Anda di halaman 1dari 32

FISIOLOGI FONASI LINGKUP BAHASAN

FONASI RESONANSI ARTIKULASI


VOKALISASI ANATOMI ORGAN
BICARA FONASI SISTEM YANG
BERPERAN :
Sistem pernafasan (khususnya laring)Dibagi
menjadi : vestibulum, ventrikel dan
infraglotisTerdapat pita suara, otot otot laring
(intrinsik dan ekstrinsik)Terdapat 2 pita (vocal
vold dan vestibular vold)Pita suara
berkontraksi (adduksi, abduksi dan tension)
oleh otot intrinsik laringVONASIPita suara
diregangkan diantara kartilago tiroid dan
arytenoidM. krikoarytenoid posterior menarik
kartilago arytenoid menjauhi kartilago tiroid
(menegangkan pita suara)M arytenoid
transversum mendekatkan kartilago arytenoid
(mendekatkan pita suara)M. krikoatytenoid
lateral menarik kartilago aritenoid ke lateral
(membuka pita suara)Terdapat beberapa otot
dekat pita suara yang mengatur bentuk pita
suara (dapat berkontraksi secara bebas selama
proses fonasi)
PROSES VONASITERJADI KARENA
FIBRASI PADA LIPATAN LIPATAN PITA
SUARA :PASIF : pada saat melemas
(relaksasi) oleh dorongan udara pada saat
bernafas normal (udara melewati glotis secara
bebas) AKTIF : udara menggetarkan pita
suara saat menegang/melemas, udara
melewati celah yang sempi/lebar oleh
kontraksi otot laring
PROSES VONASIVARIASI POSISI
GLOTIS DAPAT MENIMBULKAN
PEMBENTUKAN BUNYI TAK
BERSUARA DAN BUNYI SUARATerbuka
lebar ; saat nafas biasaTerbuka sebagian :
menghasilkan bunyi tak bersuaraTertutup :
menghasilkan bunyi bersuaraTertutup rapat :
menghasilkan bunyi hamzah
PROSES FONASIAliran udara
ekspirasiMelewati pita suara (sebagai
fibrator)Pita suara diregangkan serta diatur
posisinya oleh beberapa otot khusus laring,
dengan adanya perbedaan regangan dan ruang
yang dibentuknya, maka terbentuk celah
dengan macam-macam ukuran yang
menghasilkan suara sebagai berikut:

