Anda di halaman 1dari 19

KLASIFIKASI

BUNYI-BUNYI BAHASA
L. F. PESIWARISSA, S.PD., M.A.
DASAR KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
 Untuk mengidentifikasikan bunyi-bunyi bahasa yang dapat dihasilkan alat artikulasi manusia
 Pada dasarnya bunyi bahasa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
 - Bunyi segmental

- Bunyi yang dapat dipenggal atau dibagi berdasarkan ruas-ruas; bunyi yang dapat diwujudkan
- Bunyi dihasilkan dalam proses artikulasi, yakni oleh pernapasan, alat ucap, dan pita suara

 - bunyi suprasegmental

- Bunyi yang tidak dapat dipenggal atau dibagi berdasarkan ruas-ruas; bunyi yang tidak dapat diwujudkan
- Bunyi yang menunjang pemaknaan bunyi segmental
KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL
 Berdasarkan proses artikulasi, secara umum bunyi bahasa dapat diklasifikasikan menjadi:

vokal, konsonan, semi vokal

nasal, oral

keras, lunak

tunggal, rangkap

egresif, ingresif

panjang, pendek

geminat, homorgan
Vokal, konsonan, dan semi vokal
 Berdasarkan ada tidaknya hambatan (proses artikulasi) dalam alat ucap, bunyi bahasa terbagi menjadi tiga,
yaitu:

vokal Bunyi yang arus udaranya tidak mengalami hambatan, kecuali hanya pada pita suara

Hambatan pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi. Karena vokal dihasilkan dengan
hambatan pita suara, maka pita suara bergetar. Posisi glotis dalam keadaan tertutup, tetapi
tidak rapat sekali. Dengan demikian, semua vokal termasuk bunyi bersuara

konsonan bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat ucap

Proses hambatan dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, sehingga terbentuk bunyi
konsonan bersuara.
Jika artikulasi tidak disertai bergetarnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka akan
menghasilkan konsonan tak bersuara
bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada saat diartikulasikan
semivokal belum membentuk konsonan murni. Bunyi semivokal dapat disebut semikonsonan, namun
istilah ini jarang dipakai
Nasal dan Oral
 Berdasarkan jalan keluar arus udara, bunyi bahasa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui rongga mulut, tetapi membuka jalan agar
nasal
dapat keluar melalui rongga hidung

Penutupan arus udara ke luar melalui rongga mulut dapat terjadi :


(1) antara kedua bibir, hasilnya bunyi [m];
(2) antara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi [n];
(3) antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya bunyi [η];
(4) antara ujung lidah dan langit-langit keras, hasilnya bunyi [ň]

oral dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak mendekati langkit-langkit lunak untuk
menutupi rongga hidung sehingga arus udara dari paru-paru keluar melalui mulut

Semua vokal dan konsonan bahasa Indonesia termasuk bunyi oral


Bunyi Keras dan Lunak
 Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara pada waktu bunyi itu diartikulasikan, bunyi diklasifikasikan
menjadi:

Bunyi keras Bunyi yang pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara

Bunyi keras mencakupi beberapa jenis bunyi seperti :


1) bunyi letup tak bersuara: [p, t, c, k],
2) bunyi geseran tak bersuara: [s],
3) bunyi vokal: [a]

Bunyi yang pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketengan kekuatan arus udara
Bunyi lunak

Bunyi lunak mencakupi beberapa jenis seperti:


1) bunyi letup bersuara: [b, d, j, g],
2) bunyi geseran bersuara: [Z],
3) bunyi nasal: [m, n, ñ,η],
4) bunyi likuida: [r, l],
5) bunyi semi-vokal: [w, y],
6) bunyi vokal: [i, e, o, u]
Bunyi Tunggal dan Rangkap
 Berdasarkan perwujudannya dalam kata atau suku kata, bunyi dapat diklasifikasikan menjadi:

Bunyi tunggal Sebuah bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata; disebut juga monoftong

Bunyi rangkap dua bunyi atau lebih yang bergabung dalam satu suku kata

disebut vokal rangkap, dibentuk apabila keadaan posisi lidah sewaktu


diftong mengucapkan bunyi vokal yang satu dengan bunyi vokal yang lainnya
saling berbeda
kluster
Dalam bahasa Indonesia terdapat diftong [ai], [au], [oi], dan [ei]

lazim disebut gugus konsonan, dibentuk apabila cara artikulasi


Dalam bahasa Indonesia terdapat diftong [pr], [str], [dr],
atau tempat artikulasi dari kedua konsonan yang diucapkan saling
[br], [kr]
berbeda
Bunyi Egresif dan Ingresif
 Berdasarkan arus udara, bunyi bahasa diklasifikasikan menjadi:

Bunyi egresif dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru

Egresif dibentuk dengan cara mengecilkan rongga paru-paru oleh otot paru-paru, otot perut, dan
pulmonik rongga dada. Hampir semua bunyi bahasa Indonesia dibentuk melalui egresif
pulmonik

Egresif dibentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup sama
glotalik sekali. Bunyi egresif glotalik disebut juga bunyi ejektif, yang ditandai dengan tanda
apostrof, contohnya [p’, t’, k’, s’], contohnya bunyi-bunyi dalam bahasa-bahasa Kaukasus,
Indian, dan Afrika

Bunyi ingresif dibentuk dengan cara mengisap udara ke dalam paru-paru


Bunyi Panjang dan Pendek
 Berdasarkan lamanya sebuah bunyi diucapkan atau diartikulasikan, bunyi diklasifikasikan menjadi:

Bunyi yang diucapkan agak lebih lama atau panjang


Bunyi panjang
Tanda bunyi panjang biasanya menggunakan tanda garis pendek di atas suatu bunyi; atau
menggunakan tanda titik dua di sebelah kanannya, contohnya: [a] panjang ditulis [ā] atau
[a: ]

