Anda di halaman 1dari 16

Dasar-Dasar

Fonologi
Pengertian Fonologi

 Fonologi adalah bidang linguistik yang


mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa.

Fonemik Fonetik
Fonologi Fonetik

 Fonologi Fonetik mempelajari bunyi bahasa tanpa


memperhatikan fungsi sebagai pembeda makna atau
tidak.
 Contoh : Bunyi (D) dalam kata “tidak” penutur jawa
mengucapkannya secara beraspirasi agak keras
sedangkan oleh penutur suku lain tidak. Bunyi (D)
yang diucapkan baik beraspirasi atau tidak, tidak
membedakan makna dalam bahasa indonesia.
Fonologi Fonemik

 Fonologi Fonemik : mempelajari bunyi bahasa


dengan memperhatikan fungsi dan pembeda makna.
 Contoh : Pada pasangan kata Rupa dan Lupa, bunyi
(R) dan (L) membedakan makna atau fungsional.
Jenis-jenis Fonetik
Fonetik • Yaitu mempelajari bagaimana bunyi-bunyi
Artikulatoris bahasa dihasilkan oleh alat-alat bicara.

• Yaitu mempelajar bunyi bahasa menurut


aspek-aspek fisiknya yang meliputi
Fonetik Akustis frekuensi, getaran, amplitudo, intensitas
dan timbrenya. Fonetik ini lebih berkenaan
dengan bidang fisika.

• Yaitu mempelajari bagaimana mekanisme


penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
Fonetik Auditoris kita. Fonetik ini lebih berkanaan dengan
bidang fisika dan neurologi.
Alat-Alat Bicara
1. Jantung 14. Ujung lidah
2. Batang tengggorok 15.Anak tekak
3. Pangkal tenggorok 16.Langit-langit lunak
4. Pita suara 17.Langit-langit keras
5. Krikoid 18.Gusi, lengkung kaki gigi
6. Tiroid 19.Gigi atas
7. Epiglotis 20.Gigi bawah
8. Akar Aritenoid 21.Bibir atas
9. Dinding rongga kerongkongan 22.Bibir bawah
10. Epiglotis lidah 23.Mulut
11. Pangkal lidah 24.Rongga mulut
12.Tengah lidah 25.Rongga hidung
13.Daun lidah
Artikulasi

Artikulator aktif
Alat ucap yang bergerak atau
 Artikulasi adalah proses digerakkan, misalkan bibir
terjadinya bunyi bahasa bawah dan lidah
melalui alat artikulasi
yang disebut dengan
artikulator. Artikulator Artikulator pasif
ini dibagi menjadi dua Alat ucap yang tidak dapat bergerak
yaitu: atau yang disentuh oleh artikulator
aktif. Misalkan gigi atas, langit-langit
keras dan langit-langit lunak.
Terjadinya Bunyi Bahasa
Klasifikasi Bunyi Bahasa

Bunyi Vokoid (vokal) yaitu bunyi dihasilkan dengan


udara yang keluar dari paru-paru tanpa ada hambatan.
Selain itu juga dapat dipengaruhi bibir dan lidah
Bunyi Kontoid (konsonan) yaitu bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh aliran udara yang menemui berbagai
hambatan atau penyempitan
Bunyi Semi Vokaid yaitu bunyi dikategorikan dalam
semi vokal karena dapat berstatus vokal atau
konsonan. ( w dan y )
Diftong (vokal rangkap)
Diftong merupakan posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini
pada bagian awalnya dan akhirnya tidak sama.
Contoh : (au) dalam kata harimau
(ai) dalam kata landai
Berdasarkan letak posisi atau unsur-unsurnya Diftong dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
 Diftong Naik yaitu terjadi jika vokal kedua diucapkan
dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi dari pada yang
pertama.
 Diftong Turun yaitu bila vokal kedua diucapkan dengan
posisi lidah lebih rendah daripada yang pertama. Contoh
pada kata balai (ai).
Diftong (vokal rangkap)
Unsur Suprasegmental
1. Tekanan atau Stress
Tekanan yaitu menyangkut keras lunaknya bunyi. Jika
suatu bunyi sekmental diucapkan dengan arus udara yang
kuat menyebabkan amplitudonya melebar, dan diikuti
tekanan keras. Sebaliknya jika sebuah bunyi sekmental
diucapkan dengan arus udara tidak kuat hingga
amplitudonya menyempit pasti diikuti dengan tekanan
lunak.
Seperti contoh dalam Bahasa Inggris kata “blackboard”
jika diberi tekanan pada unsur “black” maknanya adalah
papantulis, namun apabila tekanan pada unsur “board”
berarti papan hitam.
2. Nada atau Pitch
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.
Dalam bahasa bernada (tonal) biasanya dikenal 5 macam
nada yaitu :
Nada naik atau meninggi ( / )
Nada datar ( - )
Nada turun atau merendah ( \ )
Nada turun naik ( \/ )
Nada naik turun ( /\ )
3. Jeda atau persendian
yaitu berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus
ujaran. Disebut jeda karena adanya hentian dan
disebut perhentian karena tempat perhentian ada
persambungan antara segmen satu dengan yang lain.
Hal ini yang menjadi batas silabel, biasanya diberi
tanda (+) seperti kata (tam+pil), (ke+te+ta+pan).
Adapun sendi luar menunjukan batas lebih besar dari
pada segmen silabel, biasanya dibedakan menjadi :
Jeda antar kata dalam frase ( / )
Jeda antar frase dalam klausa ( // )
Jeda antar kalimat dalam wacana ( # )
Silabel
 Silabel merupakan satuan-satuan ritmis terkecil dalam
suatu arus ujaran atau runtutan bunyi. Satu silabel
biasanya meliputi satu vokal saja, satu vokal dan satu
konsonan, atau lebih
 Misalnya pada kata “dan” yang terdiri dari bunyi (d)
(a) (n). Bunyi “a” menjadi puncak kenyaringan dan
bunyi “d” dan “n” menjadi bunyi konsonan.
 Akan tetapi sebuah konsonan baik yang bersuara
ataupun tidak kemungkinan juga dapat menjadi
puncak silabis seperti pada kata “bottle” dalam Bahasa
Inggris, dilafalkan (botel) dengan dua buah silabel
yaitu “bot” dan “l” yang berupa silabel konsonan.
Tulisan Fonetis
 Dalam sitem penulisan fonetis yang paling lazim dipakai adalah
sisitem dari Internasional Phonetic Association. Karena kita
memasukkan uraian macam-macam bahasa (bahasa Indonesia,
Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Jawa yang tidak semua bisa
diuraikan sistem fonetisnya), maka kita perlu mengubah lambang
dan kita tambahkan beberapa yang lain.
 Misalnya pada sisitem IPA beberapa contoh tulisan fonetis :
-a adat
- i: mean (inggris)
- dh dhadung (jawa:tali)
- a` e`lan (prancis)
Tanda tambahan lambang fonetis diatas seperti ( : ), ( ` ), dan lain
sebagainya disebut tanda “diakritis” dan tanda bergelombang diatas

Anda mungkin juga menyukai