Anda di halaman 1dari 38

UNSUR KEBAHASAAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Nurhaidah, M.Pd

Oleh Kelompok Tiga

1. Bella Rizkyka 211220055


2. Nur Rali Rahma Wati 211220045
3. Rivaldi Arianda 211220039
4. Rezzy Sagatha Maulana 211220058

Jurusan Teknik Informatika


Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Muhammadiyah Pontianak
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Bahasa Indonesia tentang “Unsur Kebahasaan”

Dan di kesempatan kali ini kami akan membahas tentang unsur


kebahasaan

Bahasa Indonesia adalah Bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia oleh


karena itu setiap warga negara harus memahami makna- makna dari
kebahasaan tersebut.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua
pihak, bagi kami khususnya dan bagi teman-teman mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Pontianak pada umumnya. Kami sadar
bahwa makalah ini belum sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak yang membaca.
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

BAB II ISI
PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari
jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu
dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus
bahasa Negara di Indonesia. Menurut Oka (dalam Muslich, 2009:
108), menyatakan bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai : lambang kebanggaan nasional,
lambang identitas nasional, alat pemersatu bangsa, dan sebagai alat
perhubungan antar budaya atau daerah. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional di Indonesia memiliki fungsi yang beragam, diantaranya
adalah sebagai lambang kebanggaan nasional karena dipakai secara
luas dan sangat djunjung tinggi, sebagai lambang identitas nasional,
alat untuk mempersatukan seluruh bangsa, dan sebagai alat
perhubungan antar budaya atau daerah karena bahasa Indonesia
dapat dipakai oleh suku-suku bangsa yang berbeda bahsanya
sehingga mereka dapat saling berhubungan.

Untuk meningkatkan mutu dalam penggunaan bahasa Indonesia,


pengajarannya dilakukan mulai sejak dini, yakni mulai dari sekolah
dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan atau dasar
pendidikan ke dalam jenjang yang lebih tinggi. Penguasaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dapat diketahui dari keterampilan
berbahasa yang terdiri dari ketrampilan membaca, menulis,
berbicara, dan mendengarkan (Muslich, 2009:109). Berdasarkan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dapat diketahui dari keterampilan
yang dimiliki seseorang dalam aspek membaca, menulis, berbicara,
dan mendengarkan. Setiap ketrampilan dalam bahasa mempunyai
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
PEMBAHASAN

A. FONEM
1. Pegertian fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti.
Bunyi /a/ dan /i/ dalam bahasa Indonesia adalah fonem, karena
keduanya membedakan arti. Misalnya dalam pasangan dara dan
dari.

Fonem ialah unit bunyi yang terkecil yang membedakan makna.


Perbedaan makna ini dapat dilihat pada pasangan minimal atau
pasangan terkecil perkataan. Misalnya pedang dengan petang.

Pasangan minimal ialah pasangan terkecil perkataan, yaitu


pasangan perkataan yang hampir sama dari segi sebutan dan juga
cara menghasilkan bunyi perkataan tersebut tetapi masih terdapat
perbedaan kecil pada bunyi (fonem) tertentu yang membedakan
makna antara perkataan tersebut.

Fonem-fonem diucapkan secara berangkai dan berkelompok di


dalam pemakaian bahasa. Artinya, setiap fonem diucapkan secara
terpisah-pisah. Kelompok fonem yang merupakan unsur sebuah
kata dasar atau morferm bahasa Indonesia disebut “suku†.
Dengan kata lain, struktur suku ditentukan oleh hubungan
sintagmatis di antara fonem-fonemnya.
Perhatikan tabel berikut :
Kata dasar Suku Fonem
Ia ia i/a
Tiba ti ba t/i/b/a
Pindah pin dah p/i/n/d/a/h
Prisma pris ma p/r/i/s/m/a

