Disusun oleh:
HERNIANTI 2153006
BAB 1
KAJIAN FONOILOGI
Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos =
Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek
kajian fonologi yang pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi
(fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fomen (fonemik).
fungsional.
a}.Fonem
makna.
bergantunpada tempatnya dalam kata atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika
berada di awal kata atau suku kata, dilafalkan secara lepas. Pada kata /topi/,
fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak
diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat tertutup saat mengucapkan
b}. Alofon
Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada
kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem
dua kurung siku […]. Kalau[p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja,
sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>]. Maka kita dapat
berkata bahwa dalam Bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon,
KAJIAN FPNEMIK
saluran suara.
1). Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami
rintangan. Pada
arus udara
konsonan murni.
1) Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara
ke luar melalui rongga mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat
artikulasikan.
1) Bunyi keras (fortis), yaitu bunyi bahasa yang pada waktu di
2) Bunyi lunak (lenis), yaitu bunyi yang pada waktu di artikulasikan tidak
diartikulasikan
Bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring. Derajat
waktu bunyi diucapkan. Makin luas ruang resonansi saluran bicara waktu
sebaliknya.
1) Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata
2) Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam satu
(b). Bunyi egresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara
Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang di bentuk dengan cara menghisap udara ke
dalam paru-paru:
egresif.
bergerak, bentuk bibir, dan strikturnya. Berikut ini jenis-jenis vokal berdasarkan
1). Berdasarkan bentuk bibir : vokal bulat, vokal netral, dan vokal tak bulat;
2). Berdasarkan tinggi rendahnya lidah : vokal tinggi, vokal madya (sedang), dan
vokal rendah;
3). Berdasarkan bagian lidah yang bergerak : vokal depan, vokal tengah, dan
vokal belakang;
4). Berdasarkan strikturnya : vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal semi-
srtikulasi, cara artikulasi, keadaan pita suara, dan jalan keluarnya udara.
2). Berdasarkan cara artikulasi : konsonan hambat, frikatif, getar, lateral, nasal,
dan semi-vokal;
3). Berdasarkan keadaan pita suara : konsonan bersuara dan konsonan tak
bersuara;
4). Berdasarkan jalan keluarnya udara : konsonan oral dan konsonan nasal.
BAB-3
KAJIAN FONEMIK
makna. Fonem juga dapat dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif
Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan
minimal”.
Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang
terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa kata tunggal)
yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda. Sekurang-kurangnya ada
2. bunyibahasaitusimetris,
3. bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas
satuan fonologis, yakni fonem menjadi bunyi bahasa. Realisasi fonem erat
kaitannya dengan variasi fonem. Variasi fonem merupakan salah satu wujud
bersyarat dari fonem. Wujud variasi suatu fonem yang ditentukan oleh
atau alofon.
BAB-4
ucapan.
tengah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna. Penghilangan ini
kataagar kata menjadi terdengar dengan jelas atau untuk tujuan tertentu.
4.4 Kontraksi
fonem.
4.5 Analogi
pada untaian terdengar pula ciri suprasegmental lain, yakni intonasi dan
ritme.
a). Jangka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang di ucapkan. Tanda […]
e). Ritme, adalah ciri suprasegmental yang berhubungan dengan pola pemberian
Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia
teryata makna suatu ujaran tidak bisa dipahami hanya dari kajian semantik,
tetapi juga harus dibantu oleh kajian semiotik, seperti pemahaman mengejai
diartikan sebagai satuan bahasa yang memiliki satu makna atau satu
pengertian, seperti air dalam arti sejenis barang cairyang digunakan untuk
memahami makna gramatikal, yakni makna yang muncul sebagai hasil suatu
pengkalimatan.
BAB-6
berubah sebagai akibat dari pandangan baru, atau teori baru dalam suatu
makna kata sastra dari makna tulisan sampai pada makna imajinatif adalah
baru atau teori baru mengenai sastra menyebabkan makna kata sastra yang
tadinya bermakna buku yang baik isinya menjadi karya yang bersifat
imajinatif kreatif
sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata
pada mulanya bermakna “A” lalu berubah menjadi bermakna “B” atau “C’.
