Anda di halaman 1dari 24

Sejarah Indonesia Kelas X

Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Moyang atau nenek moyang secara harfiah merujuk pada konsep genealogi1 manusia
yang terlebih dahulu dilanjutkan dengan yang muncul pada masa kemudian. Ada beberapa
teori yang membahas mengenai asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, yakni:
1. Teori Yunan
Teori ini menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan,
Tiongkok bagian Selatan. Teori ini didukung oleh beberapa ahli, yaitu R. Mohammad
Ali, Robert von Heine dan J.H.C. Kern, dimana bangsa Indonesia berasal dari daerah
Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi
menuju ke Selatan. Dasar pendapat mereka sebagai berikut:
a. Ditemukannya kapak tua yang memiliki kemiripan dengan kapak tua di kawasan Asia
Tengah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi migrasi penduduk dari
Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara.
b. Bahasa Melayu berkembang dan memiliki kemiripan dengan bahasa Champa yang
ada di Kamboja. Hal ini memungkinkan penduduk Champa berasal dari Dataran
Yunan dengan menyusuri sungai Mekong. Arus perpindahan ini kemudian
dilanjutkan sampai ke wilayah Nusantara.

Menurut teori Yunan, migrasi menuju Kepulauan Nusantara melalui tiga


gelombang, yaitu perpindahan orang Negrito, Proto Melayu dan Deutro Melayu.

2. Teori Nusantara
Teori ini menyatakan bahwa asal usul bangsa Indonesia berasal dari Indonesia
sendiri. Teori ini didukung oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf dan J. Crawfod.
Landasan dari teori ini sebagai berikut:
a. Bangsa Melayu merupakan bangsa yang perperadaban tinggi yang tidak mungkin
dapat dicapai melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
b. Bahasa Melayu memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), namun hanya
suatu kebetulan.
c. Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homo soloensis
dan Homo wajakensis.
d. Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Indonesia
dengan bahasa Indo-Eropa yang berkembang di Asia Tengah.

3. Teori Out of Taiwan


Teori ini menyatakan bahwa awal mula manusia di Asia Tenggara berasal dari
Formosa (Taiwan).Sekitar 4000-3000 tahun yang lalu Kepulauan Nusantara kedatangan
orang-orang baru yang membawa budaya Neolitik. Budaya ini bercirikan kehidupan yang
menetap dan domestikasi hewan dan tanaman. Para pendatang yang bertutur Austronesia

1
Genealogi: garis keturunan manusia dalam hubungan keluarga sedarah

1
Sejarah Indonesia Kelas X

ini diperkirakan datang dari Taiwan dengan kedatangan awal melalui Sulawesi dan
Kalimantan yang kemudian menyebarkan ke wilayah Nusantara.
Migrasi manusia yang tinggal di Taiwan pertama menuju Filipina bagian utara
kemudian terus bergerak ke selatan hingga Sulawesi, Kalimantan dan Maluku.Dari
Maluku sebagian bergerak ke barat hingga masuk ke Jawa, Sumatra dan Semenanjung
Malaya. Sebagian lagi bergerak ke timur hingga Hawai, Samoa dan kepulauan-kepulauan
kecil di Pasifik, bahkan ada yang mencapai Amerika Latin (Indian). Beberapa
pendukungnya ialah:
a. Pertemuan manusia baru dengan populasi Austramelanesia yang menimbulkan
kohabitasi2.
b. Adanya adaptasi dan interaksi antar sesama memungkinkan terjadinya perkawinan
campuran.
c. Proses interaksi memperlihatkan keturunan Ras Austramelanesia dikenal dengan
populasi Melanesia.
d. Genetika manusia Indonesia kebanyakan adalah campuran dari dua atau lebih
populasi moyang. Misalnya genetika Austronesia lebih dominan di bagian timur,
selain itu meskipun kecil porsinya, genetika Papua hampir ada di seluruh bagian barat
Indonesia.
e. Penggunaan bahasa dalam Kepulauan Indonesia yang mempunyai lebih dari 700 etnis
dengan 706 bahasa daerah digolongkan ke dalam dua bagian yakni penutur
Austronesia dan non-Austronesia(Papua). Multamia RMT Lauder menjelaskan
adanya pinjam meminjam leksikal dan diperkirakan lebih dari 30 % dari semua
bahasa yang hidup saat ini adalah bahasa non-Austronesia. Sedangkan Austronesia
cenderung ditemukan di daerah pesisir dan daerah pedalaman Papua Nugini.
Pendukung teori ini adalah Robert Blust dan Harry Truman Simanjuntak.

4. Teori Out of Sundaland


Teori ini menyatakan bahwa sebenarnya manusia Nusantara-lah yang melakukan
migrasi ke wilayah utara, barat dan timur hingga mencapai Amerika Latin. Hal ini
didasarkan pada faktor genetik yang menyatakan bahwa manusia Nusantara jauh lebih
tua usianya dibandingkan tahun perkiraan terjadinya migrasi “Out of Taiwan”.
Banjir besar dan pemanasan global telah menyebabkan mencairnya es di kutub
sehingga menenggelamkan lembah-lembah di Nusantara yang sekarang menjadi Laut
Jawa hingga Semenanjung Malaya -Sundaland (Paparan Sunda)-yang mengakibatkan
manusia Jawa bermigrasi ke tanah yang lebih tinggi. Teori ini merupakan hasil penelitian
ilmuwan-ilmuwan Inggris yan dipelopori oleh Sthepen Oppenheimer.

2
Kohabitasi: perihal tinggal serumah tanpa ikatan perkawinan

2
Sejarah Indonesia Kelas X

Pendapat para ahli tentang Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
1. Kern
Bangsa Indonesia berasal dari Asia yang didukung dengan adanya persamaan nama
dan bahasa yang digunakan di daerah Champa dengan Indonesia. Misalnya kata
“kampong” sebagai kata tempat di Kamboja, istilah binatang dan alat perang.

2. Willem Smith
Membagi bangsa-bangsa Asia berdasarkan bahasa yang digunakan, yakni bangsa
yang berbahasa Togon, Jerman dan Austria.Bahasa Austria dibagi dua, yakni bangsa
yang berbahasa Austro Asia dan Austronesia.Bangsa yang berbahasa Austronesia
mendiami wilayah Indonesia, Melanesia dan Polinesia.

3. Hogen
Bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra yang kemudian
bercampur dengan bangsa Mongol yang disebut bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan
Deutro Melayu (Melayu Muda).
Bangsa Proto Melayu menyebar di sekitar wilayah Indonesia pada tahun 3.000 –
1.500 SM, sedangkan bangsa Deutro Melayu datang ke Indonesia sekitar tahun 1.500 –
500 SM.

4. Moh. Ali
Bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan yang dipengaruhi oleh pendapat yang
mengatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Mongol yang terdesak oleh bangsa-
bangsa yang kuat.

5. Muh. Yamin
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Bahkan, ia
meyakini ada sebagian bangsa atau suku di luar negeri berasal dari Indonesia.

6. Prof. Dr. Sangkot Marzuki


Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Austronesia Dataran Sunda yang
didasari hasil penelusuran DNA fosil.Marzuki menyanggah bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari Yunan karena Homo erectus atau Pithecanthropus punah dan
digantikan dengan spesies baru yang diyakini sebagai nenek moyang manusia yang
ditemukan di Afrika.

3
Sejarah Indonesia Kelas X

Persebaran Awal Ras Manusia di Kepulauan Indonesia


1. Ras Mongoloid

http://www.google.com/ras-mongoloid

Berasal dari daerah Asia Tengah (Mongoloid). Pada zaman es, tersebar di daerah
Indonesia bagian barat yang meliputi pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
Penyebarannya dari Mongol ke Asia Tenggara, meliputi Vietnam, Laos, Thailand,
Malaysia, Singapura dan Indonesia bagian barat. Penyebaran ini dilakukan melalui darat
karena pada saat itu bagian barat Indonesia masih menyatu dengan Asia Tenggara.
Pada perkembangannya, daratan tersebut tenggelam dan ada sebagian yang tidak
terpisah oleh laut yang menjadi beberapa pulau Indonesia bagian barat. Daratan yang
terendam laut itu kemudian disebut dengan Paparan Sunda.

2. Ras Austroloid

http://www.google.com/ras-Autroloid

Berpusat di Australia dan menyebar di wilayah Indonesia bagian timur khususnya


Papua. Penyebarannya dilakukan melalui darat karena Papua masih menyatu dengan
Benua Australia. Pada perkembangannya daratan yang bersatu kemudian terendam oleh
air laut dan disebut Paparan Sahul.
Perkembangan selanjutnya ialah terjadi migrasi dari berbagai wilayah dunia pada
tahun 2.000 SM ke Kepulauan Indonesia seperti berikut:
a. Migrasi Pertama; Ras Negroid

4
Sejarah Indonesia Kelas X

Cirinya yakni berkulit hitam, bertubuh tinggi, berambut keriting dan datang dari
Afrika.Di Indonesia ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua, terdapat di Riau
yakni suku Siak (Sakai) serta suku Papua Melanesoid mendiami Pulau Papua dan
Pulau Melanesia (Pasifik).

b. Migrasi Kedua; Ras Weddoid (Weddid)


Cirinya yakni kepala mosochepal, letak mata yang dalam, berkulit coklat tua,
memiliki tinggi rata-rata 155 cm, berambut keriting.Weddid berarti jenis Wedda
yakni bangsa yang terdapat di India bagian Selatan atau Ceylon (Srilanka).
Penyebaran ras ini meliputi Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara Timur (Kupang),
Palembang dan Jambi (Kubu), Siak (Sakai) serta Sulawesi pojok tenggara (Toala,
Tokea dan Tomuna).

c. Migrasi Ketiga: Proto Melayu (Melayu Tua)


Proto Melayu diyakni sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia tersebar
dari Madagaskar hingga kepulauan timur Pasifik termasuk sub ras Mongoloid.
Diperkirakan datang dari Cina bagian Selatan (Yunan) kemudian bermigrasi ke
Indocina (Vietnam) dan Siam kemudian ke Kepulauan Indonesia sekitar tahun 1.500-
500 SM yang dilakukan pada gelombang pertama.
Cirinya yakni berkulit sawo matang/kuning kecoklat-coklatan, bermata sipit,
tidak terlalu tinggi dan berambut lurus. Ras ini memiliki peradaban yang lebih maju
yakni peradaban batu dan bercocok tanam. Di Indonesia ras ini menyebar melalui dua
jalur, yakni:
1. Jalur Pertama (Jalur Barat)
Membawa kebudayaan kapak persegi. Mereka menempuh jalur darat dari
Yunan menuju Semenanjung Melayu melalui Thailand menuju Sumatra, Jawa,
Bali, Kalimantan dan berakhir di Nusa Tenggara. Oleh sebab itu, di daerah ini
banyak ditemukan peninggalan kapal persegi atau beliung persegi.
Kehidupan ras ini banyak mendiami daerah pedalaman seiring dengan
hadirnya Deutero Melayu yang menyebabkan mereka terisolasi dari dunia luar
dan melebur dengan penduduk asli. Keturunan ras ini adalah masyarakat suku
Batak (Burma dan Malaka Barat), Gayo, Nias (Sumatra Utara), suku Mentawai
(Sumatra Barat), suku Dayak (Kalimantan: Serawak, Malaka dan Filipina
Selatan) dan suku Sasak (Lombok).

2. Jalur kedua (Jalur Timur)

5
Sejarah Indonesia Kelas X

Membawa kebudayaan kapak lonjong. Mereka menempuh jalur laut dari


Yunan (Teluk Tonkin) menyusuri pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina
kemudian ke Sulawesi, Maluku, Papua dan Australia. Peninggalan kapak lonjong
banyak ditemukan di daerah Papua. Keturunan ras ini adalah suku Toraja
(Sulawesi Utara), suku Papua (Papua), suku Ambon, Ternate dan Tidore
(Maluku).

d. Migrasi keempat: Deutro Melayu (Melayu Muda)

http://www.google.com/peninggalan-manusia-praaksara http://www.google.com/kapak -lonjong

Memasuki wilayah Indonesia sekitar 500 SM dilakukan pada gelombang kedua.


Ras ini datang dari Indocina bagian utara, melalui jalur barat dari Semenanjung
Melayu ke Sumatra dan menyebar ke wilayah Indonesia lainnya. Kebudayaan mereka
lebih maju daripada ras Proto Melayu yang ditandai dengan membawa budaya berupa
perkakas dan benda-benda logam (perunggu) ke Kepulauan Indonesia atau
kebudayaan Dongson.
Nama Dongson disesuaikan dengan nama daerah disekitar Teluk Tonkin
(Vietnam) yang banyak ditemukan benda-benda dari logam dan merupakan tempat
asal bangsa Melayu Muda. Hasil kebudayaan perunggu diantaranya kapak corong
(kapak sepatu), nekara dan bejana yang pada umumnya terbuat dari cetakan.
Keturunan ras ini berkembang menjadi suku tersendiri, seperti Melayu, Jawa,
Sunda, Bugis, Minang. Kern menyimpulkan bahwa bahasa yang tersebar di Indonesia
adalah serumpun karena berasal dari bahasa Austronesia. Adanya perbedaan yang
terjadi di daerah-daerah karena akibat dari keadaan alam Indonesia sendiri yang
dipisahkan oleh laut dan selat.

Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara

6
Sejarah Indonesia Kelas X

1. Pola Hunian

Manusia praaksara memanfaatkan


gua untuk tempat tinggal

Sumber: http//www.google.com/pola-
hunian-manusia-praaksara

Pada dasarnya air sangat dibutuhkan manusia dari sejak dahulu hingga sekarang
dan itu juga mempengaruhi pola kehidupan manusia. Hal inilah yang kemudian menjadi
dasar utama manusia purba hidup berada di dekat sungai atau sumber air. Air juga
digunakan sebagai sarana penghubung atau transportasi untuk melakukan aktivitas dari
satu tempat ke tempat lain. Selain itu, mereka juga memanfaatkan gua-gua di sekitar
aliran sungai untuk dijadikan tempat tinggal.
Pola hunian manusia purba memperlihatkan dua karakter, yakni kedekatan dengan
sumber air dan hidup di alam terbuka. Hal ini dilihat dari penemuan barang-barang dan
sisa-sisa peralatan yang banyak ditemukan di sekitar sungai. Ketika persediaan makanan
mulai menipis, manusia purba berpindah ke tempat yang memiliki banyak sumber
makanan. Pola kehidupan ini terus berlangsung hingga mereka menemukan cara
bercocok tanam, kemudian mulai hidup menetap yang ditandai dengan memelihara dan
beternak binatang.

2. Masa Berburu sampai Bercocok Tanam

Sumber: http//www.google.com/corak kehidupan manusia praaksara-berburu dan bercocok tanam

Pada umumnya tingkat perkembangan kehidupan manusia praaksara dapat dibedakan


menjadi masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan lanjut, masa
bercocok tanam dan masa perundagian.

a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Tingkat Sederhana dan Lanjut)

7
Sejarah Indonesia Kelas X

Pada masa ini kehidupan manusia praaksara memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kebutuhan makanan diperoleh dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan
(food gathering). Pada masa ini kehidupan manusia hanya pada upaya untuk
mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan dengan
kemampuan yang masih sangat terbatas. Kegiatan yang dilakukan hanya sebatas
berburu dan mengumpulkan makanan menggunakan peralatan dari kayu, batu dan
tulang dengan hanya bergantung pada alam sekitar.
2) Tempat tinggal manusia praaksara berupa tempat berlindung dari daun-daunan
dan kemudian memanfaatkan gua yang terbentuk oleh alam untuk tempat tinggal.
Gua-gua yang ditempati dekat dengan sumber air atau sumber makanan dan akan
ditinggalkan ketika sumber alam dirasa sudah tidak tersedia lagi. Mereka yang
tinggal di gua (abris sous rusche) di pinggir pantai akan memakan ikan, kerang
dan siput, sehingga dekat tempat tinggal mereka akan dijumpai dapur sampah
berupa kulit kerang dan siput (kjokkenmaddinger).
3) Masyarakat akan tersusun berdasarkan kelompok berburu dan terdapat pembagian
kerja. Misalnya kaum laki-laki bertugas melakukan perburuan, sedangkan kaum
perempuan bertugas mengumpulkan makanan, mengurus anak-anak dan memilih
tanaman yang berkualitas untuk ditanam.
4) Mengenal bahasa untuk berkomunikasi walaupun masih sangat sederhana.

b. Masa Bercocok Tanam dan Beternak

Kegiatan bercocok tanam


dilakukan manusia praaksara
untuk memenuhi kebutuhan
hidup.

Sumber:
http//www.google.com/masa
bercocok tanam manusia praaksara

Pada masa ini kehidupan manusia praaksara memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara bercocok tanam dan beternak (food
producing), berusaha menghasilkan sumber makanan sendiri. Bentuk pertama
yang dikenali manusia dalam bercocok tanam adalah berhuma atau berladang.
Teknik ini dilakukan dengan cara membersihkan hutan dengan cara menebang
hutan dan semak belukar kemudian menanam tumbuhan, seperti keladi, ubi,
sukun, durian, duku, salak dan lain-lain. Setelah beberapa kali menggunakan
lahan yang sama, mereka akan membuka lahan baru. Selain itu, untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka beternak ayam, kerbau, babi dan anjing, meskipun
kebiasaan berburu masih tetap dilakukan.

8
Sejarah Indonesia Kelas X

2) Kebutuhan tempat tinggal dibuat dengan sederhana, kecil dan dekat dengan
tempat bercocok tanam. Rumah dibuat sudah menggunakan tiang di beberapa sisi
dan beratapkan daun yang disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.
Tujuannya untuk menghindari bahaya banjir dan serangan binatang buas.
3) Mulai muncul perdagangan dengan carabarter3. Perahu dan rakit memegang
peranan penting dalam transportasi untuk perdagangan.
4) Masyarakat sudah tersusun atas kelompok tani dan kehidupan gotong royong
sudah mulai dikenal, misalnya membangun tempat tinggal, membuka ladang dan
sawah, menangkap ikan dan merambah hutan.Pembagian kerja semakin jelas,
kaum laki-laki mengerjakan segala sesuatu berkaitan dengan tenaga, misalnya
membuka hutan, menyiapkan ladang dan membangun rumah. Sedangkan kaum
perempuan menabur benih, merawat rumah dan mengurus anak.Pada tahap ini
muncul seorang pemimpin yang dipilih sebagai orang yang dituakan dan
mempunyai wibawa. Keberadaan seorang pemimpin sangat penting untuk
menegakkan aturan yang mulai muncul dan memimpin pelaksanaan kegiatan.
5) Terjadi perkembangan bahasa karena kehidupan dalam masyarakat semakin
beragam.
6) Perlatan yang digunakan semakin halus yang kemudian menimbulkan perkakas-
perkakas yang lebih beragam dan maju secara teknologi dibandingkan pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan yang terbuat dari batu, tulang atau tanah
liat. Hasil kebudayaan pada masa ini berupa beliung persegi, kapak lonjong, mata
panah, gerabah dan perhiasan.
7) Pada masa ini manusia telah mengenal anggapan bahwa roh manusia setelah mati
dianggap tidak hilang, melainkan berada di alam lain yang jauh dari tempat
tinggalnya. Oleh karena itu, sewaktu-waktu roh yang bersangkutan dapat
dipanggil untuk diminta bantuannya.

c. Masa Perundagian
Ciri-ciri kehidupan pada masa Perundagian sebagai berikut:
1) Kebutuhan bahan makan dilakukan melaui bercocok tanam di sawah dan
beternak. Sudah mulai mengenal sistem pengaturan air (irigasi). Tanpa
ketergantungan dengan alam (hujan). Dalam beternak semakin beragam, misalnya
kuda dan unggas.
2) Mulai terbentuknya sebuah pedesaan dengan teknik pembuatan rumah yang
makin maju.
3) Sistem barter masih berlangsung, namun jangkauannya sudah lebih jauh, yaitu
antarpulau.
4) Ditemukannya peleburan biji besi dan pembuatan benda-benda dari logam. Selain
itu, terdapat persaingan antar individu dalam masyarakat yang kemudian

3
Saling bertukar barang sesuai dengan kebutuhan

9
Sejarah Indonesia Kelas X

menimbulkan keinginan untuk menguasai satu bidang. Pada tahap ini


menyebabkan timbulnya golongan undagi (golongan masyarakat terampil dan
mampu menguasai teknologi pada bidang tertentu, misalnya membuat rumah,
peleburan logam dan membuat perhiasan).
5) Semakin banyak pekerjaan yang muncul yang menyebabkan pembagian kerja
semakin tegas, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
6) Timbulnya status sosial atau yang dikenal primus interpares, yaitu pemimpin
kelompok masyarakat praaksara yang diangkat oleh anggota kelompok dan
bertugas mengatur aturan hidup di lingkungan kelompoknya. Pemimpin dipilih
berdasarkan kekuatan fisik, kesaktian, dan kewibawaan seseorang dalam
kelompoknya.
7) Munculnya jenis kepercayaan animisme dan dinamisme.

d. Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan mulai muncul pada zaman Neolitikum (sezaman masa
berburu dan meramu tingkat lanjut). Pada zaman ini, masyarakat purba sudah
memahami adanya kehidupan setelah kematian, dimana ada hubungan antara orang
yang masih hidup dengan roh orang yang telah meninggal. Oleh karena itu, hal ini
kemudian mendasari adanya upacara penguburan, seperti adanya bekal kubur dan
upacara mendirikan bangunan suci pada kebudayaan Megalitikum (Batu Besar) yang
meliputi:
a. Menhir
Bangunan berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek
moyang, sehingga bentuknya ada yang berdiri tunggal dan berkelompok, serta ada
yang dipadukan dengan bangunan lain seperti pundek berundak-undak.
Contohnya: di Pasemahan (Sumatra Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

b. Pundek Berundak-undak
Bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat yang berfungsi sebagai tempat
pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal dan dianggap suci.
Contoh penemuannya di Lebak Sibedug (Banten Selatan) dan Lereng Bukit Hyang
(Jawa Timur).

c. Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
sesajen untuk pemujaan. Selain itu, Dolmen juga digunakan sebagai tempat untuk
mesemayamkan orang yang sudah meninggal yang diletakkan di bawah atau
disebut kubur batu. Lokasi penemuannya di Cupari Kuningan (Jawa Barat);

10
Sejarah Indonesia Kelas X

Bondowoso (Jawa Timur); Merawan, Jember (Jawa Timur); Pasemah (Sumatra)


dan NTT.

d. Sarkofagus (Kubur Batu)


Sarkofagus adalah keranda yang terbuat dari batu, berbentuk menyerupai lesung
yang diberi tutup. Dari sarkofagus selain ditemukan bentuk fisik orang yang
meninggal terdapat juga bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan
benda yang terbuat dari perunggu serta besi. Daerah ditemukannya sarkofagus
adalah Bali yang diyakini memiliki kekuatan gaib dan dikenal sejak zaman Logam.

e. Arca Batu
Arca atau patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang
berupa gajah, kerbau, harimau dan monyet. Sedangkan bentuk arca manusia
bersifat dinamis, misalnya arca batu gajah yaitu patung besar dengan gambaran
seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut
ditemukan di daerah Pasemah (Sumtra Selatan), Lampung, Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
Dari kepercayaan ini kemudian berkembang menjadi kepercayaan animisme dan
dinamisme.
- Animisme
Animisme merupakan suatu kepercayaan yang menyatakan roh (jiwa) tidak hanya
terdapat pada mahluk hidup, namun terdapat juga pada benda-benda tertentu. Roh-
roh ini terkadang ada yang baik dan tidak baik agar hidup selaras dan tidak saling
mengganggu perlu diberi sesajen.

