1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan linguistik! Penjelasan setidaknya mencakup: apa yang
dipelajari linguistik dan bagaimana karakteristiknya, bagaimana cara mempelajarinya,
subdisiplin ilmu apa saja yang berada dalam linguistik, dan mengapa ada banyak subdisiplin
ilmu dalam linguistik.
Linguistik dapat diartikan sebagai “ilmu bahasa”. Namun bagaimanakah
pengertiannya lebih lanjut? Maka dapat disimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu yang
mempelajari keseluruhan komponen bahasa. Komponen-komponen ini tidak terlepas antara
yang satu dengan yang lain tetapi saling berkaitan erat. Namun komponen-komponen ini
dipelajari di dalam linguistik secara tersendiri. Umpamanya, segi bunyinya saja, segi
pembentuk kata, segi susunan kata sehingga terbentuklah kalimat, atau segi makna yang
dikandungnya sehingga muncullah istilah-istilah fonetik, fonologi, fonemik, morfologi, sintaksis,
dan semantik. Linguistik juga mencoba mempelajari apa sebenarnya bahasa dan bagaimana
cara kerjanya. Linguistikpun mencoba menemukan dalam hal apa bahasa itu bersamaan,
berbeda, berkembang, berubah dan saling berhubungan dengan bahasa lainnya, linguistik juga
disebut sebagai ilmu, sebagaimana orang menyebut ilmu-ilmu lain seperti kimia, biologi, atau
fisika. Sebagai suatu studi ilmiah tentang bahasa, linguistik bersifat empiris, bukan spekulatif
dan intuitif.
Kajian linguistik didasarkan pada data yang dapat diverifikasi dan diperoleh melalui
observasi dan eksperimen dimana objek bahasanya dapat diamati oleh indera manusia; ujaran
dapat didengar, gerakan-gerakan alat ucap dapat dilihat atau dengan bantuan alat-alat, tulisan
dapat dilihat dan dapat dibaca. Linguistik juga eksplisit, artinya tidak kabur, tidak ada makna
ganda, serta aturan-aturannya disusun dan dirumuskan secara menyeluruh dan tidak
berbenturan. Linguistik juga bersifat sistematis dan objektif. Sistematis berarti beraturan,
mempunyai pola, ada generalisasi yang utuh, tidak berpisah, merupakan suatu kesatuan yang
bagian-bagiannya sejalan, dan semuanya mendukung suatu kesatuan. Linguistik mempelajari
bahasa secara sistematis, misalnya dari fonologi, meningkat ke morfologi, kemudian meningkat
ke sintaksis, dan seterusnya ke segi makna, sebab keseluruhan komponen ini membentuk
suatu kesatuan yang disebut bahasa. Linguistik bersifat objektif, artinya memberikan sesuatu
menurut apa adanya, bebas dari perasaan dan pertimbangan pribadi.
Karakteristik dari linguistik yaitu linguistik merupakan ilmu pengetahuan spesifik.
Kespesifikannya yaitu para linguis meneliti bahasa sebagai bahasa bukan sebagai yang lain.
Linguis tidak meneliti bahasa sebagai alat pengungkap emosi atau afeksi. Jadi, dalam
penelitian linguistik pun bahasa dipandang sebagai bahasa pula bukan sebagai yang lain.
Selain itu terdapat kekaburan antara objek sasaran dengan alat pengembangnya yang utama,
yaitu bahasa karena ilmu yang penelitiannya yang bermula dan berakhir pada bahasa, dalam
bahasa, dan dengan bahasa.
Ilmu-ilmu yang terdapat dalam linguistik sangatlah beragam. Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Wijana (2009: 8-13) bahasa dapat diteliti dari elemen internal dan
eksternal. Penelitian bahasa dari sisi internalnya melahirkan cabang-cabang linguistic seperti
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan penelitian bahasa dari sisi
eksternalnya akan melahirkan bidang-bidang ilmu linguistik seperi; kinesik, paralinguistik,
fonetik, etnolinguistik, sosiolinguistik, psikolinguistik, linguistik komputasional, metalinguistik,
metode linguistik, sejarah linguistik, studi linguistik abad XX, linguistik diakronik, linguistik
sinkronik, linguistik terapan, linguistik teoritis, dan linguistik makro. Keberagaman dari
subdisiplin ilmu linguistik dikarenakan kajian linguistik yang tidak hanya pada bagian
internalnya saja melainkan adanya kajian eksternal dari bahasa tersebut.
