PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh:
harus – arus ? /h/ adalah fonem karena membedakan arti kata harus dan arus
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi
ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru.
Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o
dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi.
Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami
rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g,
h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi, film,
modern.
Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran
memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu dengan yang lain.
Macam perubahan fonem antara lain
(1) alofon;
(2) asimilasi;
(3) desimilasi;
(4) diftongisasi;
(5) monoftongisasi;
(6) nasalisasi.
2
1. Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh :
simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku
tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku
terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u)
2. Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau
hampir sama. Contoh: in + moral ? immoral ? immoral.
3. Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama.
Contoh : sajjana menjadi sarjana.
4. Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh: anggota
menjadi anggauta.
5. Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi monoftong.
Contoh: ramai, menjadi rame.
6. Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m, ng,
ny) pada suatu fonem. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.
Menurut Verhaar (1978;36), Fonem adalah sesuatu bunyi yang mempunyai fungsi
untuk membedakan kata dari kata lain.
Anton M. Moeliono (1998;43), menyatakan fonem adalah satuan terkecil dari ciri –
ciri bunyi bahasa yang membedakan arti.
Gleason (1991;9), Fonem adalah unsur bahasa terkecil dan dapat membedakan arti
atau makna.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fonem adalah satuan
bunyi terkecil yang dapat membedakan arti. Setiap bunyi bahasa memiliki peluang
yang sama untuk menjadi fonem. Namun, tidak semua bunyi bahasa pasti akan
menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji dengan beberapa pengujian penemuan fonem,
yaitu: nama fonem, ciri – ciri fonem dan watak fonem berasal dari bunyi bahasa.
Adakalanya jumlah fonem samadengan jumlah bunyi bahasa,tetapi masih sangat
jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu bahasa lebih sedikit daripada jumlah bunyi
suatu bahasa.
3
Berdasarkan kenyataan, ternayat di dalam bahasa indonesia hanya ditemukan
fonem segmental saja, dan bunyi supra-segemental tidak terbukti dapat membedakan
arrti. Oleh karena itu, dalam bahasa indonesia tidak ditemukannya fonem supra-
segmental. Fonem segmental bahasa indonesia meliputi fonem vokal, fonem konsonan
dan fonem semi vokal.
1. Segmental
Adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya, ketika kita mengucapkan “Bahasa”, maka
nomina yang dibunyikan tersebut (baca: fonem), bisa dibagi menjadi tiga suku kata:
ba-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi sehingga menjadi: b-a-h-a-s-a.
4
1. Vokal
Bunyi vocal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak,struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian bunyi vocal dibedakan
berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vocal tidak terdapat artikulasi.
Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak. Klasifikasi vocal sebagai
berikut :
a. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah
b. Vokal berdasarkan bagian lidah ( depan, tengah, belakang ) yang bergerak (
gerak naik turunnya lidah )
c. Vokal berdasarkan posisi strukturnya.
Struktur adalah keadaan hubungan possional articulator aktif dan
articulator pasif.
b) Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mengeluarkan udara dari paru-
paru mendapatkan hambatan.
5
e) konsonan palatal adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian tengah lidah
sebagai articulator, sedangkan langit keras sebagai titik artikulasi, menghasilkan
konsonan: c, j, dan ny.
f) konsonan velar adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian belakang lidah
sebagai articulator dan langit-langit lembut sebagai titik artilukasi, menghasilkan
konsonan: k, g, ng, dan kh
g) konsonan hamzah adalah konsonan yang dilafalkan dengan posisi pita suara
tertutup, menghasilkan konsonan glottal stop (? atau „)
h) konsonan laringal adalah konsonan yang dilafalkan dengan pita suara terbuka lebar,
menghasilkan konsonan: h.
2) Berdasarkan halangan atau hambatan terhadap udara waktu keluar dari paru-paru,
konsonan dibedakan menjadi enam:
a) Konsonan hambat (stop) adalah konsonan yang dilafalkan dengan mengeluarkan
udara dari paru-paru, tetapi mendapatkan hambatan penuh, misalnya: p, b, k, t, dan d.
dalam praktik sehari-hari, konsonan diucapkan dengan menggunakan suara letupan.
Ole karena itu, konsonan ini juga disebut konsonan eksplosif.
b) kata-kata seperti: parit, pukul, buka, tidak, dan sebagainya selalu diucapkan ada
letupan bunyi.
c) konsonan frikatif adalah konsonan yang dilafalkan dengan adanya udara yang
keluar dari paru-paru digesekkan sehingga menghasilkan bunyi geser, misalnya: f, v,
dan h.
d) konsonan spiral adalah konsonan yang dilafalkan dengan suara berdesis, misalnya:
s, z, sy.
e) konsonan likwida atau lateral adalah konsonan yang dilafalkan dengan mengangkat
lidah ke langit-langit, misalnya: L
f) konsonan getar atau tril adalah konsonan yang dilafalkan dengan mendekatkan lidah
ke alveolum atau pangkal gigi kemudian lidah menjauhi alveolum lagi, misalnya: r
6
c. Fonem Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpeng- hambat
dalam mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar.
Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.
1) Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan
artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [ w ].
2) Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya
tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan [ y].
2. Suprasegmental
Adalah sesuatu yang menyertai fonem tersebut yang itu bisa berupa tekanan
suara (intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan
emosi tertentu. Nah, kesemua yang tercakup ke dalam istilah suprasegmenal itu tidak
bisa dipisahkan dari suatu fonem.
Ada lima dalil atau lima prinsip yang dapat diterapkan dalam penentuan
fonem-fonem suatu bahasa. Kelima prinsip itu berbunyi sebagai berikut :
a. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berada dalam pasangan
minimal merupakan fonem-fonem.
b. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berdistribusi
komplementer merupakan sebuah fonem.
c. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila bervariasi bebas,
merupakan sebuah fonem.
d. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, yang berada dalam pasangan
mirip merupakan sebuah fonem sendiri-sendiri.
e. Setiap bunyi bahasa yang berdistribusi lengkap merupakan sebuah fonem.
Di antara kelima dalil diatas, hanya tiga buah dalil yang merupakan dalil yang
kuat, yaitu dalil (a), (b), dan (c). dalil (d) dan (e) merupakan dalil yang lemah.
7
Ada sejumlah pengertian yang harus dipahami didalam dalil-dalil atau didalam
prinsip-prinsip diatas. Pengertian-pengertian yang penulis maksudkan , yaitu:
1) Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip
Dasar yang dipakai untuk menentukan apakah bunyi-bunyi itu mirip secara fonetis
ataukah tidak ialah lafal dan daerah artikulasi bunyi itu. Bunyi-bunyi yang dapat
dikatakan mirip secara fonetis adalah sebagai berikut :
a) bunyi-bunyi yng lafalnya mirip dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [p] dan [b].
b) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berdekatan. Misalnya,
bunyi [b] dan [d].
c) bunyi-bunyi yang lafalnya jauh berbeda dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [b] dan
[m].
d) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berjauhan. Misalnya,
bunyi [m] dan [n].
2) Pasangan Minimal
Pasangan minimal merupakan pasangan dua kata dasar yang artinya berbeda, jumlah
dan urutan bunyinya sama, dan didalamnya hanya berbeda satu bunyi. Dari sebuah
pasangan minimal hanya dapat diperoleh dua fonem. Misalnya, gali [gali] – kali [kali]
adalah pasangan minimal dan dari pasangan minimal ini diperoleh dua fonem, yaitu
/g/ dan /k/.
3) Distribusi Komplementer
Bilamana dua bunyi dikatakan berada dalam distribusi yang komplementer atau yang
mempunyai distribusi yang komplementer? Untuk dapat mengetahui hal ini, perlu
dilihat tempat kedua bunyi tersebut berada. Tempatnya dapat ditentukan dengan
melihat jenis bunyi yang mengapitnya atau dapat juga ditentukan dengan melihat jenis
suku tempatnya berada. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan ialah bahwa kedua bunyi
tidak pernah saling tukar tempat. Artinya, kalau bunyi yang satu selalu diapait oleh
bunyi desis, maka bunyi yang satunya lagi selalu diapait oleh bunyi yang bukan desis.
Apabila dua bunyi telah dapat dibuktikan tempatnya seperti ini, mak berarti kedua
bunyi itu berada dalam distri busi komplementer atau keduanya berdistribusi
komplementer.
8
Demikian pula, kalau ada dua bunyi yang satu selalu ditemulan pada suku
terbuka yang satunya lagi selalu ditemukan pada suku tertutup, maka berarti kedua
bunyi itu berada dalam distribusi yang komplementer.
10
2. Fonem /l/ dan /r/
/lambat/ dan /rambat/
/lantai/ dan /rantai/
/laut/ dan /raut/
/lawan/ dan /rawan/
/lagu/ dan /ragu/
/lupa/ dan /rupa/
/lima/ dan /rima/
/lusa/ dan /rusa/
/liang/ dan /riang/
/lagi/ dan /ragi/
/laba/ dan /raba/
/lemas/ dan /remas/
/lebah/ dan /rebah/
/luas/ dan /ruas/
11
/kerak/ dan /gerak/
/karam/dan /garam/
/kaya/ dan /gaya/
12
2.3 Khazanah Fonem
Yang dimaksud dengan Khazanah fonem adalah banyak nya fonem yang
terdapat dalam satu bahasa. Berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak
sama jumlah nya dengan yang dimiliki bahasa lain. Menurut catatan para pakar,yang
tersedikit jumlah fonem nya adalah bahasa penduduk asli dipulau hawai ,yaitu hanya
13 buah ; dan yang jumlah fonem nya terbnyak yaitu 75 buah, adalah sebuah bahasa di
kaukasus utara. Begitu juga dengan pertimbangan jumlah fonem vokal dan fonem
konsonan nya. Bahasa arab hanya mempunyai 3 buah fonem vokal, sedangkan bahasa
Indonesia mempunyai 6 buah fonem vokal ; bahasa ingrris dan bahasa francis
mempunyai lebih dari 10 buah fonem vokal.
Ada kemungkinan juga, karena perbedaan tafsiran ,maka jumlah fonem dalam
suatu bahasa ,menjadi tidak sama banyak nya menurut pakar yang satu dan pakar
yang lain nya. Misalnya fonem vokal bahasa arab diatas disebutkan ada 3 buah ,tetapi
ada yang menghitung fonem vokal dalam bahasa arab ada 6 buah yakni 3 fonem
vokal biasa ditambah 3 buah fonem vokal panjang . Jadi,unsur pemanjang tidak
dihitung 1, melainkan sebanyakdimana pemanjangan itu berada atau berdistribusi
dengan fonem segmental.
Perubahan Fonem
Ucapan sebuah fonem dapat berbeda – beda sebab sangat tergantung pada
lingkungan nya,atau pada fonem-fonem lain yang berada disekitarnya. Misalnya
seperti sudah dibicarakan dimuka, fonem /o/ kalau berada pada silabel tertutup akan
berbunyi / / dan kalau berada pada silabel terbuka akan berbunyi
[o].Namun,perubahan yang terjadi pada kasus fonem /o/ Bahasa Indonesia itu bersifat
fonetis, tidak mengubah fonem /o/ itu menjadi fonem, lain. Dalam beberapa kasus
lain,dalam bahasa-bahasa tertentu ada dijumpain perubahan fonem yang mengubah
identitas itu menjadi fonem yang lain berikut ini akan dibicarakan beberapa kasus
perubahan fonem itu.
13
A. Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubah nya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain
sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungan nya, sehingga bunyi itu menjadi
sama atau memiliki cirri-ciri yang sama dengan bunyi yang
mempengaruhinya.Contohnya kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan
[saptu] dimana terlihat bunyi [b] berubah menjadi bunyi [p] sebagai akibat pengaruh
bunyi [t]. Bunyi [b] adalah bunyi hambat bersuara sedangkan bunyi [t] adalah bunyi
hambat tak bersuara .Oleh karena itu bunyi [b] yang bersuara itu, karena pengaruh
bunyi [t] yang tak bersuara , berubah menjadi bunyi [p] yang jiga tidak bersuara.
Kalau perubahan itu menyebabkan berubah nya identitas sebuah fonem, maka
perubahan itu disebu asimilasi fonemis.dalam kasus bunyi [b] berubah menjadi bunyi
[p] pada kata sabtu diatas,karena dalam distribusi lain dapat dibuktikan bahwa bunyi
[b] dan bunyi[p] adalah 2 fonem yang berbeda ,yaitu fonem [b] dan fonem [p], maka
perubahan tersebut merupakan asimilasi fonem.
14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,Abdul.1994 “Linguistik Umum” Jakarta ; Penerbit Bhineka Cipta.
16