PROSES FONASI (lanjutan) Voiceless, yaitu


pita suara membuka penuh waktu inspirasi,
pita suara saling menjauh, sehingga udara
bebas lewat di antaranya.Voiced, udara
mendorong pita suara saling menjauh, aliran
udara lewat dengan cepat , menarik kembali
pita suara untuk saling mendekat. Proses ini
berlangsung berulang-ulang sehingga terjadi
getaran pita suara. Suara yang dihasilkan oleh
proses fonasi memiliki nada (frekuensi),
kekerasan (intensitas), dan kualitas lemah.
Fonasi-suara-
bisikan: suara hasil produksi laring yang
hanya berkaitan dengan bicara Suara bukan
fonasi: suara lain yang diproduksi laring yang
tidak berkaitan dengan bicara (batuk,
berdehem, tertawa).
RESONANSITerdiri dari rongga faring,
rongga hidung,rongga mulut, sinus paranasalis
dan rongga dada. Suara fonasi dari pita suara
intensitasnya lemah, tidak berwarna dan sulit
dikenal. Alat-alat resonansi berfungsi sebagai
resonator, maka suara tersebut mendapat
variasi pada frekuensi tertentu, intensitasnya
(meningkat), kualitasnya (warna suara) dan
idenitasnya. tetapi suara yang sudah
diresonansi ini masih bukan merupakan suara
bicara. Ciri-ciri resonansi sangat bervariasi
pada setiap orang dan merupakan aspek yang
sangat penting bagi efektivitas bicara.
ARTIKULASIBibir : membendung udara
pada pembentukan suara letup.Palatum mole-
durum menghalangi dan membentuk aliran
udara turbulen dan sebagai kompas bagi lidah
bahwa suara terbaik sudah dihasilkan.Lidah,
membentuk suara dengan mengangkat,
menarik, menyempit, menipis, melengkung,
menonjol, atau mendatar.Gigi berfungsi
menahan aliran udara dalam membentuk
konsonan labio-dental dan apiko-
alveolar.Mandibula membuka dan menutup
waktu bicaraARTIKULASIProses mengubah
suara yang dihasilkan oleh laring menjadi
bunyi vokal (vowel) atau bunyi
konsonanStruktur yang paling berperan adalah
lidahBunyi vokal : suara yang dihasilkan
selama proses fonasi, selama berjalan dalam
ruang resonator tidak banyak mengalami
interupsi oleh hambatan artikulasiBunyi
konsonan : suara yang dihasilkan selama
proses fonasi, selama berjalan dalam ruang
resonator mengalami interupsi oleh gerakan
palatum mole, lidah,bibir dan posisi gigi
rahang atas dan rahang bawah
NEUROLINGUISTIKArea bahasa
(umumnya) terletak pada hemisfer serebri kiri
(HEMISFER DOMINAN)Proses bicara
merupakan proses yang melibatkan sistem
sensorik dan motorikTerdapat 2 area bahasa
reseptif dan 1 area bahasa eksekutif yang
menghasilkan bahasaArea Wernikce mengatur
persepsi bahasa yang diucapkan
(lisan/verbal)Girus angularis lobus parielis
inferior berperan terhadap bahasa tulisanArea
Broadman 44 (Broca) merupakan bagian
eksekutif utama yang bertanggung jawab
terhadap aspek motorik bicara.
KELAINAN YANG BERKAITAN
DENGANproses bersuara Peradangan sinus
paranasaldan rongga hidungCleft
palateAnterior open biteGigi depan tidak
kontak dengan gigi bawahMakroglosia,
mikroglosiaMaloklusi gigiParalisis
lidahPembesaran tonsilPerubahan struktur pita
suaraParalisis pita suaraGANGGUAN
VONASI, RESONANSI, ARTIKULASI
DAN VOKALISASI
Organ Bicara Di Atas Kerongkongan
Organ bicara ini terdiri atas beberapa bagian
berikut ini

a. Tenggorokan
Tenggorokan adalah sebuah rongga
yang terletak di antara kerongkongan dengan
mulut yang bentuknya mirip dengan pipa.
Apabila pangkal lidah mundur dan menekan
dinding tenggorokan maka rongga tengorokan
tersebut menjadi menyempit, sehingga
memperngaruhi arus udara yang datang dari
paru-paru. Tenggorokan ini juga merupakan
makhraj dari beberapa bunyi Arab, seperti
(‘Ain-Ha), dalam ilmu tajwid huruf-huruf
tersebut disebut huruf halaqiah (bunyi-bunyi
tenggorokan).

b. Lidah/Tounge
Lidah adalah sejenis otot yang memenjang di
rongga mulut.Organ ini terdiri dari beberapa
unsur yang tersusun secara rapi, seperti otot-
otot dan syaraf-syaraf. Di bagian ujung lidah
terdapat semacam syaraf yang berfungsi
sebagai alat perasa. Lidah dapat dibagi kepada
lima bagian, yaitu
1. Ujung lidah(apix/tip of the tounge),
2. Pinggir lidah(blade of the tounge),
3. Depan lidah(front of the tounge),
4. Pangkal lidah(back of the tounge),
5. Akar lidah(roots of the tounge).
Namun demikian yang banyak disebut-
sebut dalam fonetik adalah
a. Ujung lidah/ apiko
b. Tengah lidah
c. Pangkal lidah/dorso
d. Pinggir lidah
Lidah termasuk organ bicara yang paling
aktif, dengan gerakan-gerakan tertentu dari
bagian-bagian lidah seperti dijelaskan di atas
bertemu dengan organ bicara pasif sehingga
terjadilah bunyi yang mempunyai ciri
tersendiri.
Ketika ujung lidah bertemu dengan ujung
gigi, Terjadilah bunyi (tsa-dza-dzo), ketika
ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi,
Terjadilah bunyi(ta-da-tho), ketika ujung lidah
bertemu dengan langit-langit keras terjadilah
bunyi(syin-jim), ketika tengah lidah bertemu
dengan langit-langit keras (ya), dan ketika
pinggir lidah bertemu geraham terjadilah
bunyi(dzo) menurut ilmu tajwid dan
seterusnya.