Apabila piita-pita suara diketatkan maka ruangan untuk saluran udara menjadi sempit.
Dengan adanya penyempitan dan arus udara yang dipaksakan maka pita-pita suara menjadi
bergetar. Getaran ini menimbulkan suara (voice), bunyi-bunyi yang tergolong kedalamnya
disebut bunyi-bunyi bersuara. Seperti contoh dalam bahasa Inggris, seluruh bunyi-bunyi vokal
adalah bunyi bersuara dan demikian juga konsonan-konsonan; /b,d,j,g,v,l,z,m,n,l,r,w,j/. Apabila
pita-pita suara ini dikendurkan maka tersedia ruangan yang agak lapang untuk arus udara.
Udara yang melaluinya lewat dengan lancar. Bunyi-bunyi yang dihasilkan melalui pita suara
yang dalam keadaan tersebut dinamakan bunyi tak bersuara (voiceless) seperti bunyi /h/ dalam
bahasa inggris pada contoh hand, heap, dan hose.
3) Jelaskan hal-hal pokok yang harus ada dalam deskripsi sistem fonologi suatu bahasa, dan
berilah contohnya!
Bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia akan memiliki pembeda makna pada
setiap bunyi bahasanya. Objek kajian dari fonologi adalah fonem, berbeda dengan objek kajian
fonetik yang mengkaji fon. Fonem adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan makna. Fonem merupakan abstraksi atau gambaran dari satu atau sejumlah fon,
baik berupa huruf vokal atau huruf hidup maupun huruf konsonan atau huruf mati. Penulisan
sebuah fonem atau transkripsi fonem dituliskan dengan lambang /.../. Salah satu ciri fonem
adalah kemampuannya membedakan makna. Untuk mendeskripsikan suatu system fonologi
suatu bahasa diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan pasangan minimal, distribusi
komplementer, dan distribusi paralel.
Berikut ini beberapa contoh dalam bahasa Indonesia:
[saku] [laku] [baku] [daku]
Bunyi [s], [l], [b], dan [d] pada bentuk kebahasaan itu masing-masing memiliki fungsi
pembeda makna. Cara yang paling mudah dalam mengidentifikasi bunyi (fonem) yaitu dengan
membedakan makna (kata) dengan melihat kemungkinannya dua buah bentuk kebahasaan
berpasangan minimal merupakan cara yang lazim dan mudah untuk dilakukan identifikasi.
Satuan-satuan pembeda makna pada contoh di atas yaitu; /s/, /l/, /b/, dan /d/.
Cara lain yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi sebuah fonem ialah
dengan mencermati distribusinya. Apabila sebuah fonem berdistribusi komplemnter pada posisi
yang berbeda, misalnya di awal deretan bunyi atau di akhir deretan bunyi merupakan bunyi
bahasa itu alofon. Apabila sebuah fonem memiliki alofon, maka fonem itu benar. Alofon
merupakan variasi dari sebuah fonem, bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem.
Contoh:
1. bunyi [p] pada ‘pintar’ diucapkan berbeda dengan bunyi [p] pada ‘tapi’ atau ‘sapi’
2. bunyi [p] pada pintar itu akan diucapakan berbeda dengan [p] pada ‘asap’ atau ‘lesap’.
Alasannya:
[p] pada posisi awal diucapakan secara meletup atau ‘polosive’ sedangkan [p] di luar
posisi awal itu akan diucapkan tidak dengan cara meletup atau ‘impolosive’, walaupun secara
fonetis dituliskan sama dan seklaipun sesunguhnya cara pembunyiannya berbeda. Sesuai
fakta kenahasaan yang demikian, bunyi [p] merupakan bunyi [p] berdistribusi komplementer
(complementary distribution). Bunyi-bunyi yang hadir dalam distribusi komplementer disebut
alofon sebuah fonem yang membuktikan penamaan fonem tersebut benar.
Jadi, fonem dapat diuji keberadaannya dengan melihatnya dalam pasangan minimal
dan dalam kemampuannya berdistribusi komplementer untuk menghasilkan alofon-alofon.
Fonem dalam sebuah bahasa juga dapat diidentifikasi secara supresegmental, yaitu dengan
mencermati unsur-unsur supresegmentalnya seperti:
1. nada,
2. tekanan,
3. durasi, dan
4. jeda.
Dalam bahasa Indonesia memang sangat sulit ditemukan bentuk-bentuk kebahasaan
yang memenuhi kriteria suprasegmental seperti itu, berbeda sekali dengan kata-kata dalam
bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, unsur-unsur suprasegmental tidak mampu
membedakan makna (meaning), tetapi hanya sampai pada pembedaan maksud (purpose).
4) Sistem morfologi berbeda dari bahasa satu ke bahasa lain. Berilah contohnya dan jelaskan
dengan membandingkan perbedaan sistem morfologi dua bahasa.
Dalam mempelajari Linguistik, maka morfologi menjadi salah satu bagian yang tidak
terpisahkan. Morfologi adalah kajian bidang linguistik yang mempelajari kata dengan
menggabungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Yang dimaksud dengan morfem
di sini adalah bentuk terkecil yang mempunyai arti yang terdapat dalam pembentukan kata-
kata dari suatu bahasa. Bentuk terkecil tersebut dapat dijelaskan dengan mengambil kata baju
sebagai contoh. Kata baju terdiri dari empat fonem yakni fonem /b/, /a/, /j/, dan /u/ tetapi kata
itu hanya terdiri dari satu morfem saja. Seandainya kata ini kita perkecil dengan membagi-
baginya, hasil pembagian itu tidak akan memberikan arti lagi. Tidak menutup kemungkinan,
kadang satu morfem dapat juga terdiri satu fonem saja, misalnya {-s} dalam bahasa Inggris
pada kata books. apabila kita melihat kata jalan, sebagai contoh, yang berubah menjadi
jalankan, berjalan, pejalan, dijalankan, dan perjalanan, tampaklah bahwa bentuk dan arti ini
dapat kita lihat disebabkan adanya penambahan morfem-morfem lain pada kata jalan.
Perubahan-perubahan bentuk semacam inilah yang menjadi kajian telaah morfologi.
Berikut ini contoh sederhana yang berlaku pada sistem morfologi pada bahasa Aceh
dan bahasa Inggris. Secara morfologi, baik bahasa Aceh dan bahasa Inggris memiliki sistem
morfologinya masing-masing. Kedua bahasa ini merupakan bahasa yang sama-sama bertipe
SVO (subjek-predikat objek).
Berikut ini beberapa contoh morfem pada kata kerja dalam kalimat sederhana dalam bahasa
Aceh dan bahasa Inggris. Sebagaimana berikut ini:
(1) Droe neujak u sikula.
kamu 2Tg-pergi ke sekolah
‘Kamu pergi ke sekolah.’
(2) Gobnyan geupoh pancuri
dia 3Tg-pukul pencuri
‘Dia memukul pencuri.’
(3) Kamoe meuba mamplam.
kami 1Jmk-bawa mangga
‘Kami membawa mangga.’
(1a) *Droe jak u sikula.
‘Kamu pergi ke sekolah.’
(2a) *Gobnyan poh pancuri
‘Dia memukul pencuri.’
(3a) *Kamoe ba mamplam.
‘Kami membawa mangga.’
