Anda di halaman 1dari 33

FONOLOGI

BAHASA
INDONESIA
Dosen : Irma Arifah, M.Pd
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
STKIP PGRI TRENGGALEK
Pengertian Fonologi
 Fonologi secara bahasa memiliki makna ilmu
tentang bunyi. Hal ini sesuai dengan makna
dari kata Fonologi itu sendiri yang terdiri atas
fon=bunyi dan logos=ilmu. Akan tetapi, bunyi
yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi
sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa
yang dapat membedakan arti dalam bahasa
lisan ataupun tulis yang digunakan oleh
manusia. Bunyi yang dipelajari dalam
Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Bidang Pembahasannya

Fonologi mempunyai dua cabang kajian, Pertama, :


 fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji
bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa
direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga
mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama
yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
 fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa
yang berfungsi membedakan makna.
FONETIK
 a) fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau
fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan
bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklasifikasikan.
 b) fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu
diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan
intensitasnya.
 c) fonetik auditoris mempelajari bagaimana
mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
kita.
 Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling
berurusan dengan dunia lingusitik adalah
fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang
berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-
bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan
manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih
berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik
auditoris berkenaan dengan bidang
kedokteran.
FONEMIK
 kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi
membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan
bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat
atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya
bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u]
jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi
yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi
tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa
Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Fonologi dalam cabang Morfologi
 Bidang morfologi yang kosentrasinya pada
tataran struktur internal kata sering
memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya
ketika menjelaskan morfem dasar {butuh}
diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan
[bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah
mendapat proses morfologis dengan
penambahan morfem sufiks   {-kan}.
Fonologi dalam cabang Sintaksis
 Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran
kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu
berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat
tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga
kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata
yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda.
Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan
memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang
intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang
ternyata dapat membedakan maksud kalimat,
terutama dalam bahasa Indonesia.
Fonologi dalam cabang Semantik
 Bidang semantik, yang berkosentrasi pada
persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil
telaah fonologi. Misalnya dalam mengucapkan
sebuah kata dapat divariasikan, dan tidak.
Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras]
akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk
dan didik ketika diucapkan secara bervariasi
[dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak
membedakan makna. Hasil analisis
fonologislah yang membantunya.
Manfaat Fonologi dalam
Penyusunan Bahasa
 Perlambangan unsur segmental bunyi ujar
tidak hanya bagaimana melambangkan bunyi-
bunyi ujar dalam bentuk tulisan atau huruf,
tetapi juga bagaimana menuliskan bunyi-bunyi
ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, dan
kalimat, bagaimana memenggal suku kata,
bagaimana menuliskan singkatan, nama orang,
lambang-lambang teknis keilmuan dan
sebagainya.
 Perlambangan unsur suprasegmental bunyi ujar
menyangkut bagaimana melambangkan tekanan,
nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan
unsure suprasegmental ini dikenal dengan istilah
tanda baca atau pungtuasi.
 Tata cara penulisan bunyi ujar ini biasanya
memanfaatkan hasil kajian fonologi,terutama hasil
kajian fonemik terhadap bahasa yang bersangkutan.
Oleh karena itu, hasil kajian fonemik terhahadap
ejaan suatu bahasa disebut ejaan fonemis
Istilah-Istilah
dalam Fonologi
 Fona, : Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau
masih belum terbukti membedakan arti.
 Fonem : satuan bunyi ujaran terkecil yang
membedakan arti
 Alofon : Variasi fonem karena pengaruh
lingkungan yang dimasuki
 Vokal : adalah fonem yang dihasilkan dengan
menggerakkan udara keluar tanpa rintangan
 Konsonan : fonem yang dihasilkan dengan
menggerakkan udara keluar dengan rintangan.

Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini


adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya
gerakan atau perubahan posisi artikulator .
 Artikulasi : adalah perubahan rongga dan
ruang dalam saluran-saluran suara untuk
menghasilkan bunyi bahasa; pengucapan
bunyi bahasa
 Huruf : adalah lambang bunyi-bunyi bahasa
dalam tata tulis; aksara.
 Lafal : adalah ucapan (tata bahasa).
Cakupan Fonologi
 Bunyi Ujaran : Bila kita ditempatkan di
tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat
yang menggunakan suatu bahasa yang tak kita
pahami sama sekali, serta mendengar
percakapan antar penutur-penutur bahasa itu,
maka kita mendapat kesan bahwa apa yang
merangsang alat pendengar kita itu merupakan
suatu arus-bunyi yang di sana-sini diselingi
perhentian sebentar atau lama menurut
kebutuhan penuturnya.
 Fonetik dan Fonemik : Bagian dari Tatabahasa
yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada
umumnya dalam Ilmu Bahasa disebut
fonologi. Fonologi pada umumnya dibagi atas
dua bagian yaitu Fonetik dan Fonemik.
 Alat Ucap : Kita tidak akan memahami sebaik-
baiknya segala macam bunyi-ujaran bila kita
tidak mengetahui sebaik-baiknya tetntang alat
ucap yang menghasilkan bunyi-bunyi tersebut.
Sebab itu dalam Fonologi dipelajari juga
bagian-bagian tubuh yang ada sangkut-
pautnya dengan menghasilkan bunyi-ujaran
tersebut.
 Pita Suara : Di ujung atas laring terdapatlah
dua buah pita yang elastis yang disebut pita
suara. Letak pita suara itu horizontal. Antara
kedua pita suara itu terdapat suatu celah yang
disebut glotis. Dalam menghasilkan suatu
bunyi, pita suara itu dapat mengambil empat
macam sikap yang penting.
 Perubahan Fonem : Dalam pelaksanaan bunyi-
bunyi ujaran, terjadilah pengaruh timbal-balik
antara bunyi-bunyi ujaran yang berdekatan.
Karena adanya pengaruh timbal-balik itu
terjadilah perubahan-perubahan bunyi-ujaran.
 Intonasi : Bila kita memperhatikan dengan cermat tutur
bicara seseorang, maka arus ujaran (bentuk bahasa) yang
sampai ke telinga kita terdengar seperti berombak-ombak.
Hal ini terjadi karena bagian-bagian dari arus ujaran itu
tidak sama nyaring diucapkan. Ada bagian yang diucapkan
lebih keras dan ada bagian yang diucapkan lebih lembut;
ada bagian yang diucapkan lebih tinggi dan ada bagian
yang lebih rendah; ada bagian yang diucapkan lambat-
lambat dan ada bagian yang diucapkan dengan cepat. Di
samping itu disana-sini, arus ujaran itu masih dapat
diputuskan untuk suatu waktu yang singkat atau secara
relatif lebih lama, dengan suara yang meninggi (naik),
merata, atau merendah (turun). Keseluruhan dari gejala-
gejala ini yang terdapat dalam suatu tutur disebut intonasi.
Alat bicara
Alat Ucap
 Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang
dibicarakan adalah alat ucap manusia yang
menghasilkan bunyi bahasa. Sebenarnya alat
ucap itu juga memiliki fungsi utama lain yang
bersifat biologis. Bunyi-bunyi yang terjadi
pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama
sesuai dengan alat ucap itu namun disesuaikan
dengan nama latinnya, misalnya:
 Pangkal tenggorokan (larynx) – laringal
Rongga kerongkongan (pharynx) – faringal
Pangkal lidah (dorsum) – dorsal
Tengah lidah (medium) – medial
Daun lidah (laminum) – laminal
Ujung lidah (apex) – apikal
Anak tekak (uvula) – uvular
Langit-langit lunak (velum)
Langit-langit keras (palatum)
Gusi (alveolum) – alveolar
Gigi (dentum) – dental
Bibir (labium) – labial
 Selanjutnya sesuai dengan bunyi bahasa itu dihasilkan, maka harus
kita gabungkan istilah dari dua nama alat ucap itu. Misalnya, bunyi
apikodental yang gabungan antara ujung lidah dengan gigi atas.
Proses Fonasi
 Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya
dimulai dengan proses pemompaan udara
keluar dari paru-paru melalui pangkal
tenggorok ke pangkal tenggorok yang di
dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara
bisa keluar, maka pita suara harus dalam
keadaan terbuka.
Bentukan pita suara
 Adanya empat macam pita suara yang
berposisi yaitu :
 (a) pita suara terbuka lebar,
 (b) pita suara terbuka agak lebar
 (c) pita suara terbuka sedikit,
 (d) pita suara tertutup rapat-rapat.
Proses Artikulasi
 Labialisasi : dilakukan dengan membulatkan
bentuk mulut.
 Palatilisasi : dilakukan dengan menaikkan bagian
depan lidah.
 Velarisasi : dilakukan dengan cara menaikkan
belakang lidah ke arah langit-langit lunak.
 Faringalisasi : dilakukan dengan cara menarik
lidah ke arah belakang ke dinding faring.
Klasifikasi Bunyi
 Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan
konsonan.
 Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit.
Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara
yang terbuka sedikit atau agak lebar. Jadi, beda terjadinya
bunyi vokal dan konsonan adalah arus udara dalam
pembentukan bunyi vokal, setelah melewati pita suara tidak
mendapat hambatan apa-apa.
 sedangkan dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu
masih mendapat hambatan atau gangguan.
Klasifikasi Vokal
 Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi
nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut.
Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa bersifat
horizontal. Secara vertikal dibedakan adanya vokal
tinggi (I dan u), vokal tengah (e dan o) dan vokal
rendah (a). Secara horizontal dibedakan adanya vokal
depan (i dan e), vokal pusat (ә), dan vokal belakang
(u dan o).
Klasifikasi Konsonan
 Bunyi konsonan dibedakan berdasarkan tiga
patokan atau kriteria yaitu posisi pita suara,
tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
Sedangkan berdasarkan posisi pita suara
dibedakan adanya bunyi bersuara dan tak
bersuara.
Konsonan Berdasarkan Tempat Artikulasinya

 a. Bilabial yaitu konsonan yang terjadi pada kedua


belah bibir (b, p, m)
 b. Labiodental yaitu konsonan yang terjadi pada gigi
bawah dan gigi atas (f, v)
 c. Laminoalveolar yaitu konsonan yang terjadi pada
daun lidah dan gusi (t, d)
 d. Dorsovelar yaitu konsonan yang terjadi pada
pangkal lidah dan velum/langit (k, g)
 Berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dibedakan menjadi:
a. Lambat (letupan, plosif, stop) disini artikulator menurup sepenuhnya (p, b, t, d, k, g)

 b. Geseran atau frikatif, disini artikulator aktif mendekati artikulatif pasif (f, s, z)
 c. Paduan atau frikatif, disini artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara (c,
j)
 d. Sengaran atau nasal, disini artikulator )  menghambat sepenuhnya aliran udara
melalui mulut (m, n,
 e. Getaran atau trill, disini artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan pasif (r)
 f. Sampingan atau lateral, disini artikulator aktif menghmbar aliran udara pada bagian
tengah mulut (l)
 g. Hampiran atau aproksiman, disini artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang
mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal (w, y).
Bersambung . . .

Anda mungkin juga menyukai