MAKALAH
Disusun oleh:
Ismiatun Laela Shofa (133211083)
Khoridatun Hidayah (133211084)
Kun Fasikhatul Kh (133211085)
Nailis Sa’adah NM (133211086)
1
‘Ilm al-Lughoh Muqaddimah li al-Qari al-‘Arabiyah . Dar an-Nahdlah al-‘Arobiyah. Beirut
2
Supriyadi,Pendidkan Bahasa Indonesia 4,( Jakarta: Departemen Pendidikan, 1992) hlm 91
3
Achmad HP, Alek Abdullah, Linguistik Umum,(Jakarta : Erlangga)hlm 28
Ketika bernafas, pita suara membuka lebar sehingga udara yang keluar
dari paru-paru melalui tenggorokan tidak ada yang menghalangi.
2) Posisi pita suara bergetar
Jika pita suara bergetar, bagian atasnya membuka sedikit sehingga
membentuk bunyi [b,d,g,m,r]. Jika pita suara tidak bergetar, akan menghasilkan bunyi
[p,t,c,k,f,h,s].
3) Posisi pita suara ketika ngengucapkan bunyi glotal
Ketika ngucapkan konsonan glotal, pita suara menutup sehingga bunyi
yang melalui tenggorokanberhenti sejenak, dan menghasilkan bunyi hamzah .
4) Posisi pita suara ketika berbisik
Posisi pita suara ketika berbisik, bagian bawahnya menutup sedikit, udara
yang keluarnya pun berkurang sehingga bunyi–bunyi bahasa tersebut tidak jelas
terdengarnya.4
Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi-bunyi bahasa.
Fonetik membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, serta bagaimana
bunyi itu dihasilkan. Untuk itu ada tiga macam alat ucap yang digunakan dengan bunyi :
1. Udara adalah yang dialirkan keluar dari paru-paru, ketika berbicara.
2. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat digerakkan atau digeser ketika bunyi
diucapkan.
Alat-alat ucap yang termasuk artikulator antara lain:
a) bibir bawah (labium);
b) gigi bawah (dentum);
c) ujung lidah (apeks);
d) depan lidah (front of the tongue);
e) tengah lidah (lamino);
f) belakang lidah (dorsum); dan
g) akar lidah.
4
Abdul Chaer, Linguistik Umum,(Jakarta: Rineka Cipta,2012) hlm 100
3. Titik artikulasi adalah bagian alat ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator.
Alat-alat ucap yang termasuk pada bagian ini antara lain:
a) bibir atas (labium);
b) gigi atas (dentum);
c) lengkung kaki gigi atas (alveolum);
d) langut-langit keras (palatum);
e) langit-langit lunak (velum); dan
f) anak tekak (uvula).
Jika buny yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan maka bunyi yang dihasilkan
adalah vokal. Bunyi vokal yang dihasilkan dari beberapa hal berikut :
a. Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi)
b. Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi).
c. Maju mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan alveolum atau lengkung kaki
gigi)5
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah
dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal dan bisa bersifat horizontal. Secara
vertikal ada vokal tinggi, vokal tengah dan vokal rendah.
Contoh :
Bunyi vokal tinggi : (i) dan (u)
Bunyi vokal tengah : (e)
Bunyi vokal rendah : (a)
Secara horizontal ada vokal depan dan vokal belakang.
Contoh :
Bunyi vokal depan : (i) dan (e)
Bunyi vokal belakang : (u) dan (o)
5
Supriyadi,Pendidikan Bahasa Indonesia 4,(Jakarta:Departemen Pendidikan, 1992)
Misalnya : Vokal (o) dan vokal (u)
2. Vokal tidak bundar
Disebut vokal tidak bundar karena bentuk mulut tidak membundar melainkan melebar
pada waktu pengucapan vokal tersebut.
Misalnya : Vokal (i) dan vokal (e)
2. Diftong atau vokal rangkap
Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi pada
bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi
rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, dan strukturnya.
Contoh diftong dalam bahasa Indonesia :
(au) seperti pada kata kerbau dan harimau.
(ai) seperti pada kata pandai dan lantai.
Apabila ada dua buah vokal berturutan, namun yang pertama terletak pada suku kata
yang berlainan dari yang ke dua, maka disitu tidak ada diftong. Jadi vokal (au dan ai)
pada kata seperti bau dan lain bukan diftong.
Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, sehingga
dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi
pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua.
Contoh : (ai) balai
(au) kerbau dan
(oi) amboi
Disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua.
Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun. Diftong turun terdapat dalam bahasa
inggris.6
Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu dibedakan adanya tiga jenis fonetik,yaitu :
1. Fonetik artikulatoris ()علم األصوات النطقي
6
Verhaar, Linguistik Umum,( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1982)
Fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis. Yaitu
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan
bunyi bahasa , serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah
fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana
bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik
lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang
kedokteran.7
Kalau kita ingin mengetahui bunyi {p} fonem atau bukan, maka kita cari
misalnya pasangan paku dan baku. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing terdiri
dari empat buah bunyi. Kata paku terdiri dari {p}{a}{k}dan {u}, sedangkan kata baku
terdiri dari kata {b}{a}{k}dan {u}. Jadi pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah
bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga, dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi
pertama, yaitu bunyi {p} pada kata paku dan bunyi {b} pada kata baku.
Dalam bahasa Arab, misalnya, kita bisa memperbandingkan antara kata jalil dan
kata jamil dapat diperlihatkan bahwa kedua contoh itu hanya dibedakan oleh [l] dan [m].
Perbedaan ini merupakan perbedaan yang penting bagi pemakai bahasa Arab karena
perbedaan ini bersifat fonemis. Kedau bunyi ini merupakan realisasi dua fonem yang
berbeda, yakni /l/ dan /m/.
7
Abdul Chaer, Linguistik Umum,(Jakarta: Rineka Cipta,2012) hlm 102
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi bahasa sebagai (fonem)
pembeda makna. Apabila kita berujar lalu arus ujaran itu kita potong atas bagian-bagiannya, dan
bagian-bagian itu dipotong-potong lagi sampai pada unsur-unsurnya yang terkecil maka arus
ujaran yang terkecil itu disebut bunyi ujaran. Tiap bunyi ujaran dalam tiap bahasa mempunyai
fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang dapat membedakan arti ini disebut fonem. Dalam
bahasa Indonesia, secara resmi ada tiga puluh dua buah fonem, yang terdiri atas;
8
Sakholid,Pengantar Linguistik ,analisis teori-teori linguistic dalam bahasa arab,(Medan,Nara Press,2006) hal. 73