Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Bunyi bahasa merupakan unsur bahasa yang paling kecil. Istilah bunyi bahasa atau fon
merupakan terjemahan dari bahasa inggris phone ‘bunyi’. Bunyi bahasa menyangkut getaran
udara.Bunyi itu terjadi karena dua benda atau lebih bergeseran atau berbenturan.Sebagai getaran
udara, bunyi bahasa merupakan suara yang dikeluarkan oleh mulut, kemudian gelombang-
gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran
dihasilkan oleh alat ucap manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir.Bunyi bahasa atau bunyi
ujaran adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau bunyi yang diartikan, kemudian
membentuk gelombang bunyi, sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.

Pada umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa lisan maupun tulisan, komunikasi
yang dilakukan dengan bahasa tulisan tidak melibatkan alat ucap, sedangkan komunikasi melalui
bahasa lisan melibatkan alat ucap. Menurut chaer abdul(2014) Dalam pembentukan bunyi bahasa
ada tiga faktor utama yang terlibat, yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran,
dan rongga pengubah getaran. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan
pernapasan sebagai sumber tenaganya. Sumber tenaga itu berupa udara yang keluar dari paru-
paru.

Pada mulanya udara dihisap oleh paru-paru, kemudian dihembuskan sewaktu


bernafas.Udara yang dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian kecil bunyi bahasa) itu
mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan.Arus udara yang
keluar dari paru-paru itu dapat membuka kedua pita suara yang merapat sehingga mengakibatkan
corak bunyi bahasa tertentu. Berdasarkan hasil diatas penulis akan membuat sebuah makalah
tentang jenis jenis bunyi bahasa untuk mengetahui klasifikasi bunyi bahasa dalam bahasa
Indonesia karena kita sebagai pendidik sangat penting untuk mempelajari tentang jenis jenis
bunyi bahasa.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan bunyi bahasa?


2. Apa saja klasifikasi bunyi bahasa?
3. Apa saja unsur dalam suprasegmental ?

Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud bunyi bahasa.


2. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi bunyi bahasa.
3. Untuk mengetahui Apa saja unsur dalam suprasegmental.
BAB II

PEMBUKAAN

PENGERTIAN BUNYI BAHASA

Bunyi bahasa merupakan unsur bahasa yang paling kecil. Istilah bunyi bahasa atau fon
merupakan terjemahan dari bahasa inggris phone ‘bunyi’. Bunyi bahasa menyangkut getaran
udara.Bunyi itu terjadi karena dua benda atau lebih bergeseran atau berbenturan.Sebagai getaran
udara, bunyi bahasa merupakan suara yang dikeluarkan oleh mulut, kemudian gelombang-
gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran
dihasilkan oleh alat ucap manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir.Bunyi bahasa atau bunyi
ujaran adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau bunyi yang diartikan, kemudian
membentuk gelombang bunyi, sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.

Pada umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa lisan maupun tulisan, komunikasi
yang dilakukan dengan bahasa tulisan tidak melibatkan alat ucap, sedangkan komunikasi melalui
bahasa lisan melibatkan alat ucap. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang
terlibat, yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran.
Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber
tenaganya. Sumber tenaga itu berupa udara yang keluar dari paru-paru.Pada mulanya udara dihisap
oleh paru-paru, kemudian dihembuskan sewaktu bernafas.Udara yang dihembuskan (atau dihisap untuk
sebagian kecil bunyi bahasa) itu mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal
tenggorokan.Arus udara yang keluar dari paru-paru itu dapat membuka kedua pita suara yang merapat
sehingga mengakibatkan corak bunyi bahasa tertentu.Gerakan membuka dan menutup pita suara itu
menyebabkan arus udara dan udara disekitar pita suara itu berubah tekanannya dan bergetar.

