Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Fonologi, Fonetik dan Fonemik

Dosen Pengampu:
1. Assoc. Prof. Dr. Dessy Wardiah M.Pd., CIQaR.
Dr. Puspa Indah Utami, M.Pd.

Mata Kuliah:

Kebahasaan Bahasa Indonesia


Disusun Oleh: Kelompok 3
1. Akhmad Rifqi R (20236011017)
2. Diah Purwianti (20236011015)
3. Vika Twinanda (20236011004)
4. Zaqi Nugraha (20236011021)

MAGISTER PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya kami dapat
menyusun makalah dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
kebahasaan bahasa Indonesia. "Pengertian Fonologi, Fonetik dan Fonemik".
Kata Pengantar

Fonologi, Fonetik, dan Fonemik adalah tiga konsep yang esensial dalam
studi bahasa dan linguistik. Ketiganya membentuk dasar pemahaman tentang
bagaimana suara dan bunyi bahasa manusia bekerja. Dalam makalah ini, kami akan
menjelaskan dan membahas secara mendalam konsep-konsep tersebut serta
menggali bagaimana mereka berinteraksi untuk membentuk bahasa yang kita
gunakan sehari-hari. Dalam makalah ini, kami akan menjelajahi konsep-konsep
dasar Fonologi, Fonetik, dan Fonemik dengan penekanan pada contoh-contoh
praktis dan aplikasi mereka dalam konteks bahasa nyata.

Kami selaku penyusun memohon maaf apa bila masih terdapat kesalahan
serta kekurangan dalam pengerjaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk para pembacanya, Terima Kasih.

Palembang, November 2023

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan


mengkaji runtunan bunyi-bunyi bahasa. Secara etimologi terbentuk dari kata fon
berarti bunyi, dan logi yang berarti ilmu. Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik
mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau
dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama
yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Terdiri dari huruf vokal, diftong(
vokal yang ditulis rangkap ), kluster ( konsonan yang ditulis rangkap ).

Objek studi fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik yaitu
cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah
bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Jenis
fonetik berdasarkan sudut pandang bunyi bahasa yaitu fonetik organis, fonetik
akustis, fonetik auditoris. Sedangkan fonemik yaitu cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa denga memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna bunyi-bunyi ujar merupakan unsur-unsur bahasa terkecil yang
merupakan bagian dari struktur kata dan yang sekaligus berfungsi untuk
membedakan makna.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam penulisan makalah ini,
antara lain :

1. Apa pengertian dari fonologi, fonetik dan fonemik ?


2. Apa saja contoh dari fonologi, fonetik dan fonemik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebahasaan.
2. Sebagai bahan referensi tambahan dalam hal peningkatan pengetahuan
tentang materi yang ada dalam mata kuliah Kebahasaan.
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Fonologi

Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos =
‘ilmu’. Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi. Fonologi merupakan bagian dari
ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi yang pertama bunyi
bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang
disebut tata fomen (fonemik). Menurut para ahli,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu


bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan
perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi Bahasa secara umum dan fungsional.

2.2 Macam-Macam Fonologi


2.2.1 Fonetik
Fonetik (vokal,konsonan) adalah yang mempelajari cara
menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa
diproduksi oleh alat ucap manusia bunyi yang keluar dari mulut tanpa
mendapat hambatan,yang menghambat hanya posisi lidah,bentuk
bibir.vokal (a,i,u,e,o).

Fonetik ada tiga jenis yaitu :

1. Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik
fisiologis yang mempelajari mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja
dalam menghasilkan bunyi. Pembahasannya, antara lain meliputi
masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi bunyi
bahasa itu; mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi
bunyu bahasa; bagaiamana bunyi bahasa itu dibuat; mengenai
klasifikasi bunyi bahasa yang dihasilkan serta apa criteria yang
digunakan mengenai silabel dan juga mengenai unsure-unsur atau ciri-
ciri supra segmental, seperti tekanan, jeda, durasi, dan nada.

2. Fonetik akustik
Fonetik akustik disebut ilmu yang mempelajari bunyi bahasa
sebagai peristiwa fisis.bunyi-bunyi itu diselidiki dari frekuensi
getarannya,amplitudonya. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika
merambat diudara, antara lain membicarakan : gelombang bunyi beserta
frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spectrum,
tekanan, dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala decibel, resonansi,
akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu. Kajian ini lebih
mengarah kepada fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik
memiliki kepentingan didalamnya.

3. Fonetik auditori
Fonetik auditori disebut ilmu yang mempelajari mekanisme
penerimaan bunyi bahasa oleh telinga. Pembahasannya mengenai
struktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Kajian
ini lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran.
Dari ke tiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia
linguistik adalah fonetik artikulatoris, karena fonetik ini berkenaan
dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa di hasilkan atau di
ucapkan manusia.

Klasifikasi Bunyi Fonetik


Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran
suara.
1. Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan.
Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.
2. Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus
udara pada Sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi.
3. Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan,
tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan
murni.

Berdasarkan jalan keluarnya arus udara.


1. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke
luar melalui rongga mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat keluar
melalui rongga hidung.
2. Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung
anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung,
sehingga arus udara keluar melalui mulut.

Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi di artikulasikan.


1. Bunyi keras (fortis), yaitu bunyi bahasa yang pada waktu di artikulasikan
disertai ketegangan kuat arus.
2. Bunyi lunak (lenis), yaitu bunyi yang pada waktu di artikulasikan tidak
disertai ketegangan kuat arus.

Berdasarkan lamanya bunyi pada waktu diucapkan atau diartikulasikan


1. Bunyi panjang
2. Bunyi pendek

Berdasarkan derajat kenyaringannya


Bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring. Derajat
kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya ruang resonansi pada waktu bunyi
diucapkan. Makin luas ruang resonansi saluran bicara waktu membentuk bunti,
makin tinggi derajat kenyaringannya. Begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan perwujudannya dalam suku kata


1. Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata
(semua bunyi vokal atau monoftong dan konsonan).
2. Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam satu suku
kata. Bunyi rangkap terdiri dari
Diftong (vocal rangkap) : [ai], [au] dan [oi].
Klaster (gugus konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl].

Berdasarkan arus udara


1. Bunyi egresif, yaitu bunyi yang di bentuk dengan cara mengeluarkan arus
udara dari dalam paru-paru. Bunyi egresif di bedakan menjadi
• Bunyi egresif pulmonik : di bentuk dengan mengecilkan ruang paru-
paru,otot perut dan rongga dada.
• Bunyi egresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara
sehingga glottis dalam keadaan tertutup.
2. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang di bentuk dengan cara menghisap udara ke
dalam paru-paru.
• ngresif glotalik : pembentukannya sama dengan egresif glotalik tetapi
berbeda pada arus udara.
• Ingresif velarik : di bentuk dengan menaikkan pangkal lidah di tempatkan
pada langit-langit lunak. Kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan
bunyi egresif.

Pembentukan Vokal, Konsonan, Diftong, dan Kluster


a. Pembentukan Vokal
Vokal dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak, bentuk bibir, dan strikturnya. Berikut ini jenis-jenis vokal
berdasarkan cara pembentukannya, yakni:
• Berdasarkan bentuk bibir : vokal bulat, vokal netral, dan vokal tak bulat;
• Berdasarkan tinggi rendahnya lidah : vokal tinggi, vokal madya (sedang),
dan vokal rendah;
• Berdasarkan bagian lidah yang bergerak : vokal depan, vokal tengah, dan
vokal belakang;
• Berdasarkan strikturnya : vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal semi-
terbuka, dan vocal terbuka.
b. Pembentukan Konsonan
Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni daerah
srtikulasi, cara artikulasi, keadaan pita suara, dan jalan keluarnya udara.
Berikut ini klasifikasi konsonan tersebut:
• Berdasarkan daerah artikulasi: konsonan bilabial, labio dental, apikodental,
apikoal veolar, palatal, velar, glotal, dan laringal;
• Berdasarkan cara artikulasi : konsonan hambat, frikatif, getar, lateral, nasal,
dan semi-vokal;
• Berdasarkan keadaan pita suara : konsonan bersuara dan konsonan tak
bersuara;
• Berdasarkan jalan keluarnya udara : konsonan oral dan konsonan nasal.

c. Pembentukan Diftong
Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat
diucapkan berubah kualitasnya. Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak
pada cara hembusan nafasnya. Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai
berikut:
• Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya :
[harimaw] /harimau/
[kerbaw] /kerbau/
• Diftong /ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :
[santay] /santai/
[sungay] /sungai/
• Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :
[amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
d. Pembentukan Kluster
Gugus atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat bersama
pada satu suku kata.
• Gugus konsonan pertama : /p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/s/ dan /d/.
• Gugus konsonan kedua : /l/,/r/ dan /w/.
• Gugus konsonan ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.
• Gugus konsonan keduanya adalah konsonan lateral /l/, misalnya :
1. /pl/ [pleno] /pleno/
2. /bl/ [blaƞko] /blangko/
3. Dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.
• Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua
/t/,/p/ dan /k/ dan yang ketiga adalah /r/ atau /l/. Contohnya
1. /spr/ [sprey] /sprei
2. /skr/ [skripsi] /skripsi/
3. /skl/ [sklerosis] /sklerosi

2.2.2 Fonemik
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil
yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk
membedakan makna. Fonem juga dapat dibatasi sebagai unit bunyi
yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan. Dalam hal ini
perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi
yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.
Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk
1. Menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan
2. Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.

Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat


fungsional atau fonem, biasanya dilakukan melalui “ kontras pasangan
minimal”. Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-
bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa
(biasanya berupa kata tunggal) yang secara ideal sama, kecuali satu
bunyi berbeda.
Sekurang-kurangnya ada empat premis untuk mengenali sebuah fonem,
yakni :
1. Bunyi bahasa dipengaruhi lingkungannya
2. Bunyi bahasa itu simetris,
3. bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam
kelas fonem yang berbeda;
4. bunyi bahasa yang bersifat komplementer harus dimasukkan ke
dalam kelas fonem yang sama.

Dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa contoh fonemik yang


menggambarkan perbedaan fonem (unit suara terkecil yang membedakan makna)
antara kata-kata. Berikut beberapa contoh:

1. /k/ dan /g/: Perbedaan antara fonem /k/ dan /g/ dapat dilihat dalam kata-
kata seperti "kucing" (/ku.tʃiŋ/) dan "gulung" (/ɡu.luŋ/). Perbedaan dalam
konsonan awal ini mempengaruhi makna kata.
2. /p/ dan /b/: Perbedaan antara fonem /p/ dan /b/ terlihat dalam kata-kata
seperti "pulau" (/pu.lau/) dan "bulan" (/bu.lan/). Fonem ini memengaruhi
makna dan pengucapan kata.
3. /t/ dan /d/: Contoh lainnya adalah fonem /t/ dan /d/, seperti dalam kata
"tulis" (/tu.lis/) dan "dulis" (/du.lis/). Perbedaan fonem ini mengubah
makna kata.
4. /s/ dan /z/: Perbedaan antara fonem /s/ dan /z/ dapat diamati dalam kata-
kata seperti "sepatu" (/sə.pa.tu/) dan "zebra" (/zə.bra/).
5. /k/ dan /h/: Perbedaan fonem /k/ dan /h/ dapat ditemui dalam kata-kata
seperti "kaca" (/ka.ca/) dan "hujan" (/hu.dʒan/). Fonem ini memengaruhi
makna dan pengucapan kata.
6. /l/ dan /r/: Perbedaan antara fonem /l/ dan /r/ juga ada dalam bahasa
Indonesia. Misalnya, kata "lari" (/la.ri/) dan "rari" (/ra.ri/) memiliki
perbedaan fonemik yang mengubah makna.

Perbedaan fonemik ini adalah inti dari fonologi dan fonemik dalam studi
linguistik dan sangat penting dalam pemahaman dan pengucapan kata dalam bahasa
Indonesia.

Realisasi Fonem

Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan
fonologis, yakni fonem menjadi bunyi bahasa. Realisasi fonem erat kaitannya
dengan variasi fonem. Variasi fonem merupakan salah satu wujud pengungkapan
dari realisasi fonem. Secara segmental fonem bahasa Indonesia dibedakan atas
vokal dan konsonan.

Variasi Fonem

Variasi fonem adalah wujud pelbagai manifestasi bersyarat maupun tak


bersyarat dari fonem. Wujud variasi suatu fonem yang ditentukan oleh
lingkungannya dalam distribusi yang komplementer disebut varian alofonis atau
alofo
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam makalah ini, telah kita bahas konsep dasar fonologi, fonemik dan
fonetik. Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-
bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi
bahasa secara umum dan fungsional.

Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan
dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan
arti dinamakan alofon. Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang
kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua
pembentukan vokal, konsonan, diftong, dan kluster. Dalam hal kajian fonetik, perlu
adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi
dalam rangka pembedaan makna tersebut.

Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk

1.) Menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan

2.) Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.

Gejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk di dalamnya yaitu penambahan


fonem, penghilangan fonem, perubahan fonem, kontraksi, analogi, fonem
suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa
Indonesia tidak membedakan makna.
DAFTAR PUSTAKA

Linguistik Umum oleh Abdul Chaer. (Penerbit: Rineka Cipta, 2008).

Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia" oleh Chaer, Abdul. (Penerbit:


Rineka Cipta, 2009).

Widodo. 2004. Fonologi Bahasa Jawa. Semarang

Alwi, Hasan (Peny.) 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti, 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai