Anda di halaman 1dari 29

Bentuk dan Makna

Disusun oleh:

Angie Delashynta Rianda

Aragibinafika

Lisna Agiara

Muhammad Fathul Arif

Viola Septina

Zilva Hayati

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran

Universitas Malikussaleh

2016

1
Daftar Isi

Bentuk dan Makna..................................................................................i


Kata Pengantar....................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................ 1
Bab 2 Isi................................................................................................. 2
2.1 Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa...................................................2
2.1.1 Fonem..................................................................................... 2
2.1.2 Morfem................................................................................. 11
2.1.3 Kata...................................................................................... 13
2.1.4 Frasa..................................................................................... 14
2.2 Pembagian Jenis Kata..................................................................20
2.3 Makna dan Perubahannya...........................................................22
Bab 3 Penutup...................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan................................................................................. 25
3.2 Saran.......................................................................................... 25
Daftar Pustaka...................................................................................... 26

2
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Bentuk dan Makna pada pembelajaran bahasa Indonesia. Tak lupa kami
berterimakasih kepada bapak Juni Ahyar atas bimbingannya dalam mata kuliah
dasar umum Bahasa Indonesia.

Kami selaku penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
serta menambah wawasan pengentahuan kita tentang Bentuk dan Makna.

3
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang, sedikit sekali masyarkat atau remaja yang mengenal
bahasa Indonesia secara benar. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa
gaul sebagai bahasa komunikasi. Sebenarnya itu adalah kesalahan besar
masyarkat kita. Masyarakat tidak bangga dengan bahasa resminya. Mereka lebih
bangga dengan bahasa yang telah mereka rusak sendiri.

Seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik lebih bangga
dengan bahasa resmi kita, tidak dengan bahasa gaul yang telah kita ciptakan
sendiri tanpa menggunakan kaidah EYD yang berlaku. Masalah ini telah menjadi
masalah yang serius bagi kita. Dan sudah seharusnya kita sebagai warga negara
yang baik, mau mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini:
1. Mahasiswa mampu membuat contoh kata dan frasa
berdasarkan jenisnya
2. Membedakan makna grametikal dan makna leksikal
3. Membedakan sinonim, antonim, homonim, homofon, dan
homograf

1
Bab 2 Isi

2.1 Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa

2.1.1 Fonem
Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti
atau makna (Gleason,1961: 9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunyi
bahasa, baik segmental maupun suprasegmental apabila terbukti dapat
membedakan arti dapat disebut fonem.

Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem.
Namun, tidak semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji
dengan beberapa pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri fonem, dan
watak fonem berasal dari bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan
jumlah bunyi bahasa, tetapi sangat jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu
bahasa lebih sedikit daripada jumlah bunyi suatu bahasa.

Contoh:
Pada pasangan kata bahasa Jawa pala dan bala. Kedua kata itu mempunyai
makna yang berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada awal kata, yaitu
bunyi [p] dan [b]. Kata pertama berarti buah pala, sedangkan kata kedua
berarti teman. Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan masin-
masing ditulis sebagai /p/ dan /b/.
Pada pasangan kata kaki dan kaku. Kedua kata itu mempunyai makna yang
berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada akhir kata, yaitu bunyi [i] dan
[u]. Kata pertama berarti anggota gerak bagian bawah, sedangkan kata kedua
berarti keras/tidak ealstis. Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda
dan masin-masing ditulis sebagai /i/ dan /u/.

Fonem dalam Bahasa Indonesia Beserta Wujudnya

2
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti.
Ilmu yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan
bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk
mengetahui suatu fonem harus diperlukan pasangan minimal.
Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa
dapat dibedakan menjadi dua kelompok: vokal dan konsonan.
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:

tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)

bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)

bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang)

Vokal dibagi menjadi dua, yaitu


vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o
vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi.
Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:

keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara)

penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi,


gusi, lidah, langit-langit)

cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan

Contoh konsonan antara lain b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.


Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi, film,
modern.

Peranan Alat Ucap Penghasil Ujaran

3
Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang didekatkan
untuk membentuk bunyi bahasa.

