. Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri
khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa
menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat,
atau sistem- sistem lainnya.
oz.
pa.
pb.
pc. Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada
ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu
mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
pd.
pe.
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat
satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan
sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa
Indonesia, /a/,
ph.
/i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan
satuan-satuan bahasa:
pi.
-/i/-/k/-/a/-/t/
pj.
-/k/-/i/-/t/-/a/
pk.
-/k/-/i/-/a/-/t/
pl.
-/k/-/a/-/i/-/t/
pm.
pn.
po. Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai
orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama.
Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada
tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
pp.
pq.
-Idiolek
pr. -Dialek
-Ragam
tertentu.
pt.
pu.
pv.
pw.
px. Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia,
sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu
berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi
dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan
makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.
py.
pz.
qa.
qb. Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi
binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa
bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti
bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
qc.
1.
FONETIK
qg.
qh.
qi.
qj. Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna
atau tidak. Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
qk.
ql.
- Fonetik artikulatoris
: mempelajari
- Fonetik akustik
: mempelajari bunyi
- Fonetik auditoris
: mempelajari
qq.
qr. Hal pertama pertama yang dibicarakan dalam fonetik artikulatoris
adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa.alat ucap manusia
terdiri dari:
qs. 1. paru-paru (lung)
(wall of pharynx)
tongue, dorsum)
laminum)
tongue, medium)
apex)
dentum)
palate, velum)
palate, palatum)
labium)
(alveolum)
dentum)
rr.
rs.
rt.
ru. Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara
keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di
dalamnya terdapat pita suara. Dari pita suara udara diteruskan melalui rongga
mulut atau rongga hidung ke udara bebas. Jika udara yang keluar dari paru-paru
tidak mendapat hambatan apa-apa maka tidak terjadi bunyi bahasa. Bunyi bahasa
terjadi karena udara yang dihembuskan dari paru-paru mendapat hambatan di pita
suara. Empat macam posisi pita suara saat dilewati udara yaitu: (a) pita suara
terbuka lebar (tidak menghasilkan bunyi), (b) pita suara terbuka agak
lebar (mengahasilkan bunyi tak bersuara), (c) pita suara terbuka sedikit
(menghasilkan bunyi bersuara), dan (d) pita suara tertutup rapat (menghasilkan
bunyi hamzah atau bunyi glotal).
rv.
rw.
rx.
ry.
rz.
a
sa. terbuka
lebar
sb.
b
sc.
terbuka
agak lebar
sd.
se.
terbuka sedikit
sf.
sg.
ertutup rapat
t
sh.
si.
sj. Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. bunyi
vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit
ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru.
Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan
apa-apa. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang
terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung
dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu
sk.
sl.1.4.1 Klasifikasi Vokal
sm.
sn. Bunyi vokal diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk
mulut. Posisi lidah bisa horisontal atau vertikal. Secara vertikal dibedakan adanya
vokal tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vokal tengah, misalnya bunyi [e] dan [
]; vokal rendah, misalnya bunyi [a]. Secara horisontal dibedakan adanya vokal
depan, misalnya bunyi [i] dan [e]; vokal pusat, misalnya bunyi [ ]; dan vokal
belakang, misalnya bunyi [u] dan [o]. Menurut bentuk mulut dibedakan
adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Berdasarkan posisi lidah dan bentuk
mulut itulah kemudian vokal-vokal itu diberi nama:
so.
sp.
sq.
sr.
ss.
st.
su.
sv.
sw.
sx. Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika
memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak
sama. Diftong dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, sehingga
dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. diftong naik, bunyi pertama
posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya diftong turun,
posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua. Contoh diftong adalah
[au] seperti pada kata harimau. Contoh lain, bunyi [ai] seperti pada kata cukai.
sy.
sz.
ta.
tb. Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga kriteria,
yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Tempat artikulasi
tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu.
berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal antara lain konsonan:
tc.
td.
tg.
Nama
Bilabial
te.
th.
Keterangan
konsonan yang terjadi pada kedua belah
bibir,
tl.
tn.
Laminoalv atas
tq.
eolar
gusi,
tt.
Dorsovelar tu.
Konsonan yang terjadi pada pangkal lidah
dan
[t] dan
[d]
tw.
[k] dan
[g]
uv.
Hambat
Geseran atau frikatif
Paduan atau frikatif
Sengauan atau nasal
Getaran atau trill
Sampingan atau
Hampiran atau
7) oproksiman
uc.
: [p], [b], [t], [d], [k],
uf.
: [f], [s], dan [z]
dan [g]
ui.
: [c], dan [j]
ul.
: [m], [n], dan []
uo.
: [r]
ur.
: [l]
uu.
: [w], dan [y]
[f] dan
ts.
tx.
ua. ub.
ud. ue.
1)
ug. uh.
uj. uk.
um.un.
up. uq.
us. ut.
Bunyi
[b], [p],
dan
Labiodenta tm.
l
tp.
tf.
tj.
uw.
ux.
uy. Unsur suprasegmental adalah unsur yang menyertai bunyi segmental.
Unsur suprasegmental terdiri dari: (a) tekanan atau stres, (b) nada atau pitch, dan
(c) jeda atau persendian.
uz.
va.
vb.
vc. Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Tekanan dapat
bersifat distingtif atau membedakan makna (contohnya dalam bahasa Inggris)
dan juga bisa tidak distingtif (contohnya dalam bahasa Indonesia).
vd.
ve.
vf.
vg.
vj.
blackboard
vm. blackboard
vn.
1.5.2
vi.
vl.
tulis
hitam
papan
papan
vo.
vp. Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya bunyi. Dalam bahasa-bahasa
bernada atau bahasa tonal, seperti bahasa Thai dan Vietnam, nada dapat
membedakan makna. Macam nada ada lima yaitu:
vq.
vr. vs.
vu. vv.
1)
vx. vy.
wa.wb.
wd.we.
Nada naik
Nada datar
Nada turun
Nada turun
Nada naik
wg. 5) turun
wh.
1.5.3
vt. lambang :
vw. lambang :
/ ... /
vz. lambang :
wc. lambang :
wf. lambang :
/ ... /
wi.
wj. Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar.
Jeda atau persendian dibedakan atas sendi dalam (internal juncture) dan sendi
luar (open juncture).
wk.
wl. Sendi dalam menunjukkan batas antara satu silabel dengan
silabel yang lain, yang dilambangkan dengan tanda tambah (+).
Contohnya:
wm.
/am+bil/
wn.
/lamp+pu/
wo.
/pe+lak+sa+na/
wq.
wp.
silabel. Dalam hal ini biasanya dibedakan:
wr.
ws.
wt.
1)
2)
3)
(/)
( // )
(#)
wu.
wv.
wx.
wy.
3. Fonemik
wz.
xa. Fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa
yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
xb.
xc.
xd.
xe. Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus
mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi
tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip.
Misalnya, kata laba dan raba. Perbedaan pada kata tersebut adalah pada bunyi [l]
dan [r]. Maka, dapat disimpulkan bunyi [l] dan bunyi [r] adalah dua buah fonem
yang berbeda di dalam bahasa Indonesia yaitu fonem [l] dan fonem [r].
xf.
xg.
3.2 Alofon
xh.
xi. Alofon adalah realisasi dari fonem, atau pengucaoan yang konkret
dari sebuah fonem. Dalam bahasa Indonesia, fonem [o] mempunyai dua alofon,
yaitu bunyi [ ] seperti pada kata tokoh dan bunyi [o] seperti pada kata toko.
Alofon- alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis. Artinya, benyak
mempunyai kesamaan dalam pengucapannya.
xj.
xk.
xl.
xm.
xn.
xo. Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi
bunyi lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga
bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi
yang mempengaruhinya. Misalnya, kata Sabtu biasa diucapkan [saptu], di
mana bunyi [b] berubah menjadi [p] karena pengaruh bunyi [t].
xp.
xq. Asimilasi dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
xr.
xs.
xt.
xu.
xv.
xw.
xx.
xy.
xz.
a. Asi
mil
asi
Pro
gres
if
d. Asi
mil
asi
Reg
resi
f
g. Asi
mil
asi
Res
ipro
kal
terletak di belakang
bunyi yang
mempengaruhinya
Frau (Belanda)
diucapkan [mit
ter Frau]
Kata op de weg
(Belanda)
diucapkan
[obdeweg]
f.
kedua
bunyi yang saling
mempengaruhi
i.
