DISUSUN OLEH :
Ernida 2153009
2018
A. Pengertian Fonologi
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi
bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan
Menurut istilah fonologi berasal dari kata Fon yang bearti bunyi
dan Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi fonologi adalah ilmu yang
mempelajari bunyi (bahasa), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
berikut:
Keraf (1984: 30), fonologi adalah bagian dari tata bahasa yang
bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi
tersebut.
ilmu disebut juga tata bunyi. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam
fonologi dari struktur suku kata dan unsur-unsur lain yang bersamaan
adalah sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan
B. Bidang Pembahasannya
urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik,
yaitu:
makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan
pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat
berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
kan}.
Indonesia.
[tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata
leaner). Cara-cara pengucapan ini akan lebih tepat dan cepat bisa
ujar suatu bahasa. Karena bunyi ujar adalah dua unsur, yaitu segmental
Tata cara penulisan bunyi ujar ini bias memanfaatkan hasil kajian
Memorie Sur Le Systeme Primitif Des Voyelles Dan Les Langues Indo-
prototip unik dan hipotetik yang berasal dari bermacam bunyi dalam
kritik tersebut.
sintagmatik.
Praha.
mempelajari tentag pola dan system bunyi dalam sebuah bahasa karena
Oleh sebab itu, Objek dalam fonologi yang tiada lain adalah bunyi-bunyi
ujar, maka bunyi-bunyi ujar ini dapat dilihat dari dua sudut pandang:
1. Fonetik
yang diterima.
audiotoris.
bunyi).
c. Fonetik audiotoris atau fonetik persepsi ini mengarahkan
lain.
berlaku.
berikut
pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi
berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102).
[mutur], walaupun [o] dan [u] berbeda, tetapi dua kata tersebut
2. Fonemik
Terlebih lagi fonem adalah salah satu jalan untuk melihat fonologi
bunyi. Perbedaannya hanya pada bunyi yang kedua, yaitu bunyi /g/
dan bunyi /k/. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bunyi /g/
dan /k/ adalah dua buah fonem yang berbedadi dalam bahasa
Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u] dan [r], [a], [b] dan [u]. Jika
bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
linguistik dapat dibagi atas dua cabang besar, yaitu linguistik mikro dan
makro. Objek kajian mikro adalah struktur internal bahasa itu sendiri,
neurologi.
1. Nyanyi
nyanyi
nya nyi
ny a ny i
2. Syukur
Syukur
syu kur
terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong
manusia dibahas dalam bidang fonetik. Terkait dengan hal itu, Samsuri
2. Bagaimana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut dan /atau
bunyi udara
si pendengar
Cara pertama disebut fisiologis atau artikuler, yang kedua disebut
gerakan alat-alat ucap itu dapat kita periksa, paru-paru, sekat rongga
bunyi diucapkan
2. Titik Artikulasi; adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang
vokal. Selanjutnya jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru
Jenis-jenis Fonem
1. Fonem vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia adalah:
dibedakan atas:
konsep yang disebut vokal kardinal (Jones 1958:18), yang berguna untuk
terendah, dan terdepan dalam memproduksi bunyi vokal itu. Bunyi vokal [i]
1. Struktur
Struktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit
menjadi:
Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
dan [o].
lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per
tiga di bawah vokal tertutup. Vokal semi terbuka antara lain [ɛ] dan [
]ﬤ.
Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
1. Bentuk mulut
dibedakan:
membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi []ﬤ,
dan yang bundar tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u].
Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut
Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak
[e] adalah vokal depan, sedang (atas), tak bundar, semi tertutup.
[ɛ] adalah vokal depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka.
2. Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/,
diftong /aw/, dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan
minimal.
1. Diftong naik, terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi
Contoh:
1. Diftong turun, terjadi bila vokal kedua diucapkan dengan posisi lebih
rendah daripada yang pertama. Dalam bahasa Jawa ada diftong turun
contohnya:
1. Diftong memusat, terjadi bila vokal kedua diacu oleh sebuah atau
lebih vokal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih
vokal yang lebih rendah. Dalam bahasa Inggris ada diftong [oα]
seperti pada kata <more> dan kata <floor>. Ucapan kata <more>
2. Fonem Konsonan
artikulasi disebut juga titik artikulasi. Sebagai contoh bunyi [p] terjadi
pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah), sehingga tempat
apikondental.
arus udara yang baru keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi
konsonan itu. Misalnya, bunyi [p] dengan cara mula-mula arus udara
keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi letup.
Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkn di
atau frikatif.
3. Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses
pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut
bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika pita suara tidak turut
bergetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara. Bergetarnya pita
suara adalah karena glotis (celah pita suara) terbuka sedikit, dan tidak
artikulator aktif dan artikulator pasif, mula-mula rapat lalu secar tiba-
tiba dilepas. Dalam memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan
terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. [1]
Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan kata fon
(yang berarti bunyi) dan logi (yang berarti ilmu).[1] Dalam khazanah bahasa
yaitu fonologie.[2]
Fonologi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonologi
dan pengucapan bahasa. Dengan kata lain, fonetik adalah bagian fonologi
bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Sementara itu, Fonemik
titik artikulasi (disebut juga artikulator pasif) - bagian alat ucap yang
Ada beberapa istilah lain yang berkaitan dengan fonologi, antara lain: fona,
fonem, vokal, dan konsonan. Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral
Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf, jadi fonem berbeda dengan
huruf. Variasi ini terdiri dari: vokal, konsonan, diftong (vokal rangkap), dan
vokal. Huruf vokal merupakan huruf-huruf yang dapat berdiri tunggal dan
udara keluar dengan rintangan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan
J. Kajian fonologi
1. Bunyi Ujaran.
yang menggunakan suatu bahasa yang tak kita pahami sama sekali,
kita mendapat kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita
itu tarjadi antara dua orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa
tindakan tertentu.
dua bidang yaitu : bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti
atau makna yang tersirat dalam arus bunyi tadi; bunyi itu merupakan
getaran yang merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna
arus-ujaran.
yang paling kecil yang disebut bunyi-ujaran . Tiap bunyi ujaran dalam
Bila kita melihat deretan kata-kata seperti: lari, dari, tari, mari,
atau deretan lain seperti: dari, daki, dasi, dahi, dan sebagainya, dengan
jelas kita melihat bahwa bila suatu unsur diganti dengan unsur
lainnya akan terjadi pula akibat yang besar yaitu: perubahan arti yang
alat-ucap yang terdapat dalam tubuh manusia. Ada tiga macam alat-
Dalam menimbulkan bunyi-ujaran /k/ misalnya, dapat kita lihat kerja sama
antara ketiga faktor tersebut dia atas. Mula-mula udara mengalir keluar dari
menjadi titik artikulasinya, karena dia tidak bergerak, dia menjadi tempat
di atas pita suara hingga ke perbatasan rongga hidung disebut faring . Alat-
alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut adalah: bibir ( labium ), gigi
langit-langit lembut ( velum ), anak tekak ( uvula) , lidah, yang terbagi lagi
atas beberapa bagian yaitu: ujung lidah ( apex ), lidah bagian depan, lidah
yang mewakili berbagai bahasa daerah dan dialek, baru kemudian dapat
dasar ini tidak diperhatikan, maka akan tampak bahwa ketentuan yang
dibuat itu akan lainnya jalannya dari kenyataan. Adalah menjadi harapan kita
bersama agar dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah dimulai usaha-
d. Tekanan Kalimat
Walaupun tekanan yang distingtif dalam bidang kata tidak ada dalam bahasa
Indonesia, dalam bidang kalimat tekanan yang distingtif itu ada. Tekanan
Misalnya:
2. Nada
Yang dimaksud dengan nada adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang
dengan nada yang rendah. Sebaliknya bila berada dalam keadaan gembira
perintah atau pertanyaan selalu disertai nada yang khas. Nada dalam ilmu
a. Pengertian Nada
Yang dimaksud dengan nada adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang
dengan nada yang rendah. Sebaliknya bila berada dalam keadaan gembira
perintah atau pertanyaan selalu disertai nada yang khas. Nada dalam ilmu
sedangkan segmen ketiga lebih rendah dari segmen kedua. Dengan nada
Nusantara, nada dalam bidang kata tidak diakui sebagai fonem, yaitu bahwa
tidak ada nada yang bersifat distingtif. Sebaliknya ahli-ahli bahasa mengakui
bahwa nada dalam bahasa Yunani dan Cina mempunyai fungsi distingtif,
yaitu mempunyai peranan untuk membedakan arti. Dalam bahasa Indonesia
Seperti apa yang telah diilustrasikan di atas, nada dalam bahasa Indonesia
dalam kalimat, tidak lain pada dasarnya adalah intonasi yang distingtif. Ada
segmentalnya sama.
3. Durasi
Yang dimaksud dengan durasi adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang
sebuah segmen.
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan durasi adalah suatu jenis unsure suprasegmental yang
sebuag segmen.
/ ting-gi . . sekali /
Dalam hal yang pertama /i/ dari segmen / ting / diucapkan lebih lama,
sedangkan dalam hal yang kedua /i/ dari segmen / gi / diucapkan lebih lama.
dalam bidang kata. Tetapi ada beberapa bahasa yang memiliki durasi
biasanya dinyatakan oleh adanya vokal pendek dan vokal panjang dalam
Seperti yang telah dikatakan di atas, durasi dalam bidang kata tidak terdapat
dalam bahasa Indonesia. Namun dalam bidang kalimat terdapat durasi yang
waktu yang relatif lebih lama dari segmen-segmen lain dalam kalimat, untuk
bagian lainnya. Dan dalam banyak hal cara ini sering digunakan. Bagian yang
diucapkan lambat-lambat.
4. Kesenyapan
Ada kesenyapan yang bersifat sementara atau berlangsung sesaat saja, yang
menunjukkan bahwa tutur itu masih akan dilanjutkan. Ada pula perhentian
yang sifatnya lebih lama, yang biasanya diikuti oleh suara yang menurun
yang menyatakan bahwa tutur atau bagiab dari tutur itu telah mencapai
kebulatan.
final atau jeda . Kesenyapan ini biasanya dilambangkan dengan tanda koma
(.) atau titik koma (;) bila suaranya merendah, dan akan dilambangkan
dengan tanda tanya (?) jika intonasi merendah, dan kan dilambangkan
dengan tanda seru (!) jika intonasinya lebih keras kedengaran dengan suara
yang menurun.
******************************
A. Huruf
Bagian terbesar dari sejarah umat manusia berada dalam kegelapan karena
bumi ini tidak diketahui. Bangsa-bangsa dahulu kala tidak mengenal suatu
cara untuk dapat meninggalkan kepada kita riwayat hidup mereka. Sumber-
sumber yang tertulis baru saja diketahui, dan hanya meliputi beberapa ribu
tahun saja.
Bukti-bukti tertulis itu dalam bentuk yang paling tua terdapat misalnya pada
menggambarkan kepada kita suatu peristiwa tertentu. Cara ini biassa disebut
kata yang berlainan tetapi mempunyai bunyi yang sama juga dapat
dilukiskan dengan tanda atau simbol yang sama; sistem ini disebut ideograf
atau logograf, yaitu suatu sistem dimana suatu kata dilambangkan oleh suatu
tanda, misalnya dalam huruf-huruf Tiongkok. Dalam sistem kita yang modern
ini masih dapat ditemukan sistem logograf ini, yaitu bila kita melambangkan
macam lambang yang mewakili suku kata saja. Contoh yang dapat
Untuk menunjukkan vokal dalam huruf-huruf Arab dan Dewa Negari diberi
huruf.
Di antara sekian macam sistem itu, huruf yang didasarkan atas satu lambang
untuk satu bunyi adalah sistem yang paling baik. Dan untuk selanjutnya
sistem tulisan.
b. Ideograf atau logograf: suatu tanda atau lambang mewakili sepatah kata
tertentu. Rentetan urutan sistem Latin lain dari Yunani dan lain pula dari
urutan sistem Rusia. Rentetan huruf-huruf menurut sistem tertentu itu kita
kenal dengan abjad atau alfabet . Jadi ada alfabet Latin, ada alfabet Yunani
dan lain-lain.
B. Ejaan
Walaupun sistem ejaan sekarang didasarkan atas sistem fonemis, yaitu satu
Ada fonem yang masih dilambangkan dengan dua tanda (diagraf ), misalnya
ng, ny, kh, dan sy. Jika kita menghendaki kekonsekuenan terhadap prinsip
bahasa itu belum memuaskan karena kesatuan intonasi yang bulat yang
menghidupkan suatu arus-ujaran itu hingga kini belum dapat diatasi. Sudah
diusahakan bermacam-macam tanda untuk tujuan itu tetapi belum juga
adalah hasil dari usaha itu. Tetapi hasil usaha itu belum dapat menunjukkan
dengan tegas bagaimana suatu ujaran harus diulang oleh yang membacanya.
Segala macam tanda baca seperti yang disebut di atas disebut tanda baca
atau pungtuasi.
Walaupun sistem ejaan sekarang didasarkan atas sistem fonemis, yaitu satu
Ada fonem yang masih dilambangkan dengan dua tanda (diagraf), misalnya
ng, ny, kh, dan sy. Jika kita menghendaki kekonsekuenan terhadap prinsip
(satu fonem satu tanda). Di samping itu masih terdapat kekurangan lain yang
bersangkutan, yaitu ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda
pengucapan.
tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana
memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak
C. Macam-Macam Ejaan
Sebelum tahun 1900 setiap peneliti bahasa Indonesia (pada waktu itu bahasa
kesatuan dalam ejaan. Pada tahun 1900, Ch. van Ophuysen mendapat
sistem ejaan yang sudah ada, dengan bertolak dari sistem ejaaan bahasa
ditetapkanlah ejaan itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe , yang terkenal
dengan nama Ejaan van Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan
Balai Pustaka , pada tahun 1901. Ejaan tersebut tidak sekali jadi tapi tatap
mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada tahun 1926
Selama Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938 telah disarankan agar ejaan itu
perubahan ejaan bahasa Indonesia; sebab itu ejaan ini kemudian terkenal