Anda di halaman 1dari 21

KEHIDUPAN MANUSIA PRAAKSARA INDONESIA

A.TEORI ASAL – USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA


Hingga sekarang, sebagian besar dari bangsa Indonesia mungkin masih belum
benar-benar paham tentang asal-usul nenek moyang kita. Tapi walaupun begitu,
sebuah pemahaman muncul bahwa bangsa Indonesia sebagian besar berasal
dari kawasan Indochina. Nah, sebenarnya ada 4 teori asal usul nenek moyang
bangsa Indonesia yang dicetuskan oleh beberapa ahli. Mulai dari yang berasal
dari dalam negeri sampai yang berasal dari luar negeri. Sebagai generasi bangsa
pastinya kita harus mengetahui bagaimana sejarah dari teori asal-usul nenek
moyang Indonesia. Hal tersebut bertujuan agar kita bisa belajar lebih banyak hal
mengenai perkembangan corak hidup para leluhur bangsa Indonesia. Kita juga
mungkin lebih populer dengan sejarah bangsa sendiri, mulai dari penjajahan
Belanda hingga akhirnya negara ini merdeka. Pada artikel kali ini, kita akan
membahas mengenai empat teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia
1. Teori Yunan
Teori Yunan adalah sebuah teori yang mengungkapkan asal usul nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah Tiongkok, tepatnya di wilayah
Yunan. Mereka percaya bahwa nenek moyang Indonesia sudah meninggalkan
wilayah Yunan di sekitar hulu sungai Salween dan juga Sungai Mekong yang
mempunyai tanah subur. Hal itu diperkirakan karena bencana alam dan juga
serangan suku bangsa lain, maka dari itu mereka bergerak untuk berpindah
tempat tinggal.
Nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai kebudayaan kelautan yang
cukup baik, yaitu sebagai penemu model asli perahu bercadik yang menjadi ciri
khas dari kapal-kapal bansa Indonesia pada waktu itu. Penduduk Austronesia
yang masih termasuk ke dalam wilayah kepulauan Nusantara ini kemudian
menetap dan pada akhirnya disebut sebagai bangsa Melayu Indonesia.
Orang-orang itulah yang menjadi nenek moyang langsung dari bangsa
Indonesia sekarang. Para ahli yang sepakat dengan teori ini adalah J.R. Logon,
R.H Geldern, J.H.C Kern, dan J.R. Foster. Adapun dasar utama dari teori Yunan
adalah ditemukannya kapak tua di wilayah Nusantara yang mempunyai ciri khas
yang sama dengan kapak tua yang ada di wilayah Asia Tenggara. Penemuan
tersebut menandakan bahwa ada proses migrasi manusia di wilayah Asia
Tenggara menuju kepulauan Nusantara. Adanya migrasi manusia ini disebabkan
oleh faktor terdesak oleh bangsa yang lebih kuat. Berdasarkan kejadian
tersebut, teori Yunan ini menandakan bahwa ada tiga gelombang kedatangan
tersebut, antara lain, Proto Melayu, Deutro Melayu, dan Melanesoid.
Hal-hal yang mendasari teori Yunan selanjutnya adalah dengan
ditemukannya kesamaan bahasa yang dipakai masyarakat di kepulauan
Nusantara dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kamboja, yaitu
bahasa Melayu Polinesia. Fenomena tersebut menandakan bahwa orang-orang
Kamboja berasal dari Yunan dengan cara menyusuri Sungai Mekong.Arus
migrasi atau perpindahan itu kemudian diteruskan ketika sebagian besar
mereka melanjutkan pergerakan tersebut hingga ke wilayah kepulauan
Nusantara. Sehingga, kesamaan bahasa Melayu dengan bahasa Cham di
Kamboja menandakan bahwa ada hubungan dengan dataran Yunan. Selain itu,
teori ini juga didukung oleh para ahli di dalam negeri yaitu Moh. Ali yang
mengatakan bahwa teori asal usul nenek moyang bangsa Indonesia ini adalah
manusia yang berasal dari Yunan. Hal itu didasari oleh adanya dugaan
perpindahan atau migrasi orang-orang yang ada di daerah Mongol ke selatan
karena terdesak dengan bangsa lainnya, terutama bangsa yang lebih kuat
ataupun yang saat itu berkuasa.
2.Teori Nusantara
Teori Nusantara adalah salah satu teori dalam persebaran manusia yang ada
di Indonesia. Dimana teori ini mengatakan bahwa asal-usul manusia yang
menghuni wilayah Nusantara ini tidak berasal dari luar, tapi mereka sudah hidup
dan berkembang di wilayah Indonesia itu sendiri. Teori ini juga didukung oleh
sarjana-sarjana seperti J.Crawford, K.Himly, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Gorys
Keraf. Namun, tampaknya teori yang satu ini kurang populer dan kurang banyak
diterima oleh masyarakat Indonesia. Untuk dasar teori nusantara sendiri yaitu:
a. Bahasa Melayu dan Bahasa Jawa memiliki tingkat peradaban yang sangat
tinggi. Taraf tersebut hanya bisa dicapai setelah adanya perkembangan budaya
yang lama. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang Melayu tidak berasal dari
mana-mana, namun berasal dan berkembang di wilayah Nusantara.
b. K. Himly tidak setuju dengan pendapat yang mengungkapkan bahwa Bahasa
Melayu serumpun dengan Bahasa Champa atau Kampuchea Baginya,
persamaan yang berlaku di kedua bahasa ini adalah sebuah fenomena yang
sifatnya “kebetulan”.
c. Manusia Kuno Homo Soloensis dan Homo Wajakensis yang ada di Pulau Jawa.
Penemuan manusia kuno ini di Pulau Jawa menunjukkan bahwa ada
kemungkinan orang Melayu keturunan dari manusia kuno tersebut, yaitu
berasal dari Pulau Jawa.
d. Bahasa yang berkembang di Nusantara adalah rumpun Bahasa Austronesia,
memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan bahasa yang berkembang di Asia
Tengah, yakni bahasa Indo Eropa.
3. Teori Out Of Taiwan
Teori Out of Taiwan adalah teori yang mengungkapkan bahwa nenek moyang
masyarakat Indonesia berasal dari Taiwan atau Kepulauan Famosa. Hal itu
dikaitkan dengan adanya pendatang dengan tutur Austronesia yang menjelajahi
wilayah barat Madagaskar, timur Pulau Paskah, dan Taiwan serta Mikronesia di
utara. Selanjutnya mereka juga bermigrasi ke Indonesia melalui Filipina ke
Sulawesi dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan jurnal
Budaya Austronesia di Indonesia Bagian Barat dalam Kaitannya dengan Migrasi
Out of Taiwan karya Ketut Wiradnyana, persebaran itu terbagi menjadi dua alur.
Ada yang berjalan ke arah barat, yakni ke Kalimantan, Sumatra, Jawa, Bali,
dan Nusa Tenggara Timur. Alur perjalanan mereka di Indonesia bagian barat
dikaitkan dengan adanya sebaran beliung persegi. Sedangkan alur lainnya, yaitu
dari Sulawesi ke Indonesia bagian timur. Perjalanan ini dikaitkan dengan
sebaran kapak lonjong dan gerabah slip merah.
Adapun kebudayaan pendatang tersebut yang paling berpengaruh yakni
budaya maritim. Hal itu karena para pendatang mempunyai latar belakang
sebagai pelaut yang kerap berpindah-pindah pulau. Selain itu ada juga budaya
membuat gerabah, beternak hewan, bercocok tanam, dan menenun.
4. Teori Out Of Africa
Teori out of Africa ini merupakan teori asal usul nenek moyang bangsa
Indonesia yang lebih berbeda dari versi teori lainnya. Dimana teori yang satu ini
mengungkapkan bahwa asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
Afrika. Anggapan ini berasal dari kajian ilmu genetika melalui penelitian DNA
mitokondria gen perempuan dan juga gen laki-laki. Mereka kemudian
bermigrasi dari Afrika sampai ke wilayah Australia yang sudah mendekati
wilayah Nusantara. Teori ini kemudian mengungkapkan sebuah anggapan
bahwa bangsa Afrika telah bermigrasi atau melakukan perpindahan menuju Asia
Barat pada 50.000 -70.000 tahun yang lalu. Di sekitar tahu itu, Bumi sedang
memasuki akhir zaman glasial, yaitu saat permukaan air laut menjadi lebih
dangkal karena air masih berbentuk gletser.
Pada saat itu memang memungkinkan manusia untuk menyeberangi lautan
hanya dengan memakai perahu sederhana. Perpindahan bangsa Afrika ke
wilayah Asia kemudian terpecah menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok
yang tinggal sementara di wilayah Timur Tengah atau Asia Barat Daya dan ada
juga kelompok yang bermigrasi dengan melewati Pantai Semenanjung Arab
menuju ke Asia Timur, India, Australia, termasuk juga Indonesia.Fenomena
tersebut diperkuat lagi dengan penemuan sebuah fosil laki-laki di bagian
wilayah Lake Mungo. Tak hanya itu saja, ada juga dua jalur yang diperkirakan
menjadi wilayah yang ditempuh oleh bangsa Afrika pada masa itu, yaitu jalur
untuk menuju ke Lembah Sungai Nil. Wilayah tersebut melintasi Semenanjung
Sinai, kemudian ke bagian utara melewati Arab Levant dan juga jalur yang
melewati Laut Merah.
B.Proses Migrasi Ras Proto Melayu, Deutro Melayu dan Melanosoid ke
Indonesia
1.Ras Proto Melayu
Bangsa Proto Melayu merupakan nenek moyang bangsa Indonesia yang
datang ke Nusantara sekitar 1500 SM.Kedatangan bangsa Proto Melayu ke
Nusantara melalui dua jalur, yakni jalur barat dan jalur timur.
Bangsa Proto Melayu atau Melayu Tua memiliki kebudayaan yang lebih maju
dibandingkan dengan penghuni Nusantara saat itu.Buktinya adalah banyaknya
peralatan yang terbuat dari batu yang dihaluskan.Salah satu peninggalan
peralatan dari bangsa Proto Melayu adalah kapak persegi yang banyak
ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantam, Bali, dan Sulawesi utara.
Jalur Barat
Bangsa Proto Melayu awalnya tersebar di Madagaskar sampai pada pulau
paling timur di Pasifik.Setelah itu, mereka bergerak memasuki Provinsi Yunan di
China Selatan dan bermigrasi ke Indocina, Siam, hingga ke Kepulauan
Indonesia.Bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia sekitar 1500 SM. Salah satu
jalur persebarannya adalah jalur barat.Rute perjalanan bangsa Proto Melayu
dari barat adalah melalui Semenanjung Melayu, lalu masuk ke Sumatera, dan
menyebar ke seluruh Indonesia.
Jalur Timur
Salah satu jalur persebaran Bangsa Proto Melayu di Nusantara adalah melalui
jalur timur. Adapun jalur timur migrasi Bangsa Proto Melayu adalah
melalui Filipina, kemudian masuk ke Sulawesi. Setelah masuk lewat Sulawei,
Bangsa Proto Melayu lalu menyebar ke seluruh wilayah Indonesia.
2. Ras Deutro Melayu
Jalur dan Proses Kedatangan.
Sebelumnya, bangsa Deutro Melayu ini berasal dari daerah Indochina atau
daerah Vietnam, Kamboja, dan Laos bagian utara. Menurut N. Daldjoeni (1984),
bangsa Deutro Melayu berasal dari Dongson di Vietnam Utara, sehingga
terkadang mereka ini disebut dengan orang-orang Dongson.
Kedatangan bangsa Deutro Melayu di Indonesia dimulai melalui jalur barat,
yaitu Malaya-Sumatera. Mereka berpindah dari Yunan menuju Teluk Tonkin,
kemudian bergerak ke arah Vietnam. Selanjutnya mereka menuju Semenanjung
Malaka, kemudian berlayar ke Pulau Sumatera. Hingga akhirnya mereka tiba di
Pulau Jawa. Suku yang termasuk dalam keturunan bangsa Deutro Melayu
meliputi suku Jawa, suku Melayu, suku Bugis, suku Aceh, suku Makassar, suku
Bali, dan suku Minangkabau.
Peninggalan Kebudayaan.
Bangsa Deutro Melayu telah memliki kebudayaan yang lebih tinggi, yaitu
kemampuan mengerjakan logam dengan sempurna. Barang-barang hasil
kebudayaan mereka semuanya terbuat dari logam. Hasil kebudayaan logam dari
bangsa Deutro Melayu di Indonesia berupa kapak corong, nekara, candrasa, dan
moko.
Sementara di bidang pengolahan tanah, mereka telah sampai pada upaya
irigasi pada lahan pertanian yang berhasil mereka kerjakan. Sebelumnya mereka
juga membabat hutan terlebih dahulu untuk dapat membuat lahan pertanian.
3. Ras Melanesoida
Ras Melanesoid merupakan salah satu ras yang mendiami Indonesia. Ras ini
banyak ditemukan di daerah Indonesia bagian timur, dengan ciri khas memiliki
kulit yang agak gelap.Penamaan Melanesoid berasal dari dua suku kata Yunani,
yaitu melano yang artinya gelap dan soid yang artinya penampilan.
Kedatangan ras Melanesoid.
Ras Melanesoid datang ke Indonesia pada sekitar 70.000 tahun SM saat
penghujung zaman es. Ras ini bermigrasi dari Asia ke Oceania, tepatnya ke
wilayah Papua dan benua Australia, yang saat itu masih menjadi satu daratan.
Selain ke wilayah Papua dan Australia, bangsa Melanesoid juga menyebar ke
beberapa wilayah, seperti Bismarck, Fiji, Solomon, Vanuatu, Papua Nugini. Di
Indonesia sendiri, persebarannya tertinggi dibandingkan dengan lainnya.
Diperkirakan terdapat 70 persen ras Melanesoid yang menempati wilayah
Papua. Adapun 30 persen lainnya ditemukan di sekitar Papua, misalnya di Papua
Nugini. Proses persebaran ini juga disebabkan adanya migrasi yang dilakukan
penduduk Yunnan ke Nusantara pada 2.000 tahun SM. Dalam
perkembangannya, ras Melanesoid melakukan percampuran dengan ras Melayu
di Indonesia. Percampuran dari ras Melayu dengan ras Melanesoid sehingga
menjadi keturunan Melanesoid-Melayu sekarang ini banyak tersebar di wilayah
NTT dan Maluku.
Ciri-ciri Ras Melanesoid.
-Kulitnya berwarna gelap.
-Rambutnya kriting dan gelap.
-Bibirnya relatif tebal.
-Postur tubuhnya tegap.
-Hidung lebar.
-Tingginya sekitar 160 cm hingga 170 cm. Selain itu, dalam hal budaya, bangsa
Melanesoid sering menggunakan kapak genggam dan kapak perimbas dalam
kegiatan sehari-harinya. Kegunaannya adalah sebagai alat untuk memotong dan
berburu.
Peninggalan Ras Melanesoid.
Bangsa Melanesoid memiliki beberapa peninggalan budaya, seperti
contohnya dalam hal mata pencaharian. Biasanya, mata pencaharian penduduk
yang tinggal di daerah pantai adalah berburu ikan. Mereka juga memiliki tempat
tinggal berbentuk panggung. Sedangkan ras Melanesoid yang tinggal di sungai,
rawa, danau, dan lembah, pada umumnya bermata pencaharian berburu dan
mengumpulkan hasil hutan. Lalu, bagi yang tinggal di dataran tinggi, biasanya
memiliki mata pencaharian sebagai peternak dan mengolah kebun. Ada pula
peralatan sehari-hari yang menjadi peninggalan ras Melanesoid, yaitu kapak
genggam, kapak perimbas, kapak penetak, dan alat serpih yang berasal dari
batu maupun tulang.

C. Corak Kehidupan Manusia Praaksara


Corak kehidupan masyarakatnya dapat kita klasifikasikan menjadi: Masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, Masa berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut, Masa Bercocok Tanam, dan Masa
Perundagian.
1.Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana.
Corak kehidupan pada masa ini disebut juga dengan budaya paleolithik.
Paleolitik berasal dari bahasa Yunani yaitu Paleo yang artinya tua dan lithos yang
berarti batu. Masa berburu dan mengmpulkan makanan tigkat sederhana
berlangsung pada Zaman Batu Tua, karena alat-alat yang digunakan manusia
pada masa ini masih sangat sederhana atau masih kasar. Masa ini berlangsung
diperkirakan sekitar 12.000 tahun yang lalu . Adapun manusia pendukung pada
masa paleolitikum yaitu meganthropus, pithecanthropus dan Homo.
Sosial-Ekonomi: Kehidupan ekonomi masyarakat pada masa ini ditandai
dengan berburu hewan dan mengumpulkan tumbuhan-tumbuhan yang bisa
dimakan (Food Gathering). Pada masa ini, kehidupan masyarakatnya masih
sangat bergantung pada alam.
Mereka selalu hidup berpindah-pindah (Nomaden) mengikuti sumber air,
hewan buruan ataupun sumber makanan mereka. Ada kalanya mereka
bermigrasi karena bencana alam, ancaman hewan ataupun ancaman kelompok
lainnya. Biasanya manusia pada zaman ini bertempat tinggal di sekitar sumber
air seperti sungai atau danau, karena tempat-tempat seperti itu sering
dikunjungi dan dilalui oleh hewan-hewan buruan mereka.
Kehidupan sosial masyarakat pada masa ini hidup dalam kelompok kecil untuk
berburu dan mengumpulkan makanan. Jumlah anggota kelompok diperkirakan
5-20 orang. Pada zaman purba populasi manusia masih sangat kecil, karena
kehidupan yang berat untuk bertahan hidup. Dalam kelompok terdapat
pembagian tugas kerja. Laki-laki biasanya melakukan perburuan. Sedangkan,
wanita bertugas mengumpulkan bahan makanan seperti buah, tumbuhan dan
juga merawat anak.
Budaya : Kebudayaan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat sederhana masih menggunakan alat-alat yang masih sangat
sederhana dan kasar. Hal ini dikarenakan perkembangan otak manusia pada
masa ini masih sangat primitif. Mereka hanya menggunakan alat dari batu, kayu
dan tulang binatang. Alat-alat yang ditemukan antara lain:
a) Kapak genggam. Kapak genggam adalah batu yang dipangkas di salah satu
sisinya sehingga memiliki ketajaman. Fungsi dari kapak genggam yaitu
untuk menggali umbi-umbian, memotong dan menguliti binatang.
b) Kapak Perimbas bentuknya hampir sama dengan kapak genggam namun
lebih besar karena fungsinya untuk merimbas kayu, memahat tulang serta
sebagai senjata. Kapak genggam dan kapak perimbas hampir tersebar di
seluruh Nusantara.
c) Alat Serpih (Flakes). Alat ini terbuat dari batu yang lebih kecil yang
berfungsi sebagai pisau, penyerut ataupun penusuk.

d) Alat-alat tulang dan tanduk juga digunakan manusia pada zaman ini.
Biasanya untuk mata tombak, penusuk ataupun pencungkil. Alat tulang
dan tanduk banyak di temukan di daerah Ngandong, Jawa Timur, maka
dari itu alat-alat ini disebut juga dengan hasil Kebudayaan Ngandong.
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Pada umumnya manusia purba pada masa berburu dan meramu memburu
binatang antara lain kerbau liar, rusa, gajah, banteng dan badak. Sedangkan
manusia purba yang hidup di sekitar pantai mereka berburu ikan dan
karang.Kegiatan berburu umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, tugas wanita
adalah mengumpulkan makanan yang tersedia di alam sekitar seperti ubi, buah-
buahan, daun-daunan dan kacang kedelai. Masa berburu dan meramu terjadi
pada zaman batu tua (Paleolithikum) dan berlangsung kurang lebih selama
600.000 tahun.
Pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini lingkungan sekitar manusia
purba masih liar, banyak gunung api meletus dan keadaan bumi masih labil.
Manusia purba yang hidup pada masa ini adalah Pithecanthrop dan Homo
Wajakensis.Peralatan yang digunakan umumnya merupakan alat-alat berburu.
Alat-alat tersebut digunakan untuk memotong daging dan tulang binatang
buruan, salah contoh alat itu adalah kapak perimbas. Kapak perimbas adalah
sejenis kapak yang terbuat dari batu dan tidak mempunyai tangkai.
Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini antara lain:
1. Kebutuhan untuk hidup sangat bergantung pada alam.
2. Manusia pada masa ini hidup secara nomaden (tempat tinggal berpindah-
pindah).
3. Alat-alat bantu yang digunakan dibuat dari batu yang masih kasar.
4. Meraka belum mengenal bercocok tanam.
5. Kenapa manusia purba hidup secara berpindah-pindah (nomaden)? Ada dua
hal yang mempengaruhinya yaitu:
Pergantian musim, pada saat musim kemarau menyebabkan hewan buruan
yang merupakan sumber makanan manusia purba berpindah tempat untuk
mencari sumber air yang lebih baikUmbi-umbian dan binatang buruan di sekitar
mulai berkurang
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut ini kehidupan manusia
prasejah sedikit lebih maju daripada masa sebelumnya namun kehidupan
mereka masih tergantung pada alam. Beberapa contoh alat yang digunakan
pada masa ini antara lain kapak perimbas, alat serpih (flakes) dan alat dari
tulang.
Ciri-ciri kehidupan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut antara lain:
Manusia purba yang tinggal dekat dengan pantai mencari makanan di laut yang
kemudian meninggalkan dapur sampah atau disebut juga Kjokenmoddinger.
Sudah mulai mengenal bercocok tanam namun masih sederhana (berpindah-
pindah tergantung kesuburan tanah)
Pada masa ini manusia prasejarah hidup secara berkelompok menempati gua-
gua secara semi-sedenter (tinggal cukup lama di suatu tempat). Gua-gua yang
dihuni umumnya pada bagian atasnya dilindungi karang atau disebut juga Abris
Sous Roche.
Pembagian tugas yaitu pria bertugas berburu dan wanita bertugas bercocok
tanam

3. Masa Bercocok Tanam


Corak Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam - Bercocok
tanam merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya masa berburu dan meramu.
Masa bercocok tanam ditandai dengan perubahan tradisi yang semula
mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan
(food producing).Kegiatan bercocok tanam ini mulai dilakukan setelah manusia
purba mulai menetap di suatu wilayah meskipun hanya bersifat sementara.
Selain bercocok tanam manusia purba juga beternak hewan seperti sapi,
kerbau, kambing, ayam, anjing dan kuda. Masa bercocok tanam dan beternak
ini diperkirakan terjadi pada zaman Mesolitikum. Sedangkan jenis manusia
purba yang hidup pada masa ini adalah homo sapiens yang berasal dari rumpun
melayu.
Pada masa bercocok tanam hutan belukar dimanfaatkan untuk dijadikan
ladang dengan menanam tanaman seperti padi, sukun, nangka, jagung, ketela,
pisang dan kedelai. Lama-kelamaan tanah sekitar tidak dapat ditanami lagi
sehingga mengharuskan berpindah mencari tanah yang lebih subur.

Sistem berlandang secara berpindah ini disebut juga bergumah. Kegiatan


seperti ini masih sering dijumpai di Indonesia seperti di pedalaman papua dan
kalimantan.
Adapun ciri-ciri kehidupan pada masa bercocok tanam dan beternak adalah
sebagai berikut:
a) Teknologi dalam menghasilkan alat kebutuhan telah berkembang.
b) Pada masa ini manusia purba sudah hidup menetap di suatu wilayah
secara berkelompok.
c) Alat bantu yang digunakan pada masa bercocok tanam antara lain kapak
lonjong, kapak persegi dan mata panah.
d) Sudah mengenal sistem barter yaitu perdagangan yang dilakukan dengan
tukar-menukar antara barang-dengan barang.
e) Manusia purba yang hidup dekat dengan perairan untuk transportasi
menggunakan perahu bercadik.
f) Sistem kepercayaan pada masa bercocok tanam
g) Pada masa ini manusia purba telah mengenal sistem kepercayaan. Sistem
kepercayaan manusia purba pada saat itu dibagi menjadi dua yaitu
kepercayaan animisme dan kepercayaan dinamisme.

4. Masa Perundagian
Masa Perundagian merupakan masa bercocok tanam tingkat lanjut. Jenis
manusia purba pada masa perundagian yaitu homo wajakensis dan homo
sapiens. Masa perundagian memiliki peran penting dalam perkembangan
sejarah di Indonesia, hal ini dikarenakan pada masa ini hubungan antar daerah-
daerah di sekitar kepulauan Indonesia sudah terjalin.
Masa perundagian ditandai dengan adanya keterampilan untuk membuat alat-
alat dari bahan perunggu. Alat tersebut berupa alat yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti bertani, peralatan upacara dan
berburu. Peningggalan masa perundagian seperti benda seni, peralatan hidup,
keaneragaman dan kekayaan budaya serta upacara adat menunjukan bahwa
kehidupan pada masa peundagian telah memiliki selera yang tinggi. Kehidupan
masyarakat pada masa itu makmur dan teratur.
Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari telah berkembangnya teknik
pertanian, hal ini mengakibatkan sektor pertanian mengalami perkembangan
yang pesat dan berdampak pada kemajuan perekonomian. Kemajuan
perekonomian ditandai dengan berkembangnya perdagangan dan perdagangan.
Aspek teknologi merupakan unsur yang penting pada masa perundagian
dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi, terutama ketika teknik
peleburan logam untuk membuat perkakas telah dikenal. Selain itu juga
teknologi untuk membuat gerabah juga mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin kompleks dan beragam
bentuk maupun motif hiasannya.
Dengan semakin kompleksnya aktivitas manusia dalam suatu kelompok, maka
memerlukan adanya suatu sistem pengawasan, sehingga konsep tentang
pimpinan dalam masyarakat semakin terlihat. Pada masa perundagian pola
kehidupan perkampungan atau desa-desa mengalami perkembangan semakin
besar, karena mulai bersatunya beberapa kampung.
Kemunculan perkampungan besar ini disebabkan karena semakin tingginya
frekuaensi perdagangan antar perkampungan dalam bentuk barter (tukar
menukar barang). Jenis barang yang diperdagangkan pun semakin beraneka
ragam karena perdagangan telah mencakup wilayah yang luas mencakup Asia
Tenggara.
Sistem Kepercayaan Pada Masa Perundagian
Sistem kepercayaan pada masa perundagian kurang lebih sama dengan sistem
kepercayaan pada masa sebelumnya yaitu Animisme dan Dinamisme.
Kehidupan beragama pada zaman perundagian juga mengalami perkembangan
yang pesat, dapat dilihat dari banyaknya bangunan megalitikum yang dibuat
sebagai tempat pemujaan dan penghormatan roh nenek moyang.

Ciri-ciri Masa Perundagian


1. Mahir membuat alat dari logam seperti gerabah, perhiasan dan alat bantu
2. Adanya pembagian kerja
3. Mampu membuat perkakas dari logam
4. Mengenal teknik bersawah yang baik (sistem pengaturan air)
5. Tempat hidup di daerah pegunungan atau dataran rendah
Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Pada Masa Perundagian
Mata pencaharian utama pada masa perundagian adalah bertani yang
dilakukan secara lebih teratur dan maju yaitu dengan menggunakan sistem
pengairan dan sistem teras dalam membuat sawah-sawah.
Peternakan pada zaman ini juga telah maju, hal ini dapat dibuktikan dengan
banyak ditemukan tulang hewan seperti kerbau, kudam babi, anjing dan unggas
di dalam situs-situs pemukiman.
Di bidang teknologi, pada masa perundagian juga mengalami kemajuan. Hal ini
ditandai dengan mulai diciptakannya benda yang bernilai ekonomis seperti
periuk, cawan, gerabah, tembikar dan aneka perhiasan.
Perkembangan perdagangan didorong oleh telah ditemukannya alat
transportasi air yaitu perahu bercadik. Perdagangan pada masa perundagian
adalah sistem tukar menukar barang atau barter.

D. Zaman Praaksara Berdasarkan Kebudayaan


Kehidupan zaman pra aksara bedasarkan hasil kebudayaan dibedakan menjadi
dua :
a. Zaman Batu
Yaitu zaman dimana semua peralatan dibuat dari batu. Periode ini berlangsung
sangat lama, diperkirakan selama ratusan ribu tahun. Oleh karena itu, para ahli
membagi Zaman Batu ke dalam empat periode, sebagai berikut.

i. Zaman Batu Tua (Palaeolithicum)


Zaman Paleolitikum diperkirakan berlangsung pada 600.000 tahun lalu. Pada
periode ini, alat-alat yang digunakan manusia purba terbuat dari batu kasar
yang belum dihaluskan, seperti kapak genggam atau chopper yang berfungsi
untuk memotong kayu atau membunuh binatang buruan.

Kondisi sosial Kehidupan masyarakat pada Zaman Batu Tua masih sangat
sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka bergantung pada
keadaan alam. Baca juga: Zaman Arkean: Pembagian dan Ciri-ciri Inti dari
kehidupan sehari-hari mereka adalah mengumpulkan bahan makanan dari alam
untuk dikonsumsi saat itu, atau disebut food gathering. Oleh karena itu, tempat
tinggal mereka berpindah-pindah atau nomaden, tergantung pada daerah yang
masih subur dan banyak menyediakan bahan makanan seperti binatang buruan.
Setelah bahan makanan di tempat tersebut habis, mereka akan berpindah
mencari tempat lain yang masih subur, begitu seterusnya.

Hasil kebudayaan Kebudayaan Zaman Paleolitikum secara umum dibagi


menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong, karena
peninggalannya banyak ditemukan di dua wilayah tersebut. Hasil Kebudayaan
Pacitan adalah kapak penetak (chopper) dan kapak perimbas. Sedangkan hasil
Kebudayaan Ngandong adalah alat-alat dari batu, tulang binatang, tanduk rusa,
dan flake.
Memiliki ciri-ciri :
a) Peralatan terbuat dari batu
b) Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat
serpih)
c) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu
d) Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)
e) Belum mengenal seni.

ii Zaman Batu Madya (mesolithicum)


Karakteristik Zaman Mesolitikum

Karakteristik zaman Mesolitikum di antaranya yaitu kebiasaan manusia purba


tinggal di tepi sungai atau laut, jika dibandingkan dengan manusia purba di
zaman Paleolitikum. Di sisi lain, manusia purba zaman Mesolitikum juga banyak
yang tinggal di gua.

Peninggalan Zaman Mesolitikum dan Kebudayaannya


Kebudayaan zaman Mesolitikum meninggalkan jejak di Sumatra, Jawa,
Kalimanta, Sulawesi, dan Flores. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
kebudayaan Mesolitikum meluas ke berbagai tempat di Indonesia. Pendukung
kebudayaan zaman batu tengah adalah Homo sapiens.Peninggalan zaman
Mesolitikum yang sangat terkenal adalah adanya kebudayaan
kjokkenmoddinger dan berkembangnya abris sous roche.

1.) Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari kata bahasa Denmark kjokken yang artinya
dapur dan modding yang artinya sampah. Dengan kata lain, kjokkenmoddinger
adalah sampah dapur atau sampah makanan dari manusia purba di zaman
Mesolitikum.

Kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput dan kerang yang


menggunung. Manusia purba zaman Mesolitikum saat itu tinggal di tepi pantai
dengan rumah-rumah bertonggak.

Manusia purba saat itu hidup dari makan siput dan kerang. Setelah isinya
diambil untuk dimakan, kulitnya dibuang begitu saja, sehingga dalam waktu
lama menjadi bukit kulit kerang. Kjokkenmoddinger ditemukan di depan Pantai
Sumatra Timur Laut, di antara Langsa di Aceh dan Medan di Sumatra Utara.

2.) Pebble
Pebble atau Kapak Sumatra ditemukan dari penelitian ahli arkeologi Pieter
Vincent van Stein Callenfels pada tahun 1925. Saat itu, Callenfels menemukan
kapak yang berbeda dengan chopper, yaitu kapak genggam dari zaman
Paleolitikum. Pebble culture banyak ditemukan di Sumatra Utara

3.) Batu Pipisan


Batu pipisan adalah batu bata penggiling beserta landasannya yang di zaman
kini akan berfungsi mirip cobek. Batu pipisan berguna untuk menggiling
makanan dan menghaluskan pewarna atau cat merah.

Cat tersebut diduga digunakan untuk kegiatan yang terkait kepercayaan.


Pipisan ditemukan di Sumatra Utara, Sampung di Ponorogo, Gua Prajekan
Besuki di Jawa Timur, dan Bukit Remis Aceh.

Memiliki ciri-ciri :
Peralatan terbuat dari batu

1) Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat
serpih)
2) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu
3) Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)
4) Ditemukannya Kjokkenmoddinger (bukit-bukit karang hasil sampah dapur)
5) ditemukannya Abris Sous Roche (gua-gua sebagai tempat tinggal)
6) Sudah mengenal seni (lukisan pada dinding gua berbentuk cap tangan
danbabi hutan)
7) Alat yang digunakan disebut peble/Kapak Sumatra.

iii. Zaman Batu Muda (neolithicum)


Zaman ini merupakan revolusi pada zaman prasejarah (terjadi perubahan yang
mendasar). Zaman Neolitikum atau Zaman Batu Muda adalah periode pada
masa prasejarah ketika manusianya menggunakan alat-alat dari batu yang telah
dihaluskan. Pada zaman ini dikatakan terjadi revolusi kebudayaan yang sangat
besar dalam peradaban manusia. Sebab, pada Zaman Neolitikum terjadi
perubahan yang cukup mendasar dari meramu atau food gathering menjadi
food producing alias membuat makanan sendiri. Masyarakatnya diduga telah
mengenal tradisi pertukaran barang atau dagang, beternak, dan
mengembangkan kebudayaan agraris walaupun dalam tingkatan yang masih
sangat sederhana. Selain itu, manusia purba yang hidup pada zaman ini telah
membangun tempat tinggal permanen seperti rumah sederhana, membuat
kerajinan. Sementara kehidupan sosial Zaman Neolitikum ditandai dengan
masyarakatnya yang telah mengembangkan gotong-royong, membuat aturan
hidup bersama, dan memiliki kepercayaan terhadap arwah.

Dan telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut :


1) Peralatan sudah dihaluskan, diberi tangkai.
2) Jenis alat yang digunakan kapak persegi dan lonjong.
3) Pakaiannya dari kulit kayu, perhiasannya dari batu dan manik.
4) Telah bertempat tinggal menetap (sedenter)
5) Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
6) Zaman Batu Besar (megalithicum)
Hasil kebudayaannya umumnya terbuat dari batu dalam ukuran besar. Hasil
benda-bendanya sebagai berikut :

1. Menhir yaitu tugu yang terbuat dari batu besar (untuk tempat memuja
arwah leluhur)
2. Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji
3. Kubur batu yaitu tempat menyimpan mayat.
4. Waruga yaitu kubur batu yang berbentuk kubus.
5. Sarkofagus yaitu kubur batu yang berbentuk lesung.
6. Punden berundak yaitu batu yang disusun berundak-undak (bertingkat)

iv. Zaman Batu Besar (megalithicum)


Pada periode ini, setiap bangunan yang didirikan oleh masyarakat sudah
mempunyai fungi yang jelas. Budaya megalitikum sendiri lebih mengarah pada
sebuah pemujaan terhadap roh leluhur.

Peninggalan zaman megalitikum


Peninggalan-peninggalan dari zaman megalitikum mempunyai bentuk
beraneka ragam. Begitu pula dengan ukurannya, ada yang pendek dan ada pula
yang tingginya mencapai delapan meter. Bangunan-bangunan megalitik pada
dasarnya menggunakan bahan dasar batu. Di Indonesia, peninggalan zaman
megalitikum dapat dijumpai di berbagai daerah, dari ujung Sumatera hingga
Timor-Timur. Situs megalitik di beberapa wilayah Indonesia biasanya juga
menunjukkan ciri khas tersendiri.

Berikut ini beberapa peninggalan zaman megalitikum di Indonesia.


1.Kubur Batu
Kubur batu adalah wadah penguburan mayat yang terbuat dari batu.
2.Menhir
Biasa disebut sebagai batu tegak, menhir adalah batu alam yang telah
dibentuk manusia untuk keperluan pemujaan atau untuk tanda penguburan.
3.Dolmen
Dolmen atau meja batu adalah peninggalan zaman megalitikum yang terdiri
dari sebuah batu besar yang ditopang oleh batu-batu berukuran lebih kecil
sebagai kakinya.

4.Sarkofagus
Sarkofagus adalah kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang
umumnya terdapat tonjolan pada ujungnya.
5.Waruga
Waruga adalah kubur batu yang bentuknya seperti rumah dan biasanya
ditemukan di daerah Minahasa.
6.Punden berundak
Benda peninggalam zaman megalithikum yang berbentuk anak tangga,
berfungsi sebagai pemujaan arwah nenek moyang dan dianggap suci,
dinamakan punden berundak. Arca batu Arca batu adalah pahatan berbentuk
manusia atau binatang yang dipercaya sebagai wujud dari nenek moyang.

b. Zaman Logam
Sebagai perkembangan dari zaman batu, manusia masuk ke zaman logam.
Sesuai dengan namanya, zaman logam adalah zaman berkembangnya peralatan
berbahan dasar logam. Masyarakat pada zaman ini sudah banyak yang
menggunakan bahan logam untuk keperluan sehari-hari. Mengapa zaman logam
dinamakan zaman perundagian? Hal ini karena dalam masyarakat terdapat
kaum undagi. Kata undagi berasal dari bahasa Bali, berarti seseorang atau
golongan masyarakat yang memiliki keterampilan jenis usaha tertentu. Misalnya
pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu. Zaman logam menjadi
masa akhir praaksara, di mana kehidupan manusia semakin kompleks. Mereka
telah pandai menghasilkan barang-barang logam, seperti sabit, cangkul, dan
lain-lain. Zaman ini dibedakan menjadi tiga yaitu :

i. Zaman Perunggu
Zaman Perunggu dikenal juga dengan Masa Perundagian. Istilah perundagian
berasal dari bahasa Bali undagi yang memiliki arti seseorang atau sekelompok
orang yang memiliki kepandaian atau keterampilan jenis usaha tersebut. Masa
Perundagian secara sederhana dimaknai sebagai zaman yang di dalamnya
terdapat orang-orang yang memiliki keahlian dalam mengolah logam,
khususnya perunggu. Penggunaan logam pada Masa Perundagian mengalami
perkembangan yang pesat. Meskipun begitu, penggunaan alat-alat dengan batu
tidak hilang maupun ditinggalkan.