Kata Bereng
hamu
(Batak Toba)
diucapkan
[berek kamu]
yb.
yc.
yd. Dalam bahasa Belanda kata hard dilafalkan [hart]. Dalam
bahasa adanya bunyi [t] pada posisi akhir kata yang dieja hard
adalah hasil netralisasi. Fonem /d/ pada kata hard yang bisa berwujud
/t/ atau /d/ disebut arkifonem. Contoh lainnya, dalan bahasa Indonesia
kata jawab diucapkan [jawap]; tetapi bila diberi akhiran an bentuknya
menjadi jawaban. Jadi, di sini ada arkifonem /B/, yang realisasinya bisa
berupa [b] atau [p].
ye.
yf.
yg.
yh. Kata umlaut berasal dari bahasa Jerman yang berarti
perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi
vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang
tinggi. Misalnya, dalam bahasa Belanda bunyi [a] pada kata handje lebih
tinggi kualitasnya dibandingkan dengan bunyi [a] pada kata hand.
Penyebabnya adalah bunyi [y] yang posisinya lebih tinggi dari bunyi [a].
yi.
yj.
rumah-rumah.
yn.
4) Kontraksi
yo.
yp. Perubahan bunyi berupa kontraksi adalah pemendekan lafal.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia kata tidak tahu menjadi ndak tahu;
dalam bahasa Inggris kata will not menjadi wont.
yq.
yr.
ys.
yt. Proses metatesis bukanlah mengubah bentuk fonem menjadi
fonem lain, melainkan mengubah urutan fonem yang terdapat dalam kata.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia selain bentuk jalur ada lajur; selain
kolar ada koral. Dalam proses epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya
yang homorgan dengan lingkungannya, disisipkan ke dalam sebuah kata.
Misalnya, ada kampak di samping kapak; ada sampi di samping sapi.
yu.
yv.
yw.
yy.
1 MORFEM
yz.
za. Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun istilah
morfem, sebab morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua
morfem mempunyai makna secara filosofis.
zb.
zc.
1 Identifikasi Morfem
zd.
ze. Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan,
kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan
bentuk- bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulangulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. Sebagai
contoh kita ambil bentuk /kedua/. Ternyata bentuk /kedua/ dapat kita bandingbandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:
zf.
kedua
zh.
kelima
zg.
ketiga
zi.
ketujuh
zo.
zp. Sudah disebutkan bahwa morfem adalah bentuk yang sama yang
terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk lain. Sekarang perhatikan deretan
bentuk berikut:
zq.
melihat
zr.
menyikat
zv.
zw.
zy.
mendengar
-
menggali
merasa
zt.
membawa
menyanyi
zs.
zu.
zz.
mengelas
-
aaa.
membantu
menduda
zx.
aab.
menggoda
mengetik
aac.
aad. Kita lihat ada bentuk-bentuk yang mirip atau hampir sama, tetapi kita
juga tahu bahwa maknanya juga sama. Bentuk-bentuk itu adalah me- pada
melihat dan merasa, mem- pada membawa dan membantu, men- pada
mendengar dan menduda, meny- pada menyanyi dan menyikat, meng- pada
menggali dan menggoda, menge- pada mengelas dan mengetik. Pertanyaan kita
sekarang apakah me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge- itu sebuah morfem
atau bukan, sebab meski maknanya sama tetapi bentuknya tidak persis sama.
Pertanyaan itu bisa dijawab bahwa keenam bentuk itu adalah sebuah morfem,
sebab meskipun bentuknya tidak persis sama, tetapi perbedaannya dapat
dijelasjan secara fonologis. Bentuk me- berdistribusi antara lain pada bentuk
dasar yang fonem awalnya konsonan /l/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada
bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan /p/; bentuk men- berdistribusi
pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /d/ dan /t/; bentuk menyberdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /s/; bentuk mengberdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /g/ dan /k/; bentuk
menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku.
aae.
ini disebut alomorf. Jadi, setiap morfem tentu mempunyai alomorf, enrah satu,
entah dua, atau juga enam buah seperti yang tampak pada data di atas. Selain itu,
bisa juga dikatakan morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk
yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui
statusnya; sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah
diketahui status morfemnya.
aaf. Sehubungan dengan alomorf me-, mem-, men-, meny-, meng- , mengemuncul masalah apa nama morfem untuk alomorf-alomorf itu? dalam tata bahasa
tradisional nama yang digunakan adalah awalan me- dengan penjelasan, awalan
me- ini akan mendapat sengau sesuai dengan lingkungannya. Dalam buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia dipilih alomorf meng- sebagai nama morfem itu,
dengan alasan alomorf meng- paling banyak distribusinya.
aag.
aah.
aai.
3 Klasifikasi Morfem
aaj.
aam.
aan. Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa
kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa Indonesia,
misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem
bebas. Sebaliknya, yang dimaksud morfem terikat adalah morfem yang tanpa
digabung dulu denganmorfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua
afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat.
aao.
tua renta), kerontang (yang hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar
(yang hanya muncul dalam segar bugar) juga termasuk morfem terikat. Lalu,
konjungsi, seperti ke, dari, pada, dan, kalau, dan atau secara morfologis termasuk
morfem bebas tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat.
aau.
aav.
sukar ditentukan statusnya, apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentukbentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat
tekanan, kemungkinan dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi
dapat dipisahkan. Menurut posisinya, klitika biasanya dibedakan atas proklitika
dan enklitika. Yang dimaksud dengan proklitika adalah klitika yang berposisi di
muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa dan
kauambil. Sedangkan enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata
yang dilekati seperti -lah, -nya, dan -ku pada konstruksi dialah, duduknya, dan
nasibku3.2 Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
aaw.
aax.
termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, {lau}, dan {pinsil}.
Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, {henti},
dan {juang}. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari
dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan
terdapat satu morfem utuh yaitu {satu} dan satu morfem terbagi yaitu {ke-/-an};
perbuatan terdiri dari satu morfem utuh {buat} dan satu morfem terbagi yaitu
{per-/-an}. Dalam bahasa Arab dan juga bahasa Ibrani, semua morfem akar verba
adalah morfem terbagi, yang terdiri atas tiga buah konsonan yang dipisahkan oleh
tiga buah vokal, yang merupakan morfem terikat yang terbagi pula. Misalnya
morfem akar terbagi {k-t-b} tulis merupakan dasar untuk kata-kata:
aay.
aaz.
kataba
ia (laki-laki) menulis
aba.
katabat
ia (perempuan) menulis
abb.
katabta
abc.
katabti
abd.
katabtu
saya menulis
abe.
maktabun
abg.
abf.
Indonesia ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
abh.
abi.
{ber-/-an},
abj.
bentuk {ber-/- an} bisa merupakan konfiks pada bermunculan banyak yang tibatiba muncul, dan bermusuhan saling memusuhi, tetapi bisa juga bukan konfiks,
seperti pada beraturan mempunyai aturan dan berpakaian mengenakan
pakaian. Untuk menentukan apakah bentuk {ber-/-an} konfiks atau bukan, harus
diperhatikan makna gramatikal yang disandangnya.
abk.
abl.
yakni afiks yang disisipkan di tengah morfem dasar. Misalnya, infiks {-er-} pada
kata gerigi, infiks {-el-} pada kata pelatuk, dan infiks {-em-} pada kata gemetar.
Memang dalam bahasa Indonesia infiks ini tidak produktif, tetapi dalam bahasa
Sunda morfem infiks ini sangat produktif, artinya bisa dikenakan pada kata apa
saja.
abm.
abn.
Suprasegmental
abo.
abp.
setiap verba selalu disertai dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.
Aturannya, nada turun ( \ ) untuk kala kini, nada datar ( ) untuk kala lampau,
nada turun naik ( ) untu kala nanti, dan nada naik ( ) untuk bentuk imperatif.
