Anda di halaman 1dari 26

FONOLOGI

Ria Yulianti dan Frida Unsiah

Nama : Jestin Hendriani

NIM : F1131211031

BAB 1

Fonetik

A. Pengertian Fonologi

Fonologi berasal dari kata Yunani phone (bunyi) dan logos (ilmu). Fonologi
merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum. Kajian
fonologi terbagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah Fonetik ( cabang fonologi
yang mempelajari tata bunyi tanpa kaitannya sebagai pembeda makna ) dan fonemik
( cabang fonologi yang mempelajari tata bunyi dengan kaitannya sebagai pembeda
makna ). Objek kajian fonetik adalah bunyi bahasa manusia.

B. Jenis- jenis ilmu Fonetik


1. Fonetik artikulatoris/organis/fisiologis merupakan cabang ilmu fonetik yang
mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa diproduksi oleh alat-alat ucap
manusia. misalnya: paru-paru sebagai sumber udara, batang tenggorokan,
kerongkongan, pita suara, mulut, velum (langit-langit lunak),palatum (langit-
langit keras), lidah, gusi, gigi, rongga hidung, dan lain-lain.
2. Fonetik akustik
Fonetik akustik merupakan cabang ilmu fonetik yang mempelajari bunyi bahasa
ketika merambat di udara (berupa gelombang bunyi beserta frekuensi dan
kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, getarannya,
amplitudo, intensitasnya, timbrenya, dan lain-lain).
3. Fonetik auditoris/fonetik persepsi
Fonetik auditoris merupakan cabang ilmu fonetik yang mempelajari bagaimana
bunyi-bunyi bahasa diterima oleh telinga sehingga dapat didengar.
4. Fonetik diakronik berkembang pada abad ke-19, Fonetik diakronik mengkaji
perkembangan bunyi bahasa tanpa kaitannya sebagai pembeda makna (fonet.k)
dari masa ke masa. Contoh: dalam bahasa Latin terdapat kata pater (ayah), piscis
(ikan), pes (kaki).
5. Fonetik Terapan
merupakan cabang ilmu fonetik yang fokus mempelajari bunyi bahasa dalam
penerapannya sehari-hari.Sub cabang fonetik terapan yaitu ortoepi ( menelaan
cara/ kaidah pelafalan yg benar pada suatu bahasa )dan ortofoni ( perlakuan
dengan tujuan mengoreksi masalah ujaran ).
C. Gangguan ujaran
Yaitu kesalahan atau ketidakmampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan bahasa
lisan secara baik dan lancer
 Gagap ( St,
gagap merupakan kelainan dalam penghasilan bunyi bahasa berupa pengulangan
konsonan dan suku kata secara spasmodis yang disebabkan oleh gangguan
psikofisiologis. Ciri2 orang gagap biasanya pemandekan, pemanjangan, atau
pengulangan bunyi-bunyi bahasa secara tidak wajar. Alat bantu untuk orang yang
gagap yaitu Laringskop.
 Kerusakan langit-langit mulut ( cleft palate)
Kerusakan langit-langit mulut (langit-langit keras dan atau langit-langit lunak)
mengakibatkan pengucapan bunyi bahasa menjadi terganggu. Alat bantu untuk
pasien yang mengalami kerusakan ini adalah palatografi.
 Kelumpuhan Syaraf Otak ( cerebral palsied )
Kelumpuhan syaraf otak merupakan gangguan ujaran akibat cedera pada bagian
tengah sistem nervous otak manusia. Cedera otak ini mengakibatkan arahan dari
otak ke syaraf penggerak menjadi lemah, pernafasan tidak normal,
ketidaklancaran proses ujaran, kenyaringan, atau kejelasan ujaran. Salah satu alat
bantu untuk membantu orang yang mengalami kelumpuan syaraf otak yaitu
dengan pneumotakograf.
D. Tokoh Ilmu Fonetik dan Kajiannya
 Bertil Malmberg (fonetisi Prancis, 1913)
Malmberg merupakan pakar fonetik dari Prancis kelahiran Swedia (1913).
Malmberg berpendapat bahwa fonetik merupakan kajian ilmu bahasa yang
menitikberatkan pada ekspresi bahasa, bukan isinya. Malmberg membagi ilmu
fonetik menjadi 4 bagian, yaitu fonetik umum (mempelajari bagaimana bunyi
dihasilkan dan organ apa saja yang terlibat), fonetik deskriptif (menelaah
bagaimana perbedaan bunyi bahasa dalam bahasa yang sama sehingga
memunculkan dialek yang berbeda), fonetik sejarah (meneliti kekerabatan bahasa
dan perubahan bunyi dari masa ke masa), dan fonetik normatif (menelaah bunyi-
bunyi baku atau formal)
 J.D. O'Connor (fonetisi Inggris, 1919)
Connor adalah pakar fonetik bahasa Inggris kelahiran London. O'Connor
menyatakan bahwa fonetik merupakan ilmu yang mengkaji bunyi ujar yang
dihasilkan alat ucap manusia. Menurut O'Connor, komunikasi berawal dari otak
pembaca. Otak mempunyai fungsi kreatif dan fungsi saluran. Fungsi kreatif otak
yaitu merespon terhadap kejadian, alat komunikasi ucapan/tulis/isyarat, dan
memastikan bentuk pesan perintah/tanya/berita. Fungsi saluran dari otak yaitu di
mana otot-otot otak memberi perintah dalam bentuk impuls syaraf di sepanjang
saluran rasa yang menghubungkan otak dengan organ-organ wicara.
 David Abercrombie (fonetisi Inggris, 1909) Abercrombie merupakan pakar
fonetik dari Inggris. Abercrombie menyatakan bahwa fonetik merupakan ilmu
yang bersifat teknis dan analitis, dan bahasa berupa percakapan dengan gerak
jasmani yang melatar-belakanginya. Abercrombie juga berpendapat bahwa
perilaku ujar manusia sangat kompleks, yaitu meliputi gerakan paru-paru, lidah,
gigi,langit-langit lembut dan keras serta gerakan alat ucap lainnya.
E. Manfaat Ilmu Fonetik dalam Kehidupan.
 Manfaat teoritis. Penguasaan di bidang fonetik merupakan bekal utama untuk
mengembangkan diri sebagai ilmuwan, khususnya ilmuwan dalam bidang fonetik.
Untuk menjadi seorang ilmuwan fonetik, penguasaan ilmu ini merupakan modal
utama dalam memasukinya.
 Manfaat praktis. Dengan memahami ilmu fonetik, bisa mengetahui bagaimana
proses terjadinya bunyi bahasa, mulai dari pengahasilan bunyi, terbentuknya
vokal, konsonan, semi vokal sampai dengan terucapkannya kata, kelompok kata,
serta kalimat. Dengan memahami ilmu fonetik ini, kita menjadi tahu mengenai
proses penghasilan bunyi bahasa yang sebenarnya.
 Manfaat praktis yaitu dapat mengetahui bagaimana suatu bunyi dihasilkan dan
diucapkan dengan benar oleh penutur sehingga bunyi bahasa yang diucapkan
tersebut dapat di tetima dan di pahami dengan baik
 Secara praktis, penguasaan fonetik juga sangat diperlukan bagi orang yang
berprofesi dan mendayagunakan kemampuan lisannya, misal: pembuatan software
fonetik bahasa Prancis, software fonetik bahasa Inggris dan lain-lain, software
telepon atau komputer untuk orang buta dan lain-lain.

BAB II

Sistem Produksi Bunyi Manusia

A. Organ Wicara Manusia


1. Komponen subglotal ( berkaitan dengan sumber udara sebagai modal dasar
penghasilan bunyi )
 paru-paru (lung)
 batang tenggorok (trachea)
2. Komponen laring ( komponen organ wicara di sekitar tenggorokan )
 pangkal tenggorok (laring)
 pita suara (vokal cord) yang didalamnya ada glottis (celah di antara pita
suara)
 krikoid (cricoid)
 tiroid (thyroid)
 aritenoid (arythenoid)
 dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
 epiglotis (epiglotis)
3. Komponen supraglotal ( organ wicara yang ada di sekitar rongga mulut dan
rongga hidung )
 akar lidah (radiks)
 pangkal lidah (dorsum)
 tengah lidah (medium)
 daun lidah (laminum)
 ujung lidah (apex)
 anak tekak (uvula)
 langit-langit lunak (velum)
 langit-langit keras (palatum)
 gusi (alveolum)
 gigi atas (dentum)
 gigi bawah (dentum)
 bibir atas (labium)
 bibir bawah (labium)
 mulut (mouth)
 rongga mulut (oral cavity)
 rongga hidung (nasal cavity)

B. Proses Produksi Bunyi Bahasa Mandarin


1. Pergerakan pita suara dan glottis
 Apabila pita suara terpisah atau terbuka lebar, udara dapat keluar melalui
glotis tanpa hambatan. Hal ini akan menyebabkan tidak ada bunyi yang
dihasilkan.
 Apabila dua pita suara membuka agak lebar maka akan dihasilkan bunyi
tak bersuara, misalnya bunyi [p], [s], atau [t].
 Apabila dua pita membuka sedikit atau sempit maka pita suara itu akan
bergetar apabila dilalui udara. Hal ini akan menghasilkan bunyi bersuara,
misalnya bunyi [b], [z], atau [d].
 Apabila dua pita suara tertutup rapat maka akan dihasilkan bunyi hambat,
misalnya bunyi glotal [?].
2. Pergerakan langit-langit lunak ( velum ) dalam menghasilkan bunyi Bahasa.
 Bila velum naik dan uvula menutup jalan rongga hidung maka arus udara
keluar melalui rongga mulut. Bunyi yang dihasilkan dari proses ini adalah
bunyi oral, misalnya bunyi [a, i, u, e, o, p, t, k, b, d, gl.

 Bila velum turun dan uvula menutup rongga mulut maka arus udara akan
keluar melalui rongga hidung. Bunyi yang dihasilkan dalam proses ini
adalah bunyi nasal, misalnya bunyi [ō, ẽ, œ, ā, m, n, η].
Artikulator aktif merupakan organ wicara yang dapat bergerak aktif.
Artikulator pasif merupakan organ wicara yang bersifat statis atau tidak bergerak.
Artikulator aktif dan pasif ini mempunyai peran dan tugasnya masing-masing.
Berikut merupakan pembagian tugas dan peran artikulator aktif dan pasif tersebut.
 Langit-langit keras (palatum) berfungsi sebagai artikulator pasif
(artikulator yang diam atau tidak bergerak), sedangkan artikulator aktif
(artikulator yang bergerak) yaitu apeks (ujung lidah) atau laminum (daun
lidah).
 Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum berfungsi sebagai
artikulator pasif, sedangkan artikulator aktif yaitu apeks (ujung lidah)
atau laminum (daun lidah).
 Dalam pembentukan bunyi bahasa, dentum berfungsi sebagai artikulator
pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah apeks (ujung lidah) atau
labium (bibir).
 Dalam pembentukan bunyi bahasa, bibir bawah dapat berfungsi sebagai
artikulator aktif, sedangkan artikulator pasifnya yaitu bibir atas. Bunyi
yang dihasilkan adalah bunyi bilabial (bunyi [b] [p]).
 Lidah terdiri atas apeks (ujung lidah), laminum (daun lidah), dorsum
(pangkal lidah), root (akar lidah). Lidah berlaku sebagai artikulator aktif,
sedangkan alat ucap lain bertindak sebagai artikulator pasif.

Udara yang sampai di rongga mulut atau rongga hidung hanya diganggu
oleh posisi lidah atau bentuk mulut, atau malah diganggu oleh alat-alat ucap
lainnya. Hal ini mempengaruhi keluaran arus udara tersebut akan menjadi vokal,
konsonan atau semi vokal.

 Apabila arus ujar sebelum keluar dari mulut hanya diganggu oleh posisi
lidah dan bentuk mulut maka yang keluar adalah bunyi vokal, misalnya
vokal [a, i, u, e, o].
 Bila arus ujar itu dihambat oleh alat-alat ucap maka terjadilah bunyi
konsonan, misalnya konsonan [p, b, g, r, l, m, n].
 Semi-vokal merupakan bunyi bahasa yang mempunyai sifat vokal dan
sekaligus konsonan. Semi vokal diucapkan seperti vokal tetapi kemudian
cepat beralih ke bunyi yang lain. Contoh semi vokal: misalnya semi vokal
bahasa Prancis [j, ų, w].

Posisi lidah dan bentuk mulut pun nantinya juga akan mempengaruhi jenis
vokal yang dihasilkan. Berikut merupakan jenis-jenis vokal berdasarkan posisi
lidah dan bentuk mulut saat bunyi bahasa dihasilkan.

 Jika posisi lidah tinggi/sedang/rendah maka jenis vokal yang dihasilkan


pun menjadi vokal tinggi, vokal sedang atau vokal rendah. Jika posisi
lidah di depan/tengah/belakang maka jenis vokal yang dihailkan yaitu
vokal depan, vokal tengah atau vokal belakang.
 Jika mulut membundar maka terbentuklah vokal bundar [misalnya vokal
u, œ, 0, 0, 0, 0). Jika mulut tak bundar maka terbentuklah vokal tidak
bundar [misalnya vokal e, i, e, ǝ].
 Jenis vokal yang dihasilkan oleh arus udara yang keluar melalui rongga
hidung adalah vokal nasal, misalnya vokal [õ, ā, ē, @].
C. Penamaan Bunyi Bahasa Manusia
Vokal merupakan bunyi bahasa yang diucapkan tanpa adanya hambatan dari
organ wicara manusia, misalnya bunyi vokal [a], [a], [i], [u], [e], [o], [a], [], [], [], [], [],
[], [œ], [ā]. Konsonan merupakan bunyi bahasa yang diucapkan dengan menghambat
bunyi seluruh atau sebagian, misalnya bunyi konsonan [b], [p], [m], [n], [d], [t], [n], [],
[n[n], [x], [q], [г], [B], [h]. Semi-vokal merupakan bunyi bahasa yang mempunyai sifat
vokal dan sekaligus konsonan. Semi vokal diucapkan seperti vokal tetapi kemudian cepat
beralih ke bunyi yang lain, misalnya semi vokal bahasa Prancis [j, ų, w].], [j], [c], [J], [s],
[g], [k],.
Berikut merupakan penamaan bunyi berdasarkan titik artikulasinya.
 Artikulasi bilabial (bibir bawah dan atas): [m, p, b].
 Artikulasi labiodental (bibir bawah dan gigi atas): [f, v, w].
 Artikulasi interdental (gigi bawah, gigi atas, ujung lidah): [1]. 4. Artikulasi
apikodental (ujung lidah dan gigi atas) : [d , t, n, 1] . 5. Artikulasi apikoalveolar
(ujung lidah dan gusi atas): [d, t, n, l,r].
 Artikulasi laminodental (daun lidah dan gigi atas): [0] pada kata 'thick', 'though'
bahasa Inggris.
 Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras): [n. c, j, f, s].
 Artikulasi laminoalveolar (daun lidah dan gusi atas): [z].
 Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit-langit keras): [1].
 Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit-langit lunak): [k, g, n, x].
 Artikulasi dorsovular (pangkal lidah dan anak tekak): [q, B].
 Artikulasi oral (penutupan arus udara ke rongga hidung): [a, k, I].
 Artikulasi nasal (penutupan arus udara ke rongga mulut): [m, n, η].
 Artikulasi radikofaringal (akar lidah dan dinding kerongkongan): [h].
 Artikulasi glotal (penutupan glotis secara rapat):[?].

Penamaan bunyi menurut titik artikulasinya.

 Bunyi plosif/hambat/letup, yaitu bunyi dimana arus ujar dihambat pada titik
tertentu lalu tiba-tiba diletupkan, misalnya bunyi [p, b, t, d, k, g, ?].
 Bunyi nasal, yaitu bunyi dimana arus ujar dihambat pada titik tertentu lalu
dikeluarkan melalui rongga hidung, misalnya: bunyi [m, n, ŋ].
 Bunyi afrikat/paduan, yaitu bunyi dimana arus ujar dihambat pada titik tertentu
lalu diletupkan didesiskan/digeserkan, misalnya: bunyi [c, j].
 Bunyi frikatif/desis, yaitu bunyi dimana arus ujar dihambat pada titik tertentu lalu
didesiskan/digeserkan, misalnya bunyi [s, f, z, x, f, v].
 Bunyi lateral/sampingan, yaitu bunyi dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan
lidah, misalnya: bunyi [1].
 Bunyi tril/getar, yaitu bunyi arus ujar dikeluarkan melalui samping kanan dan kiri
lidah lalu digetarkan, misalnya: bunyi [г, в].
 Bunyi semi vokal/hampiran, yaitu bunyi dimana arus ujar awalnya diganggu oleh
posisi lidah lalu diganggu oleh titik artikulasi tertentu, misalnya: bunyi [j, ų, w].
D. Jenis-Jenis Bunyi Bahasa Manusia
Berikut jenis-jenis bunyi Bahasa yang dapat di hasilkan oleh alat ucap :
1. Bunyi vokal, bunyi konsonan, bunyi semi vocal
 Bunyi vokal, yaitu bunyi yang dihasilkan setelah arus udara keluar dari glotis
(celah pita suara), lalu arus ujar hanya diganggu atau diubah oleh posisi lidah
dan atau bentuk mulut.
 Bunyi konsonan, yaitu terjadi setelah arus ujar melewati pita suara, diteruskan
ke rongga mulut dengan mendapat hambatan dari titik artikulator aktif
maupun pasif.
 Bunyi semivokal/hampiran/aproksiman, yaitu bunyi yang proses
pembentukannya mula-mula secara vokal lalu diakhiri secara konsonan.
2. Bunyi oral dan bunyi nasal
 Bunyi oral, yaitu bunyi dimana arus ujar keluar melalui rongga mulut. Contoh
bunyi oral yaitu [a], [a], [i], [u], [e], [0], [2], [ε], [0], [œ], [2], [k], [g], [s], [t].
 Bunyi nasal, bunyi dimana arus ujar keluar melalui rongga hidung. Contoh
bunyi nasal yaitu [ō], [ẽ], [œ], [ā], [m], [n].
3. Bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara
 Bunyi bersuara, yaitu bunyi dimana pita suara ikut bergetar dalam produksi
bunyi. Contoh bunyi bersuara yaitu [b], [d], [g].
 Bunyi tak bersuara, yaitu bunyi dimana pita suara tidak ikut bergetar dalam
produksi bunyi. Contoh bunyi tak bersuara yaitu [s], [p], atau [t].
4. Bunyi keras (fortis) dan bunyi lunak (lenis)
 Bunyi keras (fortis), yaitu bunyi yang terjadi karena pernafasan yang kuat dan
otot tegang. Contoh bunyi keras yaitu [k, g, r].
 Bunyi lunak (lenis), yaitu bunyi yang terjadi karena pernafasan lembut dan
otot kendur. Contoh bunyi lunakyaitu [m, n, s].
5. Bunyi panjang dan bunyi pendek (dalam bahasa Arab/Latin)
 Bunyi panjang, bunyi yang diucapkan atau diartikulasikan lama. Contoh bunyi
panjang yaitu dalam bahasa Arab [bismillaah].
 Bunyi pendek, yaitu bunyi yang diucapkan atau diartikulasikan pendek.
Contoh bunyi pendek yaitu dalam bahasa Arab [alhamdulillah].

6. Bunyi tunggal dan bunyi rangkap


 Bunyi vokal tunggal (monoftong), yaitu bunyi vokal tunggal yang diucapkan
dalam 1 silabel, contoh: aku, ibu, that 'itu', mother 'ibu'.
 Bunyi vokal rangkap (diftong), yaitu bunyi vokal rangkap yang diucapkan
dalam 1 silabel, contoh: gulai [gulay].
 Bunyi konsonan tunggal (monokonson), yaitu bunyi konsonan tunggal yang
diucapkan dalam 1 silabel, contoh: rumah, kakak, jolie 'cantik'.
 Bunyi konsonan rangkap (klaster), yaitu bunyi konsonan rangkap yang
diucapkan dalam 1 silabel, contoh: klinik, pro, grosir, table 'meja', clock 'jam'.
7. Bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring
 Bunyi nyaring, yaitu bunyi yang tingkat kenyaringannya tinggi (bunyi-bunyi
vokal). Contoh bunyi nyaring yaitu [a], [i], [u], [e], [o], [2], [], [], [], [2], [], [],
[œ], [a].
 Bunyi tak nyaring, yaitu bunyi yang tingkat kenyaringannya rendah (bunyi
konsonan). Contoh bunyi tak nyaring yaitu [b], [p], [m], [n], [d], [t], [n], [1],
[n], [j], [c], [J], [s], [g], [k], [n], [x], [q], [r], [8], [h].
8. Bunyi segmental dan bunyi suprasegmental
 Bunyi segmental, yaitu bunyi yang dapat disegmentasikan, misalnya bunyi-
bunyi vokal dan konsonan.
 Bunyi suprasegmental, yaitu bunyi-bunyi yang tidak dapat disegmentasikan,
misalnya tekanan, nada, jeda, durasi/ritme (dalam bahasa Cina atau bahasa
Ngbaka di Kongo Utara).
9. Bunyi utama dan bunyi sertaan/pengiring
 Bunyi utama, yaitu bunyi yang utama keluar, misalnya bunyi [a, k, u].
 Bunyi sertaan atau pengiring, yaitu bunyi sertaan yang menyertai bunyi
utama, misalnya pada kata [duwa], [kuliyah]. Berikut beberapa macam bunyi
sertaan/pengiring.

BAB III

Vokal

A. Definisi Vokal

Vokal merupakan jenis bunyi ujar di mana arus udara setelah keluar dari glotis
tidak mendapat hambatan dari alat ucap hanya diganggu oleh posisi lidah atau bentuk
mulut. Contoh bunyi vokal yaitu vokal [a], [q], [i], [y], [e], [ə], [2], [0], [2], [u], [o], [2],
[0], [€], [a] dan [œ]. Seperti yang telah dijelaskan di bagian awal, bunyi vokal ada dua
macam, yaitu vokal oral dan vokal nasal. Vokal oral merupakan bunyi vokal yang ketika
udara keluar tanpa melalui hambatan itu keluar melalui rongga mulut.

B. Jenis-Jenis Vokal

1. Vokal Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia terdapat 6 jenis vokal. Seluruh vokal ini merupakan
vokal oral, yaitu vokal [i], [u], [e], [ə], [o] dan [a]. Contoh penerapan vokal dalam bahasa
Indonesia yaitu pada kata ini, buku, ekor, elang, ongkos, akbar

2. Vokal Bahasa Inggris

Bahasa Inggris juga mempunyai sistem vokal yang khas. Dari pengamatan yang
dilakukan, dalam bahasa Inggris terdapat 12 macam vocal yaitu /ʌ/, /A/, /æ/, /ɒ/, /ɔː/,
/ɜː/, /e/, /ə/, /ɪ/, /Saya/, /ʊ/, /uː/.

3. Vokal Bahasa Prancis

Vokal bahasa Prancis tergolong vokal yang cukup kompleks dan beragam
dibandingkan vokal-vokal dalam bahasa lain. Menurut pengamatan yang dilakukan
terdapat 16 vokal dalam bahasa Prancis. Vokal-vokal ini terdiri atas 12 vokal oral dan 4
vokal nasal.
 Vokal oral merupakan vokal yang dihasilkan oleh arus udara yang keluar dari
paru-paru naik ke atas tanpa mendapatkan hambatan kemudian mendorong langit-
langit lunak (velum) ke atas menutup rongga hidung sehingga bunyi keluar
melalui rongga mulut. Contoh bunyi vokal oral yaitu vokal [a, a, i, y, u, e, Ə, E, 0,
0, 0, œ].
 Vokal nasal merupakan vokal yang dihasilkan oleh arus udara yang keluar dari
paru-paru naik ke atas tanpa mendapatkan hambatan kemudian mendorong langit-
langit lunak (velum) turun ke bawah menutup rongga mulut sehingga bunyi
keluar melalui rongga hidung. Contoh bunyi vokal nasal yaitu vokal [õ, ā, ë, œ].

C. Interferensi Fonetis Vokal Bahasa Indonesia ke dalam Vokal Bahasa Asing

Pada proses penutur bahasa Indonesia yang berusaha mengucapkan vokal bahasa
asing dengan baik tersebut terjadilah interferensi fonetis vokal bahasa Indonesia ke dalam
vokal bahasa asing, yaitu: penutur asli bahasa Indonesia berusaha mengucapkan vokal-
vokal bahasa asing tersebut (misal: vokal bahasa Inggris/Prancis) dengan mencari cara
pengucapan yang mirip vokal bahasa Indonesia. Contoh vokal bahasa Inggris yang tidak
ada dalam bahasa Indonesia dan cara penutur asli bahasa Indonesia berusaha
mengucapkannya.

 Vokal [I] bahasa Inggris diucapkan mirip vokal [i] bahasa Indonesia tetapi
lebih panjang dan agak mengarah bunyi [e]. Contoh: hid 'bersembunyi', bit
'sedikit, list 'daftar', lick 'menjilat'.
 Vokal [A] bahasa Inggris diucapkan seperti bunyi vokal [a] dengan bibir
terbuka lebar. Contoh: cap 'topi', but 'tetapi.' Vokal [a] bahasa Inggris
diucapkan mirip vokal [a] bahasa Indonesia tetapi lebih panjang dan mulut
membundar agak berbunyi [o]. Contoh: car 'mobil', father 'ayah'.
 Vokal [æ] bahasa Inggris juga diucapkan mirip vokal [a] bahasa Indonesia
tetapi agak berbunyi [e]. Contohnya: bad 'buruk', cat cat 'kucing', can
'bisa/dapat', plan 'rencana'. Vokal [D] bahasa Inggris diucapkan mirip vokal
[o] bahasa Indonesia namun agak berbunyi [a]. Contohnya: not 'tidak/bukan',
God "Tuhan', got 'mendapat'.
 Vokal [u] bahasa Inggris diucapkan mirip vokal [u] bahasa Indonesia namun
lebih panjang. Contoh: put 'mengambil', food makanan', too 'juga', you
'kamu/Anda'.
 Vokal [3] bahasa Inggris diucapkan mirip vokal [ə] bahasa Indonesia tetapi
lebih panjang. Contoh: turn 'belok', Sir "Tuan', bird 'burung', shirt 'pakaian'.

D. Diftong Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Prancis

Pengucapan dua atau lebih buah vokal dalam satu silabel (suku kata) ini disebut
dengan diftong. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia antara lain pada kata amboi
[amboy], andai [anday], kalau [kalaw]. Dalam bahasa Prancis pun juga mengenal diftong.
Contoh diftong dalam bahasa Prancis misalnya pada kata toi 'raja' [kamu], moi 'saya'
[mwa], bien 'baik' [bjɛ], lui 'dia' [lwi].

1. Diftong dalam bahasa Indonesia biasanya berjenis diftong naik.


 Diftong/ay/, contoh: andai, gulai, selai, pantai.
 Diftong/oy/, contoh: amboy.
 Diftong/aw/, contoh: silau, pulau, harimau.
2. Berikut merupakan contoh diftong dalam bahasa Inggris.
 Diftong/ei/, contoh: pada kata bay 'teluk', fade 'luntur'.
 Diftong /ar/, contoh: pada kata buy 'membeli', hide 'bersembunyi'.
 Diftong /21/, contoh: pada kata boy 'anak laki-laki', void 'kosong'.
3. Berikut merupakan contoh-contoh diftong dalam bahasa Prancis.
 Diftong/wa/, contoh: pada kata toi 'kamu'.
 Diftong/wɛ/, contoh: pada kata soin 'perhatian'.
 Diftong/ui/, contoh: pada kata lui 'dia'.

BAB 4

Konsonan

A. Definisi Konsonan

Bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara setelah arus ujar keluar dari glotis lalu
mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut atau rongga hidung
disebut konsonan. Contoh bunyi konsonan yaitu bunyi [b], [p], [m], [n], [d], [t], [n], [1], [n], [j],
[c], [f], [s], [g], [k], [q], [x], [q], [r], [B], [h].

B. Klasifikasi Konsonan

 Titik artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan atau tempat bertemunya
artikulator aktif (artikulator bergerak, misal lidah) dan artikulator pasif (artikulator tidak
bergerak, misal gusi, palatum dan lain-lain). Sebagai contoh yaitu bunyi [p].
 Cara artikulasi, yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang baru
keluar dari glotis. Misal: bunyi [p] dihasilkan dengan cara mula-mula arus udara
dihambat
 pada kedua belah bibir lalu diletupkan dengan keras. Oleh sebab itu bunyi [p] disebut
bunyi frikatif (geseran).
 Bergetar tidaknya pita suara, yaitu klasifikasi konsonan berdasarkan bergetar tidaknya
pita suara. Apabila dalam proses produksi bunyi pita suara ikut bergetar maka disebut
konsonan bersuara. Jika dalam proses produksi bunyi pita.

C. Konsonan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia terdapat 24 buah konsonan. Konsonan-konsonan dalam bahasa


Indonesia ini antara lain konsonan [b], [p], [m], [f], [v], [d], [t], [n], [][][][][], [i], [J], [s], [g],
[k], [n], [x], [h], [w], [y], dan [?]. Contoh penerapan konsonan dalam bahasa Indonesia yaitu
misalnya pada kata: batu, panah, makan, foto, video, data

D. Konsonan Bahasa Inggris

Bahasa Inggris juga mempunyai sistem konsonan yang khas yang bisa jadi sama, mirip,
atau berbeda dengan sistem konsonan dalam bahasa lain. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, dalam bahasa Inggris terdapat 24 buah konsonan. Konsonan-konsonan dalam
bahasa Inggris tersebut antara lain [p], [t], [k], [b], [d], [g], [1], [m], [n], [h], [w], [s], [z], [3],
[], [d3], [t], [8], [0], [r], [v], [f],[n], dan [j] (Yule, 2010).

E. Konsonan Bahasa Prancis

Bahasa Prancis juga mempunyai sistem konsonan yang khas yang bisa jadi ada yang
sama, hampir sama atau bahkan ada yang berbeda dengan sistem konsonan dalam bahasa-
bahasa lainnya. Misalnya, dalam bahasa Prancis terdapat konsonan [3] (misalnya pada kata je
'saya') yang mungkin tidak ada dalam sistem konsonan bahasa lainnya termasuk dalam
sistem konsonan bahasa Indonesia.

F. Semi Vokal

Semi vokal adalah bunyi bahasa yang mempunyai sifat vokal dan sekaligus konsonan.
Semi vokal diucapkan seperti vokal, tetapi kemudian cepat beralih ke konsonan.Pengucapan
Bunyi Semi Vokal Bahasa Prancis Semi vokal bahasa Prancis diucapkan dengan
membundarkan bunyi [u] diikuti bibir melebar bunyi [i] secara cepat. Misal pada kata nuit
'malam' [nųi], huit 'delapan' [hut].

G. Interferensi Konsonan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Asing

Dari analisa yang dilakukan, terdapat 6 konsonan bahasa Inggris yang tidak ada dalam
bahasa Indonesia yaitu konsonan [d], [0], [3], [J], [d3] dan [t]. Contoh interfernsi konsonan
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, yaitu: Konsonan [0] diucapkan mirip bunyi [dh]
dalam bahasa Indonesia, contohnya pada kata bahasa Inggris them 'milik mereka'. Konsonan
[0] diucapkan mirip bunyi [th] dalam bahasa Indonesia, sebagai contoh kata bahasa Inggris
think 'berpikir'.

H. Klaster

Pengucapan dua atau lebih bunyi konsonan dalam satu silabel (satu suku kata) sering kita
sebut dengan klaster.Contoh klaster dalam bahasa Indonesia: klakson, pro, traktor. Contoh
klaster dalam bahasa Inggris: classes 'kelas', strategy 'strategi', clock 'jam' dan lain-lain.
Contoh klaster dalam bahasa Prancis: plonger 'menyelam', bravo 'hebat, grand 'tinggi', group
'kelompok'

BAB V

Unsur Suprasegmental ( prosodi bunyi )

A. Unsur Segmental dan Unsur Suprasegmental Bunyi


Arus ujar merupakan deretan bunyi yang saling menyambung, terus-menerus dan
berselang-seling dengan jeda tertentu (singkat atau agak singkat) disertai dengan keras
lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, panjang pendek bunyi, dan lain-lain.

B. Unsur Suprasegmental (Prosodi Bunyi)

Unsur-unsur suprasegmental ini terjadi atau berlangsung ketika bunyi segmental


diproduksi. Jadi, ketika arus ujar dihasilkan, atau ketika terjadi proses produksi bunyi,
terdapat unsur segmental (vokal, konsonan, atau semi vokal) yang diiringi dengan unsur-
unsur suprasegmental tersebut (nada/pitch, tone, tekanan/stress dan jeda/persendian).

1. Intonasi (intonation)

Intonasi (melodi) adalah perbedaan nada (pitch) dalam tuturan.Intonasi bisa


menandai jenis kalimat. Misalnya, intonasi turun menandai jenis kalimat itu adalah
kalimat deklaratif (kalimat berita/pernyataan).

 Intonasi eksklamatif (intonasi menyerukan sesuatu) Intonasi eksklamatif


ditandai dengan menurunnya pitch secara tajam. Contoh: How beautiful the
sea is! 'Indahnya laut itu!
 Intonasi Imperatif (intonasi memerintah) Intonasi imperatif sama dengan
intonasi eksklamatif yaitu turunnya nada (pitch) secara tajam pada bagian
akhir. Contoh: Open the door! 'Bukalah pintu itu!'
 Intonasi interogatif (menanyakan sesuatu) Pertanyaan dengasn jawaban
ya/tidak ditandai dengan kenaikan secara tajam pada akhir silabel. Contoh:
Have you eaten? 'Apakah Anda sudah makan?'
2. Nada (pitch)
Nada (pitch) berkaitan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.Jika bunyi
segmental diucapkan dengan frekuensi tinggi maka akan disertai dengan nada
(pitch) yang tinggi pula dan sebaliknya. Variasi nada (pitch) dalam kalimat
disebut sebagai intonasi. Intonasi dapat menyampaikan sikap dan perasaan.
Intonasi dapat pula berfungsi sintaksis menandai akhir kalimat.
3. Tone
Ada beberapa bahasa di dunia di mana penyeruan nada (pitch)
mempengaruhi makna. Di sini, nada bersifat fonemis (membedakan makna).
Misalnya, sebuah suku kata diucapkan mendatar akan mempunyai makna yang
bisa jadi berbeda ketika suku kata tersebut diucapkan dengan nada naik. Jadi,
nada (pitch) mempengaruhi makna. Bahasa-bahasa tonal di dunia antara lain
bahasa Mandarin, bahasa Vietnam, serta Thai. Dalam bahasa tonal, biasanya ada 5
macam nada:
 Nada naik (')
 Nada datar ()
 Nada turun (')
 Nada turun naik ()
 Nada naik turun (^)

Contoh tone Bahasa Mandarin:

 mă (媽/妈) "Ibu"

 má (麻/麻) "tanaman ganja" / "kuda"

 mă (馬/马) "cerewet" / Tekanan (stress)

4. Tekanan (stress)

Merupakan intensitas atau penekanan yang diberikan pada sebuah silabel


(suku kata) atau tuturan. Hasil penekanan ini berupa bunyi yang diucapkan lebih
keras dari pada bagian yang lain. Tekanan (stress) dapat berfungsi untuk
membedakan makna. Contoh: Dia menangkap kucing itu. ( Dia yang menangkap,
bukan lainnya)

5. Jeda (persendian)

Berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujaran. Sendi dalam, yaitu
jeda atau persendian yang menunjukkan batas antara satu silabel (suku kata)
dengan silabel yang lain (+). Sendi luar, yaitu jeda atau persendian menunjukkan
batas yang lebih besar dari silabel.
6. Durasi
Panjang-pendek pengucapan suku kata atau kata ini dapat mempengaruhi
makna kata tersebut. Panjang-pendek bunyi ujar ketika bunyi tersebut diucapkan
disebut juga dengan durasi.

BAB 6

Alfabet Fonetik dan Transkripsi Fonetik

A. Alfabet Fonetik Internasional (IPA)

Alfabet fonetik internasional diatur dalam IPA (bahasa Inggris: International Phonetic
Alphabet) atau API (bahasa Prancis: Alphabet Phonétique International). Penyusunan alfabet
fonetik ini penting dilakukan karena abjad Latin hanya 26 buah huruf atau grafem, sedangkan
realisasi bunyi bahasa banyak sekali melebihi jumlah huruf tersebut. Berikut contoh penggunaan
alfabet fonetik untuk menggambarkan bunyi-bunyi serta kombinasinya dalam bahasa Indonesia.
ibu [ibu], sate [sate], elang [Əlaŋ] Contoh penggunaan alfabet fonetik untuk menggambarkan
bunyi-bunyi serta kombinasinya dalam bahasa Inggris feel [fil] 'merasa', [sit] 'duduk', pen [pen]
'pulpen'.

B. Alfabet Fonetik Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia pun mengenal adanya alfabet fonetik. Alfabet fonetik dalam
bahasa Indonesia mengikuti aturan dalam alfabet fonetik internasional (IPA).

C. Alfabet Fonetik Bahasa Prancis

Bahasa Prancis juga mempunyai sistem alfabet fonetik yang berdasar IPA. Berikut
merupakan alfabet fonetik bahasa Prancis menurut IPA. Berikut contoh penerapan alfabet fonetik
dalam bahasa Prancis: malade [malad] sakit, pâte [pat] 'adonan'

D. Transkripsi Fonetis

Transkripsi fonetis adalah transkripsi yang berusaha menggambarkan perwujudan bunyi


secara sangat teliti. Sebagai contoh, kata ember mempunyai perwujudan bunyi atau transkripsi
fonetis [Ember]. Transkripsi fonetis adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa yang akurat atau secara
tepat menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Berikut merupakan contoh transkripsi fonetis
vokal dan konsonan dalam bahasa Indonesia. [oran] orang, ini [ini], kirim [kirlm], buku [buku],
lele [lele]. Contoh transkripsi fonetis konsonan dan vokal dalam bahasa Inggris feet [fi:t] 'kaki',
hit [hit] 'memukul', us [as] 'kami/kita'.

BAB 7

FONEMIK

A. Fonetik dan Fonemik

Dalam fonologi atau cabang ilmu linguistik yang mempelajari tata bunyi dikenal istilah
fonetik dan fonemik. Fonetik merupakan cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
kaitannya dengan pembeda makna Contoh bidang kajian fonetik misalnya: vokal (a, i, u, e, o],
konsonan [k, t, b, d, gl, atau semi vokal [j, ч, w].

Fonemik merupakan cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan


memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna. Objek kajian fonemik adalah fonem. Contoh
kajian fonem adalah fonem vokal /a/, /i/, /y/, /u/, /o/, fonem konsonan /b/, /d/, /g/, /k/, fonem semi
vokal: fonem /j/, /4/, /w/, dan lain-lain.

Jadi fonem adalah satuan bunyi terkecil yang tidak dapat membedakan makna. Sebagai
contoh adalah fon vokal [a], [i], [y], fon konsonan [p], [b], [g], fon semi vokal [j], [4], [w]

B. Pasangan Minimal (Minimal Pair)

Pasangan minimal (minimal pair) adalah membandingkan dua buah bentuk bahasa yang
bunyinya mirip untuk mengetahui apakah bunyi bahasa tersebut membedakan makna
(merupakan fonem) atau tidak.

C. Fonem Bahasa Indonesia

Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas fonem vokal dan fonem konsonan. Fonem
vokal merupakan bunyi ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru
dan telah terbukti sebagai pembeda makna. Fonem konsonan merupakan bunyi ujaran yang
dihasilkan dari paru-paru dengan mengalami rintangan saat keluarnya serta telah terbukti dapat
membedakan makna.
Dalam bahasa Indonesia juga terdapat sejumlah fonem konsonan. Menurut pengamatan
yang dilakukan terdapat 22 fonem konsonan dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem konsonan
/b/, /p/, /m/, /w/, /f/, /d/, /t/, /n/, /l/, /r/, /z/, /s/, /s/, /p/,/j/,/c/, /y/. /g/,/k/,/n/,/x/, dan fonem
/h/.Fonem Bahasa Inggris salah satu contohnya /i/ glee /gli:/ berbunyi seperti huruf "i" dalam
bahasa Indonesia, dibaca panjang sekitar 2 ketukan

D. Fonem Bahasa Prancis

Fonem vokal bahasa Prancis terdapat 16 buah yang terdiri atas 12 fonem vokal oral dan 4
fonem vokal nasal. Fonem konsonan dalam bahasa Prancis terdapat 18 buah. Selain itu, terdapat
3 fonem semi vokal dalam bahasa Prancis.

E. Fonem dan Alofon

Dalam analisis pasangan minimal, bunyi-bunyi bahasa yang dapat membedakan makna
merupakan fonem. Bahasa Indonesia mempunyai 2 alofon, yaitu alofon [i] dan alofon [I]. Lalu
dapat dikatakan pula, fonem /u/ dalam bahasa Indonesia mempunyai 2 alofon, yaitu alofon [u]
dan alofon [U]. Jadi alofon merupakan anggota dari sebuah fonem atau varian dari sebuah fonem
yang tidak membedakan makna. Alofon dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa
Prancis fonem vokal /i/ dalam bahasa Indonesia mempunyai dua alofon, yaitu alofon [i] dan [I].
Selain itu, menurut pengamatan yang dilakukan, fonem vokal /e/, dalam bahasa Indonesia
mempunyai dua alofon, yaitu alofon [e] dan [ɛ]. Fonem vokal /u/ dalam bahasa Indonesia
mempunyai dua alofon, yaitu alofon [u] dan [U]. Begitu juga fonem vokal /o/ dalam bahasa
Indonesia juga mempunyai dua alofon, yaitu alofon [o] dan [2].

F. Alofon dan Dialek

Dialek tersebut muncul karena perkembangan dan perbedaan geografis. Perbedaan


geografis tersebut menyebabkan adanya dialek, dan dialek tersebut merupakan alofon karena
tidak membedakan makna. Contoh dialek dalam bahasa Jawa yaitu terdapat dialek bahasa Jawa-
Banyumasan, dialek bahasa Jawa-Tengah, dialek bahasa Jawa- Timuran.

BAB 8

Transkripsi Fonetis dan Fonemis

A. Transkripsi Fonetis
Transkripsi fonetis adalah transkripsi yang berusaha menggambarkan perwujudan bunyi
secara sangat teliti. Sebagai contoh, kata ember mempunyai perwujudan bunyi atau transkripsi
fonetis [Ember]. Contoh transkripsi fonetis vokal dan konsonan dalam bahasa Indonesia seperti
[oran] orang, ini [ini], kirim [kirlm], buku [buku], lele [lele]. Contoh transkripsi fonetis konsonan
dan vokal dalam bahasa Inggris seperti feet [fi:t] 'kaki', hit [hit].

B. Transkripsi Fonemis

Tulisan atau transkripsi fonemis merupakan transkripsi kasar dengan ejaan fonemis.
Transkripsi fonemis hanya menggambarkan bunyi bahasa sesuai fonem-fonem yang dimiliki
bahasa tersebut secara tepat.Transkripsi ini tidak menggunakan banyak lambang untuk mewakili
bentuk-bentuk ujar atau yang dilafalkan tetapi hanya menggambarkan perbedaan bunyi distingtif
saja (bunyi yang membedakan makna).

D. Tulisan Ortografis/ Grafem

Tulisan ortografis atau grafem adalah tulisan Latin biasa yang kita tulis tanpa dianalisis
fonetis atau fonemisnya. Tulisan ortografis/grafem ini dituliskan sesuai dengan konvensi
grafemis yang disepakati atau sesuai dengan sistem ejaan yang berlaku.

BAB 9

Kelas Natural

A. Definisi Kelas Natural

Sekumpulan bunyi dalam sebuah bahasa yang memberikan beberapa fitur artikulatori
atau auditori yang sama disebut juga kelas natural. Jadi, kelas natural adalah beberapa bunyi
bahasa yang menunjukkan fitur artikulatori atau fitur auditori yang sama. Contoh kelas natural
dalam bahasa Indonesia:

 Vokal [i, I, u, U] merupakan kelas natural dari vokal tinggi dalam bahasa
Indonesia.
 Vokal [e, e, a, o, ɔ] merupakan kelas natural dari vokal sedang dalam bahasa
Indonesia.
 Vokal [i, I, e, ɛ] merupakan kelas natural dari vokal depan dalam bahasa
Indonesia.
 Konsonan [k, g, n, x] merupakan kelas natural dari konsonan dorso velar dalam
bahasa Indonesia.

Contoh kelas natural dalam bahasa Prancis:

 Vokal [u, o, ɔ, õ, a, ā] merupakan kelas natural dari vokal belakang dalam bahasa
Prancis.
 Konsonan [v, f, z, 3, f, s] merupakan kelas natural dari konsonan frikatif
(desis/geser) dalam bahasa Prancis.
 Konsonan [k, g, ŋ] merupakan kelas natural dari konsonan dorso velar dalam
bahasa Prancis.

B. Interferensi Bunyi

Penguasaaan dan penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur disebut juga
kedwibahasaan. Sedangkan penutur yang menguasai dan menggunakan dua bahasa atau lebih
disebut sebagai dwibahasawan. Pada individu dwibahasawan, biasanya terjadi proses transfer
bahasa. Transfer bahasa adalah tindakan penggunaan sistem bahasa tertentu pada bahasa lainnya.
Misalnya: Y berbahasa ibu bahasa Jawa, ketika Y mengucapkan bahasa keduanya misalnya
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa Prancis, Y secara tidak sadar akan membawa logat,
atau intonasi- intonasi, atau istilah-istilah bahasa ibunya ke dalam bahasa keduanya.

Interferensi bunyi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris ada 2 macam:

 Interferensi vokal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris


 Interferensi konsonan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris
Interferensi bunyi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis ada 3 macam:
 Interferensi vokal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis
 Interferensi konsonan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis

Intereferensi bunyi bahasa Indonesia ke dalam semivokal bahasa Prancis

Pengucapan semi vokal bahasa Prancis [j], yaitu diucapkan mirip dengan
konsonan [y] ringan dengan mengangkat lidah lebih ke atas dan gigi atas belakang
menyentuh lidah.
BAB 11

Silable

A. Silable ( suku kata )

1. Teori sonoritas (puncak kenyaringan)

Dalam teori sonoritas, silabe merupakan satuan kenyaringan bunyi dari bunyi
bahasa yang diucapkan oleh penutur yang ditandai dengan denyutan dada yang
menyebabkan udara keluar dari paru-paru. Contoh: mendaki [mən-da-ki]. Kata mendaki
ditandai atas 3 denyutan dada ketika diucapkan. Kata mendaki juga terdiri atas 3 puncak
kenyaringan (sonoritas) yaitu jatuh pada bunyi [ə] pada [mən], [a] pada [da], [i] pada [ki]
sehingga dapat dikatakan kata mendaki terdiri atas 3 suku kata.

2. Teori prominans

Teori prominans merupakan gabungan teori sonoritas dan ciri suprasegmental


jeda. Dalam teori prominans, silabe merupakan satuan kenyaringan bunyi dan jeda dalam
pengucapan bunyi bahasa, yaitu kesenyapan sebelum dan sesudah puncak kenyaringan.

 Contoh struktur silabe dalam bahasa Indonesia:

kambing [kam+bin] → mempunyai 2 sonoritas yaitu [a] dan [i]

 Contoh struktur silabe dalam bahasa Inggris:

man [mæn] → mempunyai 1 sonoritas yaitu [æ]

 Contoh struktur silabe dalam bahasa Prancis:

Dalam struktur suku kata tersebut biasanya terdapat puncak kenyaringan


bunyi. Puncak kenyaringan bunyi ini sering disebut dengan sonoritas bunyi. Sonoritas
(puncak kenyaringan bunyi) biasanya jatuh pada bunyi vokal karena adanya ruang
resonansi berupa rongga mulut, rongga hidung atau rongga-rongga lain di kepala atau
dada pada proses pengucapannya. Travail [tra+vaj] → mempunyai 2 sonoritas yaitu
[a] dan [a].
B. Jenis-jenis Silabisasi

1. Silabisasi fonetis, yaitu silabisasi yang bersifat fonetis.


2. Silabisasi fonemis, silabisasi yang bersifat fonemis.
3. Silabisasi morfemis, yaitu memisahkan morfem bebas dan terikat.

C. Diftong

Diftong adalah dua atau lebih vokal yang merupakan satu bunyi dalam satu silabe. Ada
beberapa jenis diftong, yaitu diftong naik, diftong turun, dan diftong memusat.

D. Klaster

Selain diftong (vokal rangkap), dalam tuturan sehari-hari kita juga sering mendengarkan
kata-kata yang silabe atau suku katanya terdiri atas konsonan rangkap yang diucapkan dalam
satu silabe. Sebagai contoh yaitu pada kata kristal, klimaks, global, truk, flora, program, dan lain-
lain. Konsonan rangkap (dua atau lebih) yang diucapkan dalam satu silabe dan biasanya terletak
di awal kata ini disebut dengan klaster.

E. Deret Konsonan

Dalam tuturan sehari-hari, kita juga sering menjumpai kata-kata dimana pengucapan
konsonan silabe (suku kata) dipisah di tengah kata. Sebagai contoh pada kata sendok. Kita akan
mengucapkannya dengan memisahkan konsonan-konsonannya menjadi [sen-do?].

F. Gugus Konsonan

Beberapa konsonan diucapkan dalam satu silabe (suku kata) di tengah atau belakang kata.
Sebagai contoh adalah pada kata putra yang akan kita ucapkan [pu-tra], sutra yang akan kita
ucapkan [su-tra], supra yang akan kita ucapkan [su-pra]. Pengucapan beberapa konsonan dalam
satu silabe di tengah atau di belakang kata semacam ini disebut gugus konsonan.

1. Contoh gugus konsonan dalam bahasa Indonesia:


 putri [pu-tri]
 mesra [mə-sra]
2. Contoh gugus konsonan dalam bahasa Inggris:
 practice [præk-tis]
 structure [strak-tfər]
 imply [im-plar]
3. Contoh gugus konsonan dalam bahasa Prancis:
 entrer [ä-tre]
 remplir [Ba-plis]
 théâtre [te-ats]

Dalam kaidah fonotaktik, vokal yang menjadi sonoritas (puncak kenyaringan


bunyi) disebut nuklus (N). Konsonan sebelum nuklus disebut onset (0). Konsonan setelah
nuklus disebut koda (K). Berikut ini merupakan contoh analisis struktur suku kata dan
struktur fonotaktik dalam bahasa Indonesia dan bahasa Prancis.

Contoh analisis struktur kata dan struktur fonotaktik dalam bahasa Indonesia:
candi

 Struktur suku kata: [can + di] KVK + KV


 Struktur fonotaktik: ONK + ON

Struktur kata (konsonan-vokal) dan struktur fonotaktik (onset-nuklus-koda)


mempunyai pola tertentu. Artinya, urutan- urutan konsonan-vokal dan onset-nuklus-koda
tidak boleh sembarangan. Ada pola-pola atau aturan-aturan tertentu untuk membentuk
suku kata. Berikut merupakan daftar pola struktur suku kata dan struktur fonotaktik
dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Prancis.
DAFTAR PUSTAKA

Fonologi , Ria Yulianti dan Frida Unsiah

https://play.google.com/store/books/details?id=dOiJDwAAQBAJ

Anda mungkin juga menyukai