Fonologi berbeda dari fonetik karena fonetik mempelajari bunyi-bunyi


tanpa membatasi perhatiannya pada bahasa tertentu umpamanya
bahasa Indonesia atau Inggris. Fonologi bertugas mempelajari fungsi
bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu.
1. Fonem Suprasegmental
Fonem suprasegmental (fonem suprapenggalan) ialah ciri atau
sifat bunyi yang menindihi atau menumpangi suatu fonem.
Fonem suprasegmental tersebut terdiri dari :
a) Tekanan
Tekanan ialah ciri lemah atau kerasnya suara penyebutan sesuatu
suku kata. Tekanan biasanya berlaku pada suku kata dalam
perkataan.
b) Kepanjangan
Kepanjangan atau juga disebut panjang pendek bunyi merupakan
ciri khusus yang terdapat pada perkataan dalam bahasa-bahasa
tertentu.
c) Jeda
Jeda yang juga disebut persendian ialah ciri atau unsur hentian
(senyap) dalam ujaran sebagai tanda memisahkan unsur linguistik,
yaitu perkataan, ayat atau rangkai kata.
d) Tona
Tona merupakan naik atau turunnya suara dalam pengucapan
perkataan.
e) Intonasi
Intonasi ialah turun naik nada suara dalam pengucapan ayat atau
frasa. Intonasi juga disebut sebagai lagu bahasa.

2. Perubahan Fonem
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

a. Perubahan fonem /N/


Fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi
fonem /m/ kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan
/b,f,p/.
Misalnya :
meN- + pilih è memilih
meN- + foto è memfoto
peN- + bela è pembela
1. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi fonem /n/
kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan fonem /d,s,t/.
Perlu kita catat di sini bahwa fonem /s/ hanya khusus bagi
sejumlah dasar kata yang berasal dari bahasa asing.

Misalnya :
meN- + daki è mendaki
meN- + tahan è menahan
meN- + survei è mensurvei

2. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila
kata dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,j,s/.
Misalnya :
meN- + cabut è mencabut
peN- + jaga è penjaga
peN- + seret è penyeret

3. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /ng/ apabila
dasar kata yang mengikutinya berfonem /g,h,k,x/, dan vokal.
Misalnya :
meN- + ganti è mengganti
peN- + halang è penghalang
meN- + kecoh è mengecoh
meN- + angkat è mengangkat
peN- + edar è pengedar

b. Perubahan Fonem /r/


Fonem /r/ pada morfem {ber} dan morfem {per} berubah menjadi
fonem /l/ sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan kata
dasar yang berupa morfem {ajar}.
Contoh :
ber- + ajar è belajar
per- + ajar è pelajar
B. MORFEM
1. Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif
stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih
kecil; misalnya {ter}, {di} dan {pensil}.

1) Forum Morfologis
a. Pengertian Proses Morfologis
Proses Morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu
dengan morfem yang lain menjadi kata. Misalnya, kata menulis
terdiri atas morfem {meN-} dan {tulis}.

b. Ciri Suatu Kata yang Mengalami Proses Morfologis


Morfem-morfem yang membentuk atau yang menjadi unsur kata
berbeda beda fungsinya. Ada yang berfungsi sebagai tempat
penggabungan dan berfungsi sebagai penggabung. Berdasarkan
contoh di atas, morfem {tulis} berfungsi sebagai tempat
penggabungan, sedangkan morfem (meN-} berfungsi sebagai
penggabung. Morfem yang sebagaitempat penggabungan
biasanya disebut bentuk dasar.

c. Macam Proses Morfologis


 Pembentukan kata dengan menambahkan morfem afiks pada
bentuk dasar.
Misalnya kata menulis dan pembangunan. Kata menulis
terbentuk dari bentuk dasar tulis dan morfem imbuhan {meN-},
kata pembangunan terbentuk dari bentuk dasar bangun dan
morfem imbuhan {peN-an}.
 Pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar.
Misalnya murid-murid, mencari-cari dan memukul-mukul yang
terbentuk dari bentuk dasar murid, mencari dan memukul
dengan morfem {ulang}.
 Pembentukan kata dengan menggabungkan dua atau lebih
bentuk dasar.
Misalnya meja hijau terbentuk dari bentuk dasar meja dan hijau.
2. PENJENISAN KATA
Kata ialah kumpulan daripada bunyi ujaran yang mengandung arti.
Kata dinyatakan sebagai susunan huruf-huruf abjad yang
mengandung arti dan sangat jelas.
Contoh: ibu, mobil, ambil dan sedih.

