Anda di halaman 1dari 51

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

SEMESTER 3
PDGK4109 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD

OLEH:
RIA ERAWATI, M.Pd
Id Tutor 20004381
MODUL 2
Melafalkan dan Menulis Lambang Bahasa
yang benar
MODUL 2
Melafalkan dan Menulis Lambang Bahasa
yang Benar

KB 1 KB 2 KB 3
Fonologi Bahasa Lambang Tulis dari Morfologi Bahasa
Indonesia Bunyi Bahasa Indonesia

1. Fonem Bahasa 1. Aksara 1. Morfem


Indonesia 2. Ejaan 2. Pembentukan kata
dalam bahasa
indonesia
KB 1 Fonologi Bahasa Indonesia
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan
kata fon yang berarti ‘bunyi‘ dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai
sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian
linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan
menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat
ucap manusia.
FONEM
fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya
satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri
sendiri karena belum mengandung arti.Dalam ilmu bahasa fonem ditulis diantara
dua garis miring ( /.../ ) misal bunyi /a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Satu fonem saja diganti,
dihilangkan, atau ditambahkan dapat mengubah suatu makna.

Contohnya:
• Kata-kita-kuta-kota. Kata-kata ini dibedakan oleh fonem /a/, /i/, /u/, /o/.
• Barang-jarang-karang-parang. Kata-kata ini dibedakan oleh fonem /b/, /j/,
/k/, /p/.
• Kata kaki- dan kaku. Kedua kata itu mempunyai makna yang berbeda karena
adanya perbedaan bunyi diakhir kata yaitu /i/u/. Kata pertama berarti
“anggota gerak bagian bawah”, sedangkan kata kedua berarti “keras/tidak
elastis. Kedua bunyi tersebut merupakan suatu fonem yang berbeda.
FONEM DALAM BAHASA INDONESIA

Proses pembentukan bunyi bahasa melibatkan


tiga faktor, yaitu:
1. alat ucap
2. sumber tenaga
3. rongga pengubah getaran.
Alat ucap    
Alat ucap memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan bunyi
ujaran, yaitu :
• Udara yang keluar dari paru-paru melalui pita suara;
• Articulator,yaitu alat ucap yang digerakan atau digeser waktu
menghasilkan bunyi ujaran,seperti ujung lidah,bibir atas,dan bibir
bawah;
• Titik artikulasi,yaitu alat ucap yang menjadi tujuan sentuh
articulator,seperti gigi,lengkung kiki gigi,langit-langit;
• Pita suara;alat ucap yang berupa dua buah pita pipih yang elastis
yang bergetar pada waktu dilalui udara yang keluar dari paru-paru.
Menurut ada tidaknya hambatan terhadap arus
udara yang mengalir dari paru-paru, fonem
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Vokal
2. Konsonan
Vokal
Vokal adalah bunyi yang dihasilkan karena udara
yang keluar dari paru-paru tidak mendapat
hambatan. Berdasarkan proses menghasilkannya,
vokal digolongkan atas beberapa tinjauan sebagai
berikut.
Pembentukan vokal berdasarkan posisi bibir

Berdasarkan bentuk bibir sewaktu vocal


diucapkan, vocal dibedakan atas:
• Vokal bulat, yakni vocal yang diucapkan
dengan bentuk bibir bulat. Yaitu,/u/, /o/, /a/.
• Vokal tak bulat, yakni vokal yang diucapkan
dengan bentuk bibir tidak bulat atau
terbentang lebar. Yaitu, /i/,/e/.
Pembentukan Vokal Berdasarkan Tinggi
rendahnya Lidah.
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat
dibedakan atas:
• Vokal tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang
bawah merapat kerahang atas, yaitu /i/dan /u/.
• Vokal sedang yang dibentuk apabila rahang bawah
menjauh sedikit dari rahang atas. Yaitu /e/ dan /o/.
• Vokal rendah atau bawah yang dibentuk apabila
rahang bawah diundurkan lagi sejauh-jauhnya.
Yaitu /a/.
Pembentukan Vokal Berdasarkan Maju
mundurnya Lidah
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak atau maju
mundurnya lidah, vokal dapat dibedakan atas:
• Vokal depan, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan
turun naikknya lidah bagian depan, seperti /i/ dan /e/.
• Vokal tengah, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan
lidah bagian tengah, seperti /e/.
• Vokal belakang, yakni vokal yang dihasilkan oleh
gerakan turun naiknya lidah bagian belakang atau
pangkal lidah,seperti /u/dan /o/.
Vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dapat menduduki posisi awal,
tengah, atau akhir suku kata, seperti contoh ini.
Vokal Awal Tengah Akhir
/i/ /ibu/ /adik/ /kaki/
/itu/ /asin/ /jari/
/e/ /ekor/ /kakek/ /sore/
/enak/ /desa/ /tape/

/e/ /emas/ /apel/ /tipe/


/entah/ /kecil/ /kode/
/a/ /api/ /padi/ /rusa/
/awan/ /takut/ /kita/
/u/ /unta/ /tua/ /seru/
/ulang/ /bumi/ /baru/
/o/ /oleh/ /kota/ /kado/
/obat/ /roda/ /toko/
Diftong
Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri
bersama dan pada saat diucapkan berubah
kualitasnya. Vokal berurutan yang bunyinya tidak
dapat dipisahkan. Diftong bukan Vokal rangkap
karena bunyi diftong tersebut tidak dapat
dipisahkan. Perbedaan vokal dengan diftong
adalah terletak pada cara hembusan nafasnya.
Contoh:
• Diftong /au/, pengucapannya [aw].
Contohnya :[harimaw] /harimau/[kerbaw]
/kerbau/
• Diftong /ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :
[santay] /santai/[sungay] /sungai/
• Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :
[amboy] /amboi/[asoy] /asoi/
Konsonan
Konsonan yaitu bunyi yang dihasilkan apabila
arus udara mendapat hambatan, baik di rongga
mulut atau di rongga hidung.

Pembentukan konsonan didasarkan pada empat


faktor, yakni daerah srtikulasi, cara artikulasi,
keadaan pita suara, dan jalan keluarnya udara.
Pembentukan Konsonan Berdasarkan Daerah
Artikulasi
• Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak
sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkani
alah /p/, /b/, /m/, dan /w/.
• Konsonan lobiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah
sebagai artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah /f/ dan /v/.
• Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan
ujung lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi
sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah /t/, /d/, dan /n/.
• Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh
ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai titik
artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah /s/, /z/, /r/, /l/.
• Konsonan palatal atau lamino-palatal, yaitu konsonan
yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai
artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi.
Bunyi yang dihasilkan /c/, /j/, dan /y/.
• Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang
dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dan
langit-langit lembut sebagai artikulasi. Bunyi yang
dihasilkan ialah /k/, /g/, /x/.
• Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan pita suara terbuka lebar sehingga udara yang
keluar digesekkan melalui glottis. Bunyi yang dihasilkan
ialah /h/.
Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara
Artikulasi
• Konsonan hambat(stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi. Konsonan yang dihasilkan
ialah /p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, /g/.
• Konsonan geser atau frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara
menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang dihasilkan
ialah /f/, /v/, /x/, /h/, /s/, /z/, dan /x/.
• Konsonan likuid atau lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan
lidah kelangit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui
kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah /l/.
• Konsonan getar atau trill, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan
dan menjauhkan lidah kealveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga
udara bergetar. Konsonan yang dihasilkan ialah /r/.
• Semi-vokal, yaitu konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum membentuk
konsonan murni. Misalnya, semivokal /w/ dan /y/. Bunyi bilabial /w/ dibentuk
dengan tempat artikulasi yang berupa bibir atas dan bibir bawah.
Pembentukan Konsonan Berdasarkan Posisi
Pita Suara
• Konsonan bersuara, yaitu konsonan yang terjadi
jika udara yang keluar dari rongga ujaran turut
menggetarkan pita suara. Konsonan yang
dihasilkan ialah /m/, /b/, /v/, /n/, /d/, /j/, /g/,
dan /R/.
• Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang
terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran
tidak menggetarkan suara. Konsonan yang
dihasilkan ialah /p/, /t/, /c/, /k/, /f/, /x/, dan /h/.
• Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi
jika udara keluar melalui rongga mulut.
Konsonan yang dihasilkan ialah /p/, /t/, /c/,
/k/, /b/, /d/, /j/, /g/, /f/, /x/, /h/, /r/, /l/, /w/,
dan /y/.
• Konsonan nasal, yaitu konsonan yang terjadi
jika udara keluar melalui rongga hidung.
Konsonan yang dihasilkan ialah /m/, /n/.
Pelafalan
Ucapan atau lafal yang jelas dalam berujar sangat
penting, karena lafal yang salah dapat mengubah
makna dan menghambat kelancaran komunikasi.

Contoh:
• “Kamu bawa pas bunga yang bagus ya”. (kalimat
yang salah)
• “Ini vas bunga yang bagus”. (kalimat yang benar)
KB 2 Lambang Tulis Bunyi Bahasa
Sejarah Aksara
• Aksara yang kita ketahui sebagai tulisan merupakan sistem
tanda-tanda grafis yang dipakai manusia untuk
berkomunikasi. Aksara merupakan lambang dari ujaran.
• Para ahli linguistik memperkirakan tulisan berawal dari
gambar yang ditemukan di gua Altamira, Spanyol Utara.
Gambar tersebut berkembang menjadi tulisan atau
piktogram.
• Piktogram mengalami perkembangan, dapat dilihat dari
tulisan hieroglif Mesir yang pernah digunakan sekitar 4000
SM. Piktogram yang melambangkan gagasan, seperti
hieroglif Mesir Kuno disebut ideogram.
Sejarah Aksara
• Ideogram berkembang menjadi lebih sederhana, sebagai contohnya
aksara paku yang digunakan oleh bangsa Sumeria pada tahun 400 SM.
• Selanjutnya, orang Persia mengambil alih sistem tulisan Sumeria, tetapi
bukan untuk melambangkan gagasan melainkan untuk menggambarkan
suku kata yang disebut silabis.
• Dalam perkembangannya sistem silabis tidak dipergunakan lagi, kemudian
orang Yunani mengembangkan tulisan yang bersifat alfabetis, yaitu
dengan menggambarkan setiap konsonan dan vokal dengan satu huruf.
• Pada awal abad pertama, Romawi mengambil alih sistem alfabetis dan
aksara Romawi atau Latin mulai menyebar ke seluruh dunia.
• Akhirnya pada abad ke-16 bersamaan dengan penyebaran agama Kristen
aksara Romawi sampai di Indonesia dan digunakan hingga saat ini.
Aksara dalam Unsur Bahasa
Aksara merupakan wujud ujaran atau wicara.
Berbagai aksara tidak satupun yang dapat
menggambarkan unsur-unsur wicara secara sempurna
seperti intonasi, tekanan, dan jeda secara sempurna.
Namun, beberapa lambang dapat menggambarkan
ciri-ciri seperti huruf besar untuk mengawali kalimat,
koma untuk menandai jeda, titik untuk menandai
akhir kalimat, tanda seru untuk mengakhiri kalimat
yang berisi perintah atau seruan, dan tanda tanya
untuk kalimat yang berisi pertanyaan.
Pembelajaran Aksara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Mengenal aksara di kelas permulaan diberikan


setelah siswa menguasai aspek berbicara.
Pembelajaran membaca permulaan biasanya
diikuti dengan menulis permulaan. Aksara erat
kaitannya dalam aspek membaca dan menulis.
Mengenal tulisan memerlukan gerak motorik
halus yang terlatih. Siswa akan mudah mengenal
tulisan apabila pada usia dini anak terlatih
menggambar atau mencoret-coret.
Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan yang melambangkan
bunyi ujaran, penataan kata meliputi pemisahan dan
penggabungan kata, penulisan atau tata kata secara rinci
termasuk unsur serapan, huruf, dan tanda baca.

• Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari


bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh
seseorang ditulis dengan perantaraan lambang- lambang
atau gambar-gambar bunyi. Ejaan merupakan kaidah-
kaidah cara menggambarkan bunyi - bunyi (kata, kalimat,
dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca.
Adapun macam-macam ejaan menurut
perkembangannya, antara lain :

• Tahun 1901 pertama kali bahasa Indonesia memiliki


keseragaman ejaan, yaitu ejaan Van Ophusyen.
• Tahun 1938 dalam konggres bahasa Indonesia pertama di
Solo diusulkan agar ejaan Indonesia lebih mendunia.
• Tahun 1947, penyerderhanaan ejan terjadi dan dinamakan
ejaan Soewandi atau ejaan Republik.
• Tahun 1954 di Medan, diadakan Konggres bahasa Indonesia
dan menghasilkan ejaan pembaruan tahun 1957.
• Tahun 1959, berdasarkan kerja sama Indonesia dengan
Malaysia menghasilkan konsep ejaan bersama disebut ejaan
Melindo (Melayu Indonesia).
1901 1947 1957 1959 1972
Van Ophuysen Soewandi Pembaruan Melindo Ejaan Baru
(EYD)