c. Langit-langit/Palate
Langit-langit terletak dibagian atas rongga
mulut yang memanjang dari pangkal gigi di
bagian depan sampai anak lidah (tegak) di
bagian belakang. Para ahli membagi langit-
langit kedalam tiga bagian, yaitu
1. Bagian depan yang disebut dengan
gusi/alveloar,
2. Langit-langit keras/palate, dan
3. Langit-langit luna/velar
Langit-langit termasuk organ yang pasif,
kecuali langit-langit lunak yang bisa bergerak
mundur ke belakang dan bekerja sama dengan
tekak untuk membuka dan menutup saluran
udara ke hidung. Apabila bagian lidah bergerak
menuju salah satu bagian dari langit-langit di
atas akan terjadilahbunyi tersendiri:
Apabila ujung lidah bertemu dengan gusi
tejadilah bunyi za-shod-sin-ro (apikoalveolar).
Apabila ujung lidah bertemu dengan langit-
langit keras, terjadilah bunyi jim-
syin(apikopalatal).
Apabila tengah lidah bertemu dengan langit-
langit keras,terjadilah bunyi ro(mediopalatal).
Apabila pangkal lidah bertemu dengan langit-
langit lunak,terjadilah bunyi kho-kaf-
ghoin(dorsovelar)

Kerja sama antara langit-langit lunak


dengan bagian lidah sangat besar fungsinya
dalam membuat rongga mulut sebagai kontak
resonansi untuk beberapa bunyi tertentu.
Disamping itu, langit-langit lunak dapat
mengubah alur udara yang keluar melalui
rongga mulut menjadi keluar dari rongga
hidung dengan membuka klep udara menuju
hidung, atau sebaliknya.

d. Anak Lidah/Tekak/Uvula
Anak lidah terdapat dibagian atas, antara
langit-langit lunak dengan tenggorokan ,
diantara rongga mulut dengan rongga
hidung.fungsinya hampir sama dengan fungsi
langit-langit lunak.Langit-langit lunak dapat
bergerak menutup klep udara yang menuju ke
rongga hidung, sehingga bunyi akan keluar dari
rongga hidung.oleh karena itu, fungsinya
hampir sama dengan fungsi langit-langit lunak,
Disamping itu kerja sama dengan anak lidah
dengan pangkal lidah merupakan makhraj
bunyi (qof).

e. Gigi/Dental
Gigi terdapat di belahan mulut atas dan
belahan mulut bawah.Walaupun gigi bawah
dapat bergerak, namun tidak banyak
berfungsi dalam pembentukan bunyi bahasa
jika dibandingkan dengan organ bicara aktif
lainnya, seperti lidah dan bibir bawah.
Gigi dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu
1. Ujung gigi,
2. Tengah gigi, dan
3. Pangkal gigi
Fungsi gigi sebagai organ bicara sangat
jelas karena merupakan penghambat udara
yang datang dari paru-paru,sehingga tidak
keluar secara serentak dari rongga mulut.
Disamping itu, kerja sama antara
bagian-bagian gigi dengan ujung lidah dan
bibir bawah merupakan makhroj beberapa
huruf tertentu.
Kerja sama ujung gigi dengan bibir
bawah akan menghasilkan bunyi (fa),kerja
sama ujung/tengah gigi dengan ujung lidah
akan menghasilkan bunyi (dzo-dza-ta ), dan
kerja sama pangkal gigi dengan ujung lidah
akan menghasilkan bunyi (na- lam-dzho-da-
tho-ta).

