Anda di halaman 1dari 5

TEORI YUNAN

KELOMPOK 1 :

Artha Deva Dwiangga Putra (01)

Bargatul Laili (06)

Dzakiyatul Hikmah Wardani (08)

Firnanda Lafenia Putri (10)

Firzan Jaber Ardana (11)

Nafla Dzikrina Qolbiyanti (22)

Royhan Firdaus Imron (25)

SMA NEGERI 1 SUMENEP

TAHUN AJARAN 2021/2022

Teori Yunan
Teori Nenek Moyang Bangsa Indonesia yang pertama adalah teori yunan. Teori Yunan menyatakan
bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan yang berada di China Selatan.

Masyarakat Yunan yang ada dipercaya datang ke nusantara secara bergelombang ke Asia Tenggara
melalui berbagai sungai besar seperti Chao Phraya serta Mekhong yang kemudian berlanjut ke
kepulauan.

Kedatangan masyarakat Yunan ini sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu Proto Melayu dan juga Deutro
Melayu. Sebagai gelombang pertama, Proto Melayu datang ke nusantara sekitar tahun 3000 hingga
1500 SM. Bangsa ini membawa kebudayaan neolitikum ke Indonesia. Kedatangan bangsa ini sendiri
menurut kajian menggunakan perahu bercadik satu.

Sedangkan, gelombang dua yaitu bangsa Deutro Melayu datang pada tahun 1500 hingga 500 SM
membawa kebudayaan yang lebih modern dan pada saat itu mampu memperkenalkan perahu bercadik
dua.

Bangsa Proto Melayu memiliki ciri fisik seperti halnya ras Austronesia maupun Negroid berdasarkan
kajian yang ada. Sedangkan bangsa Deutro Melayu memiliki ciri fisik Melanesia maupun Mongoloid.

Berdasarkan kajian yang tersedia juga menyatakan mengenai perpindahan yang terjadi ke selatan ini
dipercaya karena adanya tekanan dari berbagai bangsa yang lebih kuat yang ada di wilayah utara.
Perpindahan yang terjadi dari wilayah utara ke selatan ini juga terjadi di berbagai daerah lainnya, seperti
Bangsa Arya yang mengalahkan Bangsa Dravida di Sungai Indus.

Asal Mula Teori Yunan

Mengenai awal mula nenek moyang bangsa Indonesia, terdapat empat teori besar yang dikemukakan
oleh para ahli dan yang menjadi salah satunya adalah Teori Yunan, yang seringkali diyakini serta umum
dijadikan sebagai acuan.

Pada Teori Yunan, dinyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan yang merupakan sebuah
daerah di China Selatan. Dimana teori tersebut didasari pada hasil temuan teknologi serta persamaan
bahasa yang ada dan menjadi alat untuk berkomunikasi.

Pada awalnya, seorang sejarawan yang juga dikenal sebagai seorang arkeolog asal Austria bernama
Robert Barron von Heine melakukan sebuah kajian mendalam mengenai kebudayaan megalitik di Asia
Tenggara dan Pasifik.

Melalui kajiannya tersebut, Robert barron von Heine mengemukakan dan menyimpulkan bahwa di masa
neolitikum atau tepatnya pada 2000 SM hingga 200 SM, terdapat sebuah bangsa yang melakukan
migrasi dalam beberapa gelombang yang bergerak dari Asia Utara menuju Asia Selatan.

Menurutnya, migrasi tersebut membuat banyak manusia purba yang pada akhirnya mendiami berbagai
pulau yang terbentang dari Madagaskar yang ada di Afrika hingga dengan Pulau Paskah yang ada di
Chile. Hasil kajian tersebutlah yang pada akhirnya melahirkan sebuah pemikiran mengenai nenek
moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.

Grameds juga dapa mempelajari mengenai sejarah umat manusia dari nenek moyang kita yang ada
paling awal hingga saat ini yaitu era media sosial melalui buku Sejarah Umat manusia karya Henrik
Willem Van Loon.

Dukungan Teori Yunan

Teori Yunan di dukung oleh beberapa ahli sejarah seperti Mohammad Ali, Robert Barron von Heine, dan
juga J. H. C. Kern.

Dikemukakan oleh Mohammad Ali pada kajiannya, bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan yang
terdesak melakukan pergerakan ke selatan. Hal tersebut dikarenakan masuknya berbagai suku lain yang
memiliki kedudukan yang lebih kuat.

Selain itu, ahli sejarah J. H. C. Kern juga mendukung teori tersebut. Menurut pendapatnya, bahasa yang
digunakan oleh orang yang tinggal di Kepulauan Indonesia masuk ke dalam rumpun bahasa Melayu
Polinesia atau juga yang dapat dikenal dengan bahasa Austronesia.

Pada teori Yunan sendiri, bahasa Melayu yang ada atau digunakan tersebut juga memiliki kemiripan
dengan berbagai bahasa lainnya seperti bahasa Champa, Vietnam, dan juga Kamboga. Sehingga dengan
kata lain, adanya kemiripan bahasa Melayu yang ada tersebut dengan berbagai bahasa lainnya
menandakan adanya pertalian dengan daratan Yunan.

Bukti Arkeologis

Von Heine Geldern pernah melakukan kajian terhadap kebudayaan megalitik di Asia Tenggara dan
Pasifik, menyimpulkan bahwa pada masa Neolitikum terjadi migrasi besar-besaran dari Asia Utara
menuju Asia Selatan.

Pernyataan tersebut didukung dengan temuan kapak lonjong dan kapak persegi di nusantara yang
memiliki kesamaan dengan temuan kapak di wilayah Asia Tengah. Hasil budaya berupa kapak persegi
menyebar dari daratan Asia dan banyak ditemukan di bagian barat Indonesia. Sedangkan kapak lonjong
banyak ditemukan di wilayah timur Indonesia.

Kedatangan ke Indonesia

Proses kedatangan atau perpindahan yang dilakukan oleh nenek moyang bangsa Indonesia tidak terjadi
secara langsung dalam satu periode waktu saja, namun perpindahan tersebut terjadi secara bertahap
dan berangsur.

Berdasarkan Teori Yunan yang ada, proses perpindahan yang ada dan terjadi oleh nenek moyang bangsa
Indonesia terbagi menjadi tiga gelombang, yaitu perpindahan orang Negrito, Proto Melayu, serta Deutro
Melayu.
Pada proses perpindahan gelombang pertama, yang melakukan migrasi adalah orang Negrito atau yang
dikenal sebagai Melanesoid. Kemudian gelombang kedua sendiri disusul oleh bangsa Proto Melayu atau
juga yang dikenal dengan Melayu Tua yang terjadi pada sekitar 2000 SM. Sedangkan gelombang ketiga
atau yang terakhir datang adalah bangsa Deutro Melayu atau yang dikenal sebagai Melayu Muda yang
terjadi pada sekitar 500 SM.

1. Proto Melayu atau Bangsa Melayu Tua

Yang pertama yaitu Proto Melayu atau yang dikenal sebagai Bangsa Melayu Tua merupakan orang-orang
Austronesia yang berasal dari Asia yang pertama kali datang ke nusantara tepatnya pada sekitar tahun
1500 SM.

Bangsa Melayu Tua ini datang ke Indonesia memasuki wilayah nusantara melalui dua jalur, yaitu jalur
barat dan juga jalur timur. Jalur barat merupakan jalur yang ditempuh melalui Malaysia hingga Sumatera
dan jalur timur merupakan jalur yang ditempuh melalui Filipina hingga Sulawesi.

Proto Melayu atau Bangsa Melayu Tua memiliki kebudayaan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
manusia purba. Kebudayaan yang ada pada bangsa Melayu Tua ini disebut sebagai kebudayaan batu
baru atau yang lebih dikenal dengan neolithikum, yang pembuatannya sudah dihaluskan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Van Heekeren di Kalumpang yang berlokasi di Sulawesi Utara, telah
terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dengan kapak lonjong yang dibawa oleh orang
Austronesia yang datang dari arah utara maupun melalui Filipina serta Sulawesi.

Suku bangsa Indonesia yang termasuk ke dalam anak dari keturunan bangsa Proto Melayu atau Bangsa
Melayu Tua ini adalah Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak
(Lombok), Suku Batak (Sumatera Selatan), Suku Nias (Pantai barat Sumatera Utara), dan Suku Rejang.

2. Deutro Melayu atau Bangsa Melayu Muda

Yang kedua yaitu Deutro Melayu atau yang dikenal sebagai Bangsa Melayu Muda yang terjadi pada
kurun waktu tahun 400 hingga 300 SM. Bangsa Deutro Melayu atau melayu muda ini berhasil mendesak
serta melakukan asimilasi dengan pendahulunya, yaitu bangsa proto melayu atau bangsa melayu tua.

Bangsa Deutron Melayu ini memasuki wilayah nusantara melalui jalur Barat yang ditempuh melalui rute
dari Yunan tepatnya Teluk Tonkin, Vietnam, semenanjung Malaysia, yang hingga pada akhirnya sampai
ke Indonesia.

Bangsa Deutro Melayu atau melayu muda ini memiliki kebudayaan yang lebih maju jika kita bandingkan
dengan bangsa Proto Melayu. Hal ini dikarenakan, bangsa ini sudah dapat membuat berbagai barang
yang terbuat dari perunggu serta besi. Beberapa contohnya seperti kapak corong, kapak serpatu, dan
nekara.
Selain adanya kebudayaan logam pada zaman tersebut, bangsa Melayu Muda atau Deutro Melayu ini
juga mengembangkan kebudayaan megalithikum, dimana terdapat tugu batu atau menhir, meja batu
atau dolmen, keranda mayat atau sarkofagus, kubur batu, serta punden berundak.

Suku bangsa Indonesia yang termasuk ke dalam anak dari keturunan bangsa Deutro Melayu atau Bangsa
Melayu Muda ini adalah Suku Jawa, Suku Melayu, dan Suku Bugis.

3. Bangsa Primitif

Yang ketiga yaitu Bangsa Primitif yang merupakan kelompok manusia yang telah lebih dahulu tinggal di
wilayah nusantara sebelum kelompok bangsa melayu memasuki nusantara. Bangsa Primitif sendiri
memiliki budaya yang sangat sederhana dan terbagi menjadi tiga, yaitu: Manusia Pleistosen, Suku
Weddoid, dan Suku Negroid.

a) Manusia Pleistosen atau Purba


Yang pertama yaitu manusia pleistosen atau manusia purba memiliki ciri khas yaitu selalu
berpindah tempat dengan kemampuan yang sangat terbatas. Hal ini juga memiliki hubungan
dengan kebudayaannya sehingga corak kehidupan dari manusia purba ini tidak dapat diikuti
kembali kecuali beberapa aspek saja, seperti contohnya adalah teknologi yang mereka miliki
yang masih sangat sederhana dan dikenal sebagai Teknologi Paleolitik.
b) Suku Wedoid
Yang kedua yaitu suku wedoid yang hingga saat ini sisa dari suku tersebut masih ada, seperti
contohnya adalah suku Sakai yang ada di Siak dan juga suku Kubu yang berada di perbatasan
Jambi serta Palembang. Suku Wedoid ini hidup dari mengumpulkan hasil hutan serta memiliki
kebudayaan yang relatif sederhana. Hal ini yang membuat suku tersebut sulit sekali
menyesuaikan diri dengan masyarakat modern saat ini.
c) Suku Negroid
Yang ketiga yaitu suku negroid yang di Indonesia saat ini sendiri sudah tidak terdapat lagi sisa
kehidupan dari suku negroid. Namun, di pedalaman Malaysia serta Fiipina masih ada keturunan
suku negroid. Suku yang masuk ke dalam keturunan suku negroid sendiri adalah suku Semang
yang berada di Semenanjung Malaysia serta suku Negrito yang berada di Filipina.

Anda mungkin juga menyukai