Anda di halaman 1dari 17

A.

BAHASA INDONESIA yang BAIK dan BENAR

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu, bahasa daerah, bahasa asing.
Alasan kenapa bahasa melayu yang dijadikan bahasa Indonesia karena bahasa
melayu sudah ada sejak jaman sriwijaya dengan banyak ditemukan banyak prasasti,
demokratis yakni bahwa bahasa melayu tidak mengenal tingkatan, linguanfranca
yakni sebagai bahasa kependudukan dan mudah dan mampu berkembang sesuai
dengan budaya.
Bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi
pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan dan ragam
pembicaraan), dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia
(seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah dan tata bahasa).
Kata yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah kata yang tepat dan serasi serta
baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan gagasan
atau maksud penutur atau sesuai dengan arti sesunggunya dan sesuai dengan
situasi pembicaraan. Kata yang baku merupakan kata yang sesuai dengan ejaan.
Kalimat yang dipakai dalam dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif.
Kalimat efektif harus
a. Mudah di pahami oleh orang lain.
b. Memenuhi unsur penting kalimat, minimal ada subjek dan predikat, terutama
untuk ragam tulis.
c. Menggunakan kata yang tepat dan serasi.
d. Gramatikal, seperti: menggunakan pungtuasi dan kata baku, menggunakan
struktur yang benar, frasa selalu D-M, menggunakan kata yang sesuai dengan
fungsinya/ kedudukannya.
e. Rasional, yakni menggunakan gagasan yang dapat di cerna oleh akal sehat.
f. Efisien, menggunakan unsur sesuai kebutuhan, tidak boleh berlebihan.
g. Tidak ambigu, tidak menimbulkan dua arti yang membingungkan.

B. KAIDAH BAHASA INDONESIA


Kaidah bahasa Indonesia meliuti:
1. Fonologi
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis
bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata
Yunani phone 'bunyi' dan 'logos' tatanan, kata, atau ilmu' dlsebut juga tata bunyi.
Bidang ini meliputi dua bagian.
a. Fonetik,
yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau
bagaimana suate bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia, vokal 5,
konsonan 21.
b. Fonemik,
yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai
pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti
membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil
yang membedakan arti.
Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar
atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Vokal
adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan.
Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar
dengan rintangan. Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah
terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .
Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu:
a. Udara.
b. Artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak,
c. Titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh articulator.
Diftong.
Diftong adalah dua vokal beurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu.
Diftong dalam babasa Indonesia adalah ai ,au, dan oi.
Contoh :petai, lantai, pantai, santai, harimau, kerbau, imbau, pulau, amboi.
Kluster
Kluster adalah konsonan rangkap yang diucapkan dalam waktu yang sama. Seperti
strategi tidak dibaca seterategi.
Fonem dan Pembuktiannya.
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti. Fonem dapat
dibuktikan melalui pasangan minimal. Pasangan minimal adalah pasangan kata
dalam satu bahasa yang mengandung kontras minimal.
Contoh :
Pola & rnembedakan /o/ dan/pula /u/
Barang & membedakan /b/ dan /p/parang Fonem dan Huruf Bahasa Indonesia
memakai ejaan fonemis, artinya setiap huruf melambangkan satu fonem.
Namun demikian masih terdapat fonem-fonem yang dilambangkan dengan diagraf
(dua hunuf melambangkan satu fonem) seperti ny, ng, sy, dan kh. di samping itu ada
pula diafon (satu huruf yang melambangkan dua fonem) yakni huruf e yang
digunakan untuk menyatakan e pepet dan e taling.
Huruf e melambangkan e pepet terdapat pada kata seperti : sedap, segar, terjadi.
Huruf e melambangkan e taling terdapat pada kata seperti : ember, tempe, dendeng.

2.  Morfologi
Ilmu yang mempelajari bentuk kata, diantaranya
a. Kata dasar
b. Kata jadian
   Kata berimbuhan
   Kata ulang
   Kata majemuk

3.  Sintaksio
Pola dasar kalimat
a.  S. P (Sabjek, predikat)
    Kalimat sempurna
    Kalimat inti
    Kalimat intransitive
    Kalimat inversi
b.  S. P. K (sabjek, prediket, keterangan)
    Kalimat sempurna
    Kalimat inti
    Kalimat intransitive
c.  S. P. O (sabjek, predikat objek)
    Kalimat sempurna
    Kalimat inti
    Kalimat inversi
    Kalimat transitif
d.  S. P. O. K (sabjek, predikat, objek, keterangan)
    Kalimat sempurna
    Kalimat inti
    Kalimat intransitive
    Kalimat inverse
    Kalimat transitif
    Kalimat mayor.

4.  Semantik (makna kata)


    pukul dipakai untuk urusan waktu.
    Jam dipakai menunjukkan benda yang berhubungan dengan waktu/ jumlah waktu.
5.  Etimolologi (usal-usul kata)

C.  BAHASA INDONESIA BAKU 


Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya
sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah-kaidah yang di bakukan.
Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa:
1.  Pedoman ejaan (EYD)
2.  Tata bahasa baku
3.  Kamus umum
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut:
a. Tidak dipengarui bahasa daerah
Baku           : saya, ibu, bertemu
Tidak baku  : gue, nyokap, ketemu
b. Tidak dipengaruhi bahasa asing
Baku           : kantor tempat saya bekerja
Tidak baku  : kantor dimana saya bekerja
c. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan
Baku           : dengan, tidak, tetapi
Tidak baku  : sama, nggak, tapi
d. Pemakaian imbuhan secara eksplisit
Baku            : Ia bekerja keras
Tidak baku  : Ia kerja keras
e. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
Baku           : disebabkan oleh, suka akan
Tidak baku  : disebabkan karena, suka dengan
f. Tidak terkontaminasi, tidak rancu
Baku           : berkali-kali, mengajar siswa
Tidak baku  : berulang kali, mengajar bahasa
g. Tidak mengundang arti pleonasme
Baku           : hadirin, pada zaman dahulu
Tidak baku  : para hadirin, pada jaman dahulu kala
h. Tidak mengandung hiperkorek
Baku           : Insaf, Syukur, Pihak
Tidak baku  : Insya, Sukur, Fihak

D.  FUNGSI BAHASA INDONESIA BAKU


Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu:
a. Bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu 
Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai
dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu
masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan
rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi batas-batas
kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap
kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha
memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern.
b. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian 
Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-
bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat bahasa Indonesia baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita
menyatakan identitas kita. Bahasa Indonesia baku berbeda dengan bahasa
Malaysia atau bahasa Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa
Indonesia baku dianggap sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi
induknya.
c. Bahasa Indonesia baku berfungsi penambah wibawa
Pemilikanbahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise.
Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan
peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu,
pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia baku “dengan baik dan benar”
memperoleh wibawa di mata orang lain. Fungsi yang meyangkut kewibawaan itu
juga terlaksana jika bahasa Indonesia baku dapat dipautkan dengan hasil teknologi
baru dan unsur kebudayaan baru. Warga masyarakat secara psikologis akan
mengidentifikasikan bahasa Indonesia baku dengan masyarakat dan kebudayaan
modern dan maju sebagai pengganti pranata, lembaga, bangunan indah, jalan raya
yang besar. Gengsi juga melekat pada bahasa Indonesia karena ia dipergunakan
oleh masyarakat yang berpengaruh yang menambah wibawa pada setiap orang
yang mampu menggunakan bahasa Indonesia baku.
d. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan
adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah
bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku
secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat
dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan umum
bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang
khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa
media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan,undangan,
pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato 

Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu berkaitan erat dengan tiga macam
batin penutur bahasa sebagai berikut:
a. fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa
membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu;
b. fungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap kebangsaan orang
karena mampu beragam bahasa itu; dan
c. fungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan kesadaran orang akan
adanya aturan yang baku layak diatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.

Fungsi bahasa baku lazim juga dipakai dalam situasi dan konsidi sebagai berikut di
bawah ini:
1. Komunikasi Resmi (Tertulis)
Contoh : Surat-menyurat resmi, pengumuman resmi, undang-undang, peraturan,
dan lain-lain.
2. Pembicaraan Formal Di Depan Umum (Lisan)
Contoh : Pidato, ceramah, khotbah, mengajar sekolah, mengajar kuliah, dan lain
sebagainya.
3. Wacana Teknis (Tertulis)
Contoh : Karangan ilmiah, skripsi, tesis, buku pelajaran, laporan resmi, dan lain-lain.
4. Pembicaraan Formal (Lisan)

E. EJAAN yang DISEMPURNAKAN


Ejaan bahasa Indonesia yang berlaku dewasa ini disebut Ejaan (bahasa Indonesia)
yang disempurnakan (EyD), huruf-huruf yang digunakan adalah huruf latin, yakni
huruf (alfabet) yang digunakan juga oleh sebagian besar bangsa di dunia ini untuk
menuliskan bahasa mereka. Walaupun alphabet yang digunakan sama, tetapi
karena ejaan itu hanyalah suatu konvensi grafis, maka sistem penggunaan huruf-
huruf itu tidak sama antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain. Bahasa
Indonesia pun mempunyai system ejaanya sendiri.
1. Penulisan Huruf 
Huruf a, i, u, e, dan o disebut huruf vocal, huruf lainnya yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m,
n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z disebut huruf konsonan.
a. Huruf Besar atau Huruf Kapital
Contoh:
Ayahnya seorang penulis di penerbit erlangga
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata di awal kalimat.
Contoh:
Rifki bertanya kepada Rika, “Kamu punya uang berapa?”
“Saya hanya membaca buku ini saja, tidak lebih,” katanya
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan, agama, dann kitab suci.
Contoh:
 Allah             Alqur’an
Islam              Injil
Kristen           Taurat
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Nabi Muhammad
Sultan Demak
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang, atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Wali Kota Tasikmalaya
Departemen Pendidikan Nasional
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
Ampere
Dini Aminarti
g. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan.
Contoh:
20 ampere
mesin diesel
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Batak
i. huruf kapital tidak dipakai jika nama bangsa, suku, dan nama bahasa itu dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
pengindonesiaan kata asing
kesunda-sundaan
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contoh:
bulan Agustus
perang Dunia
k. huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Contoh:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
Asia Tenggara
Danau Toba
m. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsure nama diri.
Contoh:
      daerah tenggara
      air danau
n. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Contoh:
      gula jawa
      kacang bali
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecualai kata seperti
dan.
Contoh:
Republik Indonesia
Menteri Kehakiman dan HAM
p. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
untuk, yang tidak terletak di posisi awal.
Contoh:
Sudah dua bulan Ayah berlangganan Koran Republika.
q. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr.     (doctor)
Prof.  (professor
r. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan
dan pengacuan.
Contoh:
“Tas ini punya Ibu?” tanya Ami kepada Bu Riska.
“Kapan Paman akan dating ke rumah kita?” tanya Alam kepada Kak Anto.
s. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Contoh:
            Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
            Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
t. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
      
2. Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
            buku Mukjizat Salat dan Doa
            tabloid Gaul
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
            Huruf pertama kata abad ialah a.
            Dia bukan menipu, tetapi
c. Huruf mirig dalam cetakan dipakai untuk menulis kata nama ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
            Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
            Lalat buah Drosophila melanogaster memiliki 13.600 gen.

F.  PARAGRAF
Paragraf adalah rangkaian kalimat yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan pokok pembahasan. Paragraf umumnya terdiri atas sejumlah kalimat,
kalimat-kalimat itu saling bertalian untuk menggungkapkan sebuah gagasan tertentu.
Paragraph yang baik terdiri atas gagasan utama dan gagasan penjelas.
1. Gagasan utama adalah gagasan yang menjadi dasar pengembangan sebuah
paragraph.
2. Gagasan penjelas adalah gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama.

