Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR

FONOLOGI
OLEH :
ZAHWA FORTUNA LVC
NIM: 126210202101
TBIN 2C
MATERI PEMBAHASAN

01 02
BIDANG
PENGERTIAN
PEMBAHASAN
FONOLOGI
FONOLOGI

03 04
KEDUDUKAN
FONOLOFI MANFAAT
DALAM FONOLOGI
CABANG- DALAM
CABANG PENYUSUNAN
LINGUISTIK EJAAN
01
PENGERTIAN
FONOLOGI
PENGERTIAN
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa
(linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi
bahasa, proses terbentuknya dan
perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi
bahasa secara umum dan fungsional.
02
BIDANG PEMBAHASAN
FONOLOGI
Kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujar diselediki oleh cabang linguistik yang
disebut fonologi. Oleh fonologi, bunyi-bunyi ujar ini dapat dipelajari dengan dua
sudut pandang.

Pertama Kedua
Pertama, bunyi-bunyi ujar Kedua, bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai
dipandang sebagai media bahasa bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi
semata, tak ubahnya seperti ujar merupakan unsur-unsur bahasa
benda atau zat. Dengan demikian, terkecil yang merupakan bagian dari
bunyi-bunyi dianggap sebagai struktur kata Dan yang sekaligus berfungsi
bahan mentah, bagaikan batu, untuk membedakan makna. Fonologi yang
pasir, semen sebagai bahan memandang bunyi-bunyi ujar itu sebagai
mentah bangunan rumah. bagian dari sistem bahasa lazim disebut
Fonologi yang memandang fonemik
bunyi-bunyi ujar demikian lazim
disebut fonetik
03
KEDUDUKAN FONOLOGI
DALAM CABANG-CABANG
LINGUISTIK
Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam diskripsi Dan analisis bunyi-bunyi
ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-
cabang linguistic yang lain, baik linguistic teoritis maupun terapan.
Misalnya morfologi, sintaksis, simantik, leksikologi, dialektologi, pengajaran
bahasa, dan psikolinguistik. Apalagi, korpus data yang menjadi sasaran
analisisnya adalah bahasa lisan.
BIDANG
MORFOLOGI
Yang kosentrasi analisisnya pada tataran struktur internal kata
(mulai dari perilaku kata, proses pembentukan kata, sampai dengan
nosi yang timbul akibat pembentukan kata) sering memanfaatkan
hasil studi fonologi. Ketika ingin menjelaskan, mengapa morfem
dasar {pukul} diucapkan secara bervariasi antara [pukUl] Dan
[pUkUl], serta diucapkan [pukulan] setelah mendapatkan proses
morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-an}, praktis “minta
bantuan” hasil studi morfologi. Begitu juga, mengapa morfem prefix
{m ə N-} ketika bergabung dengan morfem dasar {baca}, {daki},
{garap}, {jerit} menjadi [məmbaca]. [məndaki], [məηgarap’], dan
[məηjərit], dan ketika bergabung dengan morfem dasar {pacu}, {tari},
{kuras}, {sayat} menjadi [məmacu], [mənari], [məηguras], [məňyayat]?
Jawabannya juga memanfaatkan hasil studi fonologi.
BIDANG
SINTAKSIS
Yang konsentrasi analisisnya pada tataran kalimat
ketika berhadapan dengan kalimat Kamu di sini.
(kalimat berita), Kamu di sini? (kalimat tanya), dan
Kamu di sini! (kalimat seru/perintah) yang
ketiganya mempunyai maksud yang berbeda,
padahal masing-masing terdiri atas tiga kata yang
sama, bisa dijelaskan dengan memanfaatkan hasil
analisis fonologi, yaitu tentang intonasi. Begitu
juga, persoalan jeda dan tekanan pada kalimat,
yang ternyata bisa membedakan maksud kalimat,
terutama dalam bahasa Indonesia.
BIDANG
SEMANTIK
Yang berkonsentrasi pada persoalan makna kata
pun tidak jarang memanfaatkan hasil telaah
fonologi. Kapan sebuah kata bisa divariasikan
ucapannya, dan kapan tidak. Mengapa kata tahu
dan teras kalau diucapkan secara bervasiasi [tahu],
[tau], [teras], dan [təras] akan bermakna lain,
sedangkan kata duduk dan bidik ketika di ucapkan
secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [bidī?], [bīdī?]
tidak membedakan makna? hasil analisis
fonologisnya yang bisa membantunya.
BIDANG
LEKSIKOLOGI
Juga leksikografi yang berkontrasi pada persoalan
perbendaharaan kata suatu bahasa baik dalam
rangka penyusunan kamus maupun tidak sering
memanfaatkan hasil kajian fonologi. Cara-cara
pengucapan suatu pengucapan yang khas dan
variasi pengucapannya hanya bisa di deskripsikan
secara cermat lewat transkripsi fonetis.
BIDANG
ALEKTOLOGI
Yang bermaksud memetahkan wilayah pemakaian
dialek atau variasi bahasa tertentu yang sering
memanfaatkan hasil kajian fonologi, terutama
variasi-variasi ucapan pemakai bahasa, baik
secara sosial maupun geografi, variasi-variasi
uacapan hanya bisa dijelaskan dengan tepat kalau
memanfaatkan hasil analisis fonologi.
04
MANFAAT FONOLOGI DALAM
PENYUSUNAN EJAAN
• Ejaan adalah peraturan penggambaran atau pelambang bunyi ujar suatu
bahasa. Karena bunyi ujar ada dua unsur, yaitu segmental dan
suprasegmental, maka ejaanpun menggambarkan atau melambangkan kedua
unsur bunyi ujar tersebut.

Segmental Suprasegmental
Perlambangan unsur segmental Perlambangan unsur
ini ujar tidak hanya bagaimana suprasegmental bunyi ujar
melambangkan bunyi-bunyi ujar menyangkut bagaimana
dalam bentuk tulisan atau huruf melambangkan tekanana, nada,
tetapi juga bagaimana menuliskan durasi, jeda, dan intonasi.
bunyi-bunyi ujar dalam bentuk Perlambangan unsure
kata, frase, dan kalimat, suprasegmental ini dikenal dengan
bagaimana memenggal suku kata, istilah tanda baca atau pugntuasi.
bagaimana menuliskan singkatan,
nama orang, lambing-lambang
teknis keilmuan dan sebagainya.
Tata cara penulisan bunyi ujar (baik segmental maupun suprasegmental) ini bisa memanfaatkan
hasil kajian fomologi terutama hasil kajian fonomik terhadap bahasa yang bersangkutan.
Sebagai contoh ejaan bahasa Indonesia yang selama ini telah diterapkan dalam penulisan
memanfaatkan hasil studi fonologi bahasa Indonesia, terutama yang berkaitan dengan
pelambang fonem. Oleh karena itu, ejaan bahasa Indonesia dikenal dengan istilah ejan
donemis.Terkait dengan pemberlakuan ejaan bahasa Indonesia, ada usulan dari beberapa
kalangan yang menarik untuk diperhatikan yaitu ucapan bahasa Indonesia hendaknya
disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Dilihat dari pengkajian fonetik, usulan itu sangat
lemah dan tidak berdasarkan karena selain menyalahi kodrat bahasa juga bertentangan dengan
kealamian bahasa.
THANKS FOR WATCHING.....

BY ZAHWA FORTUNA LVC

" Luka dan bisa kubawa


berlari,berlari hingga hilang
pedih peri."
-Chairil Anwar 1922-1949-

Anda mungkin juga menyukai