Disusun oleh:
Aragibinafika
Lisna Agiara
Viola Septina
Zilva Hayati
Fakultas Kedokteran
Universitas Malikussaleh
2016
1
Daftar Isi
2
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Bentuk dan Makna pada pembelajaran bahasa Indonesia. Tak lupa kami
berterimakasih kepada bapak Juni Ahyar atas bimbingannya dalam mata kuliah
dasar umum Bahasa Indonesia.
Kami selaku penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
serta menambah wawasan pengentahuan kita tentang Bentuk dan Makna.
3
Bab 1 Pendahuluan
Pada zaman sekarang, sedikit sekali masyarkat atau remaja yang mengenal
bahasa Indonesia secara benar. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa
gaul sebagai bahasa komunikasi. Sebenarnya itu adalah kesalahan besar
masyarkat kita. Masyarakat tidak bangga dengan bahasa resminya. Mereka lebih
bangga dengan bahasa yang telah mereka rusak sendiri.
Seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik lebih bangga
dengan bahasa resmi kita, tidak dengan bahasa gaul yang telah kita ciptakan
sendiri tanpa menggunakan kaidah EYD yang berlaku. Masalah ini telah menjadi
masalah yang serius bagi kita. Dan sudah seharusnya kita sebagai warga negara
yang baik, mau mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini:
1. Mahasiswa mampu membuat contoh kata dan frasa
berdasarkan jenisnya
2. Membedakan makna grametikal dan makna leksikal
3. Membedakan sinonim, antonim, homonim, homofon, dan
homograf
1
Bab 2 Isi
2.1.1 Fonem
Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti
atau makna (Gleason,1961: 9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunyi
bahasa, baik segmental maupun suprasegmental apabila terbukti dapat
membedakan arti dapat disebut fonem.
Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem.
Namun, tidak semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji
dengan beberapa pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri fonem, dan
watak fonem berasal dari bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan
jumlah bunyi bahasa, tetapi sangat jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu
bahasa lebih sedikit daripada jumlah bunyi suatu bahasa.
Contoh:
Pada pasangan kata bahasa Jawa pala dan bala. Kedua kata itu mempunyai
makna yang berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada awal kata, yaitu
bunyi [p] dan [b]. Kata pertama berarti buah pala, sedangkan kata kedua
berarti teman. Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan masin-
masing ditulis sebagai /p/ dan /b/.
Pada pasangan kata kaki dan kaku. Kedua kata itu mempunyai makna yang
berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada akhir kata, yaitu bunyi [i] dan
[u]. Kata pertama berarti anggota gerak bagian bawah, sedangkan kata kedua
berarti keras/tidak ealstis. Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda
dan masin-masing ditulis sebagai /i/ dan /u/.
2
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti.
Ilmu yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan
bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk
mengetahui suatu fonem harus diperlukan pasangan minimal.
Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa
dapat dibedakan menjadi dua kelompok: vokal dan konsonan.
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara)
3
Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang didekatkan
untuk membentuk bunyi bahasa.
Bilabial - bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), mis.: [p], [b],
[m]
Palatal - depan lidah menyentuh langit-langit keras, mis.: [c], [j], [y]
Glotal (hamzah) - pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara
dari paru-paru tertahan, mis.: bunyi yang memisahkan bunyi [a] pertama
dan [a] kedua pada kata saat
Bunyi lateral - ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar
melalui samping lidah. Mis.: [l]
4
Vokal Konsonan
Bunyi yang tidak Bunyi yang dibentuk dengan
disertai hambatan menghambat arus udara pada
pada alat bicara. sebagian alat bicara.
Hambatan hanya Terdapat artikulasi.
terdapat pada pita Konsonan bersuara adalah
suara. konsonan yang dihasilkan
Tidak terdapat dengan bergetarnya pita
artikulasi suara. Konsonan tidak
Semua vocal bersuara adalah konsonan yang
dihasilkan dengan dihasilkan tanpa bergetarnya pita
bergetarnya pita suara.
suara.
Dengan demikian,
semua vokal
adalah bunyi suara.
5
ucap yang lain saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif adalah alat ucap
yang dituju oleh artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa.
Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vokal
ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya, vokal
dapat dibedakan seperti uraian berikut:
a. Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara lain
[i],[u].
b. Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di atas
vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U ]
c. Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di bawah
vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ c ].
d. Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam
posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [ a ].
6
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Bunyi yang
dihasilkan[p,b].
b. Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan
[ t, d ].
c. Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras (langit-langit
atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ] ditulis th sedangkan [ d ] ditulis dh.
d. Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras. Bunyi yang
dihasilkan [ c, j ].
e. Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langitlangit lunak (langit-
langit bawah). Bunyi yang dihasilkan [ k, g ].
f. Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang satu
terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak beserta anak
tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat.
2. Konsonan Nasal (Sengau)
Konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat
rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bersama
dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan sehingga
udara keluar melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya,
konsonan nasal dibedakan sebagai berikut:
a. Konsonan nasal bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Nasal yang dihasilkan [ m ].
b. Konsonan nasal medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Nasal yang
dihasilkan ialah [ ].
c. Konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Nasal yang dihasilkan ialah
[n].
7
d. Konsonan nasal dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya
pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Nasal yang
diberikan [ h ].
3. Konsonan Paduan ( i tes)
Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Tempat
artikulasinya ialah ujung lidah dan gusi belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts ,
d5]. Bunyi [ ts ] ditulis ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg.
4. Konsonan Sampingan ( te ls)
Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga
mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping
saja. Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang dihasilkan [I].
5. Konsonan Geseran atau Frikatif
Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan
menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paruparu, sehingga
jalan udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Menurut artikulasinya,
konsonan geseran dibedakan sebagai berikut:
a. Konsonan geseran labio-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan
[f,v].
b. Konsonan geseran lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan
artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ s , z ].
c. Konsonan geseran dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Bunyi
yang dihasilkan [ x ].
d. Konsonan geseran laringal. Konsonan ini terjadi jika artikulatornya
sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Bunyi yang dihasilkan
[ h ].
6. Konsonan Getar ( ills, i ts)
Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus
udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat.
Menurut tempat artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-
8
alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses
menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang
dihasilkan [ r ].
7. Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpenghambat dalam
mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar.
Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.
a. Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah
bunyi[w].
b. Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya
tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang
dihasilkan [ y ].
9
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan () ditulis
dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-
an.
awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya. Kata depan di pada contoh dirumah, disawah, tidak
dibedakan dengan imbuhan di- pada dibeli, dimakan.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa
jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972
Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa
Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri
menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di
depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.
Ejaan Melindo
10
adalah penyempurnaan dari ejaan ejaan sebelumnya yang merupakan
hasil kerja dari panitia ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk oleh LBK (Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan) pada 1966. Ejaan ini diresmikan dalam pidato
kenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 27, 17 Agustus 1972.
Selanjutnya dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
1. Huruf J, DJ, NJ, CH, TJ, SJ pada Ejaan Soewandi diubah menjadi Y, J, NY, KH,
C, SY
2. Kata ulang harus ditulis hanya dengan menggunakan tanda hubung.
Penggunaan angka 2 diperkenankan hanya pada penulisan cepat atau notula.
2.1.2 Morfem
Morfem berasal dari kata morphe yang berarti bentuk kata dan
ema yang berarti membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu suatu
bentuk terkecil yang dapat membedakan arti. Berikut pengertian morfem menurut
beberapa ahli:
11
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
morfem tidak lain adalah satuan bahasa atau gramatik terkecil yang bermakna,
yang dapat berupa imbuhan atau pun kata.
Contoh:
Kata baik dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan
sebagainya. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan kata membaik,
karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri
dari dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas
berupa baik. Disini akan berbeda arti yang terkandung di dalamnya.
Morfem an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan,
dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan,
makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata
makan.
Jenis Morfem:
1. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai arti tanpa harus dihubungkan dengan morfem lain. Semua
kata dasar tergolong sebagai morfem bebas. Misalnya buku, pensil, meja,
rumah dan sebagainya. Contoh-contoh di atas dikatakan morfem karena
merupakan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti.
Apabila bentuk itu kita pecah lagi, sehingga menjadi bu- ku, me- ja, pen-
sil, ru- mah, dan seterusnya, maka bentuk bu- dan bentuk ku tidak
mempunyai arti. Dengan demikian bentuk buku, meja, pensil dan rumah
12
tidak dapat dipecah lagi. Bentuk yang demikian itilah yang disebut
morfem bebas.
2. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri
dan tidak mempunyai arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah
morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong
sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti partikel ku,
-lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong
sebagai morfem terikat.
Prefiks (awalan)
me-, ber-, ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-
Infiks (sisipan)
-em, -el, er-
Sufiks (akhiran)
-an, -i, -kan, -nya, -man, -wati, -wan, -nda
Konfiks(gabungan)
ke+an, pe+an, per+an, me+kan, di+kan, me+per+kan, di+per+kan,
me+per+i, di+per+i, ber+kan, ber+an
2.1.3 Kata
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
(KBBI). Kata adalah suatu bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
membentuk suatu makna bebas (cermat bernahasa Indonesia dan penulisan ilmiah
untuk perguruan tinggi, Juni Ahyar). Berdasarkan ciri dan karakteristiknya, kata
dikelompokkan menjadi kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata
keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata ulang, kata depan, kata
13
sambung, dan kata seru (cermat bernahasa Indonesia dan penulisan ilmiah untuk
perguruan tinggi, Juni Ahyar).
2.1.4 Frasa
Definisi Frasa
Menurut Ramlan (1987:151) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari
dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa.
Klasifikasi Frasa
Berdasarkan Persamaan Distribusinya
1 Frasa Endosentris
Ramlan (1986:146) bahwa frase endosentris adalah frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
baik semua unsur-unsurnya maupun salah satu unsurnya.
14
Frase endosentris apositif
Contoh:
Contoh:
2 Frasa Eksosentris
15
Frase eksosentris dapat juga disebut frase yang tidak
memilki hulu / induk / inti / pusat. Kategori / kelas kata
yang mengisi frase eksosentris biasanya berupa preposisi
dan konjungsi.
Contoh:
1 di gunung
2 dari besi,
Contoh
1 si miskin
2 sang mertua
16
Komponen pertamanya berupa partikel, sedangkan
komponen keduanya berupa adjektifa dan nomina.
Contoh
1 segera mandi.
Kategori Frasa
1 Farasa Nominal
Frasa nominal merupakan frasa yang terbentuk dari dua atau lebih
kata yang unsur intinya adalah kata benda. Oleh karena itu, frasa ini
biasa menduduki unsur subjek atau objek.
Contoh:
2 Frasa Verbal
17
Merupakan frase dibentuk dari sekumpulan kata yang memiliki
unsur inti pembentukan berupa kata kerja. Frase verbal berfungsi
menduduki unsur gramatikal sebagai predikat atau adverb (kata
keterangan).
Contoh:
3 Frasa Adjektiva
Contoh:
4. Frasa Numeralia
Contoh:
18
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
Selain itu, ada juga frase jumlah yang terdiri dari kata jumlah
disertai kata tambah. Misalnya: hanya satu, cuma dua belas,
sepuluh saja, dsb.
5. Frasa Preposisional
Contoh:
1.Darisana
2. Untuk Pasar
3. Dengan kaki
4. Di Solo
5. Untuk guru
6. Oleh saya
Tebagi atas :
19
1 Verba Asal : yaitu kata dasar : tidur, minum, main, kerja,
Bentuk Verba :
Ciri :
20
dengan sekuat-kuatnya
secara hati-hati
5. Keterangan penyertaan --> dengan sahabat, bersama...
6. Keterangan alat --> dengan motor,...
7. Keterangan kemiripan/ --> seperti, laksana, bak
8. Keterangan Sebab --> karena, sebab
9. Keterangan saling --> satu sama lain
Kata yang mengacu pada benda konkret (meja, buku) atau abstrak
(demokrasi, kehendak, peraturan)
Berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap
Termasuk dalam golongan nomina (kata benda) adalah juga : pronomina
(kata ganti orang), numeralia (kata bilangan).
5. Kata (Partikel)
3)Kah : siapakah,apakah.
4)Pun : apa pun, kilah pun.
21
Contoh : kuda = sejenis binatang
(teras, apel)
(bang><bank; masa><massa)
22
HOMONIM, HOMOGRAF DAN HOMOFON
Perubahan Makna
2. Menyempit : cakupan makna sekarang lebih sempit dari makna yang lama.
(sarjana,
pendeta, dsb.)
3. Ameliorasi : makna baru dirasakan lebih halus/tinggi niainya dari makna lama
Kata-katanya manis.
23
24
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
Satuan bentuk dalam bahasa indonesia terdiri dari
beberapa macam, yaitu: Fonem, Morfem, Kata, Frasa, Makna dan
perubahannya. Masing-masing dari mereka mempunyai fungsi
yang berbeda, tetapi saling berkaitan dan mendukung
terciptanya bahasa indonesia yang baik.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.
Daftar Pustaka
ejournal.upi.edu