Anda di halaman 1dari 16

Nama : Andi Reski Dermaga

Nim : 858393201
Mata Kuliah : Bahasa dan Sastra Indonesia di SD / PDGK4109

TUGAS RESUME

MODUL 2 : MELAFALKAN DAN MENULIS LAMBANG BAHASA YANG BENAR


KEGIATAN BELAJAR 1. Fonologi Bahasa Indonesia
A. FONEM
Di dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis diantara dua garis miring I/…/, misal bunyi /a/, /i/,
/u/, /e/, o/. Fonem merupakan satuan bunyi terkecil yang menunjukkan perbedaan makna. Satu
fonem saja diganti atau dihilangkan atau ditambahkan akan mengubah makna kata.
Contoh :
Kasta - kista - kusta. Kata-kata ini hanya dibedakan oleh fonem /a/, /i/, /u/.
Jari-hari,tari,mari,lari,sari,dari. Kata-kata ini dibedakan oleh fonem /j/, /h/, /t/, /m/, /l/, /s/, /d/.

B. FONEM DALAM BAHASA INDONESIA


Proses pembentukan bunyi bahasa melibatkan tiga faktor, yaitu :
1. Alat Ucap
Peranan alat ucap dalam menghasilkan bunyi ujaran, yaitu :
a. Udara yang keluar dari paru-paru melalui pita suara
b. Artikulator, yaitu alat ucap yang digerakkan atau digeser waktu menghasilkan bunyi
ujaran, seperti ujung lidah, bibir atas, dan bibir bawah;
c. Titik arkulasi, yaitu alat ucap yang menjadi tujuan sentuh artikulator, seperti gigi,
lengkung kaki gigi, langit-langit;
d. Pita suara, yaitu alat ucap yang berupa dua buah pita pipih yang elastis yang bergetar
pada waktu dilalui udara yang keluar dari paru-paru.
2. Vokal dan Konsonan
a. Vokal
Adalah bunyi yang dihasilkan karena udara yang keluar dari paru-paru tidak
mendapat hambatan. Vokal digolongkan atas beberapa tinjauan sebagai berikut :
1. Posisi bibir, vokal bulat seperti /o/, /u/, /a/ dan tidak bulat, seperti /i/ dan /e/
2. Tinggi rendahnya lidah, vokal depan /i/ dan /e/, vokal pusat /e/, vokal belakang
/u/, /o/ dan /a/,
3. Maju mundurnya lidah, vokal atas /i/ dan /u/, vokal tengah /e/ dan vokal bawah /a/
Diftong, merupakan vokal berurutan yang bunyinya tidak dapat dipisahkan : danau,
parau, lambai, derai.
Vokal Rangkap, dua vokal berurutan yang masing-masing vokal terdapat dalam suku
yang berbeda, contoh :
Kue /kue/ ku-e
Radio /radio/ ra-di-o
b. Konsonan
Bunyi konsonan dihasikan bila arus udara mendapat hambatan baik dirongga mulut
maupun di rongga hidup.
Istilah-istilah pada fonem konsonan.
a. Konsonan rangkap : menunjukkan, meletakkan, meneriakkan
b. Gugus konsonan :
pr prasangka, lepra, pribadi, April
kr kreasi, demokrasi, akrab, mikroskop
tr tragedi, tradisi, mitra, sastra
ki proklamasi, klasifikasi, klimaks
dr drama, drastis, sendratari
fr fragmen, frustasi, frasa
ks ekspor, kompleks

C. LATIHAN PELAFALAN VOKAL


Ucapan atau lafal yang jelas dalam berujar sangat penting karena lafal yang salah dapat
mengubah makna dan menghambat kelancaran komunikasi.
1. Diftong
au rantau
kalau
ai santai
lalai
oi sepoi
Amboi
ei seprei
survei
a. Deretan vokal rangkap atau vokal biasa (bukan diftong)
au mau
gaun
oi menjagoi
ai mewarnai
main
oa soal
doa
aa saat
taat
eo seolah-olah
seorang
b. Dua vokal berturutan membentuk semivokal
w
ue kue
ua puasa
ui buih
y
ia tiap
ei mei
ea beasiswa
eo beo
iu bertiup
2. Konsonan
Pelafalan konsonan yang perlu memperoleh perhatian pada pembelajaran adalah
pelafalan konsonan rangkap, gugus konsonan, dan nasal atau bunyi sengau.
Contoh :
Konsonan rangkap, seperti :
kk tunjukkan
a. Gugus konsonan
pr pribumi
kr kreasi
tr tradisi
dr drama
ks kompleks
kl deklamasi
b. Bunyi nasal
ny nyanyian
ng angsa

D. LATIHAN PELAFALAN KONSONAN


Pembelajaran pelafalan sebagian siswa sukar melafalkan konsonan tertentu seperti konsonan
frikatif /f/, /s/, /sy/, /x/, dan /h/ sehingga terdapat kekeliruan pelafalan.

Contoh :
Benar Salah
Hafal Hapal
Positif Positip
Fakultas Pakultas
Variasi Pariasi

KEGIATAN BELAJAR 2. Lambang Tulis Bunyi Bahasa


A. SEJARAH AKSARA
Aksara adalah tulisan lambang dari ujaran. Para ahli linguistik memperkirakan tulisan
berawal dari gambar yang ditemukan di gua Altamira, Spanyol Utara. Gambar tersebut
berkembang menjadi tulisan atau piktogram. Piktogram mengalami perkembangan, dapat dilihat
dari tulisan hieroglif Mesir yang pernah digunakan sekitar 4000 SM. Piktogram yang
melambangkan gagasan, seperti hieroglif Mesir Kuno disebut ideogram. Ideogram berkembang
menjadi lebih sederhana, sebagai contohnya aksara paku yang digunakan oleh bangsa Sumeria
pada tahun 400 SM. Selanjutnya, orang Persia mengambil alih sistem tulisan Sumeria, tetapi
bukan untuk melambangkan gagasan melainkan untuk menggambarkan suku kata yang disebut
silabis. Dalam perkembangannya sistem silabis tidak dipergunakan lagi, kemudian orang Yunani
mengembangkan tulisan yang bersifat alfabetis, yaitu dengan menggambarkan setiap konsonan
dan vokal dengan satu huruf. Pada awal abad pertama, Romawi mengambil alih sistem alfabetis
dan aksara Romawi atau Latin mulai menyebar ke seluruh dunia. Dan kemudian bersamaan
dengan kedatangan agama islam ke Indonesia aksara Arab mulai dikenal di Indonesia. Karya-
karya yang bersangkutan dengan agama islam dalam bahasa jawa mempergunakan tulisan Arab
yang dikenal sebagai aksara Pegon.
1. Aksara dalam Unsur Bahasa
Aksara merupakan wujud ujaran atau wicara. Berbagai aksara tidak satupun yang dapat
menggambarkan unsur-unsur wicara seperti intonasi, tekanan, dan jeda secara sempurna.
Namun, beberapa lambang dapat menggambarkan ciri-ciri seperti huruf besar untuk
mengawali kalimat, koma untuk menandai jeda, titik untuk menandai akhir kalimat, tanda
seru untuk mengakhiri kalimat yang berisi perintah atau seruan, dan tanda tanya untuk
kalimat yang berisi pertanyaan.
2. Pembelajaran Aksara bagi Siswa Sekolah Dasar
Mengenal aksara di kelas permulaan diberikan setelah siswa menguasai aspek berbicara.
Aksara erat kaitannya dalam aspek membaca dan menulis. Beberapa metode pernah
diterapkan dalam pembelajaran membaca dan menulis misalnya menggunakan pendekatan
sintesis analisis dan sintesis.
3. Ejaan
Sistem ejaan yang disempurnakan adalah sistem ejaan yang memenuhi prinsip kecermatan,
kehematan, keluwesan, dan kepraktisan. Sistem ejaan dinilai cermat bila aturan yang
diterapkan konsisten pelaksanaannya. Maksud kehematan dalam sistem ejaan adalah ejaan
tersebut membantu pemakainya untuk menghemat tenaga dan pikiran dalam komunikasi.
Prinsip keluwesan diterapkan dalam sistem ejaan karena bahasa terus mengikuti
perkembangan. EYD dinilai praktis karena perubahan pada EYD tidak mengubah sarana
pengetikan atau percetakan.
KEGIATAN BELAJAR 3. Morfologi Bahasa Indonesia
Wacana merupakan satuan bahasa yang terikat atas beberapa unsur kebahasaan. Diantara
unsur pendukung atau pengikatnya adalah morfem. Morfem adalah kesatuan bentuk bahasa
terkecil yang terlibat dalam pembentukan kata dan membedakan arti.
Bentuk kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas :
A. KATA DASAR
Kata dasar adalah morfem dasar.Struktur kata dasar dalam bahasa Indonesia ditetapkan
berdasarkan suku kata. Kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari empat macam suku
kata, yaitu :
V : vokal                         
V-K  : vokal-konsonan
K-V : konsonan-vokal
K-V-K : konsonan-vokal-konsonan
Contoh :
a-pel   : V+K-V-K
as-pal   : V-K+ K-V-K
bu-ku   : K-V+K-V
man-di : K-V-K+K-V

B. KATA BERIMBUHAN
Imbuhan (afiks) terdiri atas awalan (prefiks), sisipan (infiks) dan akhiran (sufiks). Fungsi
imbuhan untuk membentuk jenis kata baru.
Contoh :
Darat (kata benda), mendarat (kata kerja).
1. Makna Awalan ber-
Contoh:
Berumah : memiliki rumah
Berbuah : menghasilkan buah
Bersedih : dalam keadaan sedih
2.      Makna Awalan me-
Contoh :
Membatu : menjadi batu
Menimbulkan : menyebabkan timbul
Mengurangi : membuat jadi kurang
3.      Makna Awalan ke-
Contoh :
Ketua : yang dituakan
Kehendak : yang dikehendaki
Kelima : tingkatan lima
4.      Makna Awalan ter-
Contoh :
Terkenal : paling dikenal
Termakan : tidak sengaja dimakan
Tertidur : tidak sengaja tidur
5.      Makna Awalan se-
Contoh :
Sedetik : satu detik
Sekampung : seluruh kampung
Setiba : setelah tiba
6.      Makna Awalan pe-
Contoh :
Pengajar : orang yang pekerjaannya mengajar
Pemalas : orang yang bersifat malas
Pemotong : alat untuk memotong
Makna Imbuhan Gabung atau Konfiks :
1.      per-an
Menyatakan hasil perbuatan : perhitungan, perkiraan
Menyatakan proses : perhitungan, perjalanan, peradilan
Menyatakan hal : perjanjian, perdagangan, perdamaian
Menyatakan tempat : peristirahatan, perkebunan
2.      pe-an
Menyatakan tempat : pemakaman, peternakan, pemandian, pemukiman
Menyatakan proses : penelitian, penemuan, pemotongan
3.      ke-an
Menyatakan tempat : kerajaan, kesultanan, kedutaan
Menyatakan hal : keadilan, kerukunan, kemakmuran
Menyatakan seperti : kekanak-kanakan, keibu-ibuan, kehitam-hitaman
Makna Akhiran :
1.      –i
Menyatakan berkali-kali : tembaki, pukuli, pandangi
Menyatakan membubuhi atau memberi : sayangi, taburi, nasehati
Menyatakan membuat jadi : dekati, jauhi
2.      –an
Menyatakan hasil : catatan, lukisan, tulisan
Menyatakan alat : pikulan, jebakan
Menyatakan tempat : tikungan, pangkalan, dataran, tanjakan
Menyatakan tiap-tiap : meteran, harian, bulanan, tahunan     

C. KATA ULANG
Jenis kata ulang :
1.      Kata ulang murni : anak-anak, laki-laki, lari-lari
2.      Kata ulang berubah bunyi : warna-warni, serba-serbi, sayur-mayur
3.      Kata ulang sebagian : tetangga, tetamu, leluhur
4.      Kata ulang berimbuhan : menari-nari, berjam-jam
Makna kata ulang :
a. Banyak/semua/seluruh : sampah-sampah, daun-daun, kertas-kertas
b. Macam-macam : buah-buahan, sayur-sayuran
c. Tiruan/menyerupai : rumah-rumahan, mobil-mobilan, robot-robotan
d. Berulang kali : tertawa-tawa, terinjak-injak, terguling-guling
e. Paling : sedekat-dekatnya, sebaik-baiknya, semurah-murahnya
f. Saling : tuduh-menuduh, pukul-memukul, tolong-menolong
D. KATA MAJEMUK
Ciri-ciri kata majemuk :
1.      Menggunakan gabungan kata;
2.      Gabungan kata terdiri atas kata dasar;
3.      Gabungan kata itu membentuk sebuah arti baru:
Kata majemuk tidak dapat dipisahkan oleh kata lain. Penyisipan kata lain diantara dua
unsur dasar tersebut akan mengakibatkan makna yang berbeda. Contoh :
Taman bunga : menunjukkan tempat
Taman dan bunga : menunjukkan dua kata tempat dan benda
Kata majemuk menurut sifat hubungan antar unsur pembentuknya terdiri atas berikut :
1. Kata majemuk endosentris, yaitu kata majemuk yang erat hubungannya antar unsur
pembentuknya. Salah satu unsur pembentuknya adalah unsur pusat.
Contoh : jam tangan, kereta api, taman buah
2. Kata majemuk eksosentris yaitu kata majemuk yang hubungan antar unsur pembentuknya
renggang. Kedudukan unsur-unsur pembentuknya sama.
Contoh : terang benderang, gelap gulita, cantik molek

MODUL 3 : MENGGUNAKAN TATA BAHASA YANG BENAR


KEGIATAN BELAJAR 1. Sintaksis Bahasa Indonesia
A. PENGERTIAN SINTAKSIS
Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang kata, frase, klausa
dan kalimat. Sintaksis yaitu menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata dan
kelompok-kelompok kata menjadi kalimat.

B. STRUKTUR SINTAKSIS
Istilah subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket) istilah ini merupakan fungsi
kata. Kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektival), kata depan, dan kata
bilangan (numeralia), istilah tersebut adalah kategori atau kelas kata. Istilah pelaku, penderita,
penerima, aktif, pasif, waktu, proses adalah peran.
Contoh : Ibu membeli jeruk di pasar, kata-kata ini memiliki fungsi sebagai berikut :
Ibu membeli jeruk di pasar
S P O Ket
Sehingga dapat dilihat bahwa kalimat tersebut memiliki pola kalimat S-P-O-K

C. SATUAN – SATUAN SINTAKSIS


1. Kata
Kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai
frase, klausa dan kalimat.
a. Kata penuh (fulword), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna dan dapat
berdiri sendiri sebagai satuan ujaran, misalnya kata manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan.
b. Kata tugas (functionword), yaitu kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna
dan di dalam pututuran tidak dapat berdiri sendiri, misalnya kata dan, di, ke, dari,
walaupun dan sebagainya.
2. Frase
Yaitu gabungan kata yang bersifat nonprediktif atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat
3. Klausa
Adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata yang berkontruksi predikatif
4. Kalimat
Adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Unsur-unsur pembentuk kalimat yaitu sebagai berikut :
a. Bentuk (unsur-unsur segmental) yaitu kata, frase, dan klausa
b. Intonasi, yaitu naik turun suara, jeda dan kesenyapan
c. Situasi yang menimbulkan ujaran itu timbul
d. Makna atau arti yang didukungnya

Berdasarkan pola kalimat, kalimat dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Kalimat tunggal : kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat
b. Kalimat majemuk : kalimat yang terdiri dari dua atau lebih pola kalimat.
Berdasarkan kategori predikatnya, kalimat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kalimat verbal : kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang dibentuk
dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau fraseyang
berkategori verbal.
b. Kalimat nonverbal : kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal

KEGIATAN BELAJAR 2. Wacana Bahasa Indonesia


A. WACANA
1. Pengertian Wacana
Wacana adalah susunan ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkap, tertinggi,
saling berkaitan dengan koherensi dan kohesi, berkesinambungan, membentuk suatu
kesatuan untuk tujuan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

2. Ragam Wacana
a. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam
komunikasi
1) Wacana monolog
2) Wacana dialog
3) Wacana polilog
b. Wacana ditinjau dari tujuan komunikasi
1) Wacana Argumentasi
2) Wacana Eksposisi
3) Wacana Persuasi
4) Wacana Deskripsi
5) Wacana Narasi
c. Jenis wacana dilihat dari bentuk saluran yang digunakan
1) Wacana lisan
2) Wacana tulisan

B. ALAT-ALAT PEMBENTUK WACANA


Alat – alat pembentuk wacana merupakan unsur – unsur yang membangung atau membentuk
wacana. Alat – alat pembentuk wacana juga disebut elemen – elemen wacana. Elemen pertama
adalah judul teks, elemen kedua adalah tubuh teks. Tubuh teks juga terdiri dari 4 elemen yaitu
paragraf 1, paragraf 2, paragraf 3, dan paragraf 4.

C. ANALISIS WACANA
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang
digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Dalam analisis wacana berlaku 2 prinsip yaitu :
a. Prinsip interpretasi lokal, adalah prinsip interpretasi berdasarkan konteks, baik konteks
linguistik maupun konteks nonlinguistik.
b. Prinsip interpretasi analogi, adalah prinsip interpretasi suatu wacana berdasarkan
pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai.

D. PENYUSUNAN WACANA SEDERHANA DENGAN MEMPERHATIKAN KAIDAH


BAHASA
Dalam penyusunan sebuah wacana perlu memperhatikan kohesi dan koherensinya, serta
memperhatikan juga prinsip interpretasi lokal dan prinsip interpretasi analoginya.

MODUL 4 : MENGGUNAKAN KOSA KATA YANG TEPAT


KEGIATAN BELAJAR 1. Semantik Bahasa Indonesia
A. PENGERTIAN
Kata simantik berasal dari Bahasa Yunani sema yang berarti tanda atau lambang(sign).
Simantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa
(morfologi-sintaksis) dan semantik (Djajasudarma, 1993). Dalam Kamus Bahasa Indonesia
semantik berarti: (1) ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai seluk-beluk
dan pergeseran arti kata; (2) bagian strutkur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan
atau struktur makna suatu wicara. Orang tidak mungkin mengganti urutan bunyi bagi konsep-
konsep yang ada tanpa persetujuan dari anggota masyarakat pemakai bahasa (Samsuri dalam
Yudi Cahyono, 1995.
B. RAGAM MAKNA
Leech (2003), menggunakan istilah tipe makna, membagi makna menjadi tujuh tipe, yaitu
makna konseptual, konotatif, stilistik, afektif, refleksi, kolokatif, dan tematik. Djajasudarma
(1999) mengutip dari beberapa ahli, antara lain Bloomfield, Palmer, Verhaar, Kridalaksana, dan
Ullman membagi makna menjadi 12 jenis, yaitu makna sempit, luas, kognitif, konotatif dan
emotatif, refesnsial, konstruksi, leksikal dan gramatikal, idesional, proposisi, pusat, piktorialm
dan idiomatika.
1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Dalam semantik, makna leksikal dibedakan dengan makna gramatikal. Makna gramatikal
adalah makna yang muncul karena proses gramatikal. Proses gramatika, meliputi
afikasi/pengimbuhan, reduplikasi/pengulangan, dan komposisi/pemajemukan.
2. Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Sebuah kata mempunyai makna denotatif apabila kata tersebut memiliki nilai rasa positif atau
menyenangkan. Sebaliknya. Sebuah kata akan mempunyai makna konotatif apabila memiliki
nilai rasa negatif atau tidak menyenangkan.
3. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna kata yang sesuai dengan referennya atau makna yang bebas
dari asosiasi apa pun. Makna koseptual sebelumnya sama dengan makna denotative dan
makna leksikal. Sendangkan makna asosiatif adalah makna sebuah kata yang ada
hubungannya dengan keadaan di luar kebahasaan. Makna asosiatif sebenarnya sama dengan
lambang-lambang yang digunakan oleh masyarakat.
4. Makna Kata Umum dan Makna Kata Khusus
Makna kata umum adalah makna suatu kata yang besifat umum, maksudnya makna tersebut
digunakan secara umum. Makna kata bersifat umum baru jelas bila beraa dalam konteksnya.
Sendangkan makna kata khusus atau istilah adalah makna yang sifatnya khusus, maksudnya
hanya digunakan di kalangan ilmu tertentu. Makna khusus biasanya disebut dengan istilah.