Yaitu zaman dimana peralatan yang digunakan di buat dari perunggu, yaitu:
a. Nekara Yaitu genderang besar terbuat dari perunggu yang digunakan
untuk upacara mengundang hujan. Nekara terbesar ditemukan di
Bali yang disimpan di Pura Besakih yang disebut The Moon Of
Pejeng.
b. Moko yaitu genderang kecil terbuat dari perunggu yang digunakan
untuk upacara keagamaan atau mas kawin.
c. Kapak corong – kapak sepatu.
d. Arca perunggu berbentuk orang atau binatang.
e. Bejana perunggu berbentuk gitar spanyol tanpa tangkai.
f. Perhiasan perunggu berupa gelang, cincin, dan kalung.

Ciri-Ciri Zaman Perunggu di Indonesia


1.Manusia bertempat tinggal menetap dan memiliki keahlian kerja
2.Menghasilkan makanan dengan mengolah pertanian dan peternakan
3.Mata pencariannya beternak, bertani, berdagang, membuat perahu,
membuat benda dari tanah liat, batu, maupun logam
4.Mengenal sistem pembagian kerja
5.Mengenal kepercayaan dan sistem penguburan
6.Kepadatan penduduk meningkat
7.Jumlah orang yang mencapai usia tua meningkat

ii. Zaman Tembaga


Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, setelah mengalami zaman
perunggu Indonesia memasuki zaman besi.

iii. Zaman Besi


Zaman besi merupakan bagian terakhir dari Zaman Logam atau setelah era
Zaman Batu dalam sejarah peradaban manusia. Lantas, apa saja ciri-ciri, hasil
kebudayaan, dan barang-barang peninggalan manusia pada Zaman Besi?
Periodesasi berlangsungnya Zaman Besi berbeda-beda di berbagai belahan
bumi. Di beberapa bagian Eropa, misalnya, zaman ini dimulai sejak abad ke-6
Sebelum Masehi (SM), di Asia Tengah termasuk India dimulai abad ke-11 SM,
sedangkan di kawasan Timur Tengah dimulai sejak abad ke-12 SM. Zaman Besi
terjadi pada masa Sebelum Masehi atau yang sering juga disebut zaman
prasejarah alias zaman praaksara. Zaman praaksara merupakan suatu masa di
mana manusia sebagai masyarakat yang menetap di suatu wilayah masih belum
mengenal tulisan.

Kehidupan manusia (manusia purba) pada Zaman Besi dapat dikatakan telah
beragam karena banyak terdapat perubahan baik dari sistem ekonomi, sosial,
maupun religi. Maka dari itu, terdapat ciri-ciri Zaman Besi yang di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Adanya pemimpin dan kelompok sosial.
2. Manusia sudah hidup bermasyarakat dan menetap.
3. Manusia sudah memiliki teknik membuat alat-alat, dari kayu, batu,
maupun logam.
4. Manusia sudah mampu mengolah besi. Manusia sudah dapat
mengembangkan sistem pertanian sederhana dan memproduksi pangan.
Hasil kebudayaan pada Zaman Besi di antaranya adalah terbentuknya
komunitas atau masyarakat, munculnya kepercayaan, kemampuan bercocok
tanam, hingga kebisaan mengolah besi menjadi peralatan yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kebudayaan atau peradaban manusia pada Zaman Besi juga mewariskan


sejumlah barang-barang peninggalan, khususnya yang terbuat dari logam atau
besi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Mata Panah
Mata panah yang terbuat dari besi biasanya digunakan untuk berburu.
2. Mata Pisau
Mata pisau dari Zaman Besi merupakan pengembangan alat serupa dari masa
sebelumnya yang terbuat dari batu atau kayu. Mata pisau dari Zaman Besi
terbuat dari besi dan biasanya digunakan sebagai peralatan sehari-haru
ataupun sebagai alat untuk mempertahankan diri.
3. Mata Sabit
Mata sabit sebenarnya hampir mirip dengan mata pisau. Namun, ada
perbedaan dari sisi bentuk dan kegunaannya secara khusus. Mata sabit
biasanya digunakan sebagai alat bercocok tanam, atau untuk mencari rumput
pakan ternak.
4. Cangkul
Cangkul sederhana yang terbuat dari paduan kayu sebagai gagang dan besi
sebagai ujungnya sudah dikenal sejak Zaman Besi. Sama seperti mata sabit,
cangkul juga digunakan untuk kepentingan bertani, berkebun, alias bercocok-
tanam.

5. Pedang
Pedang pada Zaman Besi diciptakan sebagai alat mempertahankan diri, baik
dari ancaman binatang buas maupun sebagai senjata ketika terjadi pertikaian
dengan komunitas manusia lainnya.
6. Perhiasan
Besi juga bisa dijadikan sebagai bahan membuat perhiasan. Manusia pada
Zaman Besi sudah mengenal perhiasan sehingga logam, termasuk besi, bisa
digunakan sebagai bahan untuk membuat gelang, kalung, cincin, atau jenis
perhiasan lainnya.

Demikianlah materi yang dapat kami sampaikan mengenai “ Kehidupan


Manuusia Praaksara di Indonesia” Apabila ada kesalahan penulisan kami
minta maaf. Terimakasih telah menyimak materi dari kami.

Anggota Kelompok :

1. Abner Sembiring
2. Aditya Kusuma
3. Ibrahimmovic Arief Setiawan
4. Iqbal Afif Robbani
5. Raihan Ibnu Waluyo
6. Satria Agung Laksono

Anda mungkin juga menyukai