Perubahan bentuk saluran udara itulah yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Tempat
atau alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru, antara lain : batang tenggorok, pangkal tenggorok,
kerongkongan, rongga mulut, rongga hidumg, atau bersama alat ucap yang lain. Alat ucap sebagai organ
tubuh memiliki fungsi dan kerja tertentu, antara lain :

1. Paru-paru berfungsi untuk pernafasan.


2. Pangkal tenggorok adalah rongga pada ujung pipa pernafasan.
3. Epiglottis (katup pangkal tenggorok berfungsi untuk melindungi masuknya makanan atau
minuman ke batang tenggorok.
4. Rongga kerongkongan berfungsi sebagai saluran makanan dan minuman.
5. Langit-langit lunak atau velum berfungsi sebagai articulator pasif (atau titk artikulasinya),
sedangkan artikulator aktifnya ialah pangkal lidah.
6. Langi-langit keras atau palatum merupakan susunan tulang.
7. Gusi dalam atau alveolum berfungsi sebagai artikulator pasif, sedangkan articulator aktifnya
adalah ujung lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi alveoral.
8. Gigi atau denta dibedakan atas gigi atas dan gigi bawah.
9. Bibir adalah sebagai pintu penjaga rongga mulut.
10. Lidah berfungsi sebagai alat perasa dan pemindah makanan yang akan atau sedang dikunyah.
Lidah berfungsi sebagai artikulator aktif.

Klasifikasi bunyi bahasa

1. Vokal

Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan.Pada pembentukan
vokal tidak ada artikulasi.Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja.Hambatan pada pita
suara tidak lazim disebut artikulasi. Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasar
kan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa bersifat horizontal.
Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi [i] dan[u]; vokal tengah,
misalnya, bunyi [e] dan lol: dan vokal rendah, misalnya, bunyi [a]. Secara horizontal dibedakan
adanya vokal depan, misalnya, bunyi [i] dan [e]; vokal pusat, misalnya. Bunyi [a]; dan vokal
belakang, misalnya, bunyi [u] dan [o]. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal
bundar dan vokal tak bundar. Disebut vokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika
mengucapkan vokal itu, misalnya, vokal [o] dan vokal [u]. Disebut vokal tak bundar karena
bentuk mulut tidak membundar, melainkan melebar, pada waktu mengucapkan vokal tersebut,
misalnya, vokal [i] dan vokal [e].

Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itu kita dapat membuat bagan atau peta vokal sebagai
berikut:

[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar

[e] adalah vokal depan tengah tak bundar

[ə]adalah vokal pusat tengah tak bundar

[o] adalah vokal belakang tengah bundar

[a] adalah vokal pusat rendah tak bundar


2. Konsonan

Kosonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat
ucap.Dalam hal ini terjadi artikulasi. Bunyi semivokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk
konsonan, tetapi karena pada waktu diartikulasikn belum membentuk konsonan murni.

Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga pa tokan atau kriteria, yaitu posisi pita
suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Dengan ketiga kriteria itu juga orang memberi nama akan
konsonan itu.

Berdasarkan posisi pita suara (lihat kembali bagan 4b dan 4c) dibedakan adanya bunyi bersuara dan
bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah
getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara, antara lain, bunyi [b], [d]. [g], dan [c]. Bunyi
tidak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran padapita suara
itu. Yang termasuk bunyi tidak bersuara, antara lain, bunyi [s]. [k]. [p]. dan[t]

Tempat artikulasi tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu.
Berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal, antara lain, konsonan:

1) bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas.
Yang termasuk konsonan bilabial ini adalah bunyi [b]. [p], dan (m]. Dalam hal ini perlu diperhatikan,
bunyi /p/ dan [b] adalah bunyi oral, yaitu yang dikeluarkan melalui rongga mulut, sedangkan (m) adalah
bunyi nasal, yakni bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung. Untuk bisa memahaminya dengan
lebih baik, perhatikan bagan (13) dan bagan (14), terutama mengenai posisi bibir dan posisi velum dan
dinding faring.

2) labiodental, yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas; gigi bawah merapat pada
bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodental adalah bunyi [f] dan [v].

3) laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal ini, daun lidah
menempel pada gusi. Yang termasuk konsonan laminoalveolar adalah bunyi [t] dan [d].

4) dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Yang
termasuk konsonan dorsove lar adalah bunyi [k] dan [g].

