Nim : 858393201
Mata Kuliah : Bahasa dan Sastra Indonesia di SD / PDGK4109
TUGAS RESUME
Contoh :
Benar Salah
Hafal Hapal
Positif Positip
Fakultas Pakultas
Variasi Pariasi
B. KATA BERIMBUHAN
Imbuhan (afiks) terdiri atas awalan (prefiks), sisipan (infiks) dan akhiran (sufiks). Fungsi
imbuhan untuk membentuk jenis kata baru.
Contoh :
Darat (kata benda), mendarat (kata kerja).
1. Makna Awalan ber-
Contoh:
Berumah : memiliki rumah
Berbuah : menghasilkan buah
Bersedih : dalam keadaan sedih
2. Makna Awalan me-
Contoh :
Membatu : menjadi batu
Menimbulkan : menyebabkan timbul
Mengurangi : membuat jadi kurang
3. Makna Awalan ke-
Contoh :
Ketua : yang dituakan
Kehendak : yang dikehendaki
Kelima : tingkatan lima
4. Makna Awalan ter-
Contoh :
Terkenal : paling dikenal
Termakan : tidak sengaja dimakan
Tertidur : tidak sengaja tidur
5. Makna Awalan se-
Contoh :
Sedetik : satu detik
Sekampung : seluruh kampung
Setiba : setelah tiba
6. Makna Awalan pe-
Contoh :
Pengajar : orang yang pekerjaannya mengajar
Pemalas : orang yang bersifat malas
Pemotong : alat untuk memotong
Makna Imbuhan Gabung atau Konfiks :
1. per-an
Menyatakan hasil perbuatan : perhitungan, perkiraan
Menyatakan proses : perhitungan, perjalanan, peradilan
Menyatakan hal : perjanjian, perdagangan, perdamaian
Menyatakan tempat : peristirahatan, perkebunan
2. pe-an
Menyatakan tempat : pemakaman, peternakan, pemandian, pemukiman
Menyatakan proses : penelitian, penemuan, pemotongan
3. ke-an
Menyatakan tempat : kerajaan, kesultanan, kedutaan
Menyatakan hal : keadilan, kerukunan, kemakmuran
Menyatakan seperti : kekanak-kanakan, keibu-ibuan, kehitam-hitaman
Makna Akhiran :
1. –i
Menyatakan berkali-kali : tembaki, pukuli, pandangi
Menyatakan membubuhi atau memberi : sayangi, taburi, nasehati
Menyatakan membuat jadi : dekati, jauhi
2. –an
Menyatakan hasil : catatan, lukisan, tulisan
Menyatakan alat : pikulan, jebakan
Menyatakan tempat : tikungan, pangkalan, dataran, tanjakan
Menyatakan tiap-tiap : meteran, harian, bulanan, tahunan
C. KATA ULANG
Jenis kata ulang :
1. Kata ulang murni : anak-anak, laki-laki, lari-lari
2. Kata ulang berubah bunyi : warna-warni, serba-serbi, sayur-mayur
3. Kata ulang sebagian : tetangga, tetamu, leluhur
4. Kata ulang berimbuhan : menari-nari, berjam-jam
Makna kata ulang :
a. Banyak/semua/seluruh : sampah-sampah, daun-daun, kertas-kertas
b. Macam-macam : buah-buahan, sayur-sayuran
c. Tiruan/menyerupai : rumah-rumahan, mobil-mobilan, robot-robotan
d. Berulang kali : tertawa-tawa, terinjak-injak, terguling-guling
e. Paling : sedekat-dekatnya, sebaik-baiknya, semurah-murahnya
f. Saling : tuduh-menuduh, pukul-memukul, tolong-menolong
D. KATA MAJEMUK
Ciri-ciri kata majemuk :
1. Menggunakan gabungan kata;
2. Gabungan kata terdiri atas kata dasar;
3. Gabungan kata itu membentuk sebuah arti baru:
Kata majemuk tidak dapat dipisahkan oleh kata lain. Penyisipan kata lain diantara dua
unsur dasar tersebut akan mengakibatkan makna yang berbeda. Contoh :
Taman bunga : menunjukkan tempat
Taman dan bunga : menunjukkan dua kata tempat dan benda
Kata majemuk menurut sifat hubungan antar unsur pembentuknya terdiri atas berikut :
1. Kata majemuk endosentris, yaitu kata majemuk yang erat hubungannya antar unsur
pembentuknya. Salah satu unsur pembentuknya adalah unsur pusat.