- Dinamisme
Berasal dari kata “dinamo” kekuatan. Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa
pada benda-benda yang hidup atau yang mati termasuk ciptaan (tombak dan keris)
memiliki kekuatan gaib dan diangga bersifat suci.

11
Sejarah Indonesia Kelas X

Perkembangan Teknologi Manusia Pra


Aksara dan Hasil Kebudayaannya
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan
teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi
alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api
telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan
rodatelah membantu manusia dalam beperjalanan dan mengendalikan lingkungan
mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak,
telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai;
pengembangansenjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung
sepanjang sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir.

A. Perkembangan Teknologi Masa Pra Aksara di Indonesia


Sebelum mengenal tulisan manusia purba sudah mengembangkan kebudayaan dan
teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari teknologi bebatuan yang digunakan
sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Paralatan atau teknologi bebatuan
tersebut dapat berfungsi serba guna. Awalnya alat yang digunakan masih bersifat
kebetulan dan seadanya serta bersifat trial. Mula – mula mereka hanya
menggunakan benda – benda dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan pada
zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang begitu panjang. Kebudayaan
zaman batu ini dibagi menjadi tiga, yaitu, Paleotikum, Mesolitikum, Neolitikum,
dan Megalitikum serta zaman logam yaitu perunggu dan besi v Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal. Zaman batu menunjuk pada suatu
periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu,
walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Zaman batu
dibagi menjadi 4 zaman, antara lain:

1. Paleolitikum atau Zaman Batu Tua


Paleotikum adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga
100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM -
10.000 SM. Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada.
Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan oleh
Von Koenigswald) dan Ngandong. Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden
atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka

12
Sejarah Indonesia Kelas X

mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok
tanam. Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat
peralatan sehari-hari. Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari
musuh. Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti
flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper
(kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang. Kapak
genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat
penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa
dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara
menggenggam.

2. Mesolitikum atau Zaman Batu Tengah


Mesolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos
batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara
Paleolitik atau Zaman Batu Tua danNeolitik atau Zaman Batu Muda. Pada zaman
mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan
zamanpaleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia
pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok
tanam secara sederhana.[3] Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi
di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di
lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada
zaman itu.

3. Neolitikum Neolitikum atau Zaman Batu Muda


adalah fase atau tingkat kebudayaanpada zaman pra aksara yang mempunyai ciri-
ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian
menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.

4. Megalitikum Megalitikum
berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman
Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini
manusia sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan
batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman
Perunggu.

Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan


mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang,
Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.
Kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :

13
Sejarah Indonesia Kelas X

a) Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM)


dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh
bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca Statis.
b) Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM)
dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan
megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca
dinamis.Adapun beberapa hasilhasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah
sebagai berikut:

Zaman Logam.
Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi
pertukangan secara sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam
perunggu dan besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian
khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan
orang yang ahli mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman
logam disebut juga zaman perundagian. Di Indonesia logam yang digunakan
adalah perunggu dan besi. Maka muncul daerahdaerah produsen barang, yang
kemudian ditukarkan dengan barang kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter.
Kebutuhan barang makin meningkat memunculkan daerah konsumen, sehingga
terjadilah perdagangan antar daerah.

Kebudayaan zaman logam terus berkembang hingga munculnya kerajaan-kerajaan


di Indonesia. Di samping alat – alat yang terbuat dari batu, juga ditemukan alat –
alat yang terbuat dari tulang dan tanduk. Kedua jenis alat ini termasuk dalam hasil
kebudayaan Toale. Kebudayaan Toale berdiri pada zaman mesolithikum.
Kebudayaan ini mendapat pengaruh kuat dari unsur ‘microlith’ sehingga
menghasilkan alat – alat yang berukuran kecil dan terbuat dari batu yang mirip
dengan ‘batu api’ di Eropa. Di samping itu, ditemukan alat – alat yang terbuat dari
tulang dan kerang. Alat – alat ini sebagian besar merupakan alat berburu atau yang
dipergunakan para nelayan.

1. Antara Batu dan Tulang

Peralatan pertama yang digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari batu yang seadanya dan juga
dari tulang. Peralatan ini berkembang pada zaman Paleolitikum atau zaman batu tua. Zaman batu tua ini
bertepatan dengan zaman Neozoikum terutama pada akhir zaman Tersier dan awal zaman Quartair.
Zaman ini berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman ini merupakan zaman yang sangat penting
karena terkait dengan munculnya kehidupan baru, yakni munculnya jenis manusia purba. Zaman ini
dikatakan zaman batu tua karena hasil kebudayaan terbuat dari batu yang relatif masih sederhana dan
kasar. Kebudayaan zaman Paleolitikum ini secara umum ini terbagi menjadi Kebudayaan Pacitan dan
Kebudayaan Ngandong.