Contoh:
abq.
abr.
kal
abs. kala
aby.
a kini
acf.
wa
acm.
act.
sa n n
ada. yl
abz.
lampau
acg.
acn.
wa
acu.
sa
adb.
nn
adh.
abt.
abu.
kala
aca.nantiacb.
ach. aci.
aco. wa
acp.
acv. acw.
sa
adc. add.
n
yl
acj.
acq.
wa
acx.
sa
ade.
n
yl
yl
ack.
acr.
acy.
adf.
acl.membe
menaruh
acs.meman
rsihkan
acz. ggil
adg.
memakan
berdiri
adi.
adj.
{} taruhlah!.
adl.
adm.
adn.
beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa ), yaitu morfem yang salah satu
alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur
suprasegmental), melainkan berupa kekosongan.
ado.
adp.Bentuk tunggal
Bentuk
jamak
adq.
I have a book
I have
two books
adr.
I have a sheep
have two sheep Kata kini
Kata lampau They call me
They called me They hit me
They hit me
ads.
adt. Bentuk tunggal untuk book adalah books dan bentuk jamaknya
adalah books; bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya
adalah sheep juga. Karena bentuk jamak untuk books terdiri dari dua buah
morfem, yaitu morfem {book} dan morfem {-s}, maka dipastikan bentuk jamak
untuk sheep adalah morfem {sheep} dan morfem {}. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa
adu.
dalam bahasa
adv.
Inggris.
adw.
adx.
ady.
adz. Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara
inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa dulu berproses dengan
morfem lain. Misalnya, {kuda}, {lari}, dan {merah}. Sebaliknya, morfem tak
bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.
Misalnya, afiks
aea.
aeb.
aec.
aed. Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar
(base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam
proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung
dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
aee. Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam
proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks infleksi. Misalnya, dalam bahasa
Inggris kata books pangkalnya adalah book. Dalam bahasa Indonesia, kata
menangisi pangkalnya adalah tangisi.
aef. Akar atau (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat
dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya adalah
touch. Bagan pembentukan kata tersebut adalah sebagai berikut:
aeg.
aeh.
aei.
aej.
aek.
un
touch
able
ael.
aem.
aen.
5. Kata
aeo.
aep. Yang ada dalam tata bahasa tradisional sebagai satuan lingual yang
selalu dinicarakan adalah kata. Apakah kata itu, bagaimana kaitannya dengan
morfem, bagaimana klasifikasinya, serta bagaimana pembentukannya, akan
dibicarakan berikut ini.
aeq.
aer.
aes. Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa
yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit
oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tata bahasawan struktural,
terutama penganut aliran Bloomfield, tidak lagi membicarakan kata sebagai
satuan lingual; dan menggantinya dengan satuan yang disebut morfem. Tidak
dibicarakannya hakikat kata secara khusus oleh kelompok Bloomfield karena
dalam analisis bahasa, mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, morfem,
dan kalimat.
aet.
aeu.
aev.
aew.Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan
kriteria fungsi dalam mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk
mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi
digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, asverbia, pronomina,
dan lain-lainnya. Yang disebut verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau
perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang
dibendakan; konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata
dengan kata.
aex. Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan
distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi. Misalnya, yang disebut
nomina adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata bukan; verba adalah
kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak; sedangkan ajektifa adalah
kata yang dapat berdistribusi di belakang kata sangat.
aey.
aez.
5.3
Pembentukan Kata
afa.
afb. Untuk dapat digunakan dalam suatu kalimat, maka setiap bentuk dasar,
terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi
sebuah kata gramatikal melalui proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
afc.
afd.
5.3.1
Inflektif
afe.
aff. Kata-kata dalam bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab, bahasa Latin,
dan bahasa Sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus
disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku
dalam bahasa itu. perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut
konyugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektifa disebut
deklinasi.
afg. Verba bentuk infinitif bahasa Latin amare mencintai untuk
persona pertama tunggal, modus indikatif aktif, bentuknya untuk kala (tense) yang
berbeda adalah sebagai berikut:
afh.
afi.
Kata
Bentuk
Arti
afj.
afk.
afo.
afs.
presen
imperfekt
futura
afw.
afl.
afp.
mo
aft.
a
a
a
afm.afn.
afq. afr.
afu. afv.
Aku mencintaimu
Aku (dulu sedang)
Aku akan mencintaimu
mabo
afx.
5.3.2 Deviratif
afy.
afz. Pembentukan kata secara inflektif tidak membentuk kata baru atau kata
lain yang berbeda identitasnya dengan bentuk dasarnya; sedangkan pembentukan
kata secara deviratif membentuk kata baru atau kata yang bentuk leksikalnya
tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya, dari kata Inggris sing menyanyi
terbentuk kata singer penyanyi. Antara sing dan singer berbeda identitas
leksikalnya, sebab selain maknanya berbeda, kelasnya juga berbeda; sing berkelas
verba sedangkan singer berkelas nomina.
aga.
agb.6.
Proses Morfemis
agc.
agd. Berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang
berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi, dan modifikasi
intern.
age.
agf.
6.1 Afiksasi
agg.
agh. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar.
Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2) afiks, dan (3)
makna gramatikal yang dihasilkan. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa
morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan
kata.
agi.
agj. Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar dibedakan adanya
prefiks,
agk.
agl.
agm.
Afiks
agn.
ago.
Keterangan
Prefiks
Contoh
afiks yang
agr.
Sejenis
dasar
infiks atau
Infiks
afiks
diimbuhkan
elemen
yang
penyambun
di tengah bentuk
g yang
dasar
agp.
agq.
Interfiks
afiks yang
muncul
dalam
dasar
proses
Sufiks
Konfiks
afiks
penggabung
yang
an dua
unsur
ags.
Transfiks
agt.-
menghibur
agu.
agv.
keterangan
agy.
agz.
Stern (unsur 1) +
Banner (unsur 2)
Stern.en.banner (bahasa
Indo German
aha.
ahb.
k-t-b tulis
kita:b buku,
ahd.
6.2 Reduplikasi
ahe.
ahf. Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar.
Dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja, reduplikasi sebagian,
seperti lelaki, dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik. Proses
reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional dan dapat pula bersifat
devirasional. Reduplikasi yang infleksional tidak mengubah identitas leksikal,
melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti
ahg.
Misalnya, kata
ahh.
ahi.
ahj.
6.3 Komposisi
ahk.
ahl. Komposisi adalah proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah
konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda. Misalnya, lalu lintas,
daya juang, dan rumah sakit. Produktifnya proses komposisi dalam bahasa
Indonesia menimbulkan berbagai masalah, antara lain masalah kata majemuk,
aneksi, dan frase.
ahm.
ahn. Kata majemuk adalah kata yang memiliki makna baru yang
tidak merupakan gabungan dari makna unsur-unsurnya. Misalnya, kumis
kucing
aho.
ahr.
ahs. Konversi, sering juga disebut devirasi zero, transmutasi, dan
transposisi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain
tanpa perubahan unsur segmental. Misalnya, kata cangkul dalam kalimat Ayah
membeli cangkul baru adalah nomina; sedangkan dalam kalimat Cangkul dulu
katab
ahx.
jiktib
ahy.
maktu:b
sudah ditulis
ahz.
maktaba
toko buku
aia.
aib. Ada sejenis modifikasi internal yang disebut suplesi. Dalam proses
suplesi perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar hampir
atau tidak tampak lagi. Misalnya, kata Inggris go yang menjadi went; atau verba
be manjadi was atau were.
aic.
aid.
6.5 Pemendekan
aie.
aif. Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem
atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tertapi maknanya
tetap sama. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (halaman),
dan SD (Sekolah Dasar). Pemendekan ini mengahsilkan singkatan. Selain
singkatan, ada akronim, yaitu hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat
dilafalkan sebagai kata. Misalnya, ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia), inpres (instruksi presiden), dan wagub (wakil gurbernur).
aig.
aih.
Morfofonemik
aii.
aij. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau
morfonologi, adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses
morfologi. Misalnya, prefiks me- berubah menjadi mem-, men-, meny-, meng-, dan
menge-. Perubahan fonem dalam proses morfofonemik dapat berwujud:
aik.
ail.
Pemunculan fonem
aim.
Pelesapan fonem
ain.
Peluluhan fonem
aio.
Perubahan fonem
aip.
