Anda di halaman 1dari 9

ALAT UCAP MANUSIA

Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi.
Organ-organ yang terlibat antara lain adalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga
mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum, dan uvula. Dalam fonetik artikulatoris hal
pertama yang dibicarakan adalah alat ucap manusia yang menghasilkan bunyi bahasa
Selanjutnya, Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarnya terbagi atas 4
macam yakni :
Proses mengalirnya udara
Proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokkan
Proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh articulator
Proses oronasal, proses keluarnya bunyi melalui mulut atau hidung
Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat
dalam tubuh manusia. Mula-mula, udara keluar dari paru-paru melewati pita suara yang kadang
bergetar dan kadang tidak , kemudian udara tersebut naik ke tenggorokan, lalu masuk ke mulut
dan diatur oleh alat ucap (articulator dan titik artikulasi), sehingga menimbulkan bunyi bahasa
yang membawa suatu pesan atau makna.

2.2 KLASIFIKASI BUNYI


Dilihat dari cara dihasilkannya bunyi tersebut oleh alat-alat ucap, pada umumnya bunyi dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Bunyi vokal, yaitu /a, i, u, e, o/
2. Konsonan, yaitu /k, g, s, z, t, d, n, h, b, m, r/
3. Semi vokal, yaitu /w/ dan /j/

Pembagian bunyi ini terjadi berdasarkan pada ada tidaknya hambatan (proses artikulasi)
pada alat ucap kita. Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan
dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:

tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)

bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)

bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang).

Penjelasannya sebagai berikut:


A. Vokal dan Konsonan
Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan
dengan pita suara terbuka sedikit atau dapat dikatakan bahwa bunyi vokal adalah bunyi bahasa
yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga vaktor :
tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)
bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)
bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang)
Sedangkan, bunyi konsonan adalah adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami
rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara)
penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langitlangit)
cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan
Jadi, beda terjadinya bunyi vokal dan konsonan adalah arus udara dalam pembentukan
bunyi vokal, setelah melewati pita suara tidak mendapat hambatan apa-apa. Sedangkan dalam
pembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat hambatan atau gangguan.

2.3 PROSES TERJADINYA BUNYI


Proses terjadinya bunyi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga macam proses
fisiologis, yaitu :
-

Pembentukan aliran udara dari paru-paru


Perubahan aliran udara dari paru-paru menjadi suara, baik voiced, maupun unvoiced yang

dikenal dengan istilah phonation, dan


- Artikulasi yaitu proses modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang spesifik.
Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah : paru-paru, tenggorokan
(trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal cord), rongga mulut (oral cavity),
rongga hidung (nasal cavity), lidah (tongue), dan bibir (lips), seperti dapat dilihat pada gambar
dibawah:

Organ tubuh ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu : vocal
tract (berawal diawal bukaan pita suara atau glottis, dan berakhir di bibir, nasal tract
(dari velum sampai nostril), dan source generator (terdiri dari paru-paru, tenggorokan,
dan larynx). Ukuran vocal tract bervariasi untuk setiap individu, namun untuk laki-laki
dewasa rata-rata panjangnya sekitar 17 cm. Luas dari vocal tract juga bervariasi antara
0 (ketika seluruhnya tertutup) hingga sekitar 20 cm2. Ketika velum, organ memiliki
fungsi sebagai pintu penghubung antara vocal tract dengan nasal tract, terbuka,
maka secara akustik nasal tract akan bergandengan dengan vocal tract untuk
menghasilkan bunyi nasal.

Aliran udara yang dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika pita
suara dalam keadaan berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya bergetar. Aliran
udara tersebut dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal pulsa yang
bersifat quasi-periodik. Sinyal pulsa tersebut kemudian mengalami modulasi frekuensi
ketika melewati pharynx, rongga mulut ataupun pada rongga hidung. Sinyal suara yang
dihasilkan pada proses ini dinamakan sinyal voiced. Namun, apabila pita suara dalam
keadaan relaksasi, maka aliran udara akan berusaha melewati celah sempit pada
permulaan vocal tract sehingga alirannya menjadi turbulen, proses ini akan
menghasilkan sinyal unvoiced. Ketika sumber suara melalui vocal tract, kandungan
frekuensinya mengalami modulasi sehingga terjadi resonansi pada vocal tract yang
disebut formants. Apabila sinyal suara yang dihasilkan adalah sinyal voiced, terutama
vokal, maka pada selang waktu yang singkat bentuk vocal tract relative konstan
(berubah secara lambat) sehingga bentuk vocal tract dapat diperkirakan dari bentuk
spektral sinyal voiced.