Jadi, bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna yeng dikandungnya
berubah.
bidangnya. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi memiliki makna baru
atau makna lain disamping makna aslinya. Misalnya kata menggarap yang
berasal dari bidang pertanian, seperti tampak dalam frase menggarap sawah,
tanah garapan dan petani penggggarap, kini banyak juga digunakan dalam
dilakukan dengan mudah. Oleh karena itu, kalau digunakan dalam frase
rasa pahit, getir dan manisharus ditanggap oleh alat perasa lidah.
pertukaran tanggaoan antara indera yang satu dengan indera yang alin/ rasa
pedas misalnya, yang seharusnya ditanggap dengan alat indera perasa lidah,
mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan
kata memiliki nilai rasa rendah. Di samping itu ada juga yang memiliki nilai
yang tinggi. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini lazim
amelioratif. Kata bini dewasa ini dianggap peyoratif sedangkan istri dianggap
amelioratif.
secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu, orang
utuhnya.
6.9 Proses Gramatikal
menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang
sebenarnya terjadi bukan perubahan makna, sebab bentuk kata itu sudah
dibicrakan kalau bentuk berubah atau berbeda. jadi tidaklah dapat dikatakan
kalau dalam hal ini terjadi perubahan makna, sebab yang terjadi dalam
gramatikal.
arti baru sama sekali. Misalnya kata papan yang semual bermakna
lempengan kayu besi tipis, kini diangkat menjadi istilah untuk makna
7.1 meluas
Gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya hanya
menjadi siapa yang sepertalian darah. Akibatnya anak paman pun disebut
saudara.
7.2 Menyempit
terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup
luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja.
Misalnya kata sarjana yang pada mulanya berarti orangg pandai, kemudian
makna sebuah kata dari makna aslanya. Misalnya, kata ceramah yang
mulanya berarti cerewet atau banyak cakap tetapi kini berarti pidato atau
7.4 Penghalusan
akan mengganti kata buaya atau harimau dengan kata nenek mengganti kata
ular dengan kata akar. Lalu, pada tahun lima puluahanpun banyak usaha
7.5 Pengasaran
situasi yang tidak ramah. Misalnya kata masuk kotak dipakai untuk
mengganti kata kalah. Namun, banyak juga kata yang sebenarnya bernilai
kasar tetapi sengaja digunakan untik lebih memberi tekanan tetapi tanpa
bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai
membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi
tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama.
Dengan kata lain, perubahan itu masih dalam lingkup perubahan fonetis.
tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain,
1}. Asimilasi
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua hal bunyi yang tidak sama
menjadi bunyi yang sama atau hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-
Dalam bahasa Indonesia, asimilasi fonetis terjadi pada bunyi nasal pada kata
karena bunyi yang mengikutinya, yaitu [t], juga apiko-dental. Bunyi nasal
yaitu [d], juga apiko-alveolar. Perubahan bunyi nasal tersebut masih dalam
2}. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau
Contoh :
Kata bahasa Indonesia belajar [bǝlajar] berasal dari penggabungan prefix ber
[bǝr] dan bentuk dasar ajar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan
menjadi berajar [bǝrajar]. Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang
[bǝlajar]. Karena perubahan tersebut sudah menembus batas fonem, yaitu [r]
merupakan alofon dari fonem /r/ dan [l] merupakan alofon dari fonem /l/,
4}. Netralisasi
disimpulkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada fonem /b/ dan /p/.Tetapi
dalam kondisi tertentu, fungsi pembeda antara /b/ dan /p/ bisa batal
fonem /b/ pada silaba akhir pada kata adab dan sebab diucapkan [p’]: [adap]
dan [sǝbab’], yang persis sama dengan pengucapan fonem /p/ pada atap dan
hambatan letup bersuara [b] tidak mungkin terjadi pada posisi koda. Ketika
5}. Zeroisasi
komunitas penuturnya.
tidak, tiada untuk tidak ada, gimana untuk bagaimana, tapi untuk tetapi.
Apabila diklasifikasikan, zeroisasi ini paling tidak ada tiga jenis, yaitu :
6}. Metatesis
Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata
sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa Indonesia,
7}. Diftongisasi
menjadi dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan.
Perubahan dari vokal tunggal ke vokal rangkap ini masih diucapkan dalam
8}. Monoftongisasi
penunggalan vokal ini banyak terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap
Monoftongisasi adalah proses perubahan dua buah vokal atau gugus vokal
menjadi sebuah vokal. Poses ini banyak terjadi dalam bahasa Indonesia
sebuah vokal.
Contoh:
9}. Anaptiksis
lemah. Dalam bahasa Indonesia, penambahan bunyi vokal lemah ini biasa
dalam sebuah kata; atau penambahan sebuah konsonan pada sebuah kata
berujud penambahan satu bunyi antara dua fonem dalam sebuah kata guna
melancarkan ucapan.
Contoh:
BAB-8
MACAM-MACAM FONETIK
diklasifikasikan.
