MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Nurhaidah, M.Pd
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Bahasa Indonesia tentang “Unsur Kebahasaan”
JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
BAB II ISI
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari
jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu
dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus
bahasa Negara di Indonesia. Menurut Oka (dalam Muslich, 2009:
108), menyatakan bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai : lambang kebanggaan nasional,
lambang identitas nasional, alat pemersatu bangsa, dan sebagai alat
perhubungan antar budaya atau daerah. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional di Indonesia memiliki fungsi yang beragam, diantaranya
adalah sebagai lambang kebanggaan nasional karena dipakai secara
luas dan sangat djunjung tinggi, sebagai lambang identitas nasional,
alat untuk mempersatukan seluruh bangsa, dan sebagai alat
perhubungan antar budaya atau daerah karena bahasa Indonesia
dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda bahsanya
sehingga mereka dapat saling berhubungan.
A. FONEM
1. Pegertian fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti.
Bunyi /a/ dan /i/ dalam bahasa Indonesia adalah fonem, karena
keduanya membedakan arti. Misalnya dalam pasangan dara dan
dari.
2. Perubahan Fonem
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
Misalnya :
meN- + daki è mendaki
meN- + tahan è menahan
meN- + survei è mensurvei
2. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila
kata dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,j,s/.
Misalnya :
meN- + cabut è mencabut
peN- + jaga è penjaga
peN- + seret è penyeret
3. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /ng/ apabila
dasar kata yang mengikutinya berfonem /g,h,k,x/, dan vokal.
Misalnya :
meN- + ganti è mengganti
peN- + halang è penghalang
meN- + kecoh è mengecoh
meN- + angkat è mengangkat
peN- + edar è pengedar
1) Forum Morfologis
a. Pengertian Proses Morfologis
Proses Morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu
dengan morfem yang lain menjadi kata. Misalnya, kata menulis
terdiri atas morfem {meN-} dan {tulis}.
b. Jenis-jenis Kata
A. Kata Benda (nomina)
Kata benda adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu
benda yang dapat bersifat abstrak ataupun konkret. Proses
pembentukan kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. Kata Benda Dasar ialah kata-kata yang secara konkret
menunjukkan identitas suatu benda.
Contoh : - Buku yang tertinggal di kelas itu milik Slamet.
- Para pengerajin itu sedang mengukir meja.
b. Kata Benda Turunan ialah sebuah proses afiksasi sebuah kata
dengan kata atau afik.
Contoh : 1. Verba + (-NS)
- Makanan yang dimasak itu untuk korban badai
2. (Pe-) + Verba
- Kakek itu seorang pelukis terkenal hingga saat ini.
3. (Pe-) + Adjektiva
- Sebaiknya kita jauhkan diri dari sifat pemarah
E. Klausa
Klausa adalah gabungan kata yang terdiri dari subjek dan predikat.
Contoh : Dia menangis ; saya tertawa.
1) Ciri-ciri Klausa
a. Terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Mengandung subjek dan predikat.
c. Memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat.
d. Tidak memiliki intonasi akhir dan tanda baca.
2) Unsur-unsur Klausa
Klausa dibedakan menjadi 2, yakni unsur inti dan tidak inti.
1. Unsur inti klausa adalah subjek (S) dan predikat (P).
2. Unsur yang bukan inti klausa adalah objek (O), pelengkap (Pel),
keterangan (K).
3) Jenis-jenis Klausa
1. Jenis Klausa berdasarkan strukturnya
a. Klausa bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur
yang lengkap sehingga memiliki kemungkinan untuk menjadi
kalimat utama, yaitu kalimat yang mempunyai subjek dan
predikat. Klausa jenis ini dapat berdiri sendiri dan tidak
menggunakan konjungsi.
Contoh:
Nia menyanyi
Arjuna bermain
Nenek Kasimah menjahit
Paman mendayung, Presiden berpidato
Bu Guru mengajar, Gadis berjalan
b. Klausa terikat disebut juga sebagai anak kalimat. Klausa
terikat tidak memiliki kemungkinan menjadi sebuah kalimat
karena seringkali tidak memiliki subjek maupun predikat.
Klausa ini dapat ditandai dengan adanya
penggunaan konjungsi dalam kalimatnya.
Contoh :
Ayah pulang tadi siang
Ibu pergi ke pasar
Tokonya berada diantara dua rumah
2. Klausa Nominal
Klausa nominal merupakan klausa dimana predikatnya
termasuk kata benda ataupun frasa nomina. Struktur utama
klausa ini sendiri sama seperti klausa lainnya yaitu terdiri
atas subjek dan juga predikat.
Contoh :
- Staf ahli bidang meteorologi
- Pak Wawan seorang satpam
3. Klausa Adjektiva
Dalam jenis klausa adjectiva ini, predikat berkedudukan
sebagai kata keadaan.
Contoh :
a. Ibu di kamar (benar)
Ibu dikamar (salah)
F. Kalimat
1. PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri memiliki pola intonasi final
dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa yang digunakan sebagai sarana untuk
menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang
lain, atau bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat, mempunyai
intonasi dan bermakna
2. CIRI-CIRI KALIMAT
Ciri-ciri sebuah kalimat yang baik dan benar, harus sesuai dengan unsur-unsur pembentukan
kalimat. Kalimat yang baik harus sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia, salah satunya ada
subjek, predikat, objek, dan keterangan.
2. Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau memberitahukan apa, mengapa,
bagaimana atau berapa tentang subjek kalimat. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Merupakan jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa, atau berapa
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa
atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaansebagai apa atau jadi apa dapat digunakan
untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa
numeralia.
• Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau kelompok kata sifat, kata atau
kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan.
3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan subjek.
Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai perbuatan subjek.
Pelengkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek dalam kalimat itu.
• Berupa kata/kelompok kata sifat atau klausa.
• Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab,
dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,
kepada, terhadap,tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan
kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini
beberapa ciri unsur keterangan.
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya
memiliki satu subjek dan predikat.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan
induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi
didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis
kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-
jenis kalimat majemuk adalah:
Penggabungan Dan
penguatan/Penegasan Bahkan
Jenis Konjungsi
Pemilihan Atau
Contoh:
7. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah
subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
Contoh :
a. Silahkan dinikmati!
b. Selamat tidur.
c. Jangan nakal!
9. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas.
Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam :
b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
o Adik menangis
o Bondan berkelahi
Contoh :
Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat Aktif
Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan langkah-
langkah mudah berikut ini : 1) Mengubawalan pada Predikat
Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.
G. Paragraf
1. Hakikat
Paragraf merupakan bagian kecil dari suatu karangan. Sebuah karangan
dapat terbentuk dengan adanya paragraf di dalamnya. Kualitas suatu
karangan ditentukan oleh keterampilan dalam menulis paragraf. Tujuan
utama dari pembentukan paragraf adalah untuk memudahkan pembaca
dalam memahami gagasan-gagasan utama yang berbeda tetapi
berkaitan satu sama lain di dalam karangan. Tiap paragraf hanya dapat
berisikan satu gagasan utama sehingga gagasan utama lainnya dapat
diketahui pada paragraf lain. Tujuan lain dari pembentukan paragraf
adalah memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar.
Perhentian ini memberikan waktu bagi pembaca untuk dapat memahami
gagasan yang terkandung di dalam setiap paragraf.
2. Unsur pembentuk
a. Gagasan utama
b. Kalimat topik
c. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang tidak dapat dipahami artinya
tanpa adanya kalimat lain atau hanya untuk menambah kejelasan dari
kaimat pokok. Kejelasan arti dari kalimat penjelas dapat diketahui
setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf.
Pembentukan kalimat penjelas umumnya memerlukan pembentukan
kata sambung dan kata peralihan, Kalimat penjelas berfungsi
mendukung kalimat topik sehingga berisi keterangan rinci, contoh, dan
informasi tambahan lainnya.
3. Kriteria
a. Kesatuan
Kesatuan di dalam paragraf berarti hanya terdapat satu gagasan utama
atau satu topik utama di dalam satu paragraf. Gagasan utama harus
bersesuaian dan tidak bertentangan dengan kalimat-kalimat lain di
dalam paragraf. Apabila dalam paragraf tersebut terdapat satu saja
gagasan atau penjelasan yang menyimpang dengan ide pokok, maka
paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kesatuan atau keutuhan.
b. Kesinambungan
Kesinambungan di dalam paragraf diamati melalui hubungan
antarkalimat yang sesuai dengan logika berpikir. Paragraf yang logis
dapat dibentuk melalui penggunaan urutan yang wajar atau melalui
pengulangan kata kunci. Selain itu, kesinambungan di dalam paragraf
juga dapat terbentuk melalui penggunaan kata ganti orang, kata ganti
penunjuk, dan kata sambung. Dengan demikian, semua kalimat yang
ada pada suatu paragraf harus saling berkaitan dan saling mendukung.