Pergeseran fonem
: ja.wab + an ja.wa.ban
aiq.
air.
ais.
ait.
aiv.
Strutur Sintaksis
aiw.
aix. Dalam pembicaraan struktur sintaksis, pertama-tama dibicarakan
masalah fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis. Istilah subjek,
predikat, objek, dan keterangan adalah peristilahan yang berkenaan dengan fungsi
sintaksis. Istilah nomina, verba, ajektifa, dan numeralia adalah peristilahan yang
berkenaan dengan kategori sintaksis. Istilah perilaku penderita, dan penerima
adalah peristilahan yang berkenaan dengan peran sintaksis.
aiy.
aiz.
aja.
ajb. Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar; tetapi
dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial
menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, dibedakan adanya kata
penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata-kata
yang termasuk kategori nomina, verba, akjetifa, adverbia, dan numeralia.
Sedangkan kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.
ajc.
ajd.
Frase
aje.
ajf. Dalam sejarah studi linguistik istilah frase banyak digunakan dengan
ajg.
ajh.
aji. Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonprediktif, atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat. Frase berupa morfem bebas, bukan morfem terikat.
Frase bersifat nonprediktif, artinya hubungan antara kedua unsur yang
membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat-objek.
ajj.
ajk.
ajl.
ajm.Frase dibedakan atas (1) frase ekosentrik, (2) frase endosentrik, (3)
frase koordinatif, dan (4) frase apositif.
ajn.
ajo.
1)
Frase Eksosentrik
ajp.
ajq. Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase
eksosentrik biasanya dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan frase
eksosentrik yang nondirektif. Frase eksosentrik yang direktif komponen
pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya
berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Karena
komponen utamanya berupa preposisi, maka frase eksosentrik yang direktif ini
lazim juga disebut frase preposisional.
ajr.
ajs. Frase eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa
artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum;
sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori
nomina, ajektifa, atau verba.
ajt.
2)
Frase Endosentrik
aju.
ajv. Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau
komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan
keseluruhannya. Frase endosentrik ini lazim juga disebut + karena komponen
keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah
atau membatasi makna komponen inti atau hulu itu. Selain itu, frase endosentrik
ini lazim juga disebut frase subordinat karena salah satu komponennya, yaitu
yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan
komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen
bawahan.
ajw.
ajx. Dilihat dari kategori intinya dapat dibedakan adanya frase nominal,
frase verbal, frase ejektival, dan frase numeral. Yang dimaksud frase nominal
adalah frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina. Frase
nominal ini di dalam sintaksis dapat menggantikan kedudukan kata nominal
sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis. Yang dimaksud frase verbal adalah
frase endosentrik yang intinya berupa kata verba; maka oleh karena itu,
frase ini dapat menggantikan kedudukan kata verbal di dalam sintaksis. Yang
dimaksud frase ajektifa adalah frase endosentrik yang intinya berupa kata
ajektifa. Yang dimaksud frase numeral adalah frase endosentrik yang intinya
berupa kata numeral.
ajy.
ajz.
3)
Frase Koordinatif
aka.
akb. Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri
dari dua komponen atau lebih yang sama atau sederajat, dan secara potensial
dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan,
atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik ... baik, makin ... makin, baik
... maupun .... Frase koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan
kategori komponen pembentuknya. Frase koordinatif yang tidak menggunakan
konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frase parataksis.
akc.
4)
Frase Apositif
akd.
ake. Frase apositif adalah frase koordinatifyang kedua komponennya
merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat
dipertukarkan. Misalnya:
akf.
akg.
akh.
aki.
akj.
akk.
akl. Salah satu ciri frase adalah bahwa frase itu dapat diperluas.
Maksudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep
atau pengertian yang akan ditampilkan. Dalam bahasa Indonesia perluasan frase
ini tampaknya sangat produktif. Hal ini karena untuk menyatakan konsep-konsep
khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara
leksikal.
akm.
akn.
Klausa
ako.
akp. Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas
tataran frase dan di bawah tataran kalimat.
akq.
akr.
aks.
akt. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi
predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase,
yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau keterangan. Fungsi subjek
dan predikat boleh dikatakan wajib, sedangkan fungsi lain bersifat tidak lain.
aku.
akv.
akw.
Kalimat
alc.
ald. Kalimat merupakan satuan bahasa yang langsung digunakan
sebagai satuan ujaran di dalam komunikasi verbal.
ale.
alf.
5.1 Pengertian
Kalimat
alg.
alh.a. Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran
yang lengkap.
ali. b. Kailmat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang
biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta
alk.
5.2 Jenis
Kalimat
all.
alm.Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai kriteria atau sudut
pandang. Jenis-jenis kalimat yaitu:
aln.
alo.
alp.
alq.
alr.
als.
alt.
alu.
5.3 Intonasi
kalimat
alv. Intonasi merupakan salah satu alat sintaksis yang sangat penting.
Intonasi dapat berwujud nada, tekanan, dan tempo. Dalam bahasa Indonesia,
intonasi tidak berlaku pada tataran fonologi danmorfologi, melainkan hanya
berlakuk pada tataran sintaksis. Tekanan yang berbeda akan menyebabkan
intonasi yang berbeda, akibatnya makna keseluruhan kalimat pun akan berbeda.
alw.
alx.
Diatesis
aly. Modus adalah penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut
tafsiran si pembicara, atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya. Ada
beberapa macam modus, yaitu:
alz.
ama.
keinginan.
amb.
larangan.
amc.
amd.
ame.
amf.
amg.
amh.
secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses. Macam
aspek yaitu:
ami.
amj.
berlangsung.
amk.
aml.
berlangsung.
amm.
berulang-ulang.
amn.
amo.
sebentar.
amp.
amq.
amr.Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan
waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang
disebutkan di dalam predikat.. Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang
menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Sikap ini dapat
berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, dan keizinan.
ams.
perhatian pendengar atau pemabaca tertuju pada bagian itu. dalam bahasa
Indonesia, fokus kalimat dapat dilakukan dengan cara:
amt.
amu.
amv.
amw.
amx.
amy.
dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu. macam
diatesis yaitu:
amz.
ana.
anb.
anc.
Wacana
anf.
ang. Kalimat atau kalimat-kalimat hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa
yang lebih besar yang disebut wacana.
anh.
ani.
anj.
ank. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam
hierarkial gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi. Sebagai satuan
bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep yang utuh yang
bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar. Sebagai satuan gramatikal tertinggi,
wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal.
anl.
anm.
ann.
ano. Alat-alat gramatikal yang digunakan untuk membuat wacana menjadi
kohesif, antara lain:
anp.
anq.
Konjungsi
anr.
Kata ganti
ans.
ant.
anu. Selain gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koherensif dapat
dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain:
anv.
anw.
anx.
any.
anz.
aoa.
aob.
aoc.
aod.
aoe.
aof. Jenis wacana ada wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan
sasarannya. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat
dari pengguanaan bahasa apakaha dalam bentuk uraian atau puitik. Wacana prosa
dilihat dari isinya dibedakan adanya wacana narasi, wacana eksposisi, wacana
persuasi, dan wacana argumentasi.
aog.
aoh.
aoi.
aoj.
2. Jenis Makna
a) Makna leksikal: makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa
konteks apa pun
b) Makna gramatikal: makna gramatikal baru ada kalau terjaid proses
gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasai.
c) Makna kontekstual: makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
satu konteks.
d) Makna referensial: makna referensial bermakna referensial kalau ada
referensinya, atau acuannya.
e) Makna non-referensial: makna non-referensial bermakna tersebut jika tidak
ada referensinya.
f) Makna denotative: makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang
dimiliki oleh sebuah leksem.
g) Makna konotatif: makna lain yang ditambahkan pada makna denotative tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut.
h) Makna konseptual: makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari
konteks atau asosiasi apa pun.
i) Makna asosiatif: makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.
j) Makna idiom: satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari
makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Idiom
terbagi menjadi idiom penuh dan idiom sebagian.
k) Peribahasa: memilikimakna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari
makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makana asli dengan
maknanya sebagai peribahasa.
aop.
aoq.
3 Relasi Makna
aor.