Daerah artiulasi adalah daerah pertemuan antara dua artikulator. Macamnya:

Bilabial - bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), mis.: [p], [b],
[m]

Labiodental - bibir bawah dan ujung gigi atas, mis.: [f]

Alveolar - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gusi, mis.: [t], [d], [s]

Dental - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gigi depan atas

Palatal - depan lidah menyentuh langit-langit keras, mis.: [c], [j], [y]

Velar - belakang lidah menempel/mendekati langit-langit lunak, mis.: [k],


[g]

Glotal (hamzah) - pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara
dari paru-paru tertahan, mis.: bunyi yang memisahkan bunyi [a] pertama
dan [a] kedua pada kata saat

Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah


artikulasi. Macamnya:

Bunyi hambat - kedua bibir terkatup, saluran ke rongga hidung tertutup,


kemudian katup bibir dibuka tiba-tiba. Mis.: [p] dan [b]

Bunyi semi-hambat - kedua bibir terkatup, udara dikeluarkan melalui


rongga hidung. Mis.: [m]

Bunyi frikatif - arus udara dikeluarkan melalui saluran sempit sehingga


terdengar bunyi berisik (desis). Mis.: [f] dan [s]

Bunyi lateral - ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar
melalui samping lidah. Mis.: [l]

Bunyi getar - ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang.


Mis.: [r]

Pengertian Vokal dan Konsonan di Bahasa Indonesia

4
Vokal Konsonan
Bunyi yang tidak Bunyi yang dibentuk dengan
disertai hambatan menghambat arus udara pada
pada alat bicara. sebagian alat bicara.
Hambatan hanya Terdapat artikulasi.
terdapat pada pita Konsonan bersuara adalah
suara. konsonan yang dihasilkan
Tidak terdapat dengan bergetarnya pita
artikulasi suara. Konsonan tidak
Semua vocal bersuara adalah konsonan yang
dihasilkan dengan dihasilkan tanpa bergetarnya pita
bergetarnya pita suara.
suara.
Dengan demikian,
semua vokal
adalah bunyi suara.

Bunyi Huruf Vokal

Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian


lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi vokal
tidak dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak
terdapat artikulasi. Klasifikasi vokal sebagai berikut :

1. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah.


Vokal Tinggi = [ i ], [ I ], [ u ], [ U ]
Vokal Madya = [ e ], [ e ], [ o ], [ c ]
Vokal Rendah = [ a ]

2. Vokal berdasarkan bagian lidah (depan, tengah, belakang) yang bergerak


(gerak naik turunnya lidah).
Vokal Depan = [ i ], [ I ], [ e ], [ a ]
Vokal Tengah = [ a ]
Vokal Belakang = [ o ], [ c ], [ u ], [ U ]

3. Vokal berdasarkan posisi strukturnya


Struktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan
artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak menuju alat

5
ucap yang lain saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif adalah alat ucap
yang dituju oleh artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa.
Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vokal
ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya, vokal
dapat dibedakan seperti uraian berikut:
a. Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara lain
[i],[u].
b. Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di atas
vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U ]
c. Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di bawah
vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ c ].
d. Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam
posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [ a ].

4. Vokal berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.


Vokal tidak bulat/unrounded vowels (bibir tidak bulat dan terbentang
lebar) = [ i ], [ I ], [ e ], [ e ]
Vokal netral/neutral vowels (bibir tidak bulat dan tidak terbentang lebar) =
[a]
Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Terbuka bulat = [ c ]
Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Tertutup bulat = [ o ], [ u ], [ U ]

Bunyi Huruf Konsonan

Klasifikasi konsonan berdasarkan cara pengucapan atau cara artikulasi


, sebagai berikut :
1. Konsonan Hambat Letup (Stops, Plosives)
Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh
arus udara. Kemudian, hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarkan
tempat artikulasi, konsonan hambat letup dibedakan seperti berikut.
a. Konsonan hambat letup bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator

6
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Bunyi yang
dihasilkan[p,b].
b. Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan
[ t, d ].
c. Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras (langit-langit
atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ] ditulis th sedangkan [ d ] ditulis dh.
d. Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras. Bunyi yang
dihasilkan [ c, j ].
e. Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langitlangit lunak (langit-
langit bawah). Bunyi yang dihasilkan [ k, g ].
f. Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang satu
terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak beserta anak
tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat.
2. Konsonan Nasal (Sengau)
Konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat
rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bersama
dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan sehingga
udara keluar melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya,
konsonan nasal dibedakan sebagai berikut:
a. Konsonan nasal bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Nasal yang dihasilkan [ m ].
b. Konsonan nasal medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Nasal yang
dihasilkan ialah [ ].
c. Konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Nasal yang dihasilkan ialah
[n].

7
d. Konsonan nasal dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya
pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Nasal yang
diberikan [ h ].
3. Konsonan Paduan ( i tes)
Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Tempat
artikulasinya ialah ujung lidah dan gusi belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts ,
d5]. Bunyi [ ts ] ditulis ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg.
4. Konsonan Sampingan ( te ls)
Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga
mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping
saja. Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang dihasilkan [I].
5. Konsonan Geseran atau Frikatif
Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan
menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paruparu, sehingga
jalan udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Menurut artikulasinya,
konsonan geseran dibedakan sebagai berikut:
a. Konsonan geseran labio-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan
[f,v].
b. Konsonan geseran lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan
artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ s , z ].
c. Konsonan geseran dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Bunyi
yang dihasilkan [ x ].
d. Konsonan geseran laringal. Konsonan ini terjadi jika artikulatornya
sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Bunyi yang dihasilkan
[ h ].
6. Konsonan Getar ( ills, i ts)
Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus
udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat.
Menurut tempat artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-

8
alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses
menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang
dihasilkan [ r ].
7. Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpenghambat dalam
mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar.
Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.
a. Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah
bunyi[w].
b. Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya
tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang
dihasilkan [ y ].

Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia

Ejaan Van Ophuijsen


adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Indonesia.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang
mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-
kata mamoer, akal, ta, pa, dinama.
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti , , dan , menandai bahwa
huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan
Bahasa Belanda sampai saat ini.

Ejaan Republik (edjaan repoeblik)

adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17


Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan
sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

9
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

huruf oe menjadi u, seperti pada goeroe guru.

bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan () ditulis
dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-
an.

awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya. Kata depan di pada contoh dirumah, disawah, tidak
dibedakan dengan imbuhan di- pada dibeli, dimakan.

Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa
jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972
Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa
Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri
menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di
depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.

Pembaruan ejaan (bahasa Inggris: spelling reform)

adalah tindakan untuk memperbaiki sistem ejaan dengan membuatnya


lebih menggambarkan fonem yang ada dalam suatu bahasa. Sejak awal abad ke-
19, lebih dari 31 bahasa modern telah melakukan pembaruan ejaan, kadang secara
radikal. Indonesia telah mengalami beberapa kali pembaruan ejaan dengan yang
terakhir berupa pemberlakuan Ejaan Yang Disempurnakan pada tahun 1972.

Ejaan Melindo

adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama


Edjaan Bahasa Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan
sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu.
Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia
pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

10
adalah penyempurnaan dari ejaan ejaan sebelumnya yang merupakan
hasil kerja dari panitia ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk oleh LBK (Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan) pada 1966. Ejaan ini diresmikan dalam pidato
kenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 27, 17 Agustus 1972.
Selanjutnya dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.

Beberapa penyempurnaan itu diantaranya adalah :

1. Huruf J, DJ, NJ, CH, TJ, SJ pada Ejaan Soewandi diubah menjadi Y, J, NY, KH,
C, SY
2. Kata ulang harus ditulis hanya dengan menggunakan tanda hubung.
Penggunaan angka 2 diperkenankan hanya pada penulisan cepat atau notula.

2.1.2 Morfem

Morfem berasal dari kata morphe yang berarti bentuk kata dan
ema yang berarti membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu suatu
bentuk terkecil yang dapat membedakan arti. Berikut pengertian morfem menurut
beberapa ahli:

Morfem (keitaisou) adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna


dan tidak bisa dipisahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil
lagi. Sutedi (2003:41)
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif
stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil;
misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem
(Kridalaksana, 1993: 141).
Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan
yang dapat dibedakan artinya (Keraf, 1984: 52).

11
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
morfem tidak lain adalah satuan bahasa atau gramatik terkecil yang bermakna,
yang dapat berupa imbuhan atau pun kata.

Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan


dengan menggabungkan morfem itu dengan kata yang mempunyai arti leksikal.
Jika penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkn
dengan kata dasar itu adalah morfem.

Contoh:
Kata baik dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan
sebagainya. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan kata membaik,
karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri
dari dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas
berupa baik. Disini akan berbeda arti yang terkandung di dalamnya.
Morfem an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan,
dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan,
makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata
makan.