Contoh : jam tangan, kereta api, taman buah
2. Kata majemuk eksosentris yaitu kata majemuk yang hubungan antar unsur pembentuknya
renggang. Kedudukan unsur-unsur pembentuknya sama.
Contoh : terang benderang, gelap gulita, cantik molek
B. STRUKTUR SINTAKSIS
Istilah subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket) istilah ini merupakan fungsi
kata. Kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektival), kata depan, dan kata
bilangan (numeralia), istilah tersebut adalah kategori atau kelas kata. Istilah pelaku, penderita,
penerima, aktif, pasif, waktu, proses adalah peran.
Contoh : Ibu membeli jeruk di pasar, kata-kata ini memiliki fungsi sebagai berikut :
Ibu membeli jeruk di pasar
S P O Ket
Sehingga dapat dilihat bahwa kalimat tersebut memiliki pola kalimat S-P-O-K
2. Ragam Wacana
a. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam
komunikasi
1) Wacana monolog
2) Wacana dialog
3) Wacana polilog
b. Wacana ditinjau dari tujuan komunikasi
1) Wacana Argumentasi
2) Wacana Eksposisi
3) Wacana Persuasi
4) Wacana Deskripsi
5) Wacana Narasi
c. Jenis wacana dilihat dari bentuk saluran yang digunakan
1) Wacana lisan
2) Wacana tulisan
C. ANALISIS WACANA
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang
digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Dalam analisis wacana berlaku 2 prinsip yaitu :
a. Prinsip interpretasi lokal, adalah prinsip interpretasi berdasarkan konteks, baik konteks
linguistik maupun konteks nonlinguistik.
b. Prinsip interpretasi analogi, adalah prinsip interpretasi suatu wacana berdasarkan
pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai.
C. RELASI MAKNA
Relasi makna atau hubungan makna adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata, frase,
klausa, atau kalimat dengan kata, frase, klausa atau kalimat lainnya. Hubungan tersebut
berbentuk:
1. Sinonim dan Antonim
a. Sinonim
Merupakan ungkapan (dapat berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang
lebih sama dengan makna ungkapan lain. (Verhaar dalam Muliastuti (2003: 2.2)).
Misalnya, kata mati dan tewas.
1) Ayam piaraannya mati semua
2) Keluarganya tewas dalam musibah tanah longsor
b. Antonim
Merupakan ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi juga berupa frase atau kalimat) yang
dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain. (Verhaar).
2. Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi
a. Homonim, merupakan kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda makna.
b. Homofon, adalah kata yang sama lafalnya, tetapi beda ejaan dan maknanya.
c. Polisemi, adalah satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari
Satu.
3. Hiponim
Kata hiponim berasal dari bahasa yunani kuno onoma yang berarti ‘nama’ dan hypo yang
berarti ‘dibawah’. Dalam kamus linguistik hiponim berarti hubungan antara makna spesifik dan
makan generik atau antara anggota taksonomi. Misalnya : anjing, kucing, dan kambing
merupakan hiponim dari hewan.
B. MANFAAT KAMUS
Seperti halnya dalam pertandingan, kamus bertindak sebagai wasit, yang menentukan benar
atau tidaknya bentuk tulisan atau makna suatu kata.
C. JENIS KAMUS
Kamus dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Kamus ekabahasa adalah kamus yang memuat suatu bahasa yang disusun secara alfabetis
dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam bahasa yang sama.
b. Kamus dwibahasa adalah kamus yang memuat kata atau gabungan kata suatu bahasa
yang disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam
bahasa lain, yang menjadi bahasa sasaran.
c. Kamus multibahasa adalah kamus yang memuat daftar kata dengan padanannya lebih
dari dua bahasa yang berbeda.
D. MENGGUNAKAN KAMUS
Untuk memahami cara menggunakan kamus terlebih dahulu perlu mengetahui susunan
kamus. Kamus yang baik pada dasarnya tersusun atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi dan
pelengkap.