2.4 ARTIKULASI DAN ARTIKULATOR


Artikulasi adalah perangkat alat-alat ucap atau alat-alat bicara dimana hasil
mekanisme kerjanya memproduksi suara atau bunyi bahasa yang memiliki sifat-sifat
khusus. Sehingga bunyi yang dihasilkan antara satu dengan yang lainnya berbeda. Organ
artikulasi yang berkaitan dengan otot-otot bicara berperan penting dalam perolehan
bicara. otot-ototnya yaitu bibir, lidah, velum. Sedangkan yang menggerakkan otot-otot
bicara tersebut yaitu saraf cranial, yaitu nervus 10 atau nervus vagus, nervus 12 atau

nervus glosopharyngius dan nervus 5 + 9. nervus 10 mensyarafi otot-otot velum, dan


nervus 12 mensyarafi dinding pharing.

Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang didekatkan untuk membentuk
bunyi bahasa. Daerah artikulasi adalah daerah pertemuan antara dua artikulator. Berikut
penjelasannya:

Bilabial - bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), misal: (p), (b), (m)

Labiodental - bibir bawah dan ujung gigi atas, misal: (f)

Alveolar - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gusi, misal: (t), (d), (s)

Dental - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gigi depan atas

Palatal - depan lidah menyentuh langit-langit keras, misal: (c), (j), (y)

Velar - belakang lidah menempel/mendekati langit-langit lunak, misal: (k), (g)

Glotal (hamzah) - pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara dari paru-paru

tertahan, misal: bunyi yang memisahkan bunyi (a) pertama dan (a) kedua pada kata saat.

Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi :

Bunyi hambat - kedua bibir terkatup, saluran ke rongga hidung tertutup, kemudian katup

bibir dibuka tiba-tiba. Misal: (p) dan (b)

Bunyi semi-hambat - kedua bibir terkatup, udara dikeluarkan melalui rongga hidung. Misal:

(m)

Bunyi frikatif - arus udara dikeluarkan melalui saluran sempit sehingga terdengar bunyi

berisik (desis). Misal: (f) dan (s)

Bunyi lateral - ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui samping

lidah. Misal: (l)

Bunyi getar - ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang. Misal: (r)
Selain bunyi-bunyi di atas, ada bunyi yang cara pembentukannya sama seperti pembentukan

vokal, tetapi tidak pernah dapat menjadi inti suku kata. Misal: (w) dan (y) disebut dengan semi
vokal.
D. Alat Ucap
Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi.
Organ-organ yang terlibat antara lain adalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga
mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum, dan uvula.
Alat-alat ucap manusia yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi bahasa (fon) dibedakan
menjadi tiga bagian yakni:
1. Artikulator
Artikulator ialah alat-alat bicara manusia yang dapat bergerak secara leluasa dan dapat
menyentuh bagian-bagian alat ucap yang lain (titik artikulasi) serta dapat membentuk bermacammacam posisi. Alat bicara semacam ini terletak di bagian bawah atau rahang bawah.
Alat-alat ucap yang termasuk artikulator antara lain:
a. bibir bawah (labium);
b. gigi bawah (dentum);
c. ujung lidah (apeks);
d. depan lidah (front of the tongue);
e. tengah lidah (lamino);
f. belakang lidah (dorsum); dan
g. akar lidah.
2. Titik Artikulasi
Titik artikulasi ialah alat-alat bicara manusia yang menjadi pusat sentuhan dan bersifat statis.
Alat-alat ini terdapat di bagian atas atau rahang atas. Alat-alat ucap yang termasuk pada bagian
ini antara lain:
a. bibir atas (labium);
b. gigi atas (dentum);
c.
lengkung kaki gigi atas (alveolum);
d. langut-langit keras (palatum);
e. langit-langit lunak (velum); dan
f. anak tekak (uvula).
3. Alat-alat Lain

Alat-alat lain yang dimaksudkan ialah alat bicara selain artikulator dan titik artikulasi yang dapat
menunjang proses terjadinya bunyi bahasa. Yang termasuk alat-alat lain antara lain:
a. hidung (nose);
b.
rongga hidung (nasal cavity);
c.
rongga mulut (oral cavvity);
d.
pangkal kerongkongan (faring);
e. katup jakun (epiglotis);
f. pita suara;
g. pangkal tenggorokan (laring);
h. batang tenggorokan (trachea);
i.
paru-paru;
j.
sekat rongga dada (diafragma);
k. saraf diafragma;
l.
selaput rongga dada (pleural cavity); dan
m. bronchus.
Di dalam fonetik, posisi alat bicara manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat
pernafasan, tenggorokan, dan rongga supragotal. Bagian pertama mengatur keluar dan masuknya
udara; bagian kedua bekerja sebagai sumber bunyi bahasa; bagian ketiga berfungsi sebagai
resonator. Ketiga bagian alat bicara itu selalu bekerja sama dalam pembentukan bunyi bahasa.
Bila satu di antaranya bekerja tidak sebagaimana mestinya, maka seluruh bagian alat ucap itu
akan merasakan akibatnya.
Alat bicara manusia antara satu dengan yang lain saling berhubungan untuk membentuk
bunyi bahasa. Dengan demikian fungsi masing-masing alat bicara kemungkinan ada sangkut
pautnya dengan alat lain. Berikut ini adalah fungsi-fungsi yang dimaksud:
1.

Paru-paru
Paru-paru mempunyai tugas bersama dengan diafragma untuk menghembuskan udara ke luar

sehingga menimbulkan bunyi bahasa. Paru-paru biasa disebut sebagai motor penggerak alat
bicara.
2. Pita Suara
Pita suara ini tempatnya di bawah jakun yang terdiri atas sepasang pita. Di tengah-tengah pita
suara ini ada celah yang bisa melebar dun menyempit. Celah pits suara ini lebih dikenal dengan
sebutan glotis. Pita suara manusia dapat berubah-ubah posisinya, antara lain sebagai berikut ini.
a. Posisi terbuka lebar
Posisi seperti ini tidak menghasilkan bunyi bahasa dart terjadi pada pernafasan normal saja.
b. Posisi agak menyempit
Posisi seperti ini akan menghasilkan bunyi tak bersuara, misalnya: [p], [t], [k], [c].
c. Posisi menyempit
Posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa bersuara, misalnya [b], [d], [g], [j].
d. Posisi tertutup

Posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa hamzah atau glotal stop, misalnya [h], dan [?].
3. Laring
Di dalam alert ini terdapat pita suara (vocal cord) yang melintang dari arah depan ke
belakang. Dengan demikian fungsi alat ini ialah untuk meneruskan aliran udara yang berhembus
dari paru-paru ke faring.
4. Faring
Fungsi alat ini yang utama ialah meneruskan aliran udara dari Pita suara. Akan tetapi alat ini
bisa membentuk bunyi bahasa hamzah setelah bersentuhan dengar akar lidah (radik) sehingga
bunyi senacam ini disebut bunyi faringal.
5. Lidah
Lidah merupakan salah satu artikulator yang sangat penting di dalam proses pembentukan
bunyi bahasa. Pentingnya lidah ini bisa dilihat dari bunyi yang dihasilkannya bisa berupa vokal
dan, konsonan. Vokal dihasilkan oleh gerak perpindahan posisi lidah tanpa bersentuhan tiengan
titik artikulasi. Jika gerak-gerak perpindahan posisi ini bersentuhan dengan titik artikulasi, maka
akan menghasilkan bunyi konsonan.
6. Bibir
Ada beberapa bunyi bahasa yang dihasilkan oleh sentuhan baik secara langsung atau tidak
oleh bibir manusia. Bunyi [p, b] terjadi karena sentuhan antara bibir bawah dengan bibir atas
sehingga aliran udara tertahan sebentar. Selanjutnya aliran udara tersebut dihembuskan sampai
terdengarnya bunyi tersebut. Bunyi [p,b] dalam fonetik disebut bunyi bilabial, sebab terjadi
karena sentuhan kedua bibir yaitu bibir atas dan bibir bawah. Selain itu, kedua bunyi itu dapat
dinamai stop bilabial.

E. Lambang Bunyi
Alat ucap manusia menghasilkan lambang-lambang bunyi yang bermacam-macam.
Setiap bunyi yang dihasilkannya memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses
pengucapannya. Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam
bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan.
Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus ujaran yang
masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita suara serta getaran di
sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek bunyi. Jika arus yang keluar tidak
mendapatkan hambatan atau rintangan, akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan
menjadi kelompok vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, //, /o/. Bentuk ucapan e ada yang

lemah / / dan e lebar atau //, bentuk gabungan disebut diftong. Diftong adalah
gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh diftong ialah: au, ai,
oi yang dibaca (aw), (ay), (oy).
Contoh kalimat:
1. Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2. Mereka bermain voli pantai. (pantay).
3. Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.
Proses bunyi ujar yang dihasilkan karena arus ujaran yang keluar mendapat
hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas hal-hal berikut:
1. Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua bibir, seperti
b, p, m.
2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak lebar. Contoh:
h.
3. Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang (artikulator) dan
langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g, ng, kh, q.
4. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas (titik
5.

artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti f, v, w.


Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung lidah

(artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikkulator), seperti t, d, n.


6. Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru yang
mendapat halangan getaran lidah. Contoh: s, z, sy.
7. Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai artikulator
dengan lidah bagian belakang sebagai titik artikulasinya. Contoh: r-tidak jelas
8. Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke langit-angit
lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar menimbulkan bunyi ujar. Contoh:
r-jelas.

Anda mungkin juga menyukai