f. Bibir/Labial
Bibir merupakan dua pita yang terdapat di
pintu rongga mulut.bibir terdiri atas otot-otot
yang membuatnya dapat bergerak dengan
lincah,cepat,dan teratur sesuai dengan jenis
bunyi yang akan dituturkan.
Oleh karena itu , bibir berfungsi sebagai
pembentuk bunyi vokal, Apabila bibir
membulat maka akan terjadilah vokal ( u )
atau dlommah,apabila bibir semi bulat maka
terjadilah vokal ( o ), apabila bibir netral, maka
terjadilah vokal ( a ) atau fathah, apabila bibir
membentang terjadilah vokal ( i ) atau kasroh,
apabila bibir semi membentang maka terjadilah
vokal ( e ) atau imalah,Disamping itu, kerja
sama antara bibir atas dengan bibir bawah
merupakan makhraj ( wawu- mim -
ba ),sedangkan kerja sama antara bibir bawah
dengan ujung gigi menjadi makhraj bunyi ( fa
).

g. Rongga hidung/Nasal cavity


Rongga hidung adalah saluran udara yang
terdapat di belakang lubang hidung dan
memanjang sampai ke langit-langit
lunak.didalam rongga hidung terdapat areal-
areal kosong, di antaranya yang disebut dengan
kantong hidung.
Fungsi rongga hidung dalam bicara jelas
tampak ketika klep rongga hidung terbuka
sehingga udara keluar dari rongga hidung,atau
klep tersebut tertutup.sehingga udara keluar
dari rongga mulut.Kondisi pertama akan
menghasilkan bunyi seperti ( nun – mim )’ ng,
ny’ sedangkan kondisi kedua akan
menghasilkan bunyi mulut seperti ( ta- tsa-ba
)dan lain-lain.

B.PEMBENTUKAN BUNYI BAHASA


Pembentukan bunyi bahasa terjadi
melalui 4 tahapan utama yaitu sebagai berikut:
1.Proses pembentukan(initiation)
2.Proses pembunyian(phonation)
3.Proses nasalisasi(oro nasal)
4.Proses artikulasi(articulatoin)

1. Proses Pembentukan(initiation)
Proses pembentukan ini di sebut juga
dengan proses arus udara(air stream
mechanism), proses ini terjadi dengan
memasukkan udara keparu-paru sebagai
akibat pembesaran rongga dada dan turunya
sekat rongga dada sehingga mengakibatkan
paru-paru mengembang dan udara dari luar
masuk kedalam paru-paru.
Setalah paru-paru penuh dengan udara
, posisi rongga dada dan sekat rongga dada
kembali dengan teratur pada posisi semula
yang mengakibatkan udara di dalamnya
tertekan, keluar sedikit demi sedikit sesuai
tekanan yang dibuat.
Proses keluarnya udara dari paru-paru
inilah yang di anggap sebagai proses
pembentukan bunyi bahasa, mengingat karena
kebanyakan bunyi bahasa di dunia(termasuk
Indonesia dan Arab)terjadi dengan udara yang
keluar dari paru-paru (eksplosif ), walapun ada
beberapa bahasa, seperti bahasa Zolo di Afrika
Selatan, Jawa, dan Melayu di Indonesia yang
menggunakan udara yang masuk dari luar
(implosif) sebagai pembentukan beberapa
bunyi bahasanya, di samping udara yang keluar
dari paru-paru.
Diantara makhraj bunyi implosif
terdapat di daerah langit-langit keras dan lunak
serta di daerah kerongkongan yang dapat
mengeluarkan bunyi yang mirip dengan d, b , k
, ts . Sudan disebut dengan istilah bahasa
Taktakah sedangkan di Afrika Selatan disebut
dengan Click.
Tampaknya tidak ada satu bunyi pun
yang keluar dengan cara seperti ini yang dapat
digunakan dalam membaca Alquran.Oleh
karena itu, ulama tajwid sangat konsisten agar
dalam membaca Alquran sifat-sifat bunyi harus
diperhatikan dan tidak diperkenalkan
mengambil napas .Kemungkinan hal ini pula
yang membuat ahli tajwid menyebutakn bahwa
kata “ hawa” dengan maksud udara yang keluar
dari paru-paru, bukan yang ke paru-paru.

2. Proses pembunyian(phonation)
Proses pembunyian ini terjadi di daerah
kerongkongan , organ bicaranya yang paling
utama adalah dua buah pita suara. Jenis
pembunyian yang terjadi berbeda-beda sesuai
dengan kondisi pita suara dalam menghadapi
udara yang datang dari paru-paru.
Seperti diketahui bahwa paling tidak
terdapat empat kondisi pita suara dalam
menghadapi udara yang datang dari paru-paru,
yaitu
a) Kondisi rapat (tertutup), yang
menghasilkan bunyi letupan.
b) Kondisi bersentuhan , yang menghasilkan
bunyi bersuara.
c) Kondisi berjauhan , yang menghasilkan
bunyi tidak bersuara.
d) Kondisi berdekatan , yang menghasilkan
bunyi bisikan. Sedangkan kondisi terbuka lebar
adalah kondisi untuk bernapas biasa.
Tabel 1. Perbedaan Antara Pengeluaran
Udara dari Paru-Paru untuk Tujuan Bicara
dengan Pengeluaran Udara dari Paru-Paru
unyuk Tujuan Istirahat/Diam.
Pengeluaran Pengeluaran
Udara untuk Udara untuk
Istirah Bicar
at a
Terjadi , tidak sengaja. Terjadi dengan
sengaja.
Terjadi karena aspek Terjadi karena
biologis. ketentuan tertentu.
Volume udara sekitar Volume udara, 1500-
500cm. 2000cm untuk
membaca Alquran
atau menyanyi.
Gerakan otot/ organ Gerakan otot/organ
pernapasan terbatas. pernapasan
signifikan.
Getaran 15-20 per Getaran per detik
detik. lebih besar.
Waktu mengisab dan Waktu mengeluarkan
mengeluarkan udara udara lebih panjang.
sama.
Masuk dan keluar Masuk udara dari
udara dari hidung. hidung. Keluar dari
mulut atau hidung.
Tidak terdapat
hambatan udara.

a. Pembentukan bunyi letup


Bunyi letup terbagi menjadi dua, yang
pertama disebut bunyi letup kerongkongan
karena terjadinya bunyi letupan di
kerongkongan, yang kedua disebut bunyi letup
bukan
Bunyi letup kerongkongan adalah
bunyi hamzah. Bunyi ini terjadi dengan
merapatnya dua buah pita suara sehingga udara
tidak dapat keluar .Paru-patu terus menekan
dengan tekanan tambahanguna memaksa dua
pita suara untuk membuka. Setelah itu,
terjadilah pembukaan mendadak pada dua pita
suara yang mengakibatkan terjadinya bunyi
yang mirip dengan letupan . Bunyi yang lahir
inilah yang disebut dengan (hamzah).
Dengan demikian , bunyi hamzah ini
sebenarnya adalah dari produk dari dua buah
pit suara. Oleh karena itu, ahli fonetik
bahwa hamzah tidak termasuk bunyi bersuara
dan tidak pula masuk bunyi tidak
bersuara(bunyi antara), karena dirasa tidak ada
urgensi mendeskripsikan bunyi itu dengan
bunyi suara atau tidak, selama organ bicara
satu-satunya yang aktif hanyalah buah pita
suara.
Ulama tajwid tidak setuju dengan
spesifikasi hamzah seperti yang disebut ulama
fonetik tersebut,karena menurut mereka
makhraj hamzah adalah di pangkal
tenggorokan yang paling jauh . bukan di pita
suara.
Adapun bunyi letup bukan
kerongkongan , dibentuk di tempat makhraj
masing-masing bunyi tersebut , dengan
merapatnya dua buah organ bicara di saluran
udara ,tepatnya ditempat makhraj sehingga
udara tidak dapat keluar dan terpaksa paru-paru
memompakan udara tambahan untuk memaksa
hambatan tersebut terbuka. Ketika itu
terjadilah bunyi( jim-tho-ta-da-ba) .
Ulama fonetik umum tidak sependapat
dengan ulama tajwid mendeskripsikan
hufuf jim adalah bunyi antara letupan dan
geseran. Dipihak lain mereka menambahkan
huruf dhad dalam barisan bunyi letupan yang
tidak diseujui oleh ulama tajwid.
b. pembentukan bunyi geseran
bunyi geseran terjadi apabila udara
yang datang dari paru-paru tidak mendapat
hambatan yang kuat baik di kerongkongan atau
di luar kerongkongan sehingga udara meluncur
bebas tanpa kesulitan.
Hal ini terjadi dengan salah satu dari
cara tiga berikut; pertama bahwa disaluran
udara terdapat penyempitan ,tetapi tidak
sampai membuat udara sulit meluncur di
tempat tersebut. Kedua, terdapat hambatan
yang tidak keras sehingga udara masih bisa
lolos dari celah-celahnya. ,Ketiga .terdapat
hambatan yang kuat terhadap udara, tetapi
terdapat pula celah-celah yang dapat dilalui
udara, seperti disamping mulut , rongga hidung
dan lain-lain.
c. Pembentukan bunyi suara
Untuk menghasilkan bunyi ini dua buah
pita suara harus bersentuhan, tetapi tidak
sampai merapat sehingga udara yang datang
dari paru-paru masih dapat membuka dan
menutup klep udara di antara dua pita suara itu
dengan mudah, cepat, dan teratur . kondisi
seperti ini mengakibatkan terjadinya getaran
pada dua pita suara. Bunyi yang keluar dalam
posisi pita suara seperti ini disebut dengan
bunyi bersuara.
Ulama tajwid tidak mensyaratkan
adanya adanya getaran dalam pembentukan
bunyi bersuara , tetapi cukup dengan adanya
pengejaan di makhraj dalam proses
pembentukannya.
Bunyi bersuara dalam Arab adalah
(ba – mim – wawu – dza – dzo – dhad –
za – lam – nun – ro – kho – ya – ghoin - ‘ain)
Sedangkan bunyi bersuara dalam bahsa
Indonesia adalah b, m, w, v, d, z, l, n, r, j, c, y,
g, ng, dan ny.
d. Pembentukan bunyi tidak bersuara
Untuk menghasilkan bunyi ini dua pita
suara harus membuka klep lebar-lebar dengan
membentuk semacam segitiga sama kaki
sehingga udara yang datang dari paru-paru
dengan leluasa dapat melewati kerongkongan
tanpa ada hambatan sedikitpun. Bunyi yang
terjadi dengan kondisi pita suara seperti ini
disebut dengan bunyi tidak bersuara.
Bunyi bahasa Arab yang tidak bersuara
adalah
(fa- tsa- ta- tho- sin- shod- syien- kaf-
kho- qof- kha- ha-hamzah)
Sedangkan bunyi bahasa Indonesia
yang tidak bersuara adalah p, f, t, s, sy, k, (kh,
q) ,dan h.
e. Pembentukan bunyi bisikan
Untuk membentuk bunyi ini dua pita
suara harus berdekatan tetapi tidak sampai
mengakibatkan terjadinya gesekan ketika
udara yang datang dari paru-paru melewati
klep pita suara tersebut. Bunyi yang terjadi
dengan kondisi pita suara separti ini disebut
dengan bunyi bisikan.
Semua bunyi yang asalnya bersuara
akan berubah menjadi bunyi tidak bersuara
dalam kondisi ini .Oleh karena itu, dalam
bicara berbisik –bisik tidak ada bunyi yang ber
sifat letupan dan tidak ada pula yang bersufat
bersuara , semua bunyi menjadi geseran dan
tidak bersuara.
Apabila kondisi yang disebut ahli
fonetik umum ini di ambil sebagai pegangan,
maka membaca surah dalam sholat yang tidak
boleh jahr (dzuhur dan asyar)akan menyalahi
aturan qiraah ,karena akan mengubah semua
bunyi bersuara menjadi tidak bersuara.
Seperti disebutkan di atas bahwa ulama
tajwid tidak mensyaratkan harus ada getaran
dalam pembentukan bunyi bersuara, tetapi
cukup dengan dua syarat, masin-masing
mendapatkan tekanan ekstra di daerah makhraj
dan udara bisa meluncur dengan mudah. Kedua
syarat ini teteap terjamin dalam memproduk
bunyi berbisik, jadi tidak menyalahi
aturan qiraah.
Namun demikian , pendapat ulama
fonetik ini lebih banyak diadopsi dan perlu
dipertimbangkan.
3. Proses nasalisasi(Oro Nasal)
Lewat proses inilah ditentukan apakah
suatu bunyi tergolong bunyi mulut murni atau
bunyi hidung termasuk salah satu
unsurnya.Apabila langit-langit lunak atau anak
lidah (tekak)menutup saluran yang mengarah
ke rongga hidung, maka bunyi yang akan
terjadi adalah mulut murni, seperti bunyi( ha,
kha, kaf, jim, ta, sin, tsa, ta) dalam bahasa Arab
dan seperti bunyi b, t, s, j, h, d dalam bahasa
Indonesia.
Apabila langit-langit lunak atau anak
lidah tidak menutup lubang rongga hidung,
maka bunyi yang terjadi akan menjadi bunyi
hidung, seperti bunyi (mim-nun) dalam bahasa
Arab dan bunyi ng dan ny dalam bahasa
Indonesia.
Apabila sebagian udara keluar dari
rongga mulut dan sebagian keluar dari rongga
hidung , maka akan menjadi bunyi dengung
(ghunnah) seperti bunyi paduan dari nun dan
ya
pada kalimat:
‫لمعي نم‬
4. Proses artikulasi(articulation)
Setelah udara yang keluar dari paru-
paru mengambil bentuknya di kerongkongan
,kemudian menetukan arahnya ,apakah akan
keluar dari rongga hidung atau semi, udara
tersebut meneruskan prosenya kepada
prosesartikulasi final, sesuai dengna bentuk
dan sifat dari bunyi yang akan dituturkan.
Proses ini terjadi dengan kerja sama
antara organ bicara aktif dengan organ bicara
pasif. Termasuk organ bicara aktif adalah bibir
bawah, lidah, tekak dan tenggorokan,
sedangkan yang termasuk organ bicara pasif
adalah belahan mulut atas termasuk gigi atas,
gusi, langit-langit keras.
Dalam proses ini peran organ
bicara yang terdapat di rongga mulut sangat
signifikan dalm menetukan corak bunyi yang
akan dihasilkan .Apabila organ bicara
menghadapi menghadapi udara yang datang
dari paru-paru tersebut dengan hambatan yang
kuat dan menyeluruh, maka terjadilah bunyi
letupan, seperti bunyi ( da, qof, tho, ta, ba ),jika
dihadapi dengan hambatan parsial ,akan terjadi
bunyi geseran seperti bunyi( ha, ghoin, kho,
shod, fa, dza, tsa) .
Adapun jika dihadapi dengan hambatan
akan memberi peluang untuk udara keluar dari
tempat lain di bagian mulut , akan terjadilah
bunyi sampingan , seperti bunyi( dhad-
lam) dan seterusnya.
KESIMPULAN
Organ Bicara di Atas Kerongkongan.
a. Tenggorokan.
b. Lidah/Tounge.
c. Langit-langit/Palate.
d. Anak lidahTtekak/Uvula.
e. Gigi /Dental.
f. Bibir/Labial.
g. Rongga hidung/Nasal Cavity.
4. Pembentukan Bunyi Bahasa
· Proses pembentukan/initiation.
· Proses pembunyian/phonation.
· Proses nasalisasi/ oro nasal.
· Proses artikulasi/articulation.

DAFTAR PUSTAKA

Kamal Muhamed bisyr. 1991. Al-Ashwat Al-


Arabiyah. Tc. Kairo:Maktabah Asy-Syabab.
Ahmad Mukhtar Umar. 1991. Dirasat Ash-
Shaut Al-Lughowi, tc. Kairo: Alam Al-Kutub.
Tagrid Sayid Anbar. 1990. Dirasat shautiyah,
tc. Tunis: Alesco.
Abdullah Rabbie Mahmud, dkk.
1988. Ilmu Ash-Syautiyat .Cet II. Mekah:
Maktabat Ath-Tholib Al-Jami’i, 1988.

Anda mungkin juga menyukai