4. Perubahan Makna
aot. Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah;
tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Maksudnya, dalam masa
yang relatif singkat, makna sebuah kata akan tetap sama, tidak berubah; tetapi
dalam waktu yang relatif lama ada kemungkinan makna sebuah kata akan
berubah. Ada kemungkinan ini bukan berlaku untuk semua kosakaata yang
terdapat dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada sejumlah kata saja,
yang disebabkan oleh faktor, antara lain:
a. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi
b. Perkembangan social budaya
c. Perkembnagan pemakaina kata
aox.
aoy.
aoz.
1 Linguistik Tradisional
apc. Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan
istilah structural, sehingga dalam pendidikan formal ada istilah kata bahasa
tradisional dan tata bahasa structural.
apd. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan
semantik. Tata bahasa structural berdasarkan struktur atau cirri-ciri formal yang
ada dalam suatu bahasa tertentu.
a) Linguistik Zaman Yunani Kaum Sophis, Plato (429-347 S.M.),
Aristoteles (384-322 S.M.), Kaum Stoik, Kaum Alexandrian
b) Zaman Romawi Varro dan De Lingua Latina, Institutiones
Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
Ferdinand de Saussure
Aliran Praha
Aliran Glosematik
Aliran Firthian
Linguistik Sistemik
Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
Aliran Tagmemik
aph.
Awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan
Eropa lainnya dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan colonial. Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pemerintah colonial sangat memerlukan
informasi mengenaik bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia untuk
melancarkan jalannya pemerintahan colonial di Indonesia, di samping untuk
kepentingan lain.
apn. Sesuai dengan masanya, penelitian bahasa-bahasa daerah itu baru
sampai pada tahap deskripsi sederhana mengenai system fonologi, morfologi,
sintaksis, serta pencatatan butir-butir leksikal beserta terjemahan maknanya
dalam bahasa Belanda atau bahasa Eropa lainnya. Perkembangan waktu jualah
apq.
BAB III
apr.
aps.
RESUME
aqo.
Disusun Oleh :
Tri Wibowo
aqp.
(1113013000045)
Kelas : PBSI 1B
aqq.
aqr.
aqs.
aqt.
2013
aqv.
aqw.
BAB III
PEMBAHASAN
aqx.
aqy.
A. Pengertian Bahasa
ard.
B. Linguistik
1. Letak Keilmiahan Linguistik
a. Syarat keeksplisitan, dipenuhi dengan menyatakan secara jelas kriteria
yang mendasari suatu penelitian dan menyusun peristilahan secara jelas
dan konsisten. Misalnya jika hendak menyelidiki kalimat dalam bahasa
Indonesia, kita harus mengetahui dan kemudian menentukan apa saja
yang ada dalam sesuatu yang disebut kalimat itu, sehingga jelas apa yang
kita maksud.
b. Syarat kesistematisan, dipenuhi dengan menentukan kerangka deskriptif
yang dipakainya untuk menyesuaikan pandangannya tentang data, yang
dilihat dan dicari. Selain itu juga dengan pengujian yang ketat terhadap
hipotesis, perkiraan, atau pandangan tentang bahasa.
c. Syarat keobjektifan, dipenuhi dengan penyelidikan terhadap data dengan
eksperimen yang terkontrol.
2. Pendekatan Linguistik
a. Secara deskriptif dan tidak secara preskriptif
b. Tidak memaksakan aturan- aturan suatu bahasa dalam kerangka bahasa
yang lain
c. Bahasa sebagai suatu sistem, bukan sebagai kumpulan dari unsur- unsur
yang terlepas
d. Bahasa bukan sesuatu yang statis, melainkan sesuatu yang berkembang
sejalan dengan perkembangan sosial budaya pemakainya
3. Manfaat Linguistik
are. Dengan memahami secara mendalam ruang lingkup linguistik
mahasiswa atau guu bahasa dapat melakukan pemilihan bahan dan
penjenjangan pengajaran secara lebih rapi. Juga dapat merumuskan normanorma yang harus diajarkannya secara realistis. Linguistik mempunyai manfaat
teoritis bagi orang yang mempelajari bahasa secara mendalam. Selain itu juga
linguistik mempunyai manfaat praktis.
arh.
A. Proses Kognitif dan Otak
ari.
otak besar, yakni korteks serebral. Korteks serebral terbagi menjadi dua bagian,
yaitu belahan otak kanan atau hemisfer kanan, yang berfungsi mengontrol
pemprosesan informasi spasial dan visual. Belahan otak kanan atau hemisfer kiri,
yang berfungsi mengontrol kegiatan berbahasa.
B. Melupakan dan Mengingat
arj.
Kita dapat menjadi lupa jika ada intervensi dalam proses mengingat.
Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk mengingat. Cara untuk mengingat
itu disebut mnemonik. Berbagai bentuk mnemonik yaitu sebagai berikut; (1)
Urutan kategorial; (2) Gambaran mental yang interaktif; (3) Akronim; (4)
Akrostik; (5) Sistem kata kunci.
C. Tahap- tahap dalam Pemerolehan Bahasa Pertama
1. Tahap ujaran satu kata atau tahap ujaran holofrastik (holophrasstic). Dalam
tahap ini terjadi penggelembungan makna (overextention).
2. Tahap ujaran dua kata atau tahap ujaran telegrafik (telegraphic speech)
ark.
adalah faktor psikologis dan faktor sosial. Faktor psikologis yang dimaksud
adalah proses intelektual yang melibatkan pemahaman struktur gramatikal dan
aturan- aturannya, ingatan atau memori yang sangat penting dalam pemelajaran,
serta keterampilan motorik yang meliputi penggunaan alat- alat ucap untuk
memproduksi bunyi- bunyi dalam bahasa asing. Faktor sosial dalam pemelajaran
bahasa mempertimbangkan situasi, termasuk interaksi, khususnya situasi alamiah
dan situasi di dalam kelas. Ada dua cara yang dapat digunakan, yakni: meminta
seseorang untuk menerangkannya; menemukannya dengan cara kita sendiri. Di
dalam pemelajaran bahasa, dikenal pula istilah Hipotesis Umur Kritis (critical age
hyphothesis). Hipotesis ini mempertimbangkan usia sebagai faktor untuk
mencapai kemampuan berbahasa.
E. Bilingualitas dan Bilingualisme
arm.
bahasa. Sedangkan yang mampu berbicara lebih dari dua bahasa disebut
multilingual. Bilingualitas adalah keadaan psikologis seseorang yang mampu
menggunakan dua bahasa dalam komunikasi sosial. Bilingualisme adalah suatu
konsep yang mencakup konsep bilingualitas dan juga keadaan yang
menggambarkan terjadinya kontak bahasa di antara sebuah masyarakat bahasa
tertentu dengan masyarakat bahasa lainnya.
F. Gangguan dalam Proses Berbahasa
arn.
wicara dan gangguan wicara. Gangguan alat wicara berkaitan dengan gangguan
pada alat ucap, sebagai berikut:
1. Gangguan pada bagian paru- paru, nada bicaranya sangat monoton,
suaranya terputus- putus.
2. Gangguan pada bagian pita suara, suaranya serak atau hilang.
3. Gangguan pada bagian lidah, pengucapan sejumlah fonem yang melibatkan
lidah mencadi tidak sempurna.
4. Gangguan pada rongga hidung atau langit- langit (platum), suaranya
menjadi sengau.
aro.
arp.
arr.
A. Produksi Bunyi Bahasa
ars.
memproduksi bahasa itu. Untuk menghasilkan bunyi yang benar diperlukan alat
bicara yang normal, keterampilan dan kemampuan organ alat bicara dalam
melakukan artikulasi. Kemampuan mengatur pernapasan untuk mengalirkan udara
ke rongga tenggorokan, mulut, dan hidung.
1. Alat Bicara
art.
sebagai sumber bunyi. Alat bicara yang berada di rongga mulut disebut
artikulator (alat ucap). Alat bicara yang berada di rongga badan adalah paruparu yang berfungsi untuk memompakan udara dalam proses produksi bunyi,
disebut aliran udara pulmonik. Artikulator dapat dikelompokkan menjadi
artikulator aktif dan artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang
secara aktif bergerak membentuk hambatan aliran udara, yaitu bibir bawah dan
lidah. Artikulator pasif adalah alat ucap yang diam, yaitu bibir atas, gigi atas,
gusi, langit- langit keras dan langit- langit lunak.
2. Proses Produksi Bahasa
a. Udara keluar dari paru- paru melalui gloris (celah sempit/ lebar) yang
dibentuk oleh pita suara. Bunyi- bunyi yang dihasilkan dengan cara
mempersempit glotis disebut bunyi bersuara.
b. Getaran udara menuju ke rongga mulut atau hidung sesuai dengan posisi
langit- langit lunak atau velum.
c. Jika velum membuka jalan aliran udara menuju ke hidung, artikulator
yang berada di rongga mulut berfungsi menutup aliran udara.
d. Aliran udara yang menuju ke mulut di saat aliran udara ke rongga hidung
tertutup, udara bebas keluar dari mulut tanpa hambatan.
e. Pada saat aliran udara berhasil melewati rongga mulut atau hidung, bunyi
bahasa terdengar.
aru.Jenis- jenis hambatan
artikulasi:
o
o
o
o
o
o
o
arv.
arx.
arw.
o
o
o
o
o
o
Satuan bunyi yang dihasilkan jika udara yang keluar dari paru- paru
asf.
A. Keberagaman Bahasa menurut Pemakainya
asg. Keberagaman bahasa ditentukan oleh berbagai aspek luar bahasa,
seperti kelas sosial, jenis kelamin, etnisitas, dan umur. Adanya perbedaan dialek
dan aksen dalam satu komunitas merupakan bukti keberagaman itu yang
keberadaannya dipengaruhi oleh aspek- aspek sosial. Keberagaman yang terjadi
karena faktor kedaerahan disebut dialek regional. Keberagman bahasa karena
faktor latar belakang pendidikan, pekerjaan atau karena faktor derajat keresmian
situasinya disebut dialek sosial atau sosiolek.
B. Aturan dan Fungsi Sosial Bahasa
ash. Hymes mengemukakan aturan sosial berbahasa sebenarnya tidak
hanya menyangkut masalah kesepakatan dalam pemakaian bahasa saja, tetapi juga
mencakup fungsi bahasa; (1) Fungsi bahasa kontekstual; (2) Fungsi emotif; (3)
Fungsi konatif; (4) Fungsi referensial; (5) Fungsi puitis; (6) Fungsi fatis; (7)
Fungsi metalinguistik.
C. Sentuh Bahasa
asi.
dalam keadaan darurat dan digunakan sebagai bahasa untuk bertahan hidup.
Digunakan apabila kedua peserta tutur bukanlah penutur asli bahasa tersebut.
Dan juga sebagai titik temu dua pihak yang memiliki dua bahasa yang benar
berbeda.
4. Pijin (pidgin)
asm. Ragam bahasa yang tidak memiliki penutur asli, ragam bahasa ini
tumbuh karena adanya dua pihak yang ingin berkomunikasi satu sama lain tetapi
sangat berbeda bahasanya.
5. Kreol
asn. Merupakan perluasan pijin dan sudah sejajar dengan bahasa- bahasa
lain di negara yang memilikinya.
aso.
asp.
asq.
A. Asal Mula dan Perkembangan Aksara
1. Masa Praaksara
asr.
b. Aksara hieroglif
asv. Perbedaan waktu kemunculan hieroglif dengan aksara paku tidak
terlalu jauh. Hieroglif Mesir ini menurunkan aksara semit kuna yang
mempunyai dua cabang, yakni semit utara, dan semit selatan.
asw.
c. Aksara han
asx. Aksara ketiga yang menurunkan huruf kanji adalah aksara han.
Digunakan oleh suku Han (mayoritas penduduk RRC) yang pada masa
primitif mendiami lembah Sungai Kuning. Aksara Han tidak lepas dari
bahasanya, yakni bahasa Han. Banyaknya kata serapan pada bahasa- bahasa
sekitarnya, antaralain bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa itu sendiri.
Aksara Han tidak menyebar ke Barat dan Selatan melainkan ke Timur. Katakata yang diserap dalam Bahasa Indonesia tidak ditulis dalam aksara han
melainkan dengan huruf Latin. Aksara Han bersifat morfemis. Satu karakter
bersifat satu morfem sekaligus satu suku kata.
B. Aksara di Indonesia
asy. Bahasa jawa dalam karya- karya mengenai agama islam
menggunakan huruf arab, nama aksaranya pegon, sedangkan bahasa Melayu yang
menggunakan huruf arab nama aksaranya jawi. Jika masuknyaaksara arab
disebabkan menyebarnya agama islam, masuknya aksara palawa dikarenakan
menyebarnya agama Hindu dan Budha yang datang sebelum agama islam.
C. Aksara dalam Sistem Bahasa
1. Aksara Alfabetis: satu huruf mewakili satu konsonan atau satuvokal
2. Aksara Silabis : satu suku kata terdiri dari satu konsonan dan satu vokal
3. Aksara Morfemis: satu morfem mewakili seperangkat bunyi, satu tone, dan
satu makna
asz. Aksara digunakan untuk menggambarkan unsur- unsur wicara secara
tertulis, tetapi tidak ada aksara yang dapat menggambarkannya secara sempurna.
Unsur suprasegmental seperti intonasi, tekanan, dan jeda tidak dapat digambarkan
oleh aksara.
D. Ejaan
ata.
sejak kedatangan orang Eropa ke Nusantara. Pada tahun 1959 terjadi kesepakatan
antara RI dengan Malaysia untuk menyamakan ejaan bahasa di kedua negara
tersebut yang dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu Indonesia). Pada
tahun 1972 presiden Rimenetapkan ejaan baru yang bernama Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Ejaan inilah yang kita gunakan hingga saat ini.
atd.
ate.
atf.VI. WACANA
atg.Untung Yuwono
A. Pengertian Wacana
ath.
suatu bangun bahasa. Wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap
bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Sebagai kesatuan yang
abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau inskripsi, yang
mengacu pada makna yang sama, yaituwujud yang konkret yang terlihat, terbaca,
dan terdengar.
ati.
B. Jenis Wacana
1. Berdasarkan fungsi bahasa:
a. Wacana ekspresif, bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai
sarana ekspresi, seperti wacana pidato.
b. Wacana fatis, bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan dalam pesta.
c. Wacana estetik, bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan,
seperti wacana puisi dan lagu
d. Wacana informasional, bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa.
e. Wacana direktif, bersumber pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau
pembaca, seperti wacana khotbah.
2. Berdasarkan saluran komunikasi:
a. Wacana lisan, memiliki ciri adanya penutur dan mitratutur, bahasa yang
dituturkan, dan alih tutur yang menandai pergantian giliran bicara .
b. Wacana tulis, memiliki ciri adanya penulis dan pembaca, bahasa yang
dituliskan, dan penerapan sistem ejaan.
3. Berdasarkan pemaparan:
a. Wacana naratif
b. Wacana deskriptif
c. Wacana ekspositoris
d. Wacana argumentatif
e. Wacana persuasif
f. Wacana hortatorif
g. Wacana prosedural
4. Berdasarkan banyaknya peserta komunikasi:
a. Wacana monolog, satu orang saja yang terlibat dalam komunikasi
b. Wacana dialog, dua orang yang terlibat dalam komunikasi
c. Wacana polilog, melibatkan banyak peserta komunikasi
C. Kepaduan Wacana
1. Kohesi
atj. Kohesi adalah keadaan unsur- unsur bahasa yang saling merujuk dan
berkaitan secara semantis. Kohesi diciptakan secara formal oleh alat bahasa yang
disebut pemarkah kohesi, misalnya kata ganti (pronomina), kata tunjuk
(demonstrativa), kata sambung (konjungsi), dan kata yang diulang. Terdapat dua
jenis kohesi, yakni kohesi gramatikal, adalah hubungan semantis antarunsur
yang dimarkahi alat gramatikal- alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya
dengan tata bahasa yang berwujud referensi atau pengacuan, substitusi atau
penyulihan, elipsis atau pelepasan, dan konjungsi atau penghubungan. Kohesi
leksikal, adalah hubungan semantis antarunsur pembentuk wacana dengan
memanfaatkan unsur leksikal atau kata. Berwujud reiterasi dan kolokasi.
atk.