C. RELASI MAKNA
Relasi makna atau hubungan makna adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata, frase,
klausa, atau kalimat dengan kata, frase, klausa atau kalimat lainnya. Hubungan tersebut
berbentuk:
1. Sinonim dan Antonim
a. Sinonim
Merupakan ungkapan (dapat berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang
lebih sama dengan makna ungkapan lain. (Verhaar dalam Muliastuti (2003: 2.2)).
Misalnya, kata mati dan tewas.
1) Ayam piaraannya mati semua
2) Keluarganya tewas dalam musibah tanah longsor
b. Antonim
Merupakan ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi juga berupa frase atau kalimat) yang
dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain. (Verhaar).
2. Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi
a. Homonim, merupakan kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda makna.
b. Homofon, adalah kata yang sama lafalnya, tetapi beda ejaan dan maknanya.
c. Polisemi, adalah satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari
Satu.
3. Hiponim
Kata hiponim berasal dari bahasa yunani kuno onoma yang berarti ‘nama’ dan hypo yang
berarti ‘dibawah’. Dalam kamus linguistik hiponim berarti hubungan antara makna spesifik dan
makan generik atau antara anggota taksonomi. Misalnya : anjing, kucing, dan kambing
merupakan hiponim dari hewan.

KEGIATAN BELAJAR 2. Perkamusan


A. PENGERTIAN KAMUS
Kata kamus dipinjam dari bahasa arab qamus, yang berasal dari bahasa yunani okeanos  yang
berarti “lautan”. Seperti halnya sifat lautan yang dalam dan luasnya tak terhingga, kamus
merupakan wadah untuk merekam kosa kata yang jumlahnya semakin tak terbatas.

B. MANFAAT KAMUS
Seperti halnya dalam pertandingan, kamus bertindak sebagai wasit, yang menentukan benar
atau tidaknya bentuk tulisan atau makna suatu kata.
C. JENIS KAMUS
Kamus dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Kamus ekabahasa adalah kamus yang memuat suatu bahasa yang disusun secara alfabetis
dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam bahasa yang sama.
b. Kamus dwibahasa adalah kamus yang memuat kata atau gabungan kata suatu bahasa
yang disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam
bahasa lain, yang menjadi bahasa sasaran.
c. Kamus multibahasa adalah kamus yang memuat daftar kata dengan padanannya lebih
dari dua bahasa yang berbeda.

D. MENGGUNAKAN KAMUS
Untuk memahami cara menggunakan kamus terlebih dahulu perlu mengetahui susunan
kamus. Kamus yang baik  pada dasarnya tersusun atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi dan
pelengkap.

E. MENYUSUN KAMUS SEDERHANA


1. Tahap-tahap menyusun kamus
Ada beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :
a. Persiapan
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data
1) Pemeriksaan ulang urutan abjad
2) Penyeleksian data
3) Klasifikasi data
4) Pemberian definisi
5) Penyuntingan hasil pemberian definisi
d. Pengetikan kartu induk
e. Penyusunan kartotek
f. Pengetikan naskah
g. Koreksi naskah
h. Cetak coba
i. Koreksi cetak coba
j. Reproduksi kamus

Anda mungkin juga menyukai