5. Krikoid (cricoid)
7. Aritenoid (arythenoid)
9. Epiglotis (epiglottis)
bebas.
terhadap huruf Latin itu. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan
bermakna lain.
- Yang pertama berdasarkan keluarnya udara ada 2 yaitu oral dan nasal
(sengau)
- Berdasarkan adanya hambatan udara ketika bunyi di lafalkan ada 2 yaitu
- Dua vokal yang di ucapakan satu kali hembusan nafas (diftong)
selain A,I,U,E,O
1.4.3 Diftong disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika
memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak
yang bergerak serta strukturnya. Namun yang dihasilkan bukan dua buah
bunyi melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silakel
bunyi bahasa dan bukan bunyi sejati. Unsur suprasegmental disebut pula
prosodi. Didalam unsur suprasegmental terdiri atas tekanan, nada, dan jeda.
8.9.1Tekanan
Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat
tekanan keras.
tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis; migkin juga
makna tapi juga bisa tidak. Dalam bahasa indonesia tekanan dapat
membedakan makna.
8.9.2 Nada
Nada atau pitch berkenaan dangan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu
bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan
Dalam bahasa tradisional Thai dan bahasa Vietnam nada bersifat fonemis,
a) Nada naik atau nada meninggi yang biasanya diberi tanda garis ke
atas( )
c) Nada turun atau merendah yang biasanya diberi tanda garis menurun( ).
d) Nada turun naik yakni nada yang merendah lalu meninggi. Biasanya
e) Nada naik turun yaitu nada yang biasanya meninggi lalu merendah
Variasi nada yang mfnyertai unsur segmental dalam kalimat disebut intonasi,
8.9.3 Jeda
Jeda atau perhentian berkenaan dengan hentian bunyi arus dalam arus
ujaran. Disebut jeda karena adanya perhentian itu, diebut persendian karena
Jeda ini dapat bersifat penuh atau bersifat sementara, buiasanya dibedakan
lainnya. Silabel dalam ini menjasi batas silabel biasanya ditansai sengan
tanda (+).
Contoh:
[am+bil]
[lak+sa+na]
[ke+le+la+war]
Sendi luar menunjuklan batas yang lebih besar dari silabel.Dalam hal ini
a. Jeda antar kata dalam frase,ditandai dengan garis miring tunggal ( / )
ganda (#)
Tekanan dan jeda dalam bahasa indonesia sangat penting karena tekanan
#buku//sejarah/baru#
#buku/sejarah//baru#
Silabel atau suku kata itu adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu
urus ujaran atau runtunan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu
vokal dan satu konsonan atau lebih.Silabel sebagai satuan ritmis mempunyai
puncak kenyaringan atau sonoritas yang biasanya jatuh pada sebuah vokal.
adanya ruang resonasia berupa rongga mulut, rongga hidung, atau rongga-
bunyi vokal. Karena itulah, yang dapat disebut bunyi silabis atau punyak
14. Suku kata adalah penggalan-penggalan bunyi dari kata dalam satu ketuka
atau satu hembusan nafas. Kata rumah akan diucapkan ru dan mah, kata
berenang akan diucapkan be, re, dan nang jika kedua kata itu diucapkan
16. 1). Terdiri dari satu suku kata, contoh: cat, bor, bom, lap, dan lain-lain.
2). Terdiri dari dua suku kata, contoh: pa-gi, ru-mah, a-ku, ka-mu, dll
3). Terdiri dari tiga suku kata, contoh: me-re-ka, ke-ma-ri, sa-ra-
pan,dll
dll
ta.
17. 1). Pola KV (konsonan vokal), contoh: sa-ku, se-la-ma, se-pa-tu, dll
2). Pola VK, contoh: an-da, am-pun, dan lain-lain.
18. Jika suku kata berahir dengan vokal, maka disebut suku buka. Dan jika
1). Jika dua vokal berada di tengah kata, maka pemenggalan diantara dua
2). Jika konsonan diapit dua pokal seperti kata anak, barang, maka
BAB-9
FONEM
Fonem adalah satuan bunyi terkecil dalam sebuah bahasa yang dapat
artinya tidak semua bunyi bahasa yang terdapat dalam sebuah bahasa
termasuk dalam fonem bahasa itu. Untuk mengetahui suatu fonem harus
adalah bentuk-bentuk bahasa yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi yang
tidak sama. Bila terdapat di dalam pasangan minimal, dengan segara terlihat
yang berbeda.
Contoh:
berlainan.