j j y y y

dj dj j j j

nj nj n n ny

sj - s s sy

tj tj t c c

ch - - - kh

ng ng n n ng

e e e e e

oe u u u u
Sistem ejaan yang disempurnakan adalah sistem
ejaan yang memenuhi prinsip kecermatan,
kehematan, keluwesan, dan kepraktisan. Sistem ejaan
dinilai cermat bila aturan yang diterapkan konsisten
pelaksanaannya. Maksud kehematan dalam sistem
ejaan adalah ejaan tersebut membantu pemakainya
untuk menghemat tenaga dan pikiran dalam
komunikasi. Prinsip keluwesan diterapkan dalam
sistem ejaan karena bahasa terus mengikuti
perkembangan. EYD dinilai praktis karena perubahan
pada EYD tidak mengubah sarana pengetikan atau
percetakan.
KB 3 Morfologi Bahasa Indonesia
Wacana merupakan satuan bahasa yang terikat atas beberapa
unsur kebahasaan. Diantara unsur pendukung atau pengikatnya
adalah morfem. Morfem adalah kesatuan bentuk bahasa terkecil
yang terlibat dalam pembentukan kata dan membedakan arti.
Ilmu yang mempelajari tentang bentuk kata dan proses
pembentukannya disebut morfologi.

Bentuk kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas :


1.      Bentuk kata dasar atau kata dasar.
2.      Kata berimbuhan.
3.      Kata ulang.
4.      Kata majemuk.
Kata Dasar
Kata dasar merupakan satuan terkecil dalam bahasa yang mempunyai arti.
Struktur kata dasar dalam bahasa Indonesia ditetapkan berdasarkan suku kata.
Kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari empat macam suku kata, yaitu :
• V           : vokal                         
• V-K       : vokal-konsonan
• K-V       : konsonan-vokal
• K-V-K   : konsonan-vokal-konsonan

Contoh :
• a-pel    : V+K-V-K
• as-pal   : V-K+ K-V-K
• bu-ku   : K-V+K-V
• man-di : K-V-K+K-V
Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah diberi
imbuhan, baik itu awalan, sisipan, akhiran, serta
awalan-akhiran. Karena pemberian imbuhan tersebut,
maka kata turunan mengalami pergeseran makna.

Kalimat didukung oleh kata dan kata didukung oleh


morfem. Unsur dasar dan imbuhan tergolong
morfem. Unsur  dasar disebut morfem bebas dan
unsur tambahan disebut morfem terikat.
Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang mampu
berdiri sendiri dalam ujaran karena telah
memiliki makna tertentu dan dapat
dikomunikasikan.

• Contohnya saya, kursi, meja, kota,kita, dan


sebagainya.
Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam ujaran karena belum
memiliki makna tertentu.

Dalam tata bahasa Indonesia morfem terikat


disebut juga sebagai afiks. Dengan kata lain
bahwa semua afiks merupakan morfem terikat.
Morfem terikat terdiri atas afiks, yang
meliputi:
Awalan atau Prefiks adalah imbuhan yang dilekatkan
di depan dasar. Di dalam bahasa Indonesia terdapat
awalan, yaitu ber-, me-, ke-, ter-, se-, pe-.

Makna awalan ber-


Contoh:
• Berumah = memiliki rumah
• berusaha= memiliki usaha
• Berbahagia= dalam keadaan bahagia
Makna awalan me-
Contoh:
• Membisu= menjadi bisu
• Membiru= menjadi biru
• Menyumbang= memberi sumbangan

Makna awalan ke-


Contoh:
• Kehendak = yang dikehendaki
• Kelima = tingkatan lima
• Kekasih= yang dikasihi

Makna awalan ter-


Contoh:
• Terkunci = dalam keadaan dikunci
• Termakan = tidak sengaja dimakan
• Tertidur = tidak sengaja tidur
Makna awalan se-
Contoh:
• Sedetik = satu detik
• Sekampung = seluruh kampung
• Setiba= setelah tiba

Makna awalan pe-


Contoh:
• Pengajar = orang yang pekerjaannya mengajar
• Pemalas = orang yang bersifat malas
• Pemotong = alat untuk memotong
Makna Imbuhan Gabung atau Konfiks :
per-an
• Menyatakan hasil perbuatan : perhitungan, perkiraan
• Menyatakan proses : perhitungan, perjalanan, peradilan
• Menyatakan hal : perjanjian, perdagangan, perdamaian
• Menyatakan tempat : peristirahatan, perkebunan

pe-an
• Menyatakan tempat : pemakaman, peternakan, pemandian, pemukiman
• Menyatakan proses : penelitian, penemuan, pemotongan

ke-an
• Menyatakan tempat : kerajaan, kesultanan, kedutaan
• Menyatakan hal : keadilan, kerukunan, kemakmuran
• Menyatakan seperti : kekanak-kanakan, keibu-ibuan, kehitam-hitaman
Sisipan atau Infiks
Sisipan adalah imbuhan yang dilekatkan di tengah dasar. Bahasa
Indonesia memiliki empat buah sisipan, yaitu -em, -er, dan –in
contoh:       
• kelut          kemelut (-em)         
• kerja          kinerja (-in)
• gigi            gerigi (-er)