Jenis kata ialah golongan kata yang mempunyai kesamaan


bentuk, fungsi dan perilaku sintaksisnya. Dalam tatabahasa
tradisional, jenis kata ini biasanya dibedakan atas sepuluh macam,
yaitu :
1) Kata Benda (Nomina)
Adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Misalnya: Tuhan, angin, meja, rumah, batu, mesin dan lain-lainnya.

2) Kata Kerja (Verba)


Adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.
Misalnya: mengetik, mengutip, meraba, mandi, makan dan lain-
lainnya. .

3) Kata Sifat (Adjektiva)


Adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah
benda/sesuatu.Misalnya: baru, tebal, tinggi, rendah, baik, buruk,
mahal, dan sebagainya.

4) Kata Ganti (Pronomina)


Adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau
yang dibendakan.
Misalnya: ini, itu, ia, mereka, sesuatu, masing-masing.

5) Kata Keterangan (Adverbia)


Adalah kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata
sifat, kata keterangan, kata bilangan, atau seluruh kalimat.
Misalnya: pelan-pelan, cepat, kemarin, tadi.

6) Kata Bilangan (Numeralia)


Adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan
atau urutan tempat nama-nama benda.
Misalnya: seribu, saratus, berdua, bertiga, bebarapa, banyak.
7) Kata Penghubung (Konjungsi)
Adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian kalimat, atau
menghubungkan kalimat-kalimat.
Misalnya: dan, lalu, meskipun, sungguhpun, ketika, jika.

8) Kata Depan (Preposisi)


Adalah kata yang merangkaikan kata atau bagian kalimat.
Misalnya: di, ke, dari, daripada, kepada.

9) Kata Sandang (Artikel)


Adalah kata yang berfungsi menentukan kata benda dan
membedakan suatu kata.
Misalnya: si, sang, hyang.

10) Kata Seru (Interjeksi)


Adalah kata (yang sebenarnya sudah menjadi kalimat) untuk
mengungkapkan perasaan.
Misalnya: aduh, wah, eh, oh, astaga.
C. Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu.
a. Ciri-ciri Kata
1. Kata Sifat
Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter-
yang mengandung makna paling
Contoh : - Andi merupakan orang terpandai dikelas.
2. Kata Tugas
Contoh : - verba datang menjadi mendatangi, mendatangkan &
kedatangan.

b. Jenis-jenis Kata
A. Kata Benda (nomina)
Kata benda adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu
benda yang dapat bersifat abstrak ataupun konkret. Proses
pembentukan kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. Kata Benda Dasar ialah kata-kata yang secara konkret
menunjukkan identitas suatu benda.
Contoh : - Buku yang tertinggal di kelas itu milik Slamet.
- Para pengerajin itu sedang mengukir meja.
b. Kata Benda Turunan ialah sebuah proses afiksasi sebuah kata
dengan kata atau afik.
Contoh : 1. Verba + (-NS)
- Makanan yang dimasak itu untuk korban badai

2. (Pe-) + Verba
- Kakek itu seorang pelukis terkenal hingga saat ini.
3. (Pe-) + Adjektiva
- Sebaiknya kita jauhkan diri dari sifat pemarah

B. Kata Kerja (Verba)


Kata kerja adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan.
Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2 janis, yaitu :
a. Kata Kerja Transitif ialah kata kerja yang selalu diikuti oleh tidak
yakin subjek.
Contoh :
- Orang itu membeli makan di warteg seberang jalan.
- Supri membunuh nyamuk itu dengan sadis.

b. Kata Kerja Intransitif ialah kata kerja yang tidak membutuhkan


pelengkap.
Contoh : saya tidur

Ada 2 dasar makna, yaitu :


1) Verba Dasar Bebas : sudah ada kata demi kata yang berupa
morfem dasar, misalnya ; duduk, makan, mandi, dll.
Contoh : Saya makan siang di warteg depan gang itu.

2) Verba Turunan : sudah ada kata demi kata yang telah


mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa
paduan leksem.
Beberapa bentuk kata demi kata turunan :
a. Verba berfiks : melakukan, terpikirkan, dll.
b. Verba bereduplikasi : makan-makan, ingat-ingat, dll.
c. Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyi, senyum-
senyum,dll.
d. Verba majemuk : cuci mata, cuci tangan, dll.

C. Kata Sifat (Adjektifa)


Kata Sifat sudah ada kelompok kata yang mampu menjelaskan
atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik.
Beberapa Proses Pembentukan Formasi Kata Sifat :
1. Kata dasar, salahalnya : kuat, rajin, malas, dll.
2. Kata jadian, salahya : terjelek, terindah, terbodoh, dll.
3. Kata ulang, misalnya : gelap-gulita, pontang-panting, dll.
4. Kata serapan, misalnya: hukum,kreatif, dll.
5. Kata atau kelompok kata, salahdia : lapangan dada, keras
kepala, baik hati, dll.

D. Kata Ganti (Pronomina)


Kelompok kata ini dipakai untuk pengganti benda atau sesuatu
yang dibendakan.
Dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu :
1. Kata ganti orang, dibedakan menjadi beberapa bentuk :
2. Kata ganti orang pertama tunggal, salah : aku, saya.
3. Kata ganti orang pertama jamak, salah : kami, kita.
4. Kata ganti orang kedua tuggal, salah : kamu.
5. Kata ganti orang kedua jamak, salah : kamu, kalian, anda,
kau/engkau.
Contoh :
- Aku seorang pelaut.
- Kami semua bersaudara.
- Kamu sangat cantik sekali.

6. Kata ganti kepemilikan


Contoh : Buku yang tertinggal di kelas kemarin adalah bukunya

7. Kata ganti penunjuk


Contoh : Sekarang meja itu di sana
D. Frasa
Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk
suatu makna. Frasa bersifat nonpredikatif atau yang sering dijelaskan
sebagai gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
(subyek, obyek, keterangan, dan pelengkap) dalam sebuah kalimat.

a. Berikut merupakan jenis-jenis frasa :


1. Frasa Nomina
merupakan frasa yang terbentuk dari penggabungan kata benda
dan dapat juga digunakan sebagai pengganti kata benda.

2. Frasa adjektiva Merupakan frasa yang terbentuk dari


penggabungan kata sifat dan dapat digunakan untuk
menambahkan kata keterangan, misalnya agak, sangat, harus, dan
paling.
Contohnya : ‘Cuaca hari ini sangat panas karena tidak hujan’. Kata
‘sangat panas’ merujuk pada frasa kata sifat.

3. Frasa numeralia Merupakan frasa yang bentuknya kata bilangan


atau dapat digunakan untuk mengganti kata bilangan dalam
kalimat.
Contohnya : ‘Lita memiliki dua ekor anjing'. Kata ‘dua ekor’ merujuk
pada frasa numeralia.

4. Frase preposisional Merupakan frasa yang memiliki kata depan


sebagai petunjuk atau unsur penjelas.
Contohnya : ‘Kucing itu terus berdiam di depan rumah
majikannya'. Kata ‘di depan rumah majikannya’ merujuk pada frasa
kata depan.

5. Frasa eksosentrik Adalah frasa yang tidak memiliki konstruksi


sama seperti unsur atau komponen pembentuknya. Artinya ketika
salah satu komponennya dipisahkan, frasa eksosentrik tidak dapat
saling dihubungkan.
Contohnya : ‘Theo belajar di sekolah’. Masing-masing kata dari ‘di
sekolah’ tidak bisa dihilangkan karena akan menimbulkan
perbedaan makna. Misalnya kata ‘di’ dihilangkan, maka katanya
akan menjadi ‘Theo belajar sekolah’, hal ini akan menimbulkan
perbedaan makna.
6. Frasa endosentrik adalah frasa yang punya distribusi sama atau
setara. Ketika salah satu unsur atau komponennya dihilangkan,
frasa itu masih dapat digunakan.
Contohnya: ‘Adi membeli HP baru merek yang terkenal’. Ketika
kata ‘merek yang terkenal itu’ dihilangkan, hal ini tidak akan
mengubah maknanya. Karena makna yang dimaksud tetaplah Adi
membeli HP baru.

E. Klausa
Klausa adalah gabungan kata yang terdiri dari subjek dan predikat.
Contoh : Dia menangis ; saya tertawa.
1) Ciri-ciri Klausa
a. Terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Mengandung subjek dan predikat.
c. Memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat.
d. Tidak memiliki intonasi akhir dan tanda baca.

2) Unsur-unsur Klausa
Klausa dibedakan menjadi 2, yakni unsur inti dan tidak inti.
1. Unsur inti klausa adalah subjek (S) dan predikat (P).
2. Unsur yang bukan inti klausa adalah objek (O), pelengkap (Pel),
keterangan (K).

3) Jenis-jenis Klausa
1. Jenis Klausa berdasarkan strukturnya
a. Klausa bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur
yang lengkap sehingga memiliki kemungkinan untuk menjadi
kalimat utama, yaitu kalimat yang mempunyai subjek dan
predikat. Klausa jenis ini dapat berdiri sendiri dan tidak
menggunakan konjungsi.
Contoh:
 Nia menyanyi
 Arjuna bermain
 Nenek Kasimah menjahit
 Paman mendayung, Presiden berpidato
 Bu Guru mengajar, Gadis berjalan
b. Klausa terikat disebut juga sebagai anak kalimat. Klausa
terikat tidak memiliki kemungkinan menjadi sebuah kalimat
karena seringkali tidak memiliki subjek maupun predikat.
Klausa ini dapat ditandai dengan adanya
penggunaan konjungsi dalam kalimatnya.
Contoh :
 Ayah pulang tadi siang
 Ibu pergi ke pasar
 Tokonya berada diantara dua rumah

2. Jenis Klausa Berdasarkan Fungsinya 


1. Unsur pengisi unsur subjek
Unsur pengisi subjek biasanya adalah kata/frasa benda.
Contoh:
1. Saya (S) belum memahami (P) penjelasan guru (O) (Subjek
kata benda)
2. Pengusaha kayu lapis itu (S) telah ditangkap (P) polisi (O)
(Subjek frasa benda)

2. Unsur pengisi fungsi predikat


Fungsi predikat dapat diisi dengan kategori kata benda, kata
sifat, kata kerja, dan kata bilangan. 
Contoh:
1. Rapat pengurus koperasi (S) diadakan (P) bulan depan
(Ket.)
2. Anak Pak lurah (S) hanya satu (P)
3. Calon menantuku (S) seorang penulis (P)

3. Unsur pengisi fungsi objek


Unsur pengisi fungsi objek adalah kata/frasa benda. Jenis
pengisi klausa fungsi objek berupa frasa nominal dan 
melengkapi verba transitif. Terdapat  2 macam objek, yaitu 
objek langsung dan  tidak langsung.
Objek langsung merupakan  objek yang diketahui
perbuatannya dengan langsung pada predikat verbal.
Sementara itu  objek tidak langsung merupakan objek sebagai
penerima perbuatan di dalam predikat verbal. 
Contoh :
1. Indonesia (S) mengalami (P) krisis moneter (O) beberapa
tahun silam (Ket.)
2. Rendra (S) mengarang (P) puisi (O)

4. Unsur pengisi fungsi pelengkap


Unsur pengisi keterangan dapat berupa: kata keterangan,
frasa depan, dan frasa benda. Keterangan fungsinya  adalah
untuk memperluas serta membatasi makna subjek ataupun 
predikat. 
Contoh :
1.  Cepat-cepat (Ket.) penjabret itu (S) menghilang (P) dari
kerumunan orang (Ket.)
2.  Kemarin (Ket.) rombongan presiden (S) tiba (P) di Baghdad
(Ket.)

3Jenis Klausa Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya


1. Klausa Lengkap
Klausa Lengkap dapat dilihat dari kelengkapan sebuah unsur
Subjek (S) dan Predikat (P).
Contoh :
- Kami (S) sedang bekerja (P)
- Ibu (S) memasak (P)

2. Klausa Tidak Lengkap


Klausa ini terdiri dari  unsur predikat tanpa subjek.
Contoh :
- Terpaksa berhenti dari pekerjaannya 
- Sudah pergi dari tadi siang

Jenis Klausa Berdasarkan Kata Negatifnya


a. Klausa Negatif
Klausa negatif yaitu klausa yang punya kata negatif seperti
“tidak”,”bukan”,”jangan”, jadi predikatnya itu bersifat negatif.
Contoh :
- Ibu (S) belum pergi (P)
- Bukan saya (S) yang melakukannya (P)
b. Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif
sehingga predikatnya bersifat positif.
Contoh :
- Saya (S) berhasil melakukannya (P)
- Kami (S) sudah menjadi anggota (P)