9.1 Alofon
lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada
lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u]
dan (u)
Fonem segmental atau fonem primer ialah fonem yang dapat dipisahkan dan
atau fonem sekunder ialah fonem yang menyertai fonem segmental, yakni
telah dipilih: yaitu hubungan antara symbol dan realisasi fonetik bersifat
bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu dengan
yang lain.
9.4.1 Asimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain
sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu
menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang
ucapkan saptu dimana terlihat bunyi /b/ berubah menjadi /p/ sebagai akibat
9.4.2 Disimilasi
Disimilasi adalah proses yang mengakibatkan dua bunyi yang sama menjadi
tidak sama.
1.Disimilasi sinkronis
menjadi belajar. Contoh lain yaitu ber+cermin --> becermin, ter+cermin -->
2. Disimilasi diakronis
yaitu disimilasi yang berkenaan dengan pendekatan terhadap bahasa
berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu "citta". Tetapi fonem "tt" pada kata citta
9.4.3 Netralisasi
Misalnya kata jilid tidak dilafalkan dengan /d/ pada akhir kata, melainkan
dengan /t/. tetapi tambahan imbuhan pada akhir kata menyebabkan /d/ itu
9.4.4 Arkifonem
Dalam bahasa indonesia ada kata jawab yang di ucapkan /jawap/ atau
/jawab/; tetapi bila di beri akhiran –an bentuknya menjadi jawaban. Jadi di
sini ada arkifonem /B/, yang realisasinya bias menjadi /b/ atau /t/
9.4.5 Umlaut
Umlaut barasal dari bahasa Jerman, dalam studi fonologi umlaut artinya
perubahan vocal sedemikian rupa sehingga vokal itu di ubah menjadi vocal
yang lebih tinggi sebagai akibat dari vocal yang berikutnya yang tinggi. Dalam
bahasa jawa umlaut adalah rubahnya bunyi pada akhir suku kata karena
Contohnya dalam bahasa jawa adalah bunyi [u] dan [I] yang termasuk bunyi
renggang, tetapi setelah diberi imbuhan –e menjadi bunyi kencang, yaitu
cont0h : [pirin] + -e
[timun] + -e
9.4.6 Ablaut
Ablaut adalah perubahan vokal bukan hanya terbatas pada peninggian vokal
akibat pengaruh bunyi berikutnya dan bukan pula terbatas hanya pada
penghilangan vokal.
Harmoni vokal berasal dari bahasa Turki, dalam bahasa Turki harmoni vocal
itu berlangsung dari kiri ke kanan,atau dari silabel yang mendahului kea rah
silabel yang menyusul. Sebaliknya, ada pula harmoni vocal dari kanan ke kiri.
9.4.8 Kontraksi
Dalam percakapan yang cepat atau dalam situasi informal seringkali penutur
yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih,ada yang berupa
kontraksi.
Contohnya adalah kata dalam bahasa Jawa ora weruh diucapkan menjadi ra
ruh.
9.4.9 Metatesis Dan Epentesis
Proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain,
Akasa = angkasa
Upama = umpama
o Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau
yang berlaku pada suatu bahasa, atau penulisan menurut huruf dan ejaan
suatu bahasa.
<ng>,<ny>,<kh>,dan <sy>
Contoh :
/Meƞaƞa/ : <menganga>
/ñ añ i/ : <nyanyi>
/maxluk/ : <makhluk>
/Šarat/ : <syarat>
Contoh :
/sate/ : <sate>
/ide/ : <ide>
/mƏnang/ :<menang>
/bƏrat/ :<berat>
<oe>,<dj>,<ng>,<nj>,<ch>,<sj>
Contoh :
/untuk/ : <oentoe’>
/jƏjak/ :<djedja’>
/cacat/ :<tjatjat>
/mƏƞaƞa/ :<menganga>
/ñ añ i/ :<njanji>
/maxluk/ :<machlu’>
/Šarat/ :<sjarat>
/tidak/ <tida’>
/maxluk/ <machlu’>
/yakni/ <ja’ni>
Contoh:
/sate/ <sate>
/ide/ <ide>
/mƏnang/ <menang>
/bƏrat/ <berat>j
PadaEjaanSuwandi :
dilambangkan<dj>,<tj>,<ng>,<nj>,<ch>,<sj>
Contoh :
/jƏjak/ /djedjak/
/cacat/ /tjatjat/
/meƞaƞa/ /menganga/
/ñ añ i/ <njanji>
/maxluk/ <machluk>
/Šarat/ <sjarat>
Contoh :
/sate/ <sate>
/ide/ <ide>
/mƏnang/ <menang>
/bƏrat/ <berat>