2. Koherensi
atl. Koherensi adalah keberterimaan suatu tuturan atau teks karena
kepaduan semantisnya, atau hubungan antara teks dan faktor diluar teks
berdasarkan pengetahuan seseorang.
atm.
atn.
VII. PRAGMATIK
ato.Kushartanti
atp.
atq. Pragmatik mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal- hal di luar
bahasa. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika ada syarat- syarat
tertentu terpenuhi, salah satunya adalah kesadaran akan bentuk sopan santun.
Salah satu penanda bentuk sopan santun adalah penggunaan bentuk pronomina
tertentu dalam percakapan. Grice mengungkapkan ada empat maksim yang
harus dipatuhi oleh seorang pembicara, yaitu sebagai berikut:
atr.
A. Maksim Kuantitas
ats. Dalam percakapan, penutu harus memberikan kontribusi yang
secukupnya kepada mitra tutur. Hal ini dapat kita lihat dalam ungkapan di awal
kalimat seperti singkatnya, dengan kata lain, kalau boleh dikatakan, dan
sebagainya.
B. Maksim Kualitas
att. Peserta percakapan harus mengatakan hal yang sebenarnya.
Ungkapan di awal kalimat seperti setahu saya, kalau tidak salah dengar, katanya,
dan sebagainya.
C. Maksim Relevensi
atu. Peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan
dengansituasi pembicaraan. Ungkapan di awal kalimat, seperti ngomongngomong, sambil lalu, merupakan pembatas yang memenuhi maksim relevansi.
D. Maksim Cara
atv. Peserta percakapan harus berbicara langsung dan lugas secara tidak
berlebihan. Menyatakan ungkapan seperti Bagaimana kalau.., menurut saya..,
dan sebagainya.
aua.
aub.
VIII. SEMANTIK
Setiawati Darmojuwono
auc.
aud. Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna
tanda bahasa. Dalam semantik akan dibahas tentang berbagai jenis makna, relasi
makna, dan analisis makna, sebagai berikut:
1. Berbagai Jenis Makna
a) Makna denotatif: Disebut juga makna deskriptif atau makna leksikal, yang
merupakan relasi kata dengan konsep benda/ peristiwa atau keadaan yang
dilambangkan dengan kata tersebut.
b) Makna gramatikal
2. Relasi Makna
a) Homonimi: Relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama,
tetapi maknanya berbeda.
b) Polisemi: kata atau frasa yang memiliki beberapa makna yang berhubungan.
c) Sinonimi: relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip.
d) Antonimi atau Oposisi: relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan
maknanya.
e) Hiponimi: relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik
dalam makna generik.
f) Meronimi: relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena
relasi maknanya bersifat hierarkis, namun tidak menyiratkan pelibatan
sejarah, tetapi merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan.
g) Makna Asosiatif: merupakan asosiasi yang muncul dalam benak seseorang
jika mendengar kata tertentu. Memiliki peran penting dalam wacana yaitu
sebagai pengikat makna- makna kata sehingga terbentuk pemahaman wacana.
h) Makna afektif: makna yang berkaitan dengan perasaan seseornag jika
mendengar atau membaca kata tertentu
i) Makna etimologis: makna yang berkaitan dengan asal usul kata dan
perubahan makna kata dilihat dai aspk sejarah kata.
3. Analisis Makna
aue. Analisis makna dapat dilakukan dengan bantuan analisis komponen
dan penotipe. Menurut pendektan ini makna kata tidak dapat diuraikan dalam
bentuk komponen semantis karena makna kata batasnya kabur dan
keanggotaan dalam satu kategori tidak ditentukan oleh ada tidaknya
komponen- kompoen semantis tertentu, tetapi bergantung pada jarak dari
prototipe, yaitu representasi mental yang mewakili contoh terbaik satu konsep
tertentu.
auf.
aug.
auh.
aui.
IX. SINTAKSIS
partikel dan kata penuh. Partikel adalah kata yang jumlahnya terbatas, biasanya
tidak mengalami proses morfologis, bermakna gramatikal, dan dikuasai dengan
cara menghafal. Misalnya, yang, dari, ke, di, dan pada. Sedangkan kata penuh
mempunyai ciri- ciri yang berlawanan dengan partikel, yang utama adalah
maknanya bersifat leksikal. Kata penuh dibedakan menjadi nomina (kata benda),
verba ( kata kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), preposisi
(kata depan), konjungsi (kata sambung), numeralia ( kata bilangan), dan
sebagainya.
2. Frasa
a) Kalimat sederhana atau kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari
satu klausa bebas.
b) Kalimat bersusun, yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan
sekurang- kurangnya satu klausa terikat.
c) Kalimat majemuk atau kalimat setara, yaitu kalimat yang teridiri atas lebih
dari satu klausa bebas.
d) Kalimat majemuk bersusun, yaitu kalimat yang terdiri atas gabungan
kalimat majemuk dan kalimat bersusun.
auq.
X. MORFOLOGI
Djoko Kentjono
aux. Morfologi sering disebut pula tata kata atau tata bentuk. Morfologi
mengenal unsur dasar atau satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya. Satuan
gramatikal yang terkecil itu disebut morfem. Morfem tidak dapat dipecah menjadi
bagian- bagian yang lebih kecil yang masing- masing mengandung makna.
auy. Morfem menjadi bagian pembentuk atau konstituen satuan- satuan
gramatikal yang lebih besar. Anggota- anggota suatu morfem disebut alomorf.
Morfem dapat dibedakan menurut jenisnya berdasarkan beberapa ukuran. Yaitu
morfem beralomorf satu dan morfem beralomorf lebih dari satu. Menurut jenis
fonem yang menyusunnya, dikenal morfem segmental, morfem suprasegmental,
dan morfem segmental- suprasegmental. Perbedaan antara morfem yang satu
dengan morfem yang lainnya dapat ditinjau berdasarkan jumlah fonem yang
membentuknya. Morfem juga dapat dibedakan menurut macam maknanya. Ada
golongan morfem yang mempunyai semacam makna dasar yang menunjuk
kepada benda, hal, perbuatan, atau sifat yang terdapat di alam sekitar. Morfem
seperti ini disebut morfem leksikal. Sedangkan morfem yang tidak mempunyai
makna dasar, tetapi kehadirannya membawa fungsi gramatikal, disebut morfem
gramatikal.
auz. Kata disusun oleh satu atau beberapa morfem. Kata bermorfem satu
disebut monomorfemis, sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut kata
polimorfemis. Afiks selalu merupakan morfem terikat, sedangkan morfem dasar
dapat beruba morfem bebas atau morfem terikat. Proses morfologis, sebagai
proses yang mengubah bentuk kata, memberikan kedudukan gramatikal yang
tertentu kepada kata yang dibentuknya. Proses morfologis dibagi menjadi dua
tipe, yaitu infleksi dan derivasi. Infleksi mengubah bentuk suatu kata untuk
menetapkan hubungannya dengan kata- kata lain dalam kalimat. Proses derivasi
mengubah suatu kata menjadi kata baru.
ava. Makna gramatikal bermacam- macam, bukan hanya morfem afiks
saja yang memiliki makna gramatikal, morfem seperti ke, atau, itu, tetapi, untuk,
yang, dan yang disebut partikel juga mempunyai makna gramatikal. Beberapa
kategori makna gramatikal :
1.
2.
3.
4.
Jumlah
Jenis
Milik
Kala
5.
6.
7.
8.
Aspek
Diatesis
Orang
Modus
avb.
avc.
avd.
XI. FONOLOGI
ave.
Djoko Kentjono
avf.
avg. Merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa. Satuan
bunyi fungsional terkecil disebut fonem. Bunyi- bunyi yang merupakan wujud
lahirian suatu fonem disebut alofon- alofon, anggota fonem, atau varian fonem
tersebut. Jenis fonem dibedakan menjadi vokal dan konsonan.
avh. Analisis fonemik
avi.
Langkah persiapan:
1. Memperoleh data
2. Memeriksa apakah data yang telah kita catat itu telah dicatat dengan
3.
4.
5.
6.
avj.
avk.
avl.
avm.
kesamaan ciri atau tipe yang terdapat dalam sebuah bahasa. Bahasa- bahasa yang
mempunyai sejumlah tipe yang sama dikelompokan dalam kelompok bahasa yang
sama. Setiap usur dalam suatu bahasa dapat dieperlakukan sebagai sebuah tipe
atau sebuah tanda dalam tipologi bahasa. Tipologi bahasa sebagai cabang
linguistik mengembangkan metode- metode khusus yang menghasilkan klasifikasi
bahasa berdasarkan tipe- tipenya. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa
tipologi bahasa adalah cabang linguistik yang mengelompokkan bahasa
berdasarkan tipe- tipe yang paling banyak terdapat dalam sekelompok bahasa.
1. Tipologi Fonologis
avn. Kesamaan di bidang fonologi menyangkut kesamaan jenis fonem
yang dihasilkan oleh posisi artikulasi, ciri- ciri distingtif, ciri- ciri prosodi, dan
distribusi fonem tiap bahasa. Peta- peta fonem sebuah bahasa yang disusun
seorang peneliti akan menjadi landasan yang penting dalam membuat konfigurasi
tiap fonem. Konfigurasi merupakan gambaran mengenai posisi fonem yang
dimiliki sebuah bahasa dilihat dari alat- alat ucap manusia. Klasifikasi bahasa
dapat dilakukan berdasarkan konfigurasi semua vokal yang terdapat dalam sebuah
bahasa atau dapat pula dilakukan berdasarkan ciri- ciri distingtif vokal yang
terdapat dalam bahasa. Klasifikasi bahasa juga dapat dilakukan atas dasar ciri- ciri
distingtif konsonan yang terdapat dalam sebuah bahasa.
2. Tipologi morfologis
a) Bahasa yang kata- katanya terdiri atas satu morfem
b) Bahasa yang kata- katanya dapat dibagi dalam morfem- morfem tanpa
kesulitan
c) Bahasa yang menggabungkan beberapa morfem menjadi satu kata
sedemikian rupa sehingga morfem- morfem pembentuk kata tersebut sulit
dikenali sebagai unsur- unsur yang berbeda.
avo. Mengenai pengelompokkan bahasa berdasarkan tipe- tipenya pada
suatu ketika orang menduga bahwa sebuah bahasa mempunyai pola
pengembangan yang tetap. Tahap pertama adalah isolasi, kedua aglutinasi, dan
ketiga fusional.
avp. Kelemahan pengelompokkan bahasa sebagaimana diuraikan di atas
adalah tidak ada bahasa yang tergolong dalam tipe morfoligis murni.
3. Tipologi sintaksis
avq. Bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan kata sebagai unsur
sintaksis utama, yang dikenal sebagai bahasa konfiguratif. Klasifikasi yang paling
lazim dijumpai adalah klasifikasi bahasa yang dengan subjek di awal kalimat.
Klasifikasi yang kedua adalah bahasa yang menempatkan verba di awal kalimat.
avr. Bahasa- bahasa di Asia- Pasifik
a) Rumpun Austronesia
avs. Meliputi wilayah Madagaskar- kepulauan Ester, dan dari Taiwan ke
Hawaii ke Selandia Baru.
avt.
b) Rumpun Indo- Pasifik
avu. Meliputi sekitar 650 bahasa yang dituturkan di Papua dan 100
bahasa lain yang dituturkan di pulau- pulau sebelah barat dan timur, yang
tidak termasuk rumpun bahasa Autronesia.
avv.
avw.Dalam linguistik historis komparatif terdapat metode komparatif,
yaitu metode tentang bagaimana membandingkan sejumlah bahasa untuk
membuktikan hubungan histois di antaranya. Disamping metode komparatif,
terdapat pula metode leksikostatistik, yaitu pengukuran jarak perbedaan di antara
dua kelompok variasi bahasa dilakukan dngan membandingkan kosakata
keduanya.
avx.
avy.
avz.
B.Suhardi
langue dan parole, lalu signifiant dan signifie, dan terakhir mengenai hubungan
sintagmatik dan paradigmatik.
2. Aliran Praha
awc.Aliran yang terbentuk pada tahun 1926 atas praksara salah seorang
tokohnya. Yaitu Vilem Mathesius (1882- 1945). Pokok- pokok aliran praha:
a) Membandingkan telaah diakronis dan sinkronis yang memungkinkan
untuk menyelidiki bahasa secara lebih lengkap dan terkendali
b) Membandingkan sistem bahasa
c) Membedakan fonetik dan fonologi
3. Louis Hjelmslev
awd.
ilmu bahasa menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, dan menganggap bahasa
tidak sebagai bagian dari gejala psikologis, gejala sosial, atau gejala non
bahasalainnya. Hjelmslev memandang bahasa sebagai sistem hubungan
(relations). Hjelmslev mengakui adanya hubungan sintagmatik dengan asosiatif.
4. John R.Firth
awe.Pandangan firth mengenai bahasa dapat kita baca dalam bukunya
The Tongues of Men and Speech dan Papers in Linguistics. Firth berpendapat
bahwa telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Firth sangat
terkenal dengan teorinya mengenai fonologi prosodi.
5. Leonard Bloomfield
awf. Merupakan seorang linguis yang sangat berpengaruh pada tahun
1930-an sampai tahun 1950-an di Amerika Serikat. Metode ilmiah yang
dikembangkan Bloomfield tampak dalam tulisan rekan- rekan yang berkecimpung
dalam bahasa linguistik. Mereka sama sekali menajuhi unsur- unsur yang bersifat
spekulatif dan berpegang teguh pada prinsip bahwa pernyataan ilmiah haruslah
didasarkan pada fakta- fakta objektif. Pengaruh Bloomfield mulai surut pada akhir
tahun 1950-an ketika seorang linguis muda, Naom Chomsky mengemukakan
pemikiran- pemikiran yang sama sekali berbeda dengannya.
awg.
awh.
awi.
1. Kajian Terapan
awj. Linguistik terapan adalah suatu cabang dari linguistik yang khusus
mengaplikasikan berbagai teori, metode, dan temuan linguistik untuk menjelaskan
atau memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan bahasa. Contoh kajian
linguistik yang bersifat terapan, sebagai berikut:
a) Pengajaran Bahasa
b) Pengetahuan linguistik mengenai bentuk, makna, struktur, fungsi,
dan variasi bahasa sangat penting sebagai modal dasar pengajaran
bahasa.
c) Penerjemahan
d) Merupakan sebuah kegiatan kompleks yang menuntut
kecermatan. Tujuan utama penerjemahan adalah untuk
menghasilkan terjemahan yang semirip mungkin dengan nakah
aslinya.
e) Perkamusan
f) Kamus adalah sebuah karya yang berfungsi sebagai referensi.
Pada umumnya berupa seranai kata yang disusun secara alfabetis.
g) Linguistik forensik
awk. Salah satu cabang linguistik terapan yang sangat berkaitan
dengan hukum. Tataran linguistik yang berkaitan erat dengan
linguistik forensik adalah fonetik akustik, analisis wacana, dan
semantik.
h) Terapi wacana
awl. Kegiatan terapi wacana didesain untuk memberikan latihanlatihan yang membantu mengurangi atau menyembuhkan
kelainan bicara.
i) Grafologi
awm.Kajian mengenai sistem simbol yang digunakan untuk
menyampaikan pesan bahasa dalam bentuk tertulis.
j) Linguistik edukasional
awn. Linguistik edukasional dikenal juga dengan nama linguistik
pedagogis. Kajiannya fokus pada penggunaan bahasa ibu sebagai
bahasa pengantar, tetapi akhir- akhir ini lebih pada pemilihan dan
g) Psikolinguistik
aww.Merupakan cabang linguistik yang kompleks. Yang derap
perkembangannya pesat karena membuka diri pada disiplin ilmu
lain sebagai alat bantu untuk menginterpretasikan masalah
pemerolehan bahasa dan produksi bahasa.
h) Neurolinguistik
awx. Kajian yang berupaya memahami kerja otak untuk
memproses kegiatan bahasa.
i) Biolinguistik
awy. Cabang linguistik baru yang menekuni proses bahasa pada
manusia dari sudut pandang biologi.
j) Linguistik komputasional
awz. Linguistik komputasional bukanlah komputerisasi bahasa
dan merupakan salah satu cabng linguistik yang baru.
axa.