Di samping keempat tempat artikulasi yang disebutkan di at masih ada tempat artikulasi lain, dan
mungkin dengan pembagian yang lain. Untuk sementara cukuplah dengan yang empat itu. Berdasarkan
cara artikulasinya, artinya bagaimana gangguan ata hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu,
dapatlah kita bedakan adanya konsonan :

1) Hambat (letupan, plosif, stop). Di sini artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga
udara mampat di belakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu dibuka secara tiba-
tiba, sehingga menyebabkan terjadinya letupan. Yang termasuk konsonan letupan ini, antara
lain, bunyi (pl. [b], [t], [d], [k], dan [g].
2) Geseran atau frikatif. Di sini artikulator aktif mendekati artikulator pasif, membentuk celah
sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Contoh yang termasuk
konsonan geseran adalah bunyi (f). [s], dan /z].
3) Paduan atau frikatif. Di sini artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu
membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Cara ini merupakan gabungan antara
hambatan dan frikatif. Yang termasuk konsonan paduan, antara lain, bunyi [c], dan
4) Sengauan atau nasal. Di sini artikulator menghambat sepe nuhnya aliran udara melalui mulut,
tetapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan bebas (lihat kembali bagan 14).
Contoh konsonan nasal adalah bunyi [m], [n], dan [n].
5) Getaran atau frill. Di sini artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif,
sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya adalah konsonan [r].
6) Sampingan atau lateral. Di sini artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah
mulut; lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contohnya adalah konsonan [1].
7) Hampiran atau aproksiman, di sini aritkulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati
posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk menghasil kan
konsonan geseran. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan sering Juga disebut semi vokal. Di sini
hanya ada dua buah bunyi, yaitu [w]dan [y].

Kemudian, berdasarkan posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi, dapatlah kita membuat
bagan atau peta konsonan sebagai berikut, tetapi dengan catatan (a) dalam buku atau kepustakaan lain
mungkin akan anda temui peta konsonan yang lebih rumit, dengan nama-nama tempat artikulasi yang
lebih terperinci; (b) konsonan yang diterakan dalam peta berikut hanyalah contoh yang sederhana,
setiap kotak di situ tentu ada konsonannya yang mungkin akan kita jumpai dalam bahasa tertentu; (e)
dalam peta yang berisi dua bunyi, maka konsonan yang di sebelah kiri adalah yang tak bersuara dan
yang di sebelah kanan yang bersuara.
Dari peta di atas kita dapat mengatakan bahwa [p] adalah konsonan hambat bilabial tak bersuara;
sedangkan [b] adalah konsonan hambat bilabial bersuara. Perbedaan bunyi /p/ dan (b) terletak pads
bersuara dan tidaknya bunyi itu. Dalam hal ini, /p/ adalah bunyi tak bersuara dan /b/ adalah bunyi
bersuara. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia, kedua bunyi itu pada posisi akhir silabel seringkali
ber tukar-tukar tanpa berbeda maknanya. Di samping (sabtu/ lazim juga orang melafalkan [saptu]; di
samping (lembap] lazim juga lembab Bahasa Arab tidak mempunyai bunyi /p/. Maka itu bunyi /p/ yang
berasal dari bahasa asing diserap ke dalam bahasa Arab dengan bunyi /b/. Misalnya, kota Paris di Prancis
dalam bahasa Arab menjadi Baris, dan polisi menjadi (al)-bulis. Sebaliknya, dalam kebanyakan orang
Indonesia bunyi /f/ adalah bunyi asing, yang ada dalam bahasa Arab. Belanda, atau Inggris; maka, oleh
karena itu, bunyi tersebut akan diganti dengan bunyi /p/, yakni bunyi yang letaknya paling dekat dengan
bunyi /f/ itu. Itulah sebabnya kata fitnah menjadi pitnah, kata fikir menjadi pikir, dan kata revolusi
menjadi repolusi.

Diftong atau Vokal Rangkap

Diftong adalah dua vokal yang diucapkan sekaligus. Gabungan vokal disebut diftong apabila
menghasilkan satu bunyi saja. Misalnya, au pada kata kerbau; ai pada kata santai. Sementara itu
gabungan vokal au pada bau bukan diftong karena menghasilkan dua bunyi.

Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketiks memproduksi bunyi ini pada bagian
awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian
lidah yang bergerak, serta strikturnya. Namun, yang dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya
sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia adalah [au/
seperti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh lain, bunyi [ail seperti terdapt pada kata cukai
dan landai. Apabila ada dua buah vokal berturutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang
berlainan dari yang kedua, maka di situ tidak ada diftong. Jadi, vokal [au] dan [ai] pada kata seperti bau
dan lain bukan diftong.

Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur unsumya, sehingga dibedakan adanya
diftong naik dan diftong’ turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari
posisi bunyi yang kedua; sebaliknya disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari
posisi bunyi kedua. Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik (lihat bagan 11). Dalam bahasa
Inggris ada diftong naik ada juga diftong turun (lihat bagan 12).

(11) Bagan diftong bahasa indonesia


Contoh : [ai] : balai

[au] : kerbau

[oi] : sekoi

(12) Bagan diftong bahasa inggris

Mengenai jenis diftong ini ada konsep yang berlainan. Diftong naik atau diftong turun bukan ditentukan
berdasarkan posisi lidah, melainkan didasarkan atas kenyaringan (sonoritas) bunyi itu. Kalau
sonoritasnya terletak di muka atau pada unsur yang pertama, maka dinamakan diftong turun; kalau
sonoritasnya terletak pada unsur kedua, maka namanya diftong naik. Umpamanya, bunyi [ai] pada kata
In donesia landai sonoritasnya terletak pada unsur pertama; karena itu, bunyi [ai] dalam bahasa
Indonesia termasuk diftong turun. Dalam bahasa Prancis kata moi yang dilafalkan [mwa] sonoritasnya
terletak pada unsur kedua. Jadi, pada kata itu terdapat diftong naik (lihat, misalnya, Parera 1983)

Unsur Suprasegmental

Sudah disebutkan di muka bahwa arus ujaran merupakan suatu runtunan bunyi yang sambung-
bersambung terus-menerus diselang seling dengan jeda singkat atau jeda agak singkat, disertai dengan
keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, panjang pendek bunyi, dan sebagainya. Dalam arus ujaran itu
ada bunyi yang dapat disegmen tasikan, sehingga disebut bunyi segmental; tetapi yang berkenaan
dengan keras lembut, panjang pendek, dan jeda bunyi tidak dapat disegmentasikan. Bagian dari bunyi
tersebut disebut bunyi supraseg mental atau prosodi. Dalam studi mengenai bunyi atau unsur
suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas, seperti yang dibi carakan di bawah ini.

4.1.5.1 Tekanan Atau Stres

Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan
arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan
keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan denganarus udara yang tidak kuat sehingga
amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara
sporadis, mungkin juga telah berpola: mungkin juga bersifat distingtif, dapat membedakan makna,
mungkin juga tidak distingtif.Dalam bahasa Inggris tekanan ini bisa distingtif, tetapi dalam bahasa
Indonesia tidak. Umpamanya, kata blackboard diberikan tekanan pada unsur black maka maknanya
adalah 'papan tulis'; kalau tekanan diberikan pada unsur board berarti 'papan hitam. Dalam bahasa
tetap sama saja.

Nada Atau Pitch

Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan
frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan
dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai juga dengan nada rendah. Nada ini dalam
bahasa-bahasa tertentu bisa bersifat fonemis maupun morfemis, tetapi dalam bahasa-bahasa lain,
mungkin tidak.

Dalam bahasa-bahasa bernada atau bahasa tonal, seperti bahasa Thai dan Vietnam, nada ini bersifat
morfemis. dapat membedakan makna. Dalam bahasa tonal, biasanya, dikenal adanya lima macam nada,
yaitu:

1) Nada naik atau meninggi yang biasanya diberi tanda garis

ke atas /…/

2) Nada datar, biasanya diberi tanda garis lurus mendatar

3) Nada turun atau merendah, biasanya diberi tanda garis menurun //

4) Nada turun naik, yakni nada yang merendah lalu meninggi,

biasanya diberi tanda sebagai /// 5) Nada naik turun, yaitu nada yang meninggi lalu merendah, biasanya
ditandai dengan //

Anda mungkin juga menyukai