A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, pemikiran `nomos` menyebar menjadi sesuatu yang empiris.
Atau dapat dikatakan bahwa substansi bahasa dapat dikatakan tersusun dari unsur-unsur
yang bersifat empiris. Unsur-unsur tersebut dapat berasal dari bunyi ujaran, sehingga dapat
dipahami dan dipikirkan langsung oleh penutur dan pendengar. Berdasarkan hakikat inilah
bahasa secara ontologis merupakan sistem tanda yang mengacu pada suatu objek. Jadi
substansi bahasa adalah sebagai sistem tanda yang terdiri dari tata suara, tanda dan simbol.
Jadi pemahaman ini merupakan salah satu dasar perkembangan ilmu fonetik(Yani Suryani
& Nani Darmayanti, 2016).
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses
terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan
fungsional. Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi bahasa
Indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan,
diftong, dan kluster. Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan
untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.
Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk Menentukan struktur fonemis sebuah
bahasa dan Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
Untuk menguasai sebuah Bahasa, fonetik telah menjadi salah satu aspek penting yang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Bahkan jika seseorang sudah menghafal satu kamus untuk
menguasai suatu Bahasa tertentu, akan tetapi belum bisa mengkaji fonetik yang ada di
dalamnya, maka bisa dipastikan dia akan kesulitan dalam menggunakan Bahasa tersebut
ketika di praktikkan di negara pengampu Bahasa tersebut. Karena apa yang tertulis pada
kamus biasanya akan bergeser pelafalan oleh masyarakat tertentu, meskipun yang
dimaksud itu sama.Maka dari itu dimakalah ini membahas tentang ilmu fonetik.
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian fonetik?
2. Bagaimana cara mempelajari bunyi bahasa?
3. Apa saja jenis-jenis fonetik?
4. Apa saja manfaat dalam mempelajari ilmu fonetik?
5. Bagaiaman cara pendekatan fonetik?
3. Tujuan dan Manfaat
1. Dapat memahami pengertian fonetik.
2. Dapat memahami cara mempelajari bunyi bahasa.
3. Dapat memahami jenis-jenis fonetik.
4. Dapat memahami manfaat dalam mempelajari ilmu fonetik.
5. Dapat memahami cara pendekatan fonetik
B. PEMBAHASAN
1. DEFINISI FONOLOGI
Fonologi pada dasarnya dapat dikerucutkan sebagai subdisiplin ilmu bahasa yang
mengkaji fungsi bahasa (Roger Lass: 1984). Jadi, fonologi tidak hanya sebatas
mempelajari bunyi bahasa, namun Fonologi pun mengkaji fungsi, perilaku, dan sistem
sebuah bunyi sebagai unsur-unsur linguistik. Tak hanya itu, Fonologi juga tidak memiliki
tendensi penilaian terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan sebagai
elemen fisiologikal, anatomikal, dan psikologikal, serta neurologikal manusia yang
menghasilkan bunyi-bunyi tersebut. Bidang linguistik yang terakhir ini disebut fonetik.
Fonetik mengkaji bunyi-bunyi bahasa secara kongkret, sedangkan fonologi lebih abstrak,
dalam arti secara konsep menentukan fungsi bunyi itu dalam pembeda makna kata.
2. DEFINISI FONETIK
Fonetik (phonetics) ialah ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi
itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa (langue) (cf. Malmberg, 1963:1; Verbaar,
1977:12; Ramelan, 1982:3). Dengan kata lain fonetik ialah ilmu yang menyelidiki dan
berusaha merumuskan secara teratur tentang hal ikhwal bunyi bahasa. Bagaimana cara
terbentuknya; berapa frekuensi, intensitas, timbrenya sebagai getaran udara; dan
bagaimana bunyi itu diterima oleh telinga. Fonetik merupakan salah satu cabang studi
fonologi yang menyelisik, menelaah, dan mengulas produksi, alur, dan penerimaan bunyi
bahasa yang digunakan dalam pertutuan tanpa mengindahkan fungsinya sebagai distingsi
makna atau bukan, dengan menyertakan analisis beberapa ilmu sains, seperti fisika,
anatomi, dan psikologi.
3. JENIS-JENIS FONETIK
a.) Fonetik Organis
Fonetik organis (fonetik artikulatoris atau fonetik fisiologis) ialah fonetik yang
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia
menghasilkan bunyi bahasa (Gleason, 1955:239-256; Malmberg, 1963:21-28; Mol, 1970:
15-18). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa
diklasifikasikan berdasarkan artikulasi nya.
Proses terjadinya bunyi bahasa itu bermula dari gerakan otot perut yang menekan paru-
paru yang mengakibatkan udara yang ada di rongga paru-paru terdesak keluar.
b.) Fonetik Akustis
Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisis (Malmberg,
1963:5-20). Bunyi-bunyi diselidiki frekuensi getarannya, amplitudo, intensitas, dan
timbrenya. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan fisika dalam laboratorium fonetis,
berguna untuk pembuatan telepon, perekaman piringan hitam, dan sejenisnya.
4. TERJADINYA BUNYI
Sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa ialah adanya udara dari paru-paru.
Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama waktu sedang
bernafas. Udara yang dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian kecil bunyi bahasa) itu
kemudian mendapatkan hambatan di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara,
sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat
bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi, seperti dalam bernafas (cf. Pike, 1947:3-4;
Lapoliwa, 1981:5). Syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara garis besar dapat dibagi
menjadi empat, yaitu: proses mengalirnya udara, proses fonasi, proses artikulasi, dan proses
oro-nasal (Ladefoged, 1973: 2-3).
6. KLASIFIKASI VOKAL
Menganalisis dan Mengidentifikasi Darah Artikulasi
Artikulasi dalam mulut itu dapat dibagi dua yaitu artikulasi aktif (artikulator), yaitu bagian
mulut yang dapat digerakkan ketika menghasilkan bunyi bahasa, yakni bagian mulut
sebelah bawah atau rahang bawah. Yang kedua adalah artikulasi pasif (tititk artikulasi)
yaitu bagian mulut yang tidak dapat digerakkan ketika menghasilkan bunyi bahasa, yaitu
bagian mulut sebelah atas.
a. Diftong menurun adalah suatu kriteria diftong yang ketika diucapkan, bunyi vokal
pertama bersonoritas (bersuara) sedangkan bunyi vokal kedua kurang bersonoritas
(bahkan cenderung seperti bukan bunyi Vokal)
Contoh : [harimau] [harima[w]], [sampai] [sampa[y]]
b. Diftong menaik adalah suatu kriteria diftong yang berkebalikan dari Diftong menurun.
Bunyi vokal yang pertama malah kurng Bersonoritas (bersuara) sedangkan bunyi vokal
kedua menguat Sonoritasnya.
Contoh :
[sebuah] [sab[w]a]
- Kluster
Kluster adalah bunyi konsonan rangkap. Bunyi kluster merupakan bagian dari struktur
fonetis atau fonotaktis yang cara pelafalannya disadari oleh penuturnya, hal ini
didasarkan pada ketika bunyi kluster dilafalkan keliru, maka akan berdampat pada
makna yang berbeda. Kluster banyak terdapat dalam bahasa-bahasa asing, sementara
dalam bahasa Indonesia kluster terjadi sebagai akibat interferensi atau pengaruh
struktur fonetis unsur serapan.
Contohnya:
Bunyi [pr] pada kata praktik;
Bunyi [pl] pada kata plastik;
Bunyi [tr] pada kata sastra;
Bunyi [skr] pada kata skripsi; dan
Bunyi [str] pada kata struktur.
- Silaba
Silabisasi fonetis adalah penyukuan kata yang didasarkan pada perwujudan pengucapan
yang ditandai oleh satuan hembusan napas dan satuan bunyi sonor (nyaring).
- Pita Suara
Pita suara merupakan kompenen kedua yang berfungsi sebagai sumber bunyi. Terdapat
celah ketika pita suara membuka dan menutup saat proses pembentukan suara atau
fonasi berlangsung.
- Bagian Badan
Alat ucap bagian badan adalah paru-paru, sekat rongga perut dan sekat rongga dada
Pernafasan perut terjadi karena otot sekat rongga perut (diafragma) berkontraksi
sehingga menyebabkan kedudukan diafragma mendatar, rongga dada membesar, paru-
paru mengembang, tekanan di paru-paru menjadi kecil, mengakibatkan udara dari luar
tubuh masuk ke paru-paru. Pernafasan dada terjadi karena otot sekat rongga dada
(intercostalis) berkontraksi, hingga tulang rusuk menjadi rapat, tulang dada
membusung ke depan, rongga dada membesar, paru-paru mengembang, tekanan di
paru-paru mengecil, mengakibatkan udara dari luar tubuh masuk ke paru-paru.
- Bagian Tenggorokan
Alat tubuh yang dijumpai bagian tenggorokan ialah batang tenggorokan (trakea),
pangkal tenggorokan (laring, larynx), dan rongga kerongkongan (faring, pharynx).
- Bagian Kepala
Bagian kepala terdapat tiga buah rongga, yaitu rongga mulut, rongga hidung dan rongga
faring. Di sebelah atas rongga mulut terdapat sederetan gigi atas, pangkal gigi, langit-
langit keras, langit-langit lembut dan anak tekak. Bagian bawah terdapat sederetan gigi
bawah dan lidah. Di sebelah belakang dibatasi dinding faring. Di sebelah depan terdapat
bibir atas dan bibir bawah.
11. SEGMENTAL
Segmental adalah suatu bentuk runtutan bunyi yang didalamnya terdapat fonem yang bisa
dibagi atau disegmenkan. Penentuan segmen tersebut didasarkan proses alat ucap dan pita
suara membentuk bunyi segmental itu sendiri.
Adapun masing-masing segmen tersebut sebagai berikut:
1. Ada tidaknya gangguan,
a. Bunyi Vokoid
Bunyi vokoid adalah bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan dan penutupan
pada daerah artikulasi. Ketika bunyi ini diucapkan, yang diatur hanyalah ruang resonansi
pada rongga mulut melalui pengaturan posisi lidah dan bibir.
Vokal kardinal dilambangkan dengan [i, e, ε, a, α, ə, o, dan u] dalam International Phonetics
Association (Marsono, 1989: 26). Adapun vokal dalam bahasa Indonesia berjumlah enam
buah, yakni: [a], [i], [u], [ε], [o], dan [ə]. berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah, bunyi
vokoid dapat dibedakan menjadi:
1) vokal/ vokoid tinggi atau atas yang dibentuk melalui proses rahang bawah merapat ke
rahang atas: [i] dan [u]
2) vokal/ vokoid madya atau tengah yang dibentuk melalui proses rahang bahwa menjauh
sedikit dari rahang atas: [e] dan [o]
3) vokal/ vokoid rendah atau tengah yang dibentuk melalui proses rahang bawah
dimundurkan lagi sejauh-jauhnya: [a].
b. Bunyi kontoid
Bunyi kontoid atau konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan
penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Bunyi ini lebih banyak jenisnya bila
dibandingkan dengan bunyi-bunyi vokoid.
a) Pembentukan konsonan berdasarkan cara artikulasi dan tempat artikulasi
Pada proses pembentukan konsonan hambat yang diakhiri dengan letupan disebut
konsonan eksplosif. Konsonan jenis ini terlihat pada bentuk berikut.
/p/ pada kata [lap#ar], [pu#kul], dan [li#pat].
Sedangkan konsonan hambat yang tidak diakhiri oleh letupan disebut konsonan implosif,
Konsonan jenis ini terlihat pada bentuk berikut.
/p/ pada kata [ke#lap], [ge#lap], dan [te#tap].
Konsonan geser atau biasa disebut juga konsonan frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan melalui proses menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang
diklasifikasikan berdasarkan proses ini antara lain,
[f],
[v],
[x],
[h],
[s],
[Š],
[z], dan
[x].
Konsonan likuida atau konsonan lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
menaikkan alat artikulasi lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa dikeluarkan
melewati kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah [l].
Selanjutnya Konsonan trill atau getar. Konsonan ini dihasilkan dengan proses mendekatkan
dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga udara
bergetar. Bunyi yang terjadi disebut konsonan getar apikal [r]. Jika uvula yang menjauh
dan mendekat ke belakang lidah terjadi dengan cepat dan berulang-ulang, akan terjadi
konsonan getar uvular [R].
b) Pembentukan konsonan berdasarkan strukturnya.
Konsonan jenis ini terjadi ketika terdapat hubungan antara alat artikulator dan titik
artikulasi.
c) Pembentukan konsonan berdasarkan posisi pita suara
Konsonan bersuara adalah konsonan yang terjadi akibat udara yang keluar dari rongga
ujaran turut menggetarkan pita suara. Konsonan
yang dihasilkan pada proses ini adalah [m],
[b],
[v],
[n],
[d],
[r],
[ñ],
[j],
[η],
[g], dan
[R].
Sedangkan, konsonan tak bersuara dapat didefinikan sebagai konsonan yang terjadi akibat
udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan pita suara. Konsonan yang
dihasilkan oleh proses ini adalah
[p], [t], [c], [k], [?], [b], [d], [j],
[g],
[f],
[s],
[Š],
[x],
[h],
[r],
[1],
[w], dan
[y] .
2. Mekanisme udara
a. Mekanisme Udara Pulmonis
Udara yang berasal dari paru-paru menuju ke luar. Mekanisme udara pulmonis ini terjadi
pada hampir semua bunyi-bunyi bahasa di dunia
b. Mekanisme Udara Laringal atau Faringal
Udara yang berasal dari laring atau faring. Caranya, glotis ditutup terlebih dahulu,
kemudian rongga laring dan faring diperkecil dengan menarik lidah kebelakang dan
menaikan jakun. Maka terjadilah pemadatan udara. Contoh: [k], [l], [r]
c. Mekanisme Udara Oral
Udara yang datang dari mulut. Caranya, menutup rongga mulut pada velum dan salah satu
tempat di depan. Kemudian rongga mulut diperkecil sehingga terjadi pemadatan udara
sehingga apabila dibuka maka udaraakan keluar meninggalkan rongga mulut. Contoh:
[b],[m],[p] Agar penjelasan tersebut lebih jelas, coba perhatikan gambar di berikut Ini.
3. Pita suara,
a. Bunyi Mati atau Tak Bersuara
Bunyi yang dihasilakan dengan pita suara tidak melakukan gerakan membuka menutup
sehingga getarannya tidak signifikan. Pada bahasa Indonesia, contoh-contoh bunyi mati
atau tidak bersuara antara lain sebagai berikut.
Bunyi [k], Bunyi [p], Bunyi [t], dan Bunyi [s].
b. Bunyi Hidup atau Bunyi Bersuara
Bunyi hidup atau bunyi bersuara adalah bunyi yang dihasilkan dengan pita suara
melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara
signifikan.
4. Lubang lewatan udara,
a. Bunyi Oral
Bunyi oral adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut.
Dengan menutup velik pada dinding faring apabila kita ingin mengetahui mana yang
termasuk bunyi oral kita bisa mencoba dengan menutup mulut kita. Contoh: [K]
b. Bunyi Nasal
Bunyi yang keluar melalui rongga hidung dengan menutup rongga mulut dan membuka
velik lebar-lebar. Untuk mengetahui bentuk bunyi nasal coba tutup kedua lubang hidung
lalu bunyikan bunyi. Contoh : [m]
c. Bunyi Sengau
Bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut dan rongga hidung,
dengan membuka velik sedikit. Bunyi Bindeng. contoh bahasa Jerman.
5. Mekanisme artikulasi,
a. Bunyi Bilabial
Bunyi bilabial adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dan
bibir atas. Prosesnya bibir atas (sebagai artikulator) menyentuh bibir atas (sebagai titik
artikulasi). Contoh bunyi bilabial sebagai berikut.
[p],
[b],
[m], dan [w]
Bunyi bilabial terjadi ketika Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Bibir
bawah menekan rapat pada bibir atas, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru
terhambat untuk beberapa saat. Selanjutnya, Bibir bawah yang menekan rapat pada bibir
atas itu kemudian secara tibatiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari rongga
mulut.
b. Bunyi Labio-Dental
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah (labium) dan gigi (dentum) atas.
Prosesnya bibir bawah (sebagai artikulator) menyentuh gigi atas (titik artikulasi). Misal: [f]
dan [v]
c. Bunyi Sengau
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gigi (dentum) atas.
Caranya, ujung lidah (sebagai artikulator) menyentuh gigi atas (titik artikulasi). Misal: [l]
[a], [t] pada pintu.
d. Bunyi Apiko-Alveolar
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gusi
(alveolum) atas. Prosesnya ujung lidah (sebagai artikulator) menyentuh kaki gigi atas
(sebagai titik artikulasi). Proses dari mekanisme artikulasi tersebut menghasilkan bunyi
[n] pada kata [nama], [d] pada kata [duduk] [r] pada kata [mereka]
e. Bunyi Lamino-Palatal
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan langit-langit kertas
(palatum). Prosesnya tengah lidah (sebagai artikulator) menyentuh langit-langit (sebagai
titik artikulasi). Misal: [c], [j],[n], [s].
f. Bunyi Dorso-Velar
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan langit-langit lunak
(velum). Caranya pangkal lidah ( sebagai artikulator) menyentuh langit-langit lunak
(sebagai titik artikulasi). Misal: Bunyi [k], Bunyi [g], dan Bunyi [x]
g. Bunyi (Dorso-) Uvular
Bunyi dorso uvular adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum)
dan tekak (uvula). Caranya, pangkal lidah (sebagai artikulator) menyentuh anak tekak
(sebagai titik artikulasi) misal : Bunyi [q], Bunyi [r].
h. Bunyi Laringal
Bunyi laringgal adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorokan (laring).
Caranya, udara yang keluar dari paru-paru digesek ke tenggorokan. Misalnya: [h]
i. Bunyi Glotal
Bunyi glottal adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau celah (glotis) pada
pita suara. Caranya, pita suara merapatkan sedemikian rupa sehingga menutup glotis.
Misalnya, [?] dan hamza.
13. FONEM
Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Contoh fonem [k], [t], [j], [m],[d], dan [g]. Berpengaruh pada [palang] [ka#lang] kabu
[ta#lang] sejenis ikan [ja#lang] liar [ma#lang] celaka [da#lang] dalang/ otak [ga#lang]
galang/ himpun
Berdasarkan bukti empiris tersebut diketahui bahwa bentuk linguistik terkecil /p/, /k/, /j/,
/m/, /d/, dan /g/ berfungsi membedakan makna terhadap bentuk linguistik yang besar,
walaupun pada kenyataannya fonem- fonem itu sendiri tidak mempunyai makna.
Fonem pada bahasa Indonesia mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada
tempat fonem dalam kata atau suku kata (hal ini sama terjadi pada bahasa-bahasa lain).
Contoh :
fonem /t/ apabila letaknya berada di awal kata atau suku kata pertama, dilafalkan secara
lepas. Misal, pada kata [to#pi], fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun hal itu akan berbeda jika
fonem /t/ berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat
tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata [bu#at], [sa#bit] dan [kar#bit].
d) Rusak Pendengaran
Penutur yang mempunyai kualitas pendengaran yang rendah berkemungkinan gagal
untuk mengenal dengan baik bunyi-bunyi yang berfrekuensi tinggi. Sedangkan untuk
penutur yang pekak atau tuli akan berkibat besar terhadap kegagalan dalam proses
komunikasi.
e) Disatria
Disartria adalah gangguan yang disebabkan oleh hilangnya perintah atau respon
motorik untuk bertutur dengan jelas. Keadaan tersebut menyebabkan suatu tuturan
menjadi tidak fasih/ tidak jelas
C. RINGKASAN MATERI
Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari tata bunyi/kaidah bunyi dan cara
menghasilkannya. Fonologi ada dua cabang, yaitu fonemik dan fonetik. Fonemik ialah ilmu yang
mempelajari fonem. Kajian bunyi bahasa sebagai pembedamakna.
Fonetik ialah cabang studi fonologi yang menyelisik, menelaah, dan mengulas produksi, alur, dan
penerimaan bunyi bahasa yang digunakan dalam pertutuan tanpa mengindahkan fungsinya sebagai
distingsi makna atau bukan, dengan menyertakan analisis beberapa ilmu sins, seperti fisika, anatomi,
dan psikologi.
Jenis-jenis fonetik yaitu fonetik organisonetik yang melihat bunyi bahasa dari segi cara
menghasilkannya, fonetik akustisnetik yang melihat bunyi dari segi bunyi fisis, dan fonetik auditoris
yang melihat bunyi bahasa dari segi penangkapannya.
Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonasi pada saat
bunyi diucapkan.
ALAT UCAP
Alat ucap yang dapat digerakkan dalam berbagai posisi, misalnya bibir bawah, ujung lidah, daun
lidah, punggung lidah bagian tertentu alat ucap yang dituju/disentuh oleh artikulator, bibir atas,
gigiatas, pangkal gigi atas, langit-langit keras, dan langit-langit lunak.
TERJADINYA BUNYI
Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama waktu sedang bernafas.
Udara Yang dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian kecil Bunyi bahasa) itu kemudian
mendapatkan hambatan diberbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah
bunyi-bunyi bahasa.
Pada alur komunikasi satu arah, proses awal tuturan serang penutur akan mengkonsep tuturannya
di dalamnotak. Pada proses ini sangat kompleks, bahasa apa yang dituturkan oleh penutur tersebut,
apakah tuturan tersebut layak untuk diucapkan berapa banyak kata ketika tuturan itu saraf motorik
pada proses ini berfungsi mengerakan alat ucap. Saraf morotik diperintahkan oleh otak untuk
mengerakan alat ucap sesuai dengan bentuk bunyi apa yang akan dihasilkan. Saraf motorik pada
proses ini berfungsi mengerakan alat ucap. Saraf morotik diperintahkan oleh otak untuk mengerakan
alat ucap sesuai dengan bentuk bunyi apa yang akan dihasilkan.
Pada Komunikasi dua arah, tahap audiotoris berlanjut kepada respon yang dimunculkan setelah otak
merespon tuturan yang masuk Kepada penutur. Analogi pertama yaitu respon yang dihasilkan
berupa produksi bahasa. Analogi kedua tergambar pada saat seseorang memberikan sebuah
informasi atau penjelasan tentang suatu hal. Analogi ketiga tergambarkan ketika seseorang
memberikan stimulus yang akhirnya menghasilkan sebuah respon gerakan.
Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Terdiri atas
konsonal, Vokal, Diftong, dan kluster. Konsonan ialah bunyi yang terhambat oleh alat ucap. Vokal
ialah bunyi yang tidak terhambat oleh alat Ucap. Diftong merupakan dua vokal yang dibaca satu
bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/ dalam /kau/. Kluster ialah dua konsonan yang dibaca satu
bunyi.
BUNYI
BAHASA FONEMIK
FONETIK
1. Organis
2. Akustis
3. Auditoris
Klasifikasi bunyi
INTONASI
VOKOID
EKSPRESI
KONTOID
KINESIK
VOKAL
KONSONAN
DIFTONG
KLUSTER
Yani Suryani, & Nani Darmayanti. (2016). Kemahiran Berbahasa Indonesia Penutur
Korea : Kajian Prosodi Dengan Pendekatan Fonetik the Skill of Korean Speakers in
Indonesian Language : Prosody Study Using an Experimental Phonetics Approach.
(September 2012), 52–63.
Wardhana, M. K. Analisis Fonetik Pada Kata “Korban” dan “Kurban” dalam Perayaan
Idul Adha 1441 H. In Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS)
(Vol. 3, pp. 108-117).
ESSAY
1. terbagi atas 4 macam, yakni: (1) proses keluarnya bunyi dari paru-paru, (2) proses
fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan, (3) proses artikulasi yaitu proses
terbentuknya bunyi oleh artikulator dan, (4) proses oro-nasal,
2. Paru-paru, pangkal tenggorokan,rongga anak tekak,pita suara, langit-langit
lunak,langit-langit keras,gusi,gigi,bibir,lidah
3. a. paru-paru : untuk bernafas
b. pangkal tenggorokan : mengeluarkan udara dari paru-paru
c. rongga anak tekak : saluran udara yang akan bergetar bersama sama dengan pita suara
d. pita suara : sebagai katup yang mengatur jalannya udara dari paru-paru ketika melalui
tenggorokan
e. langit-langit lunak : menghasilkan bunyi bahasa
f. langit-langit keras : artikuator pasif
g. gusi : menghasilkan bunyi laminal
h. gigi : menghasilkan bunyi apiko dental
i. bibir : artikulator aktif
j. lidah : artikulator
4. Alur terjadinya bunyi bahasa:
1. Sumber energi utama terjadinya bunyi bunyi bahasa adalah adanya udara dari paru-
paru.
2. Udara dihirup ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan keluar bersama-sama
waktu sedang bernapas.
3. Udara yang dihembuskan (atau dihirup untuk sebagaian kecil bunyi bahasa)
mendapat hambatan di berbagai tempat alat-alat bicara dengan berbagai cara sehingga
terjadi bunyi bahasa.
4. Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya batang tenggorok, pangkal
tenggorok, kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung.
5. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara harus dalam keadaan terbuka.
6. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara, bunyi bahasa tidak akan
terjadi.
5. Bunyi egresif dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru,
sedangkan bunyi ingresif dibentuk dengan cara mengisap udara ke dalam paru-paru.
6. Bunyi suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental. Seperti halnya
bunyi segmental, bunyi suprasegmental pun dapat diklasifikasikan menurut ciri-cirinya
sewaktu diucapkan.
7. secara umum bunyi bahasa dibagi menjadi 3, yaitu vokal , konsonan, dan semi vokal
8. Transkripsi adalah penulisan tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk
menyarankan lafal bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuai sesuai dengan ejaan yang
berlaku dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya. Sedangkan Translisterasi adalah
penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, tanpa
menghiraukan lafal bunyi kata yang bersangkutan
9. Salah satu kegagalan bahasa terjadi ketika keadaan penutur terdapat kelainan pada salah
satu alat artikulasi, khususnya langit-langit mulut,Kelumpuhan Saraf Otak,Kegagapan
Sistem kerja otak merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam aktifitas
berbahasa, khususnya berbicara.
10. glotis terbagi menjadi empat jenis yaitu:
a. Terbuka lebar: saat bernapas normal
b. Terbuka sempit: menghasilkan bunyi tak bersuara
c. Tertutup: menghasilkan bunyi bersuara
d. Tertutup rapat: menghasilkan bunyi hamzah
2. Apa paru-paru termasuk alat ucap dan apa bedanya diafragma dengan paru-paru ?
Jawab : Iya karena terjadinya proses suara diawalkan dari paru-paru yang mengelola keluar
masuknya udara. Diafragma itu berfungsi untuk memudahkan oksigen masuk kedalam paru
paru, ketika kita ingin berbicara kan perlu yang namanya udara untuk menghasilkan bunyi
maka dari itu otot diafragma membantu oksigen masuk ke paru paru lalu diolah suara yg keluar
melalui trakea lalu kemulut lalu jadilah suara
KELOMPOK : 12
Nama Mahasiswa :
Kelas :A
Semester :5
Judul Makalah/Materi :
Identifikasi pemakaian kosakata bahasa Betawi kota, Betawi tengah, dan Betawi pinggiran (kajian
fonetik).