Jenis Morfem:

1. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai arti tanpa harus dihubungkan dengan morfem lain. Semua
kata dasar tergolong sebagai morfem bebas. Misalnya buku, pensil, meja,
rumah dan sebagainya. Contoh-contoh di atas dikatakan morfem karena
merupakan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti.
Apabila bentuk itu kita pecah lagi, sehingga menjadi bu- ku, me- ja, pen-
sil, ru- mah, dan seterusnya, maka bentuk bu- dan bentuk ku tidak
mempunyai arti. Dengan demikian bentuk buku, meja, pensil dan rumah

12
tidak dapat dipecah lagi. Bentuk yang demikian itilah yang disebut
morfem bebas.

2. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri
dan tidak mempunyai arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah
morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong
sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti partikel ku,
-lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong
sebagai morfem terikat.

Morfem terikat apabila ditinjau dari segi tempat melekatnya dapat


dibedakan menjadi:

Prefiks (awalan)
me-, ber-, ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-
Infiks (sisipan)
-em, -el, er-
Sufiks (akhiran)
-an, -i, -kan, -nya, -man, -wati, -wan, -nda
Konfiks(gabungan)
ke+an, pe+an, per+an, me+kan, di+kan, me+per+kan, di+per+kan,
me+per+i, di+per+i, ber+kan, ber+an

2.1.3 Kata
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
(KBBI). Kata adalah suatu bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan
membentuk suatu makna bebas (cermat bernahasa Indonesia dan penulisan ilmiah
untuk perguruan tinggi, Juni Ahyar). Berdasarkan ciri dan karakteristiknya, kata
dikelompokkan menjadi kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata
keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata ulang, kata depan, kata

13
sambung, dan kata seru (cermat bernahasa Indonesia dan penulisan ilmiah untuk
perguruan tinggi, Juni Ahyar).

2.1.4 Frasa
Definisi Frasa

Menurut Ramlan (1987:151) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari
dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa.

Klasifikasi Frasa
Berdasarkan Persamaan Distribusinya
1 Frasa Endosentris
Ramlan (1986:146) bahwa frase endosentris adalah frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
baik semua unsur-unsurnya maupun salah satu unsurnya.

Jenis-jenis Frasa Endosentris

Frase endosentris koordinatif

Ramlan (1986:147) menyatakan bahwa frase


endosentris terdiri atas unsur-unsur yang setara dan
kesetaraanya itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur
tersebut dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau.

Contoh frase endosentris koordinatif adalah sebagai


berikut:

1 Paman dan bibi sudah lama tidak megunjungi kami.


2 Kerbau, lembu, dan kambing adalah hewan piaraan.
3 Siapa yang harus pergi, saya atau Anda?

14
Frase endosentris apositif

Frase endosenttris apositif adalah frase yang berinti dua dan


kedua inti itu tidak memiliki referen yang sama, sehingga
kedua inti tersebut tidak dapat dihubungkan oleh konektor
(Ba'dulu 2005: 59).

Contoh:

1 Yogya, kota pelajar


2 Indonesia, tanah airku
3 Bapak Soeharto, Presiden RI
4 Kami, rakyat Indonesia
5 Ali, tetangga saya

Frase endosentris atributif

Frasa endosentris yang atributif merupakan frasa


endometris yang terdiri atas konstituen-konstituen tidak
setara. Di dalamnya terdapat konstituen berstatus sebagai
atribut, disebabkan adanya konstituen yang berperan
sebagai konstituen inti. Konstituen-konstituen itu tidak
dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau.

Contoh:

1 pembangunan lima tahun


2 sekolah inpres
3 buku baru
4 sedang belajar
5 sangat bangga
6 pekarangan luas
7 pintu merah
8 dapur kotor

2 Frasa Eksosentris

15
Frase eksosentris dapat juga disebut frase yang tidak
memilki hulu / induk / inti / pusat. Kategori / kelas kata
yang mengisi frase eksosentris biasanya berupa preposisi
dan konjungsi.

Jenis-jenis frasa endosentris

Frasa Eksosentris Direktif

Frasa eksosentris direktif adalah frasa yang komponen


pertamanya adalah berupa preposisi, seperti di, ke, dari, dan
komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang
biasanya berkategori nomina.

Contoh:

1 di gunung
2 dari besi,

komponen pertamanya adalah preposisi sedangkan


komponen keduannya berupa nomina.

Frasa Eksosentris Nodirektif

Frasa eksosentris nondirektif adalah frasa yang komponen


pertamanya berupa partikel, seperti si dan sang atau kata
lain seperti yang, para, dan kaum; sedangkan komponen
keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori
nomina, adjektiva dan verba.

Contoh

1 si miskin
2 sang mertua

16
Komponen pertamanya berupa partikel, sedangkan
komponen keduanya berupa adjektifa dan nomina.

Frasa Eksosentris Konektif

Frasa eksosentris konektif adalah frasa yang salah satu


unsurnya sebagai konektor atau penghubung unsur lain.

Contoh

1 segera mandi.

Komponen pertamanya berupa penghubung, sedangkan


komponen keduannya berupa verba.

Kategori Frasa
1 Farasa Nominal

Frasa nominal merupakan frasa yang terbentuk dari dua atau lebih
kata yang unsur intinya adalah kata benda. Oleh karena itu, frasa ini
biasa menduduki unsur subjek atau objek.

Contoh:

1) Adik membeli bola kaki. (Frasa nominal sebagai unsur objek).


2) Rambut keriting paman dipotong. (Frasa nominal sebagai unsur
subjek).
3) Gunung Betung meletus. (Frasa nominal sebagai unsur subjek).
4) Ibu bapak sedang ke sawah. (Frasa nominal sebagai unsur subjek).

2 Frasa Verbal

17
Merupakan frase dibentuk dari sekumpulan kata yang memiliki
unsur inti pembentukan berupa kata kerja. Frase verbal berfungsi
menduduki unsur gramatikal sebagai predikat atau adverb (kata
keterangan).

Contoh:

1)Aku turut berbahagia atas pernikahanmu.


2) Gerbang sekolah akan segera ditutup.
3) Buku latihan belum dikembalikan oleh guru.
4) Mereka sedang bermain futsal.

3 Frasa Adjektiva

Frasa adjektival adalah kelompok kata (terdiri atas dua kata


atau lebih) dengan adjektiva sebagai intinya.

Contoh:

1 Karena tidak sabar, Faris mencubit Hafazdh, yang dari tadi


menangis meminta es krim.
2 Joni agak bingung dalam memilih pakaian yang ditawarkan
ayahnya.

4. Frasa Numeralia

Frase jumlah adalah frase yang kedudukannya sama dengan


kata bilangan. Pada umumnya frase jumlah atau frase
Numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau
kata bantu bilangan.

Contoh:

18
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.

Kata dua termasuk golongan kata jumlah, sedangkan


kata orang disebut sebagai kata ukur. Kata ukurnya adalah kata
yang terletak di belakang kata jumlah dan bersama kata itu
membentuk satu frase yang disebut frase jumlah, yang mungkin
terletak di muka kata nominal (kata benda).

Selain itu, ada juga frase jumlah yang terdiri dari kata jumlah
disertai kata tambah. Misalnya: hanya satu, cuma dua belas,
sepuluh saja, dsb.

5. Frasa Preposisional

Yaitu frase yang menggunakan kata depan dalam unsur pembentukannya.

Contoh:

1.Darisana
2. Untuk Pasar
3. Dengan kaki
4. Di Solo
5. Untuk guru
6. Oleh saya

2.2 Pembagian Jenis Kata


1. Kata Kerja (Verbal)

Kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses.

Biasanya berfungsi sebagai predikat

Tebagi atas :

19
1 Verba Asal : yaitu kata dasar : tidur, minum, main, kerja,

2 Verba Turunan (berafiks) : bermain, menunggu, mengerjakan,

Bentuk Verba :

1 Verba reduplikasi/berulang makan-makan, batuk-batuk, berlari-lari,


tembak-menembak.
2 Verba majemuk proses penggabungan kata, contohnya : terjun 7aying,
temu wicara, siap tempur, tatap muka.
3 Verba berpreposisi verba yang diikuti preposisi, contohnya: tahu akan,
berdiskusi tentang, cinta pada, sejalan dengan, terdiri dari, menyesal atas

2. Kata Sifat (Adjektiva)

Menerangkan sifat, watak, tabiat orang/binatang/suatu benda. Contoh


rajin, patuh

Berfungsi sebagai predikat atau penjelas subjek : Dia ganteng, si topi


hitam itu

Ciri :

1 Dapat diberi keterangan pembanding : lebih, kurang, paling, dsb

2 Dapat diberi keterangan penguat : sangat, amat, ... benar, terlalu.....

3 Dapat ditambahi kata ingkar : tidak

3. Kata Keterangan (Adverbia)

Memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau


kalimat.
Ciri :
1. Keterangan waktu --> sejak, ketika, sekarang, besok
2. Keterangan tempat --> di sana, ke sini,
3. Keterangan tujuan --> agar, supaya, demi, untuk
4. Keterangan cara --> sekuat-kuatnya,

20
dengan sekuat-kuatnya
secara hati-hati
5. Keterangan penyertaan --> dengan sahabat, bersama...
6. Keterangan alat --> dengan motor,...
7. Keterangan kemiripan/ --> seperti, laksana, bak
8. Keterangan Sebab --> karena, sebab
9. Keterangan saling --> satu sama lain

4. Kata Benda (Nomina)

Kata yang mengacu pada benda konkret (meja, buku) atau abstrak
(demokrasi, kehendak, peraturan)
Berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap
Termasuk dalam golongan nomina (kata benda) adalah juga : pronomina
(kata ganti orang), numeralia (kata bilangan).

5. Kata (Partikel)

1 Kata depan (preposisi) : di, ke, dar


2 Kata sambung (konjungsi) : tetapi, atau, dan
3 Kata seru (interjeksi) :wah,astaga , ayo
4 Kata sandang (artikel) : si, para, sang

Partikel (unsur terkecil suatu benda) :-lah, -kah, -tah,

1)Kah ; apakah, bagaimanakah, kemanakah

2)Lah : apalah, ambilah, pergilah

3)Kah : siapakah,apakah.
4)Pun : apa pun, kilah pun.

2.3 Makna dan Perubahannya


Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek/sesuatu hal
yang diacunya.

1. Makna Leksikal/Makna Denotasi : makna yang sudah tetap terkandung dalam


sebuah kata ( tertera dalam kamus)

21
Contoh : kuda = sejenis binatang

pensil = alat untuk menulis

2. Makna Gramatikal : makna yang timbul akibat melekatnya morfem + morfem.

Contoh : makan + an = sesuatu yang dimakan

langit + langit = seperti langit

3. Makna konotatif : makna tambahan, makna yang memberikan tafsiran khusus


dan nilai rasa tertentu.

Contoh : hitam = hina, berdosa

besi = keras hati, kaku dalam prinsip, gagah, dsb

Beberapa istilah yang perlu diketahui:

Sinonim : persamaan makna

Contoh: nasib = takdir.

Antonim : makna berlawanan

Contoh: baik >< buruk

Homonim : tulisan dan lafalnya sama, arti beda. (bisa, tanggal)

Homograf : tulisan sama, lafal dan arti beda.

(teras, apel)

Homofon : lafal sama, tulisan dan arti beda.

(bang><bank; masa><massa)

22
HOMONIM, HOMOGRAF DAN HOMOFON

Bentuk Lafal Tulisan Makna

Homonim Sama Sama Berbeda


Homograf Berbeda Sama Berbeda
Homofon Sama Berbeda Berbeda

Perubahan Makna

1. Meluas : cakupan makna sekarang lebih luas dari makna

yang lama. (bapak, ibu, putra)

2. Menyempit : cakupan makna sekarang lebih sempit dari makna yang lama.
(sarjana,

pendeta, dsb.)

3. Ameliorasi : makna baru dirasakan lebih halus/tinggi niainya dari makna lama

(istri; nyonya lebih baik dari bini)

4. Peyorasi : makna baru dirasakan lebih kasar/rendah nilainya

dari makna lama. ( oknum, gerombolan)

5. Sinestesia : makna yang muncul karena pertukaran

tanggapan indera yang berbeda.

Kata-katanya manis.

6. Asosiasi : persamaan sifat antara makna baru dan lama.

Agar lancar, beri saja dia amplop.

23
24
Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan
Satuan bentuk dalam bahasa indonesia terdiri dari
beberapa macam, yaitu: Fonem, Morfem, Kata, Frasa, Makna dan
perubahannya. Masing-masing dari mereka mempunyai fungsi
yang berbeda, tetapi saling berkaitan dan mendukung
terciptanya bahasa indonesia yang baik.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.
Daftar Pustaka

Damaianti Damaianti, V.S. (2005). , V.S. (2005). Sintaksis Bahasa Bahasa


Indonesia. Bandung: . Bandung: Studi Studi Literat Literat.

Ramlan, M. (2001). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis . Yogyakarta: CV Karyono

Juni, A. (2016). Cermat Berbahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah untuk


Perguruan Tinggi.

ejournal.upi.edu

Hasibuan, Namsyah Hot. 1996.Fonotaktik dalam Suku Kata Bahasa Indonesia.


(Tesis Magister). Jakarta:Fakultas Pascasarjana UI

Anda mungkin juga menyukai