Akhiran atau Sufiks


Akhiran adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhir dasar. Bahasa
Indonesia memiliki akhiran - i, -an, -kan, -nya. Contoh:
• -i = tembaki, pukuli,dekati, pandangi
• -an= catatan, tulisan, lukisan
• -kan= ambilkan, hubungkan
• -nya= banyaknya, naiknya, turunnya
Kata Ulang
Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata
dasar. Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru.
Jenis kata ulang :
• Kata ulang murni : anak-anak, laki-laki, lari-lari
• Kata ulang berubah bunyi : warna-warni, serba-serbi, gotong –
royong, lauk – pauk, sayur – mayur
• Kata ulang sebagian : tetangga, tetamu, leluhur, leluasa, sesaji,
dedaunan, pepohonan, pegunungan, tetua, lelaki.
• Kata ulang berimbuhan : menari-nari, berjam-jam, Tarik –
menarik, maaf – memaafkan, pukul – memukul, panggil –
memanggil, putar – memutar
Makna kata ulang :
• Banyak/semua/seluruh : sampah-sampah, daun-daun, kertas-
kertas
• Macam-macam : buah-buahan, sayur-sayuran
• Tiruan/menyerupai : rumah-rumahan, mobil-mobilan, robot-
robotan
• Berulang kali : tertawa-tawa, terinjak-injak, terguling-guling
• Paling : sedekat-dekatnya, sebaik-baiknya, semurah-murahnya
• Saling : tuduh-menuduh, pukul-memukul, tolong-menolong
Kata Majemuk
Kata majemuk adalah bentuk kata yang terdiri dari dua kata yang berhubungan
secara padu dan membentuk arti atau makna baru. Contoh: perdana menteri,
kereta cepat, ibu kota dll.
Kata majemuk memiliki ciri-ciri:
• Merupakan gabungan kata
• Gabungan kata terdiri atas kata dasar
• Gabungan kata itu membentuk sebuah arti baru
• Tidak dapat disisipi
• Tidak dapat ditukar
• Tidak bisa diperluas

Kata majemuk tidak dapat dipisahkan oleh kata lain. Penyisipan kata lain di antara
dua unsur sasar tersebut akan mengakibatkan makna yang berbeda
Kata majemuk menurut sifat hubungan antar unsur pembentuknya terdiri atas berikut :

• Kata majemuk endosentris : kata majemuk yang erat


hubungannya antar unsur pembentuknya. Salah satu
unsur pembentuknya adalah unsur pusat. Contoh : jam
tangan, kereta api, taman buah
• Kata majemuk eksosentris : kata majemuk yang
hubungan antar unsur pembentuknya renggang.
Kedudukan unsur-unsur pembentuknya sama. Contoh :
terang benderang, gelap gulita, cantik molek
Contoh –contoh kata Majemuk
Gabungan kata yang mendapatkan imbuhan.
Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan atau akhiran saja,
awalan atau akhiran itu harus dirangkai dengan kata yang dekat
dengannya. Kata lainnya tetap ditulis terpisah dan tidak diberi tanda
hubung.
• Contoh: berterima kasih; bertanda tangan; tanda tangani; dll.

Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran,


penulisan gabungan kata harus serangkai dan tidak diberi tanda
hubung.
• Contoh:menandatangai;pertanggungjawaban;
mengkambinghitamkan; dll.
Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata.
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan kata yang sudah
dianggap padu benar. Arti gabungan kata itu tidak dapat
dikembalikan kepada arti kata-kata itu.
• Contoh: bumiputra; belasungkawa; sukarela;
darmabakti; halalbihalal; kepada; segitiga; padahal;
kasatmata; matahari; daripada; barangkali; beasiswa;
saputangan; dll

Kata daripada, misalnya, artinya tidak dapat


dikembalikan kepada kata dari dan pada. Itu sebabnya,
gabungan kata yang sudah dianggap satu kata harus
ditulis serangkai.
Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat
berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti
penuh, unsur itu hanya muncul dalam kombinasinya.
• Contoh: tunanetra; tunawisma; narasumber;
dwiwarna; perilaku; pascasarjana; subseksi; dll.

Kata tuna berarti tidak punya, tetapi jika ada yang


bertanya, “Kamu punya uang?” kita tidak akan
menjawabnya dengan “tuna”. Begitu juga dengan kata
dwi, yang berarti dua, kita tidak akan berkata, “saya
punya dwi adik laki-laki.” Karena itulah gabungan kata
ini harus ditulis dirangkai.
SEKIAN, TERIMAKASIH.

Anda mungkin juga menyukai