Bahkan, agar paragraf tersebut memenuhi unsur kesinambungan, tidak
boleh ada satu kalimat pun yang tidak memiliki kaitan dengan kalimat
lainnya.
c. Kelengkapan
Gagasan utama atau kalimat topik di dalam paragraf dapat dipahami
dengan mudah jika informasi yang ada disampaikan dengan memadai
dan lengkap. Kelengkapan gagasan utama dapat dilakukan dengan
mengembangkan kalimat penjelas. Paragraf dengan informasi yang
lengkap juga dapat dibuat dengan melakukan pengulangan pada
gagasan utama dari paragraf sebelumnya. Sebuah paragraf dapat
dikatakan sebuah paragraf yang lengkap apabila memiliki kalimat topik,
kalimat-kalimat penunjang, dan kalimat penyimpu.
4. Keberurutan
Dalam menulis paragraf, penulis harus menggunakan pola penulisan
yang menyampaikan informasi secara berurutan. Umumnya, penulisan
paragraf dapat disusun dengan urutan waktu atau urutan tempat. Selain
itu, pola penulisan juga dapat disusun berdasarkan urutan umum ke
khusus atau urutan khusus ke umum. Penulisan paragraf juga dapat
menggunakan pola pertanyaan ke jawaban, pola akibat ke sebab,
ataupun pola sebab ke akibat. Paragraf dikatakan runtut apabila ide-ide
yang diungkapkan dalam paragraf tersebut tersusun secara runtut atau
urut dan sistematis, sehingga tidak ada ide yang melompatlompat.
Adanya penyajian ide-ide secara urut dan sistematis akan memudahkan
pembaca memahami pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam
paragraf tersebut. Dengan adanya penyampaian ide-ide secara
berurutan dan sistematis pada suatu paragraf, pembaca akan mudah
dan cepat memahami isi paragraph.
Jenis :
1. Paragraf Deduktif
2. Paragraf Induktif
Berlawanan dengan paragraf deduktif, gagasan utama paragraf
iduktif berada di akhir kalimat dalam paragraf. Paragraf ini diawali
dengan penyebutan peristiwa khusus atau penjelasan yang
berfungsi pendukung gagasan utama.
3. Paragraf deduktif-induktif
4. Paragraf Ineratif
Ciri wacana
Wacana memiliki sejumlah ciri, yaitu:
Wacana lisan
Wacana tulis
Selain wacana lisan dan wacana tulis, jenis wacana juga bisa dibedakan
berdasarkan pemakaiannya, yaitu:
Ada tiga syarat utama untuk membentuk wacana yang baik, yaitu:
Wacana
Wacana adalah satuan gramatikal terbesar dan tertinggi, kesatuan dari
beberapa klausa yang mempunyai proposisi yang berkaitan antara satu
dan lainnya.
Paragraph
SARAN
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu kita sebagai calon
pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara
menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara
membelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita kedepannya. Aamiin.
Paragraph sebagai unsur pembentuk wacana harus memenuhi
persyaratan paragraf yang baik dan harus padu serta runtut terhadap
paragraf satu sama yang lain. Karena sebuah wacana merupakan
sarana untuk menyampai kan masksut dari penulis.
Daftarr Pusaka
Abdullah, M.K. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Sandro Jaya.
Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Bloomfield, Leonard. 1995. Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Mahmood, Abdul Hamid. 2012. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Malaysia:
Universiti Pendidikan Sultan Idris.
Muslich, Masnur. 2008. Tatabentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif. Jakarta: Bum
Supriyadi. 1997. Pendidikan Bahasa Indonesi 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.
https://penerbitdeepublish.com/klausa/
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/15/144524969/jenis-jenis-frasa-dan-contoh-
kalimatnya
https://www.academia.edu/8543058/STRUKTUR_BAHASA_WACANA_PARAGR
AF_KALIMAT_KATA_FONEM_MORFEM_
https://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
https://bobo.grid.id/read/082453145/jenis-jenis-paragraf-dan-contohnya-paragraf-deduktif-
induktif-deduktif-induktif-dan-ineratif?page=all
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/06/130026269/wacana-definisi-ciri-jenis-dan-
syaratnya