Anda di halaman 1dari 5

Nama : Audrey Gizella Islamey

NIM : 23/515221/SA/22254

Resume Fonetik dan Fonologi Berdasarkan


Buku “Pengantar Linguistik”
Karya Prof. Dr. J. W. M. Verhaar

A. Fonetik
Fonetik dapat diartikan sebagai ilmu linguistik yang berkaitan dengan
organ bicara manusia. Pada dasarnya, fonetik tidak memperhatikan makna dari
bunyi yang dihasilkan sehingga lebih terfokus pada cara bunyi dihasilkan dari
alat-alat ucap manusia.
Dalam buku “Pengantar Linguistik”, Verhaar membagi fonetik menjadi
tiga jenis, antara lain fonetik organis (organ bicara), fonetik akustis (suara yang
dihasilkan), dan fonetik auditoris (penerimaan suara oleh organ pendengar)
Selanjutnya akan dibahas mengenai huruf-huruf yang menjadi partikel
penyusun dari bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Huruf terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu huruf konsonan, huruf vokal, huruf semi-vokal
Menurut pengucapannya, huruf konsonan terbagi lagi menjadi beberapa jenis
seperti berikut:
1. Bunyi letupan (plosives, stops), bunyi letupan dihasilkan dengan menutup
aliran udara pada organ tertentu dan selanjutnya organ yang menutup
aliran udara tersebut, akan melepaskan udara kembali. Contoh bunyi
letupan antara lain, [p], [b], [t], [d], [k], [g], dan [÷].
2. Bunyi bukan letupan (kontinuan) yang meliputi :
i. Bunyi sengau (nasals), bunyi sengau dihasilkan melalui udara yang
keluar dari rongga hidung sehingga apabila lubang hidung ditutup,
bunyi tersebut tidak dapat dihasilkan. Contoh dari bunyi sengau
antara lain, [m], [n], [ŋ], dan [nj].
ii. Bunyi sampingan (laterals), bunyi yang dihasilkan melalui udara
yang keluar pada sela-sela di samping lidah. Contoh dari bunyi
sampingan adalah [l]
iii. Bunyi paduan atau afrikat (affricates), bunyi yang dihasilkan
dengan mempersempit arus udara yang masuk ke organ suara,
kemudian udara tersebut dilepaskan kembali namun dengan arus
yang sangat sempit. Contoh dari bunyi paduan antara lain, [ ťʃ],
[ʤ], dan [ts].
iv. Bunyi geseran atau frikatif (fricatives), bunyi yang dihasilkan oleh
arus udara yang sangat sempit sehingga arus udara menjadi sangat
terhambat. Contoh dari bunyi geseran antara lain, [r], [s], [z], [f],
[v], [Ɵ], dan [ð].
v. Bunyi geletar (trills), bunyi yang dihasilkan dengan menempelkan
ujung lidah pada lengkungan kaki gigi yang kemudian diletupkan
berulang secara cepat. Contoh dari bunyi geletar yaitu bunyi [r].
vi. Bunyi alir (liquids), bunyi yang dihasilkan dengan membentuk alur
yang sempit di antara pita suara dan pelafalan huruf secara khusus.
Contoh bunyi alir antara lain [m], [n], dan [l].
vii. Bunyi kembar atau geminat (geminates), bunyi ini dihasilkan
ketika terdapat dua konsonan yang sama, sehingga cara
membacanya lebih dipanjangkan. Contoh bunyi kembar terdapat
pada kata ‘fatty’ [fætie] (dalam Bahasa Inggris berarti ‘gemuk’).
Jenis huruf yang akan dibahas berikutnya yaitu huruf semi-vokal. Huruf
semi-vokal bukan hanya ditentukan oleh tempat pengucapannya, tetapi juga
ditentukan dengan memperhatikan sikap mulut ketika huruf tersebut diucapkan.
Jenis huruf ini muncul ketika organ mengucapkan bunyi yang menyerupai huruf
konsonan tetapi masih memiliki sedikit ciri dari huruf vokal. Contoh dari bunyi
semi-vokal antara lain, [w], dan [j].
Huruf terakhir yang akan dibahas yaitu huruf vokal. Huruf vokal
dikelompokkan berdasarkan letak lidah yang membentuk ruang resonansi
(resonance chamber), posisi tinggi rendahnya lidah, dan peranan bibir dalam
artikulasi huruf vokal. Beberapa jenis vokal yaitu:
1. Berdasarkan letak lidah yang membentuk ruang resonansi (resonance
chamber), huruf-huruf vokal dapat digolongkan menjadi vokal depan
(front vowels), vokal tengah (central vowels), dan vokal belakang (back
vowels). Contoh hurufnya antara lain, [e] untuk vokal depan, [ǝ] untuk
vokal tengah, dan [o] untuk vokal belakang.
2. Berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, huruf-huruf vokal dapat
digolongkan menjadi vokal tinggi (high vowels), vokal madya (mid
vowels), dan vokal rendah (low vowels). Contoh hurufnya antara lain [i]
untuk vokal tinggi, [e] untuk vokal madya, dan [a] untuk vokal rendah.
3. Berdasarkan peranan bibir dalam artikulasi huruf vokal, dapat digolongkan
antara vokal bundar (rounded vowels) dan vokal tak bundar (unrounded
vowels). Ketika vokal bulat diucapkan, bibir akan membentuk lubang
melingkar, contohnya ketika mengucapkan huruf [u] pada kata [u] dan
huruf [o]. sedangkan ketika mengucapkan huruf tak bundar, bibir akan
terlihat rileks, contohnya ketika mengucapkan huruf [a] dan [i].
4. Berdasarkan lamanya pengucapan dengan mempertahankan posisi yang
tetap sama pada alat-alat bicara, vokal terbagi menjadi dua golongan, yaitu
vokal panjang (long vowels) dan vokal pendek (short vowels). Lamanya
atau durasi dari pelafalan disebut dengan kuantiti (quantity). Contoh vokal
pendek terdapat pada kata ‘bat’ (dalam Bahasa Inggris berarti ‘kelelawar’)
dan contoh vocal panjang terdapat pada kata high (dalam Bahasa Inggis
berarti tinggi).
5. Berdasarkan peranan rongga hidung, huruf vocal dapat dibedakan menjadi
vocal sengau (nasal vowels) dan vocal mulut (oral vowels). Vocal sengau
digunakan untuk menyebutkan bunyi-bunyi vocal yang sebagian besar
berasal dari arus udara yang keluar melalui hidung. Dalam hal ini, tidak
seluruh arus udara keluar melalui hidung, sebab ada juga sedikit yang
keluar melalui hidung. Namun kuantitasnya tidak sebanyak vocal oral.
Contoh bunyi vocal sengau adalah [ɛ̃ ], [ɔ̃], dan [ɑ̃ ]. Sedangkan contoh bunyi
vocal oral antara lain [ï], [ü], [û], [où], [oû], [é], [æ], [ae], [es], [ez], [et],
[ai], [est], [oo], dan [aô].
6. Vocal rangkap dua (diftong), bunyi diftong adalah bunyi yang berasal dari
dua bentuk bunyi yang berbeda namun dalam pengucapannya melebur
menjadi satu silabe. Contoh dari bunyi diftong antara lain [au], dan [ai].
7. Klasifikasi vokal dan konsonan

Terakhir yang akan dibahas dalam fonetik yaitu tentang penulisan bunyi bunyi
fonetis. Penulisan bunyi-bunyi fonetis dibuat semirip mungkin dengan pelafalan
pada saat bunyi tersebut diartikulasikan. Sistem tulisan fonetis yang paling lazim
digunakan mengacu pada International Phonetic Association (IPA). Ciri yang
sangat terlihat untuk menandai bahwa suatu tulisan merupakan tulisan fonetis
yaitu ditandai dengan adanya tanda kurung siku [] yang mengapit tulisan tersebut.
Selain itu, beberapa huruf juga ditulis dengan simbol-simbol tertentu untuk
menggambarkan cara membacanya. Berikut contoh tulisan fonetis beserta huruf-
hurufnya:
[a] lupa Indonesia
[æ] land Inggris
[m] kolam Indonesia
[ʔ] letak Indonesia
[ṭ] Thukul (tumbuh) Jawa
[ǝ] sedikit Indonesia
[ŋ] hilang Indonesia
[ô] Lor (utara) Jawa
[ɵ] Nothing Inggris
[ḍ] Dadu Indonesia

B. Fonologi
Fonologi adalah ilmu linguistik yang menyelidiki tentang bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia dengan memperhatikan makna. Dalam fonologi,
terdapat istilah ‘fonem’. Fonem adalah suatu bunyi yang dapat membedakan kata
yang satu dengan kata yang lain. Untuk menentukan fonem, cara yang dapat
dilakukan yaitu dengan mencari perbedaan minimal (minimal differences). Cara
ini dilakukan dengan membandingkan kata-kata yang hampir sama (secara bentuk
maupun pelafan). Selanjutnya, perbedaan pada kata-kata tersebut dianalisis,
apakah perbedaan pada keduanya menimbulkan makna yang berbeda, atau hanya
berupa variasi dari huruf tertentu. Apabila perbedaan huruf menimbulkan
perbedan makna, maka huruf pembeda tersebut disebut dengan fonem.
Sebaliknya, apabila perbedaaan huruf atau pengucapan tidak membedakan makna,
maka huruf pembeda tidak disebut fonem, melainkan hanya variasi dari huruf
tersebut.
[bedͻ] (kata ‘beda’ dalam logat Jogja-Sala)
[bėdͻ] (kata ‘beda’ dalam logat Jawa Timur-an)
Kedua kata tersebut memiliki bunyi yang berbeda, namun keduanya memiliki arti
yang sama. Maka perbedaan artikulasi huruf ‘e’ disebut dengan variasi bunyi atau
alofon.
Selanjutnya, akan dibahas mengenai bunyi-bunyi segmental dan bunyi-
bunyi suprasegmental. Bunyi segmental adalah bunyi yang dapat dipisah-pisahkan
berdasarkan bunyi peyusunnya. Sedangkan bunyi suprasegmental adalah intonasi
yang menyertai bunyi segmental.
K-I-P-A-S Bunyi segmental

Kipas? Bunyi suprasegmental (adanya tanda


tanya yang menunjukkan adanya
pertanyan)

C. Kesimpulan
Ilmu fonetik dan fonologi tanpa disadari melekat pada kehidupan sehari-
hari. Dengan mempelajari kedua bidang ilmu linguistik tersebut, kesalahpahaman
yang berkaitan bahasa dapat diminimalisasi. Selain itu, kedua bidang ilmu yang
telah disebutkan sebelumnya juga berperan dalam seluruh kegiatan manusia yang
berhubungan dengan komunikasi. Sehingga akan sangat bermanfaat untuk
memperdalam ilmu-ilmu tersebut.

Daftar Pustaka
Verhaar, J.W.M.,(1976).Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai