Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut
fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam
bentuk tertulisnya disebut huruf. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini
disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur
bahasa dalam mengucapkan lambing – lambing bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucapnya. Tidak ada pedoman khusus yang mengatur ucapan atau lafal ini seperti
bagaimana diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis
bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Lafal sering dipengaruhi oleh
bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia terdiri atas berbagai
suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa
daerah ini merupakan bahasa Ibu yang sulit untuk dihilangkan sehingga
saat menggunakan bahasa Indonesia sering dalam pengucapan diwarnai
oleh unsur bahasa daerahnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian fonem dan contohnya?
2. Bagaimana fonem dalam bahasa Indonesia beserta wujudnya?
3. Bagaimana peranan alat ucap penghasil ujaran?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian fonem dan contohnya
2. Untuk mengetahui fonem dalam bahasa Indonesia beserta wujudnya
3. Untuk mengetahui peranan alat ucap penghasil ujaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fonem Beserta Contohnya


Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau
makna (Gleason,1961: 9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunyi bahasa,
apabila terbukti dapat membedakan arti dapat disebut fonem.

Fonem dapat diklarifikasi atau di golongkan atas Fonem segmental dan fonem
suprasegmental

1. fonem Segmental ialah fonem yang dapat di analisis, karena merupakan


bagian dari unsur segmental Bahasa. Jenis fonem ini di sebut fonem primer
misalnya (a) (b) (c) (d) dan sebagainya. Fonem segmental ini di bagi atas
vocal, diftong, dan konsonan.
2. fonem suprasegmental yaitu fonem yang kehadirannya meyertai fonem
segmental. Jenis fonem ini di sebut juga fonem sekunder, misalnya tekanan,
nada, intonasi dan sebagainya

Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem.
Namun, tidak semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji
dengan beberapa pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri fonem, dan
watak fonem berasal dari bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan
jumlah bunyi bahasa, tetapi sangat jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu bahasa
lebih sedikit daripada jumlah bunyi suatu bahasa.

Contoh:
 Pada pasangan kata bahasa Jawa pala dan bala. Kedua kata itu mempunyai makna
yang berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada awal kata, yaitu bunyi [p] dan
[b]. Kata pertama berarti ‘buah pala’, sedangkan kata kedua berarti ‘teman’.
Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan masin-masing ditulis sebagai
/p/ dan /b/.
 Pada pasangan kata kaki dan kaku. Kedua kata itu mempunyai makna yang
berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada akhir kata, yaitu bunyi [i] dan [u].
Kata pertama berarti ‘anggota gerak bagian bawah’, sedangkan kata kedua berarti
‘keras/tidak ealstis’. Kedua bunyi itu merupakan fonem yang berbeda dan masin-
masing ditulis sebagai /i/ dan /u/.

2
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut
fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam
bentuk tertulisnya disebut huruf. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini
disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur
bahasa dalam mengucapkan lambing – lambing bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucapnya. Tidak ada pedoman khusus yang mengatur ucapan atau lafal ini seperti
bagaimana diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis
bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Lafal sering dipengaruhi oleh
bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia terdiri atas berbagai
suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing.

3.2. Saran
Mungkin inilah yang dapat disampaikan pada penulisan kelompok ini
meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita memahami tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang
adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan
kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang
lebih baik daripada masa sebelumnya.

3
4

Anda mungkin juga menyukai