Anda di halaman 1dari 30

FONETIK

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, pemikiran `nomos` menyebar menjadi sesuatu yang empiris.
Atau dapat dikatakan bahwa substansi bahasa dapat dikatakan tersusun dari unsur-unsur
yang bersifat empiris. Unsur-unsur tersebut dapat berasal dari bunyi ujaran, sehingga dapat
dipahami dan dipikirkan langsung oleh penutur dan pendengar. Berdasarkan hakikat inilah
bahasa secara ontologis merupakan sistem tanda yang mengacu pada suatu objek. Jadi
substansi bahasa adalah sebagai sistem tanda yang terdiri dari tata suara, tanda dan simbol.
Jadi pemahaman ini merupakan salah satu dasar perkembangan ilmu fonetik(Yani Suryani
& Nani Darmayanti, 2016).
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses
terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan
fungsional. Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi bahasa
Indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan,
diftong, dan kluster. Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan
untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.
Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk Menentukan struktur fonemis sebuah
bahasa dan Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
Untuk menguasai sebuah Bahasa, fonetik telah menjadi salah satu aspek penting yang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Bahkan jika seseorang sudah menghafal satu kamus untuk
menguasai suatu Bahasa tertentu, akan tetapi belum bisa mengkaji fonetik yang ada di
dalamnya, maka bisa dipastikan dia akan kesulitan dalam menggunakan Bahasa tersebut
ketika di praktikkan di negara pengampu Bahasa tersebut. Karena apa yang tertulis pada
kamus biasanya akan bergeser pelafalan oleh masyarakat tertentu, meskipun yang
dimaksud itu sama.Maka dari itu dimakalah ini membahas tentang ilmu fonetik.
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian fonetik?
2. Bagaimana cara mempelajari bunyi bahasa?
3. Apa saja jenis-jenis fonetik?
4. Apa saja manfaat dalam mempelajari ilmu fonetik?
5. Bagaiaman cara pendekatan fonetik?
3. Tujuan dan Manfaat
1. Dapat memahami pengertian fonetik.
2. Dapat memahami cara mempelajari bunyi bahasa.
3. Dapat memahami jenis-jenis fonetik.
4. Dapat memahami manfaat dalam mempelajari ilmu fonetik.
5. Dapat memahami cara pendekatan fonetik
B. PEMBAHASAN
1. DEFINISI FONOLOGI
Fonologi pada dasarnya dapat dikerucutkan sebagai subdisiplin ilmu bahasa yang
mengkaji fungsi bahasa (Roger Lass: 1984). Jadi, fonologi tidak hanya sebatas
mempelajari bunyi bahasa, namun Fonologi pun mengkaji fungsi, perilaku, dan sistem
sebuah bunyi sebagai unsur-unsur linguistik. Tak hanya itu, Fonologi juga tidak memiliki
tendensi penilaian terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan sebagai
elemen fisiologikal, anatomikal, dan psikologikal, serta neurologikal manusia yang
menghasilkan bunyi-bunyi tersebut. Bidang linguistik yang terakhir ini disebut fonetik.
Fonetik mengkaji bunyi-bunyi bahasa secara kongkret, sedangkan fonologi lebih abstrak,
dalam arti secara konsep menentukan fungsi bunyi itu dalam pembeda makna kata.

2. DEFINISI FONETIK
Fonetik (phonetics) ialah ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi
itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa (langue) (cf. Malmberg, 1963:1; Verbaar,
1977:12; Ramelan, 1982:3). Dengan kata lain fonetik ialah ilmu yang menyelidiki dan
berusaha merumuskan secara teratur tentang hal ikhwal bunyi bahasa. Bagaimana cara
terbentuknya; berapa frekuensi, intensitas, timbrenya sebagai getaran udara; dan
bagaimana bunyi itu diterima oleh telinga. Fonetik merupakan salah satu cabang studi
fonologi yang menyelisik, menelaah, dan mengulas produksi, alur, dan penerimaan bunyi
bahasa yang digunakan dalam pertutuan tanpa mengindahkan fungsinya sebagai distingsi
makna atau bukan, dengan menyertakan analisis beberapa ilmu sains, seperti fisika,
anatomi, dan psikologi.

3. JENIS-JENIS FONETIK
a.) Fonetik Organis
Fonetik organis (fonetik artikulatoris atau fonetik fisiologis) ialah fonetik yang
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia
menghasilkan bunyi bahasa (Gleason, 1955:239-256; Malmberg, 1963:21-28; Mol, 1970:
15-18). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa
diklasifikasikan berdasarkan artikulasi nya.
Proses terjadinya bunyi bahasa itu bermula dari gerakan otot perut yang menekan paru-
paru yang mengakibatkan udara yang ada di rongga paru-paru terdesak keluar.
b.) Fonetik Akustis
Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisis (Malmberg,
1963:5-20). Bunyi-bunyi diselidiki frekuensi getarannya, amplitudo, intensitas, dan
timbrenya. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan fisika dalam laboratorium fonetis,
berguna untuk pembuatan telepon, perekaman piringan hitam, dan sejenisnya.

c.) Auditori Fonetik


Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa
sebagai getaran udara (Bronstein & Beatrice F. Jacoby, 1967:70-72). Bidang fonetik jenis
ini cen derung dimasukkan ke dalam neurologi ilmu kedokteran.
Cara kerjanya: di rumah siput terdapat lendir dan sejumlah serabut syaraf auditori. Melalui
serabut syaraf ini rentetan bunyi bahasa itu diteruskan ke syaraf otak (pusat pe
pendengaran).

4. TERJADINYA BUNYI
Sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa ialah adanya udara dari paru-paru.
Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama waktu sedang
bernafas. Udara yang dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian kecil bunyi bahasa) itu
kemudian mendapatkan hambatan di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara,
sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat
bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi, seperti dalam bernafas (cf. Pike, 1947:3-4;
Lapoliwa, 1981:5). Syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara garis besar dapat dibagi
menjadi empat, yaitu: proses mengalirnya udara, proses fonasi, proses artikulasi, dan proses
oro-nasal (Ladefoged, 1973: 2-3).

5. KLASIFIKASI BUNYI BAHASA


Bunyi-bunyi bahasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Vokal, Konsonan, dan Semi-vokal
Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada
artikulasi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja. Karena vokal
dihasilkan dengan hambatan pita suara maka pita suara bergetar.
Fonetik Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentuk dengan menghambat arus
udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi ini
dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, jika hal ini terjadi maka yang terbentuk
adalah bunyi konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai bergetarnya pita suara,
maka bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tak bersuara.
Bunyi semi-vokal ialah bunyi yang secara praktis termasuk hak cipta konsonan tetapi
karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-
bunyi itu disebut semi-vokal atau semi-konsonan.

- Nasal dan Oral


Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal (sengau) dan oral. Pembedaan ini
didasarkan pada keluarnya atau disertainya udara melalui rongga hidung. Jika keluar
atau keluar dengan keluarnya udara melalui hidung, dengan cara menurunkan langit-
langit lunak beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi itu disebut nasal atau sengau.
Jika tidak demikian, karena langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menaik
melewati rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja, maka bunyi
yang disebut rongga mulut. Karena itu, maka vokal sering dibedakan menjadi vokal
nasal dan vokal oral.

- Keras (Fortes) dan Lunak (Lenes)


Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi keras atau fortis (fortes) dan lunak atau lenis (lenes).
Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara pada
waktu bunyi itu diartikulasikan (Malmberg, 1963:51-52). Bunyi bahasa disebut keras
bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara. Jika tidak
disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lanak.

- Bunyi Panjang dan Pendek


Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi panjang dan pendek (cf. Jones, 1958:136).
Pembedaan ini didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan, atau lamanya bunyi itu
diartikulasikan. Tanda untuk panjang biasanya dengan tanda garis pendek di atas, atau
dengan titik dua di sebelah kanan bunyi pan jang itu.

- Bunyi Rangkap dan Tunggal


Bunyi dibedakan atas bunyi rangkap (padu, ganda) dan tunggal. Bunyi rangkap adalah
bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata. Bunyi rangkap
vokal disebut diftong, sedangkan bunyi tunggal vokal disebut monoftong.
- Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring
Bunyi dibedakan atas bunyi nyaring (lantang) dan tidak nyaring pada waktu terdengar
oleh telinga (cf. Malmberg, 1963: 66). Derajat kenyaringan itu sendiri ditentukan oleh
luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan.
Makin luas ruang resonansi saluran bicara yang dipakai pada waktu membentuk bunyi
bahasa makin tinggi derajat kenyaringannya. Sebaliknya, makin sempit ruang
resonansinya makin rendah dera jat kenyaringannya. Di antara vokal-vokal maka vokal
yang paling tinggi justru derajat kenyaringan (kelantangan. sonoritas)-nya paling
rendah.

6. KLASIFIKASI VOKAL
Menganalisis dan Mengidentifikasi Darah Artikulasi
Artikulasi dalam mulut itu dapat dibagi dua yaitu artikulasi aktif (artikulator), yaitu bagian
mulut yang dapat digerakkan ketika menghasilkan bunyi bahasa, yakni bagian mulut
sebelah bawah atau rahang bawah. Yang kedua adalah artikulasi pasif (tititk artikulasi)
yaitu bagian mulut yang tidak dapat digerakkan ketika menghasilkan bunyi bahasa, yaitu
bagian mulut sebelah atas.

Menganalisis Artikulasi Aktif (Artikulator)


Bagian mulut sebelah bawah mempunyai dua buah engsel tulang rahang yang dapat
menggerakkan bagian mulut ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke kanan, bahkan ke muka
dan ke belakang. Jika rahang bawah di angkat ke atas lidah pun terangkat ke atas.
Sebaliknya, jika rahang bawah diturunkan lidahk pun melentur ke bawah.

Menganalisis Artikulasi Pasif (Titik Artikulasi)


Alat ucap pasif terletak pada bagian mulut sebelah atas. Bagian atas tidak dapat digerak-
gerakkan karena tidak memiliki engsel seperti pada rahang bawah. Oleh karena itu,
dinamakan artikulasi pasif. Pertemuan artikulasi aktif dan artikulasi pasif inilah yang terjadi
bunyi bahasa. Inilah yang dikatakan daerah artikulasi atau titik artikulasi.

Menganalisis Proses Pembentukan Vokal dan Konsonan


Bunyi konsonan dibuat dengan cara yang berbeda. Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor
yang terlibat: keadaan pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap, dan cara
alat ucap itu bersentuhan atau berdekatan. Untuk kebanyakan bahasa, pita suara selalu
merapat dalam pelafalan vokal. Akan tetapi, pada pelafalan konsonan pita suara itu
mungkin merapat tetapi mungkin juga merenggang, seperi telah diyatakan terdahulu.
Dengan kata lain, suatu konsonan dapat dikategorikan sebagai konsonan yang bersuara atau
yang tak bersuara. Misalnya, [P] dan [t] adalah konsonan yang tak bersuara, sedangkan [b]
dan [d] adalah konsonan yang bersuara.

Menganalisis Gugus Konsonan


Gugus konsonan adalah deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu suku
kata yang sama. Bunyi [pr] pada kata praktik adalah gugus konsonan; demikian pula
dengan pl pada plastik, tr pada sastra, dan str pada struktur.

Mengidentifikasi Suku Kata


Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan umumnya
terdiri atas beberapa fonem. Kata seperti datang diucapkan dengan dua hembusan napas:
satu untuk da- dan satunya lagi untuk –tan. Karena itu, dating terdiri atas dua suku kata.
Tiap suku terdiri atas dua dan tiga bunyi: [da] dan [taŋ]. Suku kata yang berakhir dengan
vokal, (K)V, disebut suku buka dan suku kata yang berakhir dengan konsonan, (K)VK,
disebut suku tutup. Suku kata dibedakan berdasarkan pengucapan, sedangkan penggal kata
berdasarkan penulisan.

Menganalisis Pembentukan Vokal


Vokal adalah bunyi bahasa yang dalam proses pembentukannya arus udara yang datang
dari paru-paru tidak dapat halangan sama sekali pada bagian alat ucap. Berdasarkan
parameter depan-belakang lidah, dua vokal merupakan vokal depan, dua merupakan vokal
tengah, dan dua yang lain merupakan vokal belakang.

Menganalisis Pembentukan Konsonan


Konsonan ialah bunyi bahasa yang dalam proses pembentukannya arus udara yang datang
dari paru-paru mendapat halangan berbagai titik artikulasi. Sesuai dengan artikulasinya,
konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan tiga faktor, (1) keadaan
pita suara, (2) daerah artikulasi, dan (3) cara artikulasinya.
Berdasarkan keadaan pita suara, konsonan dapat bersuara atau tak bersuara.
- Berdasarkan keadaan pita suara, konsonan dapat bersifat:
(a) bersuara [b, d, g, j, z, m, n, n, n, r, l, w, y, z]
(b) tak bersuara [c, f, h, k, p, q, s, t, v, w, x]

- Berdasarkan daerah artikulasinya, konsonan dapat bersifat:


(a) bilabial [p, b, m, w]
(b) labiodental [f]
(c) dental/alveolar [t, d, s, z, n, r, l]
(d) palatal [c, j, s, n, y]
(e) velar [k, g, x, n]
(f) glottal [h]

- Berdasarkan cara artikulasi, konsonan dapat bersifat:


(a) hambat [b, p, d, t, g, k]
(b) afrikatif [c, j]
(c) frikatif [f, s, s, x, h, z]
(d) nasal [m, n, n, n]
(e) getar [r]
(f) lateral [l]
(g) semivokal [ w, y]

Konsonan hambat alveolar


/t/ dan /d/ umumnya dilafalkan dengan ujung lidah ditempelkan pada gusi. Udara dari
paruparu sebelum dilepaskan. Karena dipengaruhi bahasa daerah, ada pula orang yang
melafalkan kedua konsonan itu dengan menempelkan ujung atau daun lidah pada bagian
belakang gigi atas sehingga terciptalah bunyi dental dan bukan alveolar. Perbedaan daerah
artikulasi itu tidak penting dalam tata bahasa Indonesia.

Konsonan frikatif alveolar


/s/ dihasilkan dengan menempelkan ujung lidah pada gusi atas sambil melepaskan udara
lewat samping lidah sehingga menimbulkan bunyi desis. Contoh /saya/ saya /masa/ masa

7. JENIS-JENIS BUNYI BAHASA


- Diftong
Diftong yang terdapat dalam bahasa Indonesia di antaranya adalah /ai/, /au/, /oi/, dan
/ei/, seperti terdapat pada kata pantai [pantai], pulau [pulaw], sepoi [sepoy], dan survey
[survey]. Posisi diftong /aw/, /ai/, /oy/, dan /èy/ pada sebuah memiliki kemungkinan
dapat diletakkan di awal dan di akhir, namun tidak memiliki kemungkinan untuk
diletakkan di tengah kata. Dalam praktiknya lebih lanjut, bunyi diftong dibagi menjadi
dua kriteria, yaitu Diftong menurun (falling dipthong) dan diftong menaik ( rising
dipthong).

a. Diftong menurun adalah suatu kriteria diftong yang ketika diucapkan, bunyi vokal
pertama bersonoritas (bersuara) sedangkan bunyi vokal kedua kurang bersonoritas
(bahkan cenderung seperti bukan bunyi Vokal)
Contoh : [harimau] [harima[w]], [sampai] [sampa[y]]

b. Diftong menaik adalah suatu kriteria diftong yang berkebalikan dari Diftong menurun.
Bunyi vokal yang pertama malah kurng Bersonoritas (bersuara) sedangkan bunyi vokal
kedua menguat Sonoritasnya.

Contoh :
[sebuah] [sab[w]a]

- Kluster
Kluster adalah bunyi konsonan rangkap. Bunyi kluster merupakan bagian dari struktur
fonetis atau fonotaktis yang cara pelafalannya disadari oleh penuturnya, hal ini
didasarkan pada ketika bunyi kluster dilafalkan keliru, maka akan berdampat pada
makna yang berbeda. Kluster banyak terdapat dalam bahasa-bahasa asing, sementara
dalam bahasa Indonesia kluster terjadi sebagai akibat interferensi atau pengaruh
struktur fonetis unsur serapan.
Contohnya:
Bunyi [pr] pada kata praktik;
Bunyi [pl] pada kata plastik;
Bunyi [tr] pada kata sastra;
Bunyi [skr] pada kata skripsi; dan
Bunyi [str] pada kata struktur.

- Silaba
Silabisasi fonetis adalah penyukuan kata yang didasarkan pada perwujudan pengucapan
yang ditandai oleh satuan hembusan napas dan satuan bunyi sonor (nyaring).

8. ARUS BUNYI DAN ALAT UCAP


- Arus udara
Pembentukan arus udara terbagi menjadi dua proses, diantaranya (1) Arus udara agresif,
yaitu arus udara yang mengalir keluar dari paru-paru, dan (2) arus udara ingresif, yaitu
arus udara yang mengalir ke dalam atau menuju paru-paru. Arus udara yang masuk
(ingresif) dan keluar (agresif) berfungsi sebagi komponen utama dalam proses
pembentukan bunyi bahasa. Arus udara yang masuk dan keluar akan memberikan
rangsangan (getaran) pada pita suara yang akhirnya menghasilkan bunyi. Selanjutnya
komponen terkahir (alat ucap) berfungsi sebagai pengubah bunyi menjadi bunyi bahasa
(mempunyai arti).

- Pita Suara
Pita suara merupakan kompenen kedua yang berfungsi sebagai sumber bunyi. Terdapat
celah ketika pita suara membuka dan menutup saat proses pembentukan suara atau
fonasi berlangsung.
- Bagian Badan
Alat ucap bagian badan adalah paru-paru, sekat rongga perut dan sekat rongga dada
Pernafasan perut terjadi karena otot sekat rongga perut (diafragma) berkontraksi
sehingga menyebabkan kedudukan diafragma mendatar, rongga dada membesar, paru-
paru mengembang, tekanan di paru-paru menjadi kecil, mengakibatkan udara dari luar
tubuh masuk ke paru-paru. Pernafasan dada terjadi karena otot sekat rongga dada
(intercostalis) berkontraksi, hingga tulang rusuk menjadi rapat, tulang dada
membusung ke depan, rongga dada membesar, paru-paru mengembang, tekanan di
paru-paru mengecil, mengakibatkan udara dari luar tubuh masuk ke paru-paru.

- Bagian Tenggorokan
Alat tubuh yang dijumpai bagian tenggorokan ialah batang tenggorokan (trakea),
pangkal tenggorokan (laring, larynx), dan rongga kerongkongan (faring, pharynx).

- Bagian Kepala
Bagian kepala terdapat tiga buah rongga, yaitu rongga mulut, rongga hidung dan rongga
faring. Di sebelah atas rongga mulut terdapat sederetan gigi atas, pangkal gigi, langit-
langit keras, langit-langit lembut dan anak tekak. Bagian bawah terdapat sederetan gigi
bawah dan lidah. Di sebelah belakang dibatasi dinding faring. Di sebelah depan terdapat
bibir atas dan bibir bawah.

9. ALUR KOMUNIKASI SATU ARAH


Otak : Pada Proses awal tuturan seorang penutur akan mengkonsep tuturannya di dalam
otak. Pada proses ini sangat kompleks, bahasa apa yang dituturkan oleh penutur tersebut,
apakah tuturan tersebut layak untuk diucapakan berapa banyak kata ketika tuturan itu
diucapkan.
Saraf motorik : Saraf motorik pada proses ini berfungsi mengerakan alat ucap. Saraf
morotik diperintahkan oleh otak untuk mengerakan alat ucap sesuai dengan bentuk bunyi
apa yang akan dihasilkan.
Alat ucap : Kesempurnaan bentuk bunyi pada masing-masing kata yang diucapkan
tergantung kelengkapan dan kesempurnaan alat ucap tersebut. Bunyi yang dibentuk
menjadi bunyi bahasa didapat dengan berbagai cara, misal dengan bentuk bibir, posisi lidah
atau dengan cara mekanisme pengaturan masuk dan keluar arus udara.

10. ALUR KOMUNIKASI SATU ARAH DAN DUA ARAH


Alur komunikasi satu arah berakhir pada tahap audiotoris. Pada komunikasi dua arah,
tahap audiotoris berlanjut kepada respon yang dimunculkan setelah otak merespon tuturan
yang masuk kepada penutur. Analogi pertama yaitu respon yang dihasilkannya berupa
produksi bahasa. Analogi kedua tergambar pada saat seseorang memberikan sebuah
informasi atau penjelasan tentang suatu hal. Analogi ketiga tergambarkan ketika seseorang
memberikan stimulus yang akhirnya menghasilkan sebuah respon gerakan.

11. SEGMENTAL
Segmental adalah suatu bentuk runtutan bunyi yang didalamnya terdapat fonem yang bisa
dibagi atau disegmenkan. Penentuan segmen tersebut didasarkan proses alat ucap dan pita
suara membentuk bunyi segmental itu sendiri.
Adapun masing-masing segmen tersebut sebagai berikut:
1. Ada tidaknya gangguan,
a. Bunyi Vokoid
Bunyi vokoid adalah bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan dan penutupan
pada daerah artikulasi. Ketika bunyi ini diucapkan, yang diatur hanyalah ruang resonansi
pada rongga mulut melalui pengaturan posisi lidah dan bibir.
Vokal kardinal dilambangkan dengan [i, e, ε, a, α, ə, o, dan u] dalam International Phonetics
Association (Marsono, 1989: 26). Adapun vokal dalam bahasa Indonesia berjumlah enam
buah, yakni: [a], [i], [u], [ε], [o], dan [ə]. berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah, bunyi
vokoid dapat dibedakan menjadi:
1) vokal/ vokoid tinggi atau atas yang dibentuk melalui proses rahang bawah merapat ke
rahang atas: [i] dan [u]
2) vokal/ vokoid madya atau tengah yang dibentuk melalui proses rahang bahwa menjauh
sedikit dari rahang atas: [e] dan [o]
3) vokal/ vokoid rendah atau tengah yang dibentuk melalui proses rahang bawah
dimundurkan lagi sejauh-jauhnya: [a].
b. Bunyi kontoid
Bunyi kontoid atau konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan
penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Bunyi ini lebih banyak jenisnya bila
dibandingkan dengan bunyi-bunyi vokoid.
a) Pembentukan konsonan berdasarkan cara artikulasi dan tempat artikulasi
Pada proses pembentukan konsonan hambat yang diakhiri dengan letupan disebut
konsonan eksplosif. Konsonan jenis ini terlihat pada bentuk berikut.
/p/ pada kata [lap#ar], [pu#kul], dan [li#pat].
Sedangkan konsonan hambat yang tidak diakhiri oleh letupan disebut konsonan implosif,
Konsonan jenis ini terlihat pada bentuk berikut.
/p/ pada kata [ke#lap], [ge#lap], dan [te#tap].
Konsonan geser atau biasa disebut juga konsonan frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan melalui proses menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang
diklasifikasikan berdasarkan proses ini antara lain,
[f],
[v],
[x],
[h],
[s],
[Š],
[z], dan
[x].
Konsonan likuida atau konsonan lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
menaikkan alat artikulasi lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa dikeluarkan
melewati kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah [l].
Selanjutnya Konsonan trill atau getar. Konsonan ini dihasilkan dengan proses mendekatkan
dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga udara
bergetar. Bunyi yang terjadi disebut konsonan getar apikal [r]. Jika uvula yang menjauh
dan mendekat ke belakang lidah terjadi dengan cepat dan berulang-ulang, akan terjadi
konsonan getar uvular [R].
b) Pembentukan konsonan berdasarkan strukturnya.
Konsonan jenis ini terjadi ketika terdapat hubungan antara alat artikulator dan titik
artikulasi.
c) Pembentukan konsonan berdasarkan posisi pita suara
Konsonan bersuara adalah konsonan yang terjadi akibat udara yang keluar dari rongga
ujaran turut menggetarkan pita suara. Konsonan
yang dihasilkan pada proses ini adalah [m],
[b],
[v],
[n],
[d],
[r],
[ñ],
[j],
[η],
[g], dan
[R].
Sedangkan, konsonan tak bersuara dapat didefinikan sebagai konsonan yang terjadi akibat
udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan pita suara. Konsonan yang
dihasilkan oleh proses ini adalah
[p], [t], [c], [k], [?], [b], [d], [j],
[g],
[f],
[s],
[Š],
[x],
[h],
[r],
[1],
[w], dan
[y] .

2. Mekanisme udara
a. Mekanisme Udara Pulmonis
Udara yang berasal dari paru-paru menuju ke luar. Mekanisme udara pulmonis ini terjadi
pada hampir semua bunyi-bunyi bahasa di dunia
b. Mekanisme Udara Laringal atau Faringal
Udara yang berasal dari laring atau faring. Caranya, glotis ditutup terlebih dahulu,
kemudian rongga laring dan faring diperkecil dengan menarik lidah kebelakang dan
menaikan jakun. Maka terjadilah pemadatan udara. Contoh: [k], [l], [r]
c. Mekanisme Udara Oral
Udara yang datang dari mulut. Caranya, menutup rongga mulut pada velum dan salah satu
tempat di depan. Kemudian rongga mulut diperkecil sehingga terjadi pemadatan udara
sehingga apabila dibuka maka udaraakan keluar meninggalkan rongga mulut. Contoh:
[b],[m],[p] Agar penjelasan tersebut lebih jelas, coba perhatikan gambar di berikut Ini.

3. Pita suara,
a. Bunyi Mati atau Tak Bersuara
Bunyi yang dihasilakan dengan pita suara tidak melakukan gerakan membuka menutup
sehingga getarannya tidak signifikan. Pada bahasa Indonesia, contoh-contoh bunyi mati
atau tidak bersuara antara lain sebagai berikut.
Bunyi [k], Bunyi [p], Bunyi [t], dan Bunyi [s].
b. Bunyi Hidup atau Bunyi Bersuara
Bunyi hidup atau bunyi bersuara adalah bunyi yang dihasilkan dengan pita suara
melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara
signifikan.
4. Lubang lewatan udara,
a. Bunyi Oral
Bunyi oral adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut.
Dengan menutup velik pada dinding faring apabila kita ingin mengetahui mana yang
termasuk bunyi oral kita bisa mencoba dengan menutup mulut kita. Contoh: [K]
b. Bunyi Nasal
Bunyi yang keluar melalui rongga hidung dengan menutup rongga mulut dan membuka
velik lebar-lebar. Untuk mengetahui bentuk bunyi nasal coba tutup kedua lubang hidung
lalu bunyikan bunyi. Contoh : [m]
c. Bunyi Sengau
Bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut dan rongga hidung,
dengan membuka velik sedikit. Bunyi Bindeng. contoh bahasa Jerman.
5. Mekanisme artikulasi,
a. Bunyi Bilabial
Bunyi bilabial adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dan
bibir atas. Prosesnya bibir atas (sebagai artikulator) menyentuh bibir atas (sebagai titik
artikulasi). Contoh bunyi bilabial sebagai berikut.
[p],
[b],
[m], dan [w]
Bunyi bilabial terjadi ketika Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Bibir
bawah menekan rapat pada bibir atas, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru
terhambat untuk beberapa saat. Selanjutnya, Bibir bawah yang menekan rapat pada bibir
atas itu kemudian secara tibatiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari rongga
mulut.
b. Bunyi Labio-Dental
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah (labium) dan gigi (dentum) atas.
Prosesnya bibir bawah (sebagai artikulator) menyentuh gigi atas (titik artikulasi). Misal: [f]
dan [v]
c. Bunyi Sengau
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gigi (dentum) atas.
Caranya, ujung lidah (sebagai artikulator) menyentuh gigi atas (titik artikulasi). Misal: [l]
[a], [t] pada pintu.
d. Bunyi Apiko-Alveolar
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gusi
(alveolum) atas. Prosesnya ujung lidah (sebagai artikulator) menyentuh kaki gigi atas
(sebagai titik artikulasi). Proses dari mekanisme artikulasi tersebut menghasilkan bunyi
[n] pada kata [nama], [d] pada kata [duduk] [r] pada kata [mereka]
e. Bunyi Lamino-Palatal
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan langit-langit kertas
(palatum). Prosesnya tengah lidah (sebagai artikulator) menyentuh langit-langit (sebagai
titik artikulasi). Misal: [c], [j],[n], [s].
f. Bunyi Dorso-Velar
Bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan langit-langit lunak
(velum). Caranya pangkal lidah ( sebagai artikulator) menyentuh langit-langit lunak
(sebagai titik artikulasi). Misal: Bunyi [k], Bunyi [g], dan Bunyi [x]
g. Bunyi (Dorso-) Uvular
Bunyi dorso uvular adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum)
dan tekak (uvula). Caranya, pangkal lidah (sebagai artikulator) menyentuh anak tekak
(sebagai titik artikulasi) misal : Bunyi [q], Bunyi [r].
h. Bunyi Laringal
Bunyi laringgal adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorokan (laring).
Caranya, udara yang keluar dari paru-paru digesek ke tenggorokan. Misalnya: [h]
i. Bunyi Glotal
Bunyi glottal adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau celah (glotis) pada
pita suara. Caranya, pita suara merapatkan sedemikian rupa sehingga menutup glotis.
Misalnya, [?] dan hamza.

12. SUPRASEGMENTAL Bunyi suprasegmental


adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental yang meliputi intonansi, nada, aksen dan
tekanan.
Berdasarkan pembagiannya
bunyi segmental dikategorikan ke dalam empat jenis yaitu.
1. Tinggi rendahnya bunyi (nada)
Ketika bunyi-bunyi segmental diucapkan selalu melibatkan nada, baik nada tinggi, sedang,
atau rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara, arus udara dan
posisi pita suara ketika bunyi itu diucapkan. Makin tegang pita suara, yang disebabkan oleh
kenaikan arus udara dari paru-paru, makin tinggi pula nada bunyi tersebut. Pada tataran
kalimat, variasi nada yang
biasa disebut intonasi berperan sebagai pembeda.
Tanda [II] untuk intonasi datar turun. Biasa terdapat pada kalimat berita.
Tanda [//] untuk intonasi datar naik. Biasa terdapat dalam kalimat tanya.
Tanda [==] untuk intonasi datar tinggi. Biasanya terdapat dalam kalimat
perintah.
Adapun penerapan dari masing-masing pungtuasi tinggi-rendahnya nada
sebagai berikut.
Contoh :
[baksoII] pemberitahuan bahwa ada bakso
[bakso//] menanyakan tentang bakso
[bakso==] memanggil penjual bakso
2. Keras-lemah bunyi (tekanan)
Ketika bunyi segmental diucapkan pun tidak pernah lepas dari keras atau lemahnya bunyi.
Hal ini disebabkan oleh keterlibatan energi otot ketika bunyi itu diucapkan. Variasi tekanan
dikelompokan menjadi empat:
[‘] Tekanan keras
[-] Tekanan sedang
[`] Tekanan lemah
[ ] Tidak ada tekanan
Dalam bahasa tertentu tekanan ini ternyata bisa membedakan makna.
Tetapi dalam Bahasa Indonesia tekanan ini terjadi pada tataran kalimat.
Dipergunakan untuk membedakan maksud kalimat.
Contoh:
Saya membeli buku (yang membeli buku saya, bukan kamu)
Saya membeli buku ( saya benar-benar membeli buku, bukan mencuri)
Saya membeli buku (yang saya beli memang buku, bukan yang lain)
3. Panjang-pendek bunyi (tempo)
Pada bahasa Indonesia panjang
pendeknya bunyi tidak bersifat fungsional pada tataran kata, tetapi fungsional
dalam tataran kalimat.
Dalam bahasa tertentu variasi panjang pendek bunyi ini ternyata bisa
membedakan makna.
Contoh dalam bahasa Arab:
[habibi] kekasih
[habibi:] kekasihku
4. Kesenyapan (jeda)
Kesenyapan adalah suatu pemutusan arus bunyi-bunyi segmental oleh
penutur. Sebagai akibatnya akan terjadi kesenyapan diantara bunyi-bunyi yang terputus itu.
Pada KBBI V jeda diartikan sebagai hentian sebentar dalam ujaran (sering terjadi di depan
unsur kalimat yang mempunyai isi informasi yang tinggi atau kemungkinan yang rendah).
antarkallimat, antarklausa, antarfrasa, antarkata, antarmorfem, antarsilaba, maupun
antarfonem. Sesuai dengan urutan tersebut, jeda antarkalimat prosesnya akan lebih lama
dibandingkan jeda antarklausa. Jeda antarklausa akan lebih lama dibandingkan jeda
antarfrasa. Jeda antarfrasa akan lebih lama dibandingkan jeda antarkata, dan begitu juga
selanjutnya hingga akhirnya antarfonem. Kesenyapan itu ditandai dengan tanda [#].
Kesenyapan merupakan tanda
batas antara bentuk-bentuk tataran silaba, morfem, kata, frase, klausa, hingga kalimat.
Berbeda dengan nada, kesenyapan dalam bahasa indonesia lebih fungional sebagai
pembeda makna pada tataran kalimat.
Contoh :
1a. Ia membeli buku# sejarah baru.
1b. Ia membeli buku sejarah #baru.
2a. Istri #letnan yang nakal itu tertangkap.
2b. Istri letnan # yang nakal itu tertangkap.
3a. Kucing makan tikus # mati.
3b. Kucing makan# tikus mati.
Dalam pemberitahuan jeda agak lama antara buku dengan Sejarah baru. Dua kalimat ini
memberikan perbedaan makna. Pada kalimat yang pertama seseorang membeli buku yang
berjudul sejarah baru, sedangkan pada kalimat
kedua seseorang itu membeli buku sejarah, baru saja membelinya tadi.

13. FONEM
Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Contoh fonem [k], [t], [j], [m],[d], dan [g]. Berpengaruh pada [palang] [ka#lang] kabu
[ta#lang] sejenis ikan [ja#lang] liar [ma#lang] celaka [da#lang] dalang/ otak [ga#lang]
galang/ himpun
Berdasarkan bukti empiris tersebut diketahui bahwa bentuk linguistik terkecil /p/, /k/, /j/,
/m/, /d/, dan /g/ berfungsi membedakan makna terhadap bentuk linguistik yang besar,
walaupun pada kenyataannya fonem- fonem itu sendiri tidak mempunyai makna.
Fonem pada bahasa Indonesia mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada
tempat fonem dalam kata atau suku kata (hal ini sama terjadi pada bahasa-bahasa lain).
Contoh :
fonem /t/ apabila letaknya berada di awal kata atau suku kata pertama, dilafalkan secara
lepas. Misal, pada kata [to#pi], fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun hal itu akan berbeda jika
fonem /t/ berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih tetap rapat
tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata [bu#at], [sa#bit] dan [kar#bit].

14. ANALISIS FONEM ANALISIS FONEM


a. Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung dipengaruhi oleh lingkungannya Premis pertama
menganalogikan bahwa bunyi bahasa akan mengalami penyesuaian bunyi tergantung letak
dari bunyi/ deret fonem tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan contoh dengan deretan
bunyi pada kata-kata bahasa Indonesia berikut.
[nt] pada [tin#ta] [mp] pada [mam#pu] [nc] pada [pin#cang] [ng] pada [nang#ka]
dan [nd] dan [mb] dan [nj] dan [ng] pada [tun#da] pada [kem#bar] pada [pan#jang] pada
[tang#ga]
Deret bunyi atau deret fonem tersebut saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan demi
kemudahan pengucapan. Deretan bunyi tersebut mempunyai kesamaan fonetis, hal tersebut
diakibatkan karena berada pada lingkungan fonetis yang sama. Misal [nt] dan [nd] pada
[tin#ta dan [tun#da] memiliki karakteristik pelafalan yang sama dikarenakan mempunyai
lingkungan fonetis yang sama.
Karakteristik pelafal tersebut bergantung pada alat artikulator bertemu alat artikulator lain
yang menjadi titik artikulasi. Berikut ini proses pertemuan antara dua artiklutor.
1) Bilabial bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), misal: [p], [b], [m].
2) Labiodental bibir bawah dan ujung gigi atas, misal: [f].
3) Alveolar ujung atau daun lidah menyentuh atau mendekati gusi, misal: [t], [d], [s].
4) Dental ujung atau daun lidah menyentuh atau mendekati gigi depan atas.
5) Palatal depan lidah menyentuh langit-langit keras, misal: [c], [j], [y].
6) Velar belakang lidah menempel atau mendekati langit-langit lunak, misal: [k],[g].
7) Glotal (hamzah) pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara dari paru-paru
tertahan. Misal: bunyi yang memisahkan bunyi [a] pertama dan [a] kedua pada kata saat
b. Sistem bunyi bahasa cenderung bersifat simetris
Pada bunyi hambat bilabial /p/ dan /b/memiliki kesimetrisan, hal ini terlihat pada contoh
kata : [pa#ku] [bu#ku]
Pada bunyi hambat dental /t/ dan /d/ memiliki kesimetrisan, hal ini terlihat pada contoh kata
: [ta#ri] [da#ri]
c. Bunyi-bunyi bahasa cenderung berfluktuasi
Fluktuasi pada KBBI memiliki makna ketidaktetapan, kegoncangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fonem memiliki ketidaktetapan
bunyi.
Misal fonem /e/, /Ə/ pada kata: [papaya] [pƏpaya] [sƏkadar] [sƏkƏdar]
d. Bunyi-bunyi yang memiliki kesamaan fonetis digolongkan tidak
berkontras apabila berdistribusi komplementer atau bervariasi bebas Kontras pada KBBI
memiliki makna memiliki perbedaan yang nyata apabila diperbandingkan.
Bunyi /K/ dengan /?/ pada kata [pokok] dan [katak]
e. Bunyi-bunyi yang memiliki kesamaan fonetis digolongkan ke dalam fonem yang berbeda
apabila berkontras dalam lingkungan yang sama
atau mirip

15. KETIDAKLANCARAN BERUJAR


a) Kegagapan
Gangguan berbicara jenis gagap merupakan gambaran bentuk problematika berbahasa
dalam lingkup pembentukan dan kualitas nada, kondisi kelancaran arus udara di dalam
paru-paru, dan power atau kekuatan suara dari seorang penutur. Jika seseorang
melakukan penjedaan tidak pada tempatnya (gejala-gejala orang yang memiliki
ganguan gagap) akan mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam proses komunikasi.
b) Kelumpuhan Saraf Otak (Cerebral Palsied)
Kelumpuhan otak bisa mengakibatkan kegagalan pada proses produksi ujaran. Banyak
hal seperti: proses pernapasan yang tidak normal, kenyaringan dan kejelasan ujaran
karena proses gerakan artikulator yang terganggu

c) Belahan Langit-Langit Mulut


Kelainan pada langit-langit berakibat pada ketidaksempurnaan proses resonansi.
Langit-langit mulut sebagai salah satu titik artikulasi, tidak memberikan titik sentuh
yang sempurna bagi alat artikulasi. Oleh karena itu, proses produksi bunyi bahasa
menjadi tidak sempurna.

d) Rusak Pendengaran
Penutur yang mempunyai kualitas pendengaran yang rendah berkemungkinan gagal
untuk mengenal dengan baik bunyi-bunyi yang berfrekuensi tinggi. Sedangkan untuk
penutur yang pekak atau tuli akan berkibat besar terhadap kegagalan dalam proses
komunikasi.

e) Disatria
Disartria adalah gangguan yang disebabkan oleh hilangnya perintah atau respon
motorik untuk bertutur dengan jelas. Keadaan tersebut menyebabkan suatu tuturan
menjadi tidak fasih/ tidak jelas

C. RINGKASAN MATERI
Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari tata bunyi/kaidah bunyi dan cara
menghasilkannya. Fonologi ada dua cabang, yaitu fonemik dan fonetik. Fonemik ialah ilmu yang
mempelajari fonem. Kajian bunyi bahasa sebagai pembedamakna.

Fonetik ialah cabang studi fonologi yang menyelisik, menelaah, dan mengulas produksi, alur, dan
penerimaan bunyi bahasa yang digunakan dalam pertutuan tanpa mengindahkan fungsinya sebagai
distingsi makna atau bukan, dengan menyertakan analisis beberapa ilmu sins, seperti fisika, anatomi,
dan psikologi.

Jenis-jenis fonetik yaitu fonetik organisonetik yang melihat bunyi bahasa dari segi cara
menghasilkannya, fonetik akustisnetik yang melihat bunyi dari segi bunyi fisis, dan fonetik auditoris
yang melihat bunyi bahasa dari segi penangkapannya.

1. Klasifikasi bunyi bahasa terdiri atas Vokal, Konsonan, danSemi-vokal

Vokal = Tidak ada hambatan pada alat bicara

Konsonan = Menghambat arus udara pada

sebagian alat bicara

Semi-vokal = Belum membentuk konsonan murni

2. Nasal dan Oral


Nasal = Menurunkan langit-langit lunak beserta

ujung anak tekaknya

Oral = Menaikan langit-langit lunak beserta

ujung anak tekaknya

3. Keras dan Lunak

Keras = Jika artikulasi disertai ketegangan

Lunak = Jik artikulasi tidak disertai ketegangan

4. Bunyi Panjang dan Pendek

Berdasarkan lama bunyinya diucapkan.

5. Rangkap dan Tunggal

Bunyi rangkap disebut diftong

Bunyi tunggal disebut monoftong

6. Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring

Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonasi pada saat
bunyi diucapkan.

ALAT UCAP

Alat ucap yang dapat digerakkan dalam berbagai posisi, misalnya bibir bawah, ujung lidah, daun
lidah, punggung lidah bagian tertentu alat ucap yang dituju/disentuh oleh artikulator, bibir atas,
gigiatas, pangkal gigi atas, langit-langit keras, dan langit-langit lunak.

TERJADINYA BUNYI

Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama waktu sedang bernafas.
Udara Yang dihembuskan (atau dihisap untuk sebagian kecil Bunyi bahasa) itu kemudian
mendapatkan hambatan diberbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah
bunyi-bunyi bahasa.

Pada alur komunikasi satu arah, proses awal tuturan serang penutur akan mengkonsep tuturannya
di dalamnotak. Pada proses ini sangat kompleks, bahasa apa yang dituturkan oleh penutur tersebut,
apakah tuturan tersebut layak untuk diucapkan berapa banyak kata ketika tuturan itu saraf motorik
pada proses ini berfungsi mengerakan alat ucap. Saraf morotik diperintahkan oleh otak untuk
mengerakan alat ucap sesuai dengan bentuk bunyi apa yang akan dihasilkan. Saraf motorik pada
proses ini berfungsi mengerakan alat ucap. Saraf morotik diperintahkan oleh otak untuk mengerakan
alat ucap sesuai dengan bentuk bunyi apa yang akan dihasilkan.

Pada Komunikasi dua arah, tahap audiotoris berlanjut kepada respon yang dimunculkan setelah otak
merespon tuturan yang masuk Kepada penutur. Analogi pertama yaitu respon yang dihasilkan
berupa produksi bahasa. Analogi kedua tergambar pada saat seseorang memberikan sebuah
informasi atau penjelasan tentang suatu hal. Analogi ketiga tergambarkan ketika seseorang
memberikan stimulus yang akhirnya menghasilkan sebuah respon gerakan.

Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Terdiri atas
konsonal, Vokal, Diftong, dan kluster. Konsonan ialah bunyi yang terhambat oleh alat ucap. Vokal
ialah bunyi yang tidak terhambat oleh alat Ucap. Diftong merupakan dua vokal yang dibaca satu
bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/ dalam /kau/. Kluster ialah dua konsonan yang dibaca satu
bunyi.

D. PETA KONSEP/MIND MAPPING

BUNYI
BAHASA FONEMIK

FONETIK

1. Organis

2. Akustis

3. Auditoris

Klasifikasi bunyi

Berdasarka hambatan Suprasegmental


SEGMENTAL
pada alat ucap

INTONASI
VOKOID
EKSPRESI
KONTOID
KINESIK
VOKAL

KONSONAN

DIFTONG

KLUSTER

E. DAFTAR PUSTAKA FORMAT APA STYLE (tahun 2012 ke atas)


Marsono. (2019). FONETIK. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Triadi, R. B., dan Emha, R. J. (2021). FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Banten :


Unpam Press.

Yani Suryani, & Nani Darmayanti. (2016). Kemahiran Berbahasa Indonesia Penutur
Korea : Kajian Prosodi Dengan Pendekatan Fonetik the Skill of Korean Speakers in
Indonesian Language : Prosody Study Using an Experimental Phonetics Approach.
(September 2012), 52–63.

Lafamane, F. (2020). FONOLOGI (Sejarah Fonologi, Fonetik, Fonemik).

Wardhana, M. K. Analisis Fonetik Pada Kata “Korban” dan “Kurban” dalam Perayaan
Idul Adha 1441 H. In Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS)
(Vol. 3, pp. 108-117).

F. SOAL LATIHAN PILIHAN GANDA


1. Alat ucap yang berfungsi untuk mengeluarkan udara dari paru-paru adalah
A. tenggorokan (larynx) C. rongga anak tekak (pharinx)
B. pita suara (vocal cords) D. anak tekak (uvula).
2. Bunyi yang dihasilkannya anak tekak disebut bunyi:
A. bilabial B. dental C. faringal D. uvular
3. Proses bergetarnya pita suara tersebut disebut proses. . .
A. proses artikulasi C. proses labialisasi
B. proses fonasi D. proses oro-nasal
4. Jika pita suara tidak bergetar, akan menghasilkan bunyi
A. [h p, t, s k] C. [p, t, c, k, f, h, s]
B. [b, d, g, m, r] D. [b, d, j, g, m, n, r]
5. Bunyi yang dihasilkan oleh dua bibir disebut bunyi. . . .
A. bilabial B. dental C. faringal D. glotal
6. Bunyi nyaring dan bunyi tidak nyaring dibedakan berdasarkan
A. ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara
B. ada tidaknya hambatan pada alat ucap
C. lantang tidaknya waktu diucapkan
D. terdengar kenyaringannya oleh telinga
7. Bunyi yang keluar melalui hidung disebut ……
A. bunyi vokal
B. bunyi konsonan
C. bunyi nasal
D. bunyi oral
8. Bunyi yang dibentuk dengan cara mengecilkan rongga paru-paru oleh otot paru-paru,
otot perut, dan rongga dada. Hampir semua bunyi bahasa Indonesia dibentuk melalui ini
termasuk bunyi:
A. Egresif pulmonik
B. Egresif glotalik
C. Ingresif velarik
D. Ingresif glotalik
9. Bunyi suprasegmental dapat diklasifikasikan menurut ….
A. bunyi segmental
B. ciri prosodi
C. bunyi marginal
D. bunyi sonoran
10. Lamanya suatu bunyi diucapkan dalam suatu tuturan disebut ….
A. jangka
B. nada
C. aksen
D. tekanan

G. SOAL LATIHAN ESAI


1. Sebutkan 4 macam proses terbentuknya bunyi bahasa!
2. Sebutkan bagain-bagian alat ucap manusia!
3. Jelaskan masing-masing fungsi alat ucap manusia!
4. Terangkan proses udara yang masuk ke paru-paru hingga terjadinya bunyi!
5. Apakah yang dimaksud bunyi egresif pulmonik dan bunyi egresif glotalik?
6. Jelaskan pengertian bunyi suprasegmental!
7. sebutkan 3 macam bunyi bahasa!
8. Apakah perbedaan antara transkripsi dan transliterasi pada bunyi bahasa!
9. Sebutkan beberapa gejala kegagalan bahasa yang terkait dengan kajian fonetik!
10. Deskripsikan secara visual tentang glotis pada pita suara!

H. JAWABAN SOAL LATIHAN PG DAN ESAI


PG :
1. A
2. C
3. B
4. C
5. A
6. D
7. C
8. A
9. B
10. A

ESSAY
1. terbagi atas 4 macam, yakni: (1) proses keluarnya bunyi dari paru-paru, (2) proses
fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan, (3) proses artikulasi yaitu proses
terbentuknya bunyi oleh artikulator dan, (4) proses oro-nasal,
2. Paru-paru, pangkal tenggorokan,rongga anak tekak,pita suara, langit-langit
lunak,langit-langit keras,gusi,gigi,bibir,lidah
3. a. paru-paru : untuk bernafas
b. pangkal tenggorokan : mengeluarkan udara dari paru-paru
c. rongga anak tekak : saluran udara yang akan bergetar bersama sama dengan pita suara
d. pita suara : sebagai katup yang mengatur jalannya udara dari paru-paru ketika melalui
tenggorokan
e. langit-langit lunak : menghasilkan bunyi bahasa
f. langit-langit keras : artikuator pasif
g. gusi : menghasilkan bunyi laminal
h. gigi : menghasilkan bunyi apiko dental
i. bibir : artikulator aktif
j. lidah : artikulator
4. Alur terjadinya bunyi bahasa:
1. Sumber energi utama terjadinya bunyi bunyi bahasa adalah adanya udara dari paru-
paru.
2. Udara dihirup ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan keluar bersama-sama
waktu sedang bernapas.
3. Udara yang dihembuskan (atau dihirup untuk sebagaian kecil bunyi bahasa)
mendapat hambatan di berbagai tempat alat-alat bicara dengan berbagai cara sehingga
terjadi bunyi bahasa.
4. Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya batang tenggorok, pangkal
tenggorok, kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung.
5. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara harus dalam keadaan terbuka.
6. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara, bunyi bahasa tidak akan
terjadi.
5. Bunyi egresif dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru,
sedangkan bunyi ingresif dibentuk dengan cara mengisap udara ke dalam paru-paru.
6. Bunyi suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental. Seperti halnya
bunyi segmental, bunyi suprasegmental pun dapat diklasifikasikan menurut ciri-cirinya
sewaktu diucapkan.
7. secara umum bunyi bahasa dibagi menjadi 3, yaitu vokal , konsonan, dan semi vokal
8. Transkripsi adalah penulisan tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk
menyarankan lafal bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuai sesuai dengan ejaan yang
berlaku dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya. Sedangkan Translisterasi adalah
penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, tanpa
menghiraukan lafal bunyi kata yang bersangkutan
9. Salah satu kegagalan bahasa terjadi ketika keadaan penutur terdapat kelainan pada salah
satu alat artikulasi, khususnya langit-langit mulut,Kelumpuhan Saraf Otak,Kegagapan
Sistem kerja otak merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam aktifitas
berbahasa, khususnya berbicara.
10. glotis terbagi menjadi empat jenis yaitu:
a. Terbuka lebar: saat bernapas normal
b. Terbuka sempit: menghasilkan bunyi tak bersuara
c. Tertutup: menghasilkan bunyi bersuara
d. Tertutup rapat: menghasilkan bunyi hamzah

I. PERTANYAAN DAN JAWABAN PESERTA


1. aku mau nanya kan ada fonetik auditoris, nah itu kan berdasarkan yg kita tangkap, berarti di
klasifikasi bunyi ada bunyi panjang dan pendek itu masuk ke auditoris? kalau bukan contoh
auditoris itu apa? apakah emg semua yg kita dengar dan kita tangkap masuknya auditoris
Jawab : ini klo menurut logika aku ya, semua yg kita dengar dan kita tangkap itu masuk
auditoris namun kan memang pasti penangkapan dan pemahaman setiap orang beda, terus
bunyi panjang pendek masuk atau ga itu masuk karena kan itu kita dengar dan kita tangkap
intonasi nya.

2. Apa paru-paru termasuk alat ucap dan apa bedanya diafragma dengan paru-paru ?
Jawab : Iya karena terjadinya proses suara diawalkan dari paru-paru yang mengelola keluar
masuknya udara. Diafragma itu berfungsi untuk memudahkan oksigen masuk kedalam paru
paru, ketika kita ingin berbicara kan perlu yang namanya udara untuk menghasilkan bunyi
maka dari itu otot diafragma membantu oksigen masuk ke paru paru lalu diolah suara yg keluar
melalui trakea lalu kemulut lalu jadilah suara
KELOMPOK : 12

Nama Mahasiswa :

1. NISA NURAINI (P24840420046)

2. NUR FADILAH PUTRI ENDAH L (P24840420047)

3. NUR MUNNAROH (P24840420048)

4. NURFADHILAH AZHARI ISMAWATI (P24840420049)

Kelas :A

Semester :5

Judul Makalah/Materi :

Identifikasi pemakaian kosakata bahasa Betawi kota, Betawi tengah, dan Betawi pinggiran (kajian

fonetik).

Anda mungkin juga menyukai