Contoh kalimat (1), (2), dan (3) merupakan contoh kalimat gramatikal. Hal ini terlihat
dari penanda morfem (neu, geu, meu) yang melekat pada verba. Penanda tersebut wajib hadir
pada setiap kalimat yang mengandung verba. Secara harfiah ketiga penanda tersebut morfem
infleksional dalam bahasa Aceh. Durie (1985:117) mengkategorikan penanda tersebut sebagai
klitik pronomina. Setiap pronomina bahasa Aceh mempunyai penanda tersendiri jika berada
dalam kalimat maupun klausa yang mengandung verba. Gobnyan (dia) dalam bahasa Aceh
tidak membedakan jenis kelamin. Pronomina ini digunakan baik untuk subjek laki-laki maupun
perempuan. Sementara itu, contoh (1a), (2a), dan (3a) tidak gramatikal. Ketiga contoh kalimat
tidak gramatikal tersebut akan rancu dipahami secara maknanya, apabila dituturkan oleh
pada subjek dan verba. Penambahan morfem {s, -es} pada setiap verba menunjukkan
hubungan persesuaian antara subjek dan predikat. Penanda {-s}, dan {-es} pada kata kerja
tidak bisa diabaikan karena menjadikan kalimat tidak berterima. Selain itu penanda tersebut
juga mengindikasikan kala (tenses) yang berlaku berbentuk Present Tense. Kalimat (4a), (5a),
5) Nomina dan verba merupakan kelas kata yang dapat ditemukan pada semua bahasa. Jelaskan
dengan disertai contoh bagaimanakah karakteristik kedua kelas kata tersebut.
Kelas kata atau kategori kata menjadi hal penting yang harus dipahami karena
masing-masing kelas kata memiliki fungsi tertentu. Fungsi-sungsi tersebut umumnya sangat
spesifik sehingga harus ditempatkan sesuai dengan kelasnya. Seperti diantaranya kelas kata
nomina dan verba. Jika sebuah kata diletakkan pada urutan yang tidak sesuai, maka kalimat
akan menjadi rancu atau menjadi sulit dipahami. Nomina umumnya berfungsi sebagai subjek
atau objek pada sebuah klausa atau kalimat.dalam bahasa Inggris misalnya saja, nomina
ditandai dengan akhriran -age –ance/ence, -er/or,-hood, -ism, -ist, -itude,-ment, -ness, -ship,-
tion/sion, -ity/ty. Beberapa akhiran (kata yang mempunyai suffix) tersebut adalah seperti di
bawah ini:
Nomina dalam bahasa Inggris juga dikategorikan dalam countable nouns (nomina
dapat dihitung) dan uncountable nouns (nomina tidak dapat dihitung). Countable nouns, sesuai
dengan karakteristiknya, dapat dikelompokkan dalam bentuk singular (tunggal) dan plural
(jamak). Contohnya diantaranya:
Car cars
Book books
Ox oxen
Tidak seperti pada bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia, nomina berbentuk kata
dasar yang menunjukkan identitas asli atau nyata dari suatu objek (benda) yang tidak dapat
dijabarkan atau diuraikan lagi ke bentuk yang lain. Seperti terlihat pada contoh sebagai berikut,
a. d. i. Gelas
Lemari Buku J. Sendok
b. e. Pulpen k. Kayu
Radio f. Meja
c. g. Kursi
Televisi h. Piring
Selain itu kata benda dalam bahasa Indonesia juga dihasilkan dari kata
benda turunan. Kata benda turunan adalah suatu kata yang terbentuk berdasarkan
dari proses pengimbuhan (afiksasi), baik itu dengan kata maupun afiks. Adapun
proses pembentukan dari kata benda turunan yakni terdiri dari beberapa bentuk
seperti antara lain sebagai berikut:
1. Verba + (-an)
Contoh verba + an adalah misalnya seperti :
a. Minum + an = Minuman.
2. (Pe-) + Verba
Contoh (pe-) + verba adalah misalnya seperti :
a. pe + kerja = Pekerja.
3. (Pe-) + Adjektiva
Contoh (pe-) + adjektiva adalah misalnya seperti :
a. pe + marah = Pemarah.
Daftar Bacaan:
Alisyahbana, Sutan Takdir. 1983. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian
Rakyat.
Alwasilah, A Chaedar. 1990. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung.
Durie, Mark. 1985. A Grammar of Acehnese On The Basis of A Dialect of North Aceh.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2016. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada.
Lubis, Syahron dkk. 1985. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wijana, I Dewa Putu. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media
Perkasa.