Bunyi pendek Bunyi yang diucapkan tanpa durasi yang lama


Bunyi Geminat dan Homorgan

Bunyi geminat rentetan artikulasi yang sama (identik), sehingga menimbulkan ucapan panjang dalam bunyi
tersebut, contohnya: Allah dan assalamualaikum

bunyi-bunyi bahasa yang terbentuk oleh alat dan daerah artikulasi yang sama. Contohnya,
Bunyi homorgan
konsonan alveolar: [t], [d], dan [n]; konsonan bilabial [p], [b], dan [m]; konsonan palatal
[c], [j], [n]
Diagram Bunyi Vokal
Klasifikasi Bunyi Vokal
 Bunyi vokal diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yakni:
 1. Posisi tinggi rendahnya lidah
Vokal tinggi [i], [I], [u], [U]
Vokal madya / netral [e], [Ɛ], [ə], [o], [ɔ]
Vokal rendah [a]

 2. Bagian lidah yang bergerak Vokal depan [i], [I], [e], [Ɛ], [a]
Vokal tengah [ə], [a]
Vokal belakang [o], [ɔ], [u], [U]

 3. Bentuk bibir Vokal tidak bulat (bibir tidak bulat dan terbentang lebar) [i], [I], [e], [Ɛ], [ə]
Vokal netral (bibir tidak bulat dan tidak terbentang lebar [a]
Vokal bulat (terbuka bulat [ɔ]), (tertutup bulat [o], [u], [U]

 4. Struktur pembentukan bunyi

next …
 Struktur pembentukan bunyi adalah keadaan hubungan posisional articulator aktif dan articulator pasif.
 Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vocal ditentukan oleh jarak lidah dengan
langit-langit
 Menurut strukturnya, vokal diklasifikasikan menjadi:
 1. Vokal tertutup
Vokal yang dibentuk dengan ildah dingkat setinggi mungkin mendekati langit-langit.
Yang tergolong vokal tertutup: [i] dan [u]
 2. Vokal semi tertutup
Vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup
atau dua per tiga di atas vocal terbuka.
Yang tergolong vokal tertutup: [e], [o], [I], [U]
 3. Vokal semi terbuka
Vokal yang dibentuk dengan ildah dingkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau
dua per tiga di bawah vocal tertutup.
Yang tergolong vokal tertutup: [a], [Ɛ], [ɔ]
 4. Vokal terbuka
Vokal yang dibentuk dengan ildah dalam posisi serendah mungkin.
Yang tergolong vokal tertutup: [Ʌ]
Diagram Konsonan
Klasifikasi Konsonan
 Bunyi konsonan diklasifikasikan berdasarkan tempat artikulasi dan cara artikulasi
 Tempat artikulasi: alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi
 Berdasarkan tempat artikulasi, konsonan diklasifikasikan menjadi:
 1. Bilabial

- Konsonan yang terjadi pada kedua bibir, ketika bibir bawah merapat ke bibir atas.
- Yang termasuk konsonan bilabial adalah [b], [p], dan [m].
- Bunyi [b] dan [p] tergolong bunyi oral karena arus udara dikeluarkan melalui rongga mulut
- Bunyi [m] tergolong bunyi nasal karena dikeluarkan melalui rongga hidung

 2. Labiodental

- Konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas, ketika gigi bawah merapat pada bibir atas
- Yang termasuk konsonan labiodental adalah [f] dan [v ].
 3. laminoalveolar
Konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, ketika daun lidah menempel pada gusi
Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah [t] dan [d]

 4. laminopalatal

Konsonan yang terjadi pada daun lidah dan langit-langit keras, ketika daun lidah menempel pada langit-langit keras
Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah [c] dan [j]

 5. dorsovelar

Konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan langit-langit lunak, ketika pangkal lidah menyentuh langit-langit
lunak
Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah [k] dan [g]

 6. faringal
Konsonan yang terjadi pada faring atau tenggorokan, ketika arus udara keluar dari paru-paru, melewati pita suara
yang terbuka dan bergeser menyentuh dinding-dinding faring
Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah [h]
 Berdasarkan cara artikulasi, yakni bagaimana ganguan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara,
maka bunyi dapat diklasifikasikan menjadi:
 1. Hambat (letupan, plosive, stop)

Artikulator sepenuhnya menutup arus udara, sehingga udara mampat di belakang tempat penutupan itu, kemudian
penutupan itu dibuka secara tiba-tiba sehingga menyebabkan terjadinya letupan.
Yang termasuk konsonan letupan adalah [p], [b], [t], [d], [k], dan [g]

 2. Geseran atau frikatif


Artikulator aktif mendekati articulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat
gangguandi celah itu.
Yang termasuk konsonan geseran adalah [f], [s], [z]

 3. Paduan

Artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan articulator pasif.
Cara ini merupakan gabungan antara hambatan ddan geseran.
Yang termasuk konsonan paduan adalah [c], [j]
 4. Sengauan (nasal)
Uvula atau anak tekak menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, dan membiarkannya keluar melalui
rongga hidung.
Yang termasuk konsonanl sengauan adalah [m], [n], [ň], [ŋ]

 5. Getaran (thrill)
Artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan articulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-
ulang.
Konsonan getaran adalah [r]

 6. Sampingan (lateral)
Artikulator aktif menghambat aliran udara padda bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui
samping lidah
Konsonan sampingan adalah [l]

 7. . Hampiran (aproksiman)
Artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vocal, tetapi
tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan sering disebut
semivokal.
Konsonan hampiran adalah [w] dan [y]

Anda mungkin juga menyukai