Paragraf yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut


a. Kesatuan, yaitu paragraf harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud
dalam bentuk kalimat pokok.
b. Koherensi, yaitu kalimat satu dengan kalimat lain harus saling berhubungan.
Perkembangan alenia, yaitu gagasan pokok harus dikembangkan dengan perincian
yang lebih konkret agar lebih jelas.

G. PARAGRAF DILIHAT dari POKOK PIKIRAN UTAMA


1. Paragraf Induktif
Paragraf induktif dimulai dengan uraian atau rincian hal-hal yang khusus. Kemudian,
uraian disimpulkan pada akhir paragraf, kesimpulan merupakan hal yang bersifat
umum. Paragraf induktif disebut juga paragraf pengembangan khusus umum dan
gagasan utamanya terletak di akhir paragraf. Paragraf induktif ini dapat digambarkan
seperti bagan di bawah.
2. Parangaf Deduktif
Paragraf deduktif dikembangkan mulai dengan menuliskan gagasan utama atau
pikiran utama pada awal paragraf sebagai data yang umum, kemudian di jabarkan
dalam beberapa pikiran penjelas sebagai sesuatu yang khusus. Paragraf deduktif
disebut juga paragraf pengembangan umum-khusus dan gagasan utamanya terletak
di awal paragraf.
Paragraf deduktif ini dapat digambarkan seperti bagan dibawah.

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menentukan dan membedakan paragraf


pola khusus-umum dan umum-khusus sebagai berikut:
a. Setiap paragraf memiliki gagasan utama dan beberapa gagasan penjelas.
b. Gagasan utama merupakan pokok pikiran yang menjadi dasar uraian dalam
paragraf.
c. Gagasan penjelas merupakan uraian untuk memperkuat gagasan utama.
d. Dilihat dari letaknya, gagasan utama dapat terletak di awal paragraf atau diakhir
paragraf.
e. Gagasan utama terletak di awal paragraf disebut deduktif atau umum-khusus.
f. Gagasan utama terletak di akhir paragraf disebut paragraf induktif atau khusus-
umum.
g. Paragraf Campuran
Paragraf campuran (deduktif-induktif) adalah paragraf yang gagasan utamanya di
awal dan di tekankan lagi di akhir paragraf. Dimulai dengan menyajikan ide pokok
(pernyataan umum) kemudian dijabarkan ke dalam ide-ide penjelas (pernyataan
khusus) dan disimpulkan lagi (pernyataan umum) di akhir kalimat. 
h. Paragraf Ineratif
Paragraf Ineratif adalah paragrafyang letak kalimat utamanya di tengah paragraf. Di
awal disajikan ide-ide penjelas kemudian disimpulkan dan dijelaskan kembali ke
dalam ide-ide penjelas.
i. Paragraf Deskriptif/ Naratif
Adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar diseluruh paragraf. Seluruh kalimat
merupakan ide-ide pokok sehingga sulit untuk menentukan kalimat mana yang
merupakan pernyataan yang umum. Atau dapat dikatakan paragraf yang tidak
mempunyai kalimat utama.

H. BERDASARKAN TUJUANNYA atau dilihat dari PERKEMBANGANNYA


Berdasarkan perkembangannya paragraf diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Paragraf Narasi
Paragraf narasi merupakan karangan yang mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa berdasarkan urutan waktu. Sebuah paragraf narasi harus memiliki gagasan
pokok yang didukung oleh gagasan-gagasan pendukung yang diwujudkan dalam
kalimat-kalimat pendukung. Kalimat-kalimat tersebut berisihkan rangkaian perbuatan
yang diurutkan sesuai dengan urutan waktu dan tempat berlangsungnya. Tujuan
karangan narasi sebenarnya bercerita tentang sesuatu.
Langkah menulis paragraf narasi meliputi:
a. Menentukan tema .
b. Mengembangkan judul menjadi pikiran utama.
c. Mengembangkan pikiran utama menjadi pikiran penjelas.
d. Mengembangkan kerangka karangan.
Ada beberapa cara pengembangan paragraf narasi
a. Pola hubungan kejadian dan runtun peristiwa
Pengembangan paragraf narasi dengan pola hubungan kejadian dan runtun
peristiwa adalah suatu bentuk wacana cerita yang berusaha menggambarkan
dengan sejelas-jelasnya suatu peristiwa yang diurutkan menurut rangkaian kejadian
dan urutan peristiwanya.
b. Pola hubungan mula dan akhir
Pengembangan pola parangraf narasi dengan pola hubungan mula dan akhir
penekanannya pada penjelasan mula-mulanya dan akhirnya.

2. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi merupakan paragraf yang bersifat melukiskan atau
mengambarkan kesan pancaindra dengan teliti dan sehidup-hidupnya agar pembaca
seolah-olah dapat mendengar, merasakan, menikmatinya.Sebuah obyek deskripsi
tidak hanya terbatas pada apa yang dapat dilihat, didengar, dicium, dirasa, diraba,
tetapi dapat untuk menggambarkan perasaan hati, kekuatan, perasaan cinta, haru
dan sebagainya.
Ciri-ciri paragraf deskripsi
a. Menguraikan objek secara langsung sesuai dengan objek yang ditangkap
pancaindra.
b. Berdasarkan pengamatan atau observasi.
c. Menumbuhkan imajinasi pembaca dengan cara mengalikan kesan yang ditangkap
indra perangsang.
d. Bersifat melukiskan.
e. Bertujuan menciptakan imajinasi pembaca seolah-olah pembaca melihat sendiri
objeknya.
Macam-macam pendekatan dalam menulis paragraf deskripsi
a. Pendekatan realistis
Adalah pendekatan deskripsi yang mengambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, pengarang menonjolkan pilihannya dan interpretasinya.
b. Pendekatan impresionistis
Adalah pendekatan deskripsi yang membuat pembaca memberikan reaksi secara
emosional terhadap sesuatu yang di deskripsikan.
c. Pendekatan sikap penulis
Pendekatan sikap penulis bergantung pada  tujuan yang ingin dicapai, sifat, objek,
dan pembaca. Penulis mrnetapkan sikapyang akan diterapkan sebelum mulai
menulis rincian. Penulis dapat memilih sikap seperti, masa bodoh, ironis dan
sebagainya.
3. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan atau menjelaskan suatu
masalah, paragraf eksposisi bertujuan memberikan penjelasan sehingga pembaca
memperoleh informasi yang jelas. Agar penjelasan yang disampaikan mencapai
sasaran, paragraf eksposisi perlu dilengkapi dengan data-data berupa grafik,
statistik, diagram, gambar dan sebagainya. Oleh karena itu, paragraf eksposisi harus
akurat, jelas, dan singkat. Paragraf eksposisi menjawab pertanyaan apa, mengapa,
dan bagaimana. Penutup paragraf eksposisi merupakan rangkuman yang
menjelaskan kembali apa yang telah dikemukakan penulis.
Ciri-ciri paragraf eksposisi
a. Menjelaskan pendapat.
b. Memerlukan fakta yang diperjelas dengan angka grafik, dan sebagainya.
c. Memerlukan analisis sintesis dalam mengupas sesuatu.
d. Tidak menggunakan daya khayal sebagai sumber gagasan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menulis paragraf eksposisi
a. Merumuskan tema.
b. Menetapkan tujuan
Tujuan kerangka akan memberikan arah yang tepat dan menyusun karangan.
c. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data dapat dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara
atau angket.
d. Membuat kerangka karangan
Menentukan pokok-pokok pikiran dalam bentuk kerangka karangan atau outline.
e. Mengembangkan kerangka karangan.
Pola pengembangan paragraf eksposisi meliputi:
a. Pola proses 
Merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk
menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau
peristiwa.  
b. Pola ilustrasi 
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret. Ilustrasi
tersebut digunakan untuk menjelaskan maksud penulis. Pengalaman pribadi
merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan
umum.
c. Pola perbandingan 
Pola perbandingan  digunakan apabila penulis mencoba menerangkan ide dalam
kalimat utama dengan cara membandingkan dengan hal lain.

4. Paragraf argumentasi
Argumentasi berarti pemberian alas an yang kuat dan menyakinkan.jadi paragraf
argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alas an, contoh, dan bukti-bukti
yang kuat dan menyakinkan. Alasan-alasan dan bukti tersebut digunakan penulis
untuk memengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, dan
kenyakinan penulis.
Pada dasarnya, kekuatan argumen terletak pada kemampuan penulis dalam
mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu pernyataan, alasan yang mendukung, dan
pembenaran.
Ciri-ciri paragraf argumentasi adalah:
a. Mengandung kebenaran dan pembuktian yang kuat dengan disertai data, fakta,
gambar, grafik dan lain-lain.
b. Menggunakan bahasa denotatif.
c. Analisis rasional.
d. Alas an kuat.
e. Bertujuan supaya pembaca menerima pendapatnya.
Langkah-langka menulis paragraf argumentasi
a. Menentukan tema karangan.
b. Merumuskan tujuan penulisan.
c. Mengumpulkan bahan atau data-data.
Bahan-bahan yang dikumpulkan harus ada hubungannya dengan tema dan tujuan.
Bahan ini dapat diambil dari buku, hasil penelitihan, dan sebagainya.
d. Membuat kerangka karangan.
Kerangka karangan perlu disiapkan agar karangan tersusun rapid an logis.
e. Mengembangkan kerangka karangan menjadi kerangka utuh.

5. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi merupakan paragraf yang berisi imbauhan atau ajakan kepada
orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan penulisannya. Maka
dari itu paragraf persuasi disertai penjelasan dan fakta-fakta, sehingga menyakinkan
dan dapat mempengaruhi pembaca.
Paragraf persuasi bertujuan mengubah pikiran orang lain agar dapat menerima dan
melakukan sesuatu yang kita inginkan. Penulisan paragraf persuasi mula-mula
memaparkan gagasan yang disertai alasan, bukti, fakta, atau contoh, kemudian
diikuti ajakan, imbauhan, bujukan/ saran.
Pendekatan yang digunakan dalam paragraf persuasif adalah pendekatan emotif
yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi. Contoh bentuk-bentuk
persuasi antara lain iklan, kampanye lisan, dan sebaginya.
Langka-langka penulisan paragraf persuasi
a. Menentukan topik
Topic disebut juga tema, yaitu gagasan atau permasalahan yang menjiwai seluruh
isi karangan.
b. Merumuskan tujuan
Tujuan penulisan paragraf dikembangkan dari topic.
c. Mengumpulkan bahan
Bahan yang diperlukan harus sesuai dengan topik dan tujuan penulisan. Cara
mengumpulkan bahan dapat dengan melakukan pengamatan.
d. Membuat kerangka
Semuah bahan yang kita peroleh perlu dipilih dimulai dengan pikiran yang logis dan
kritis, agar sesuai dengan topic dan tujuan penulisan. Kemudian kita mengupas,
menganalisis, dan membandingkan, menjadi rangkaian pembuktian yang kuat dan
sukar dibantah. Supaya rangkaian itu rapid an logis susunannya kita buat kerangka
tuisan.
e. Kesimpulan
Bagian ini meliputi pembuktian dan saran yang berupa ajakan, dorongan, dan
bujukan agar pembaca terpengaruh, bahwa pemuda harus berpartisipasi dalam
wujud kerja nyata agar pembinaan dan pembangunan bangsa dan negara Indonesia
dapat berhasil

Anda mungkin juga menyukai