14
Sejarah Indonesia Kelas X

a. Kebudayaan Pacitan

Kebudayaan ini berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Beberapa alat dari batu ditemukan di daerah
ini. Seorang ahli, von Koeningwald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan beberapa
hasil teknologi bebatuan atau alat-alat dari batu di Sungai Baksoka dekat Punung. Alat batu itu masih
kasar, dan bbentuk ujungnya agak runcing, tergantung kegunaannya. Alat batu ini sering disebut dengan
kapak genggam atau kapak perimbas. Kapak ini digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah
saat mencari umbi-umbian. Di samping kapak perimbas, di Pacitan juga ditemukan alat batu yang disebut
dengan chopper sebagai alat penetak. Di Pacitan juga ditemukan alat-alat serpih.

Alat-alat itu oleh Koeningswald digolongkan sebagai alatalat “paleolitik”, yang bercorak “Chellean”,
yakni suatu tradisi yang berkembang pada tingkat awal paleolitik di Eropa. Pendapat Koeningswald ini
kemudian dianggap kurang tepat.

Gambar 1.24 Pahat genggam (hand adze):


Gambar 1.23 Kapak perimbas (chopper): Alat
Alat batu inti atau serpih yang dicirikan oleh tajaman batu inti yang dicirikan oleh bentuk alat yang
monofasial yang membulat, lonjong, atau lurus, persegi atau bujur sangkar dengan tajaman
dihasilkan melalui pangkasan pada satu bidang yang tegak lurus pada sumbu alat. Selain itu
dari sisi ujung (distal) ke arah pangkal (proksimal). dikenal pula Kapak genggam awal (proto-hand
Ciri yang membedakan kapak perimbas dengan axe), Kapak genggam (hand axe).
serut adalah ukuran dimana serut yang kasar
dan masif digolongkan sebagai kapak perimbas,
sementara yang halus dan kecil digolongkan serut.

setelah Movius berhasil menyatakan temuan di Punung itu sebagai salah satu corak perkembangan kapak
perimbas di Asia Timur. Tradisi kapak perimbas yang ditemukan di Punung itu kemudian dikenal dengan
nama “Budaya Pacitan”. Budaya itu dikenal sebagaitingkat perkembangan budaya batu awal di Indonesia.
Kapak perimbas itu tersebar di wilayah Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Bali,
Flores, dan Timor. Daerah Punung merupakan daerah yang terkaya akan kapak perimbas dan hingga saat
ini merupakan tempat penemuan terpenting di Indonesia. Pendapat para ahli condong kepada jenis
manusia Pithecanthropus atau keturunan-keturunannya sebagai pencipta budaya Pacitan. Pendapat ini
sesuai dengan pendapat tentang umur budaya Pacitan yang diduga dari tingkat akhir Plestosin Tengah
atau awal permulaan Plestosin Akhir.

b. Kebudayaan Ngandong

Kebudayaan Ngandong berkembang di daerah Ngandong dan juga Sidorejo, dekat Ngawi. Di daerah ini
banyak ditemukan alat-alat dari batu dan juga alat-alat dari tulang. Alat-alat dari tulang ini berasal dari
tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan digunakan sebagai penusuk atau belati. Selain itu,
ditemukan juga alat-alat seperti tombak yang bergerigi. Di Sangiran juga ditemukan alat-alat dari batu,
bentuknya indah seperti kalsedon. Alatalat ini sering disebut dengan flake. Sebaran artefak dan peralatan

15
Sejarah Indonesia Kelas X

paleolitik cukup luas sejak dari daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara
Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Halmahera.

Gambar 1.26 Artefak jenis flake


Gambar 1.25 Artefak dari tulang

Gambar 1.27 Artefak yang ditemukan di situs Ngebung

2. Antara Pantai dan Gua


Zaman batu terus berkembang memasuki zaman batu madya atau batu tengah yang dikenal zaman
Mesolitikum. Hasil kebudayaan batu madya ini sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan
zaman Paleolitikum (batu tua). Sekalipun demikian, bentuk dan hasil-hasil kebudayaan zaman
Paleolitikum tidak serta merta punah tetapi mengalami penyempurnaan. Bentuk flake dan alat-alat dari
tulang terus mengalami perkembangan. Secara garis besar kebudayaan Mesolitikum ini terbagi menjadi
dua kelompok besar yang ditandai lingkungan tempat tinggal, yakni di pantai dan di gua.
a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger.
Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding dapat diartikan
sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia,
kjokkenmoddinger merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan
kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra
Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Dengan
kjokkenmoddinger ini dapat memberi informasi bahwa manusia

16
Sejarah Indonesia Kelas X

purba zaman Mesolitikum umumnya bertempat tinggal di tepi


pantai. Pada tahun 1925 Von Stein Callenfals melakukan penelitian
di bukit kerang itu dan menemukan jenis kapak genggam (chopper)
yang berbeda dari chopper yang ada di zaman Paleolitikum. Kapak
genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai Sumatra Timur
ini diberi nama pebble atau lebih dikenal dengan Kapak Sumatra.
Kapak jenis pebble ini terbuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya
dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan sesuai dengan
keperluannya. Di samping kapak jenis pebble juga ditemukan jenis
kapak pendek dan jenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling).
Di Jawa batu pipisan ini umumnya untuk menumbuk dan
menghaluskan jamu.

Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 1.28 Kjokkenmoddinger yang terdapat di Pulau Bintan, Kep. Riau

Gambar 1.30 Kapak Genggam


Gambar 1.29 Batu Pipisan

b. Kebudayaan Abris Sous Roche


Kebudayaan abris sous roche merupakan hasil kebudayaan
yang ditemukan di gua-gua. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia
purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-gua. Kebudayaan
ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfels di

17
Sejarah Indonesia Kelas X

Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo. Penelitian dilakukan tahun


1928 sampai 1931. Beberapa hasil teknologi bebatuan yang
ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu penggilingan. Juga
ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris
sous roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro,
juga di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.

3. Mengenal Api

Bagi manusia, api merupakan faktor penting dalam


kehidupan. Sebelum ditemukan teknologi listrik, aktivitas manusia
sehari-hari hampir dapat dipastikan tidak dapat terlepas dari api
untuk memasak. Pelajaran dan pengetahuan apa yang kamu
peroleh melalui uraian tersebut.

Bagi manusia purba, proses penemuan api merupakan


bentuk inovasi yang sangat penting. Berdasarkan data arkeologi,
penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000 tahun yang lalu.
Penemuan pada periode manusia Homo erectus. Api digunakan
untuk menghangatkan diri dari cuaca dingin. Dengan api kehidupan
menjadi lebih bervariasi dan berbagai kemajuan akan dicapai.
Teknologi api dapat dimanfaatkan manusia untuk berbagai hal.
Di samping itu penemuan api juga memperkenalkan manusia
pada teknologi memasak makanan, yaitu memasak dengan cara

Sumber : Harry Widianto dan Truman Simanjuntak. 2011. Jejak Langkah Setelah Sangiran. Jawa Tengah: Balai
Pelastarian Situs Manusia Purba Sangiran.
Gambar 1.31 Sisa-sisa pembakaran

membakar dan menggunakan


bumbu dengan ramuan
tertentu. Manusia juga
menggunakan api sebagai
senjata. Api pada saat itu
digunakan manusia untuk

18
Sejarah Indonesia Kelas X

menghalau binatang buas


yang menyerangnya. Api
dapat juga dijadikan sumber
penerangan. Melalui
pembakaran pula manusia
dapat menaklukkan alam,
seperti membuka lahan
untuk garapan dengan cara
membakar hutan. Kebiasaan
bertani dengan menebang lalu bakar (slash and burn) adalah
kebiasaan kuno yang tetap berkembang sampai sekarang.
Pada awalnya pembuatan api dilakukan dengan cara membenturkan
dan menggosokkan benda halus yang mudah terbakar dengan
benda padat lain. Sebuah batu yang keras, misalnya batu api, jika
dibenturkan ke batuan keras lainnya akan menghasilkan percikan
api. Percikan tersebut kemudian ditangkap dengan dedaunan
kering, lumut atau material lain yang kering hingga menimbulkan
api. Pembuatan api juga dapat dilakukan dengan menggosok suatu
benda terhadap benda lainnya, baik secara berputar, berulang,
atau bolak-balik. Sepotong kayu keras misalnya, jika digosokkan
pada kayu lainnya akan menghasilkan panas karena gesekan itu
kemudian menimbulkan api.
Penelitian-penelitian arkeologi di Indonesia sejauh ini belum
menemukan sisa pembakaran dari periode ini. Namun bukan
berarti manusia purba di kala itu belum mengenal api. Sisa api
yang tertua ditemukan di Chesowanja, Tanzania, dari sekitar 1,4
juta tahun lalu, yaitu berupa tanah liat kemerahan bersama dengan
sisa tulang binatang. Akan tetapi belum dapat dipastikan apakah

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam
Arus Sejarah, Jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Gambar 1.32 Gambaran hunian manusia purba

manusia purba membuat api atau mengambilnya dari sumber api


alam (kilat, aktivitas vulkanik, dll). Hal yang sama juga ditemukan
di China (Yuanmao, Xihoudu, Lantian), di mana sisa api berusia
sekitar 1 juta tahun lalu. Namun belum dapat dipastikan apakah
itu api alam atau buatan manusia. Teka-teki ini masih belum dapat

19
Sejarah Indonesia Kelas X

terpecahkan, sehingga belum dipastikan apakah bekas tungku api


di Tanzania dan Cina itu merupakan hasil buatan manusia atau
pengambilan dari sumber api alam.

4. Sebuah Revolusi

Sumber: Taufik Abdullah dan A.B Lapian


Sumber: Taufik Abdullah dan A.B Lapian
(ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah.
(ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah.
jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.
jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Gambar 1.33 Kapak persegi Gambar 1.34 Batu asahan

Perkembangan zaman batu yang dapat


dikatakan paling penting dalam kehidupan
manusia adalah zaman batu baru atau neolitikum.
Pada zaman neolitikum yang juga dapat dikatakan
sebagai zaman batu muda. Pada zaman ini telah
terjadi “revolusi kebudayaan”, yaitu terjadinya
perubahan pola hidup manusia. Pola hidup food
gathering digantikan dengan pola food producing.
Hal ini seiring dengan terjadinya perubahan jenis
pendukung kebudayannya. Pada zaman ini telah
hidup jenis Homo sapiens sebagai pendukung
kebudayaan zaman batu baru. Mereka mulai
mengenal bercocok tanam dan beternak sebagai
proses untuk menghasilkan atau memproduksi
bahan makanan. Hidup bermasyarakat dengan
bergotong royong mulai dikembangkan. Hasil
kebudayaan yang terkenal di zaman neolitikum
ini secara garis besar dibagi menjadi dua tahap
perkembangan.

a. Kebudayaan Kapak Persegi

20
Sejarah Indonesia Kelas X

Gambar 1.35 Kapak persegi

Nama kapak persegi berasal dari


penyebutan oleh von Heine Geldern. Penamaan
ini dikaitkan dengan bentuk alat tersebut. Kapak
persegi ini berbentuk persegi panjang dan ada
juga yang berbentuk trapesium. Ukuran alat ini
juga bermacam-macam. Kapak persegi yang
besar sering disebut dengan beliung atau pacul
(cangkul), bahkan sudah ada yang diberi tangkai
sehingga persis seperti cangkul zaman sekarang.
Sementara yang berukuran kecil dinamakan tarah
atau tatah. Penyebaran alat-alat ini terutama
di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti
Sumatra, Jawa dan Bali. Diperkirakan sentrasentra
teknologi kapak persegi ini ada di Lahat
(Palembang), Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya
(Jawa Barat), kemudian Pacitan-Madiun, dan di
Lereng Gunung Ijen (Jawa Timur). Yang menarik,
di Desa Pasirkuda dekat Bogor juga ditemukan
batu asahan. Kapak persegi ini cocok sebagai alat
pertanian.
b. Kebudayaan Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong ini disesuaikan
dengan bentuk penampang alat ini yang
berbentuk lonjong. Bentuk keseluruhan alat
ini lonjong seperti bulat telur. Pada ujung yang
lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah
sehingga tajam. Kapak yang ukuran besar sering disebut walzenbeil
dan yang kecil dinamakan kleinbeil. Penyebaran jenis kapak lonjong
ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur, misalnya di
daerah Papua, Seram, dan Minahasa.

21
Sejarah Indonesia Kelas X

Gambar 1.37 Perhiasan Batu Gambar 1.38 Nekara

Pada zaman Neolitikum, di samping


berkembangnya jenis kapak batu juga ditemukan
barang-barang perhiasan, seperti gelang dari batu,
juga alat-alat gerabah atau tembikar.
Perlu kamu ketahui bahwa manusia purba
waktu itu sudah memiliki pengetahuan tentang
kualitas bebatuan untuk peralatan. Penemuan
dari berbagai situs menunjukkan bahan yang
paling sering dipergunakan adalah jenis batuan
kersikan (silicified stones), seperti gamping
kersikan, tufa kersikan, kalsedon, dan jasper. Jenisjenis
batuan ini di samping keras, sifatnya yang
retas dengan pecahan yang cenderung tajam
dan tipis, sehingga memudahkan pengerjaan.
Di beberapa situs yang mengandung fosil-fosil
kayu, seperti di Kali Baksoka (Jawa Timur) dan
Kali Ogan (Sumatra Selatan) tampak ada upaya
pemanfaatan fosil untuk bahan peralatan. Pada
saat lingkungan tidak menyediakan bahan yang
baik, ada kecenderungan untuk memanfaatkan
batuan yang tersedia di sekitar hunian, walaupun
kualitasnya kurang baik. Contoh semacam ini
dapat diamati pada situs Kedunggamping di
sebelah timur Pacitan, Cibaganjing di Cilacap,
dan Kali Kering di Sumba yang pada umumnya
menggunakan bahan andesit untuk peralatan.

c. Perkembangan Zaman Logam


Mengakhiri zaman batu masa Neolitikum maka dimulailah
zaman logam. Sebagai bentuk masa perundagian. Zaman logam

22
Sejarah Indonesia Kelas X

di Kepulauan Indonesia ini agak berbeda bila dibandingkan dengan

yang ada di Eropa. Di Eropa zaman logam ini mengalami tiga fase,
zaman tembaga, perunggu dan besi. Di Kepulauan Indonesia hanya
mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu merupakan
fase yang sangat penting dalam sejarah. Beberapa contoh bendabenda
kebudayaan perunggu itu antara lain: kapak corong, nekara,
moko, berbagai barang perhiasan. Beberapa benda hasil kebudayaan
zaman logam ini juga terkait dengan praktik keagamaan misalnya
nekara.
5. Konsep Ruang pada Hunian (Arsitektur)
Menurut Kostof, arsitektur telah mulai ada pada saat manusia
mampu mengolah lingkungan hidupnya. Pembuatan tanda-tanda di alam
yang membentang tak terhingga itu untuk membedakan dengan wilayah
lainnya. Tindakan untuk membuat tanda pada suatu tempat itu dapat
dikatakan sebagai bentuk awal dari arsitektur. Pada saat itu manusia sudah
mulai merancang sebuat tempat.
Bentuk arsitektur pada masa pra-aksara dapat dilihat dari tempat
hunian manusia pada saat itu. Mungkin kita sulit membayangkan atau
menyimpulkan bentuk rumah dan bangunan yang berkembang pada
masa pra-aksara saat itu. Dari pola mata pencaharian manusia yang sudah
mengenal berburu dan melakukan pertanian sederhana dengan ladang
berpindah memungkinkan adanya pola pemukiman yang telah menetap.
Gambar-gambar dinding goa tidak hanya mencerminkan kehidupan sehari-

Gambar 1.39 Lukisan tangan di dalam dinding goa

hari, tetapi juga kehidupan spiritual. Cap-cap tangan dan lukisan di goa
yang banyak ditemukan di Papua, Maluku, dan Sulawesi Selatan dikaitkan
dengan ritual penghormatan atau pemujaan nenek moyang, kesuburan,
dan inisiasi. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan
pada jenis binatang yang diburu atau binatang yang digunakan untuk
membantu dalam perburuan. Anjing adalah binatang yang digunakan
oleh manusia pra-aksara untuk berburu binatang.
Bentuk pola hunian dengan menggunakan penadah angin,
menghasilkan pola menetap pada manusia masa itu. Pola hunian itu
sampai saat ini masih digunakan oleh Suku Bangsa Punan yang tersebar di
Kalimantan. Bentuk hunian itu merupakan bagian bentuk awal arsitektur
di luar tempat hunian di goa. Secara sederhana penadah angin merupakan
suatu konsep tata ruangan yang memberikan secara implisit memberikan
batas ruang. Pada kehidupan dengan masyarakat berburu yang masih
sangat tergantung pada alam, mereka lebih mengikut ritme dan bentuk
geografis alam. Dengan demikian konsep ruang mereka masih kurang
bersifat geometris teratur. Pola garis lengkung tak teratur seperti aliran
sungai, dan pola
spiral seperti route

23
Sejarah Indonesia Kelas X

yang ditempuh
mungkin adalah citra
pola ruang utama
mereka. Ruang
demikian belum
mengutamakan
arah utama. Secara
sederhana dapatlah
kita lihat bahwa,
pada masa praaksara
konsep tata
ruang, atau yang
saat ini kita kenal
dengan arsitektur itu
sudah mereka kenal.

Gambar 1.40 Pola Lukisan tangan yang ditemukan di Indonesia

24

Anda mungkin juga menyukai