Jenis Klausa Berdasarkan Unsur yang menjadi Predikat


a. Klausa Verbal
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori
kata kerja. Jadi klausa verbal memiliki predikat yang berupa
kata kerja.
Contoh :
- Petani (S) mengerjakan sawahnya (P) dengan tekun (K)
- Mereka (S) memancing (P) di sungai (K)

Klausa verbal dibedakan menjadi dua, yaitu klausa transitif 


dan  klausa intransitive. 
1. Klausa Transitif
Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja
transitif, yaitu kata kerja yang menghendaki hadirnya objek. 
Klausa transitif  adalah klausa yang mengandung kata kerja
transitif, yaitu kata kerja yang mempunyai kapasitas
memiliki satu atau lebih objek.
Contoh :
- Rudi (S) mengagumi Yuli (P)
- Ayah (S) membelikan adik sepatu roda (P)

Klausa Transitif dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :


a. Klausa Verba Transitif Aktif : merupakan klausa verba yang
subjeknya aktif sebagai pelaku, dan predikatnya dibubuhi
dengan imbuhan me-, me-i, atau me-kan.
Contoh :
- Dia menjilati es krim itu
- Dia mengajukan surat lamaran kerja

b. Klausa Verba Transitif Pasif : merupakan klausa verba


yang subjeknya menjadi penderita dan predikatnya diberi
imbuhan di-, ter-, atau ber-an. Selain diberi imbuhan,
klausa ini juga bisa diawali dengan kata kena di awal
predikatnya.
Contoh :
- Dia ditipu orang itu
- Dia ditahan polisi
- Dia kena tipu seseorang

c. Klausa verba transitif medial : merupakan klausa yang


subjeknya berperan sebagai pelaku sekaligus korban.
Contoh :
- Dia merenungi nasibnya sendiri
- Aku menyalahkan diriku sendiri

d. Klausa Verb Transitif Resiprokal atau Reflektif : merupakan


klausa yang predikatnya menerangkan adanya hubungan
saling membalas antara subjek dan predikat.
Contoh :
- Aku bersalam-salaman dengan dia tadi pagi
- Mereka saling ejek dengan warga kampung sebelah

2. Klausa Nominal
Klausa nominal merupakan  klausa dimana predikatnya
termasuk kata benda ataupun  frasa nomina. Struktur utama
klausa ini sendiri sama seperti klausa lainnya yaitu terdiri
atas subjek dan juga predikat.
Contoh :
- Staf ahli bidang meteorologi
- Pak Wawan seorang satpam

3. Klausa Adjektiva
Dalam jenis klausa adjectiva ini, predikat berkedudukan
sebagai kata keadaan.
Contoh :
a. Ibu di kamar (benar)
Ibu dikamar (salah)
F. Kalimat

1. PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri memiliki pola intonasi final
dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa yang digunakan sebagai sarana untuk
menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang
lain, atau bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat, mempunyai
intonasi dan bermakna

2. CIRI-CIRI KALIMAT

Ciri-ciri sebuah kalimat yang baik dan benar, harus sesuai dengan unsur-unsur pembentukan
kalimat. Kalimat yang baik harus sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia, salah satunya ada
subjek, predikat, objek, dan keterangan.

1. Subjek (pokok atau inti pikiran) Ciri-ciri dari subjek antara


lain:
• Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban pertanyaan apa atau siapa yang
dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan
kat atanya siapa.

• Tidak didahului preposisi


Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada. Orang sering memulai
kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang
dihasilkan tidak bersubjek.

• Menjadi inti dari sebuag pokok pikiran


• Berupa kata benda atau frase kata benda
Subjek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Disamping kata benda, subjek
dapat berupa kata kerja atau kata sifat, biasanya disertai kata penunjuk itu.

2. Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau memberitahukan apa, mengapa,
bagaimana atau berapa tentang subjek kalimat. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Merupakan jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa, atau berapa
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa
atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaansebagai apa atau jadi apa dapat digunakan
untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa
numeralia.

• Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan


Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek
kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.

• Dapat disertai kata pengingkaran tidak, atau bukan


Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata
tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva.
Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang
berupa nomina atau predikat kata merupakan.

• Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas


Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai katakata aspek seperti telah,
sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat
yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

• Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau kelompok kata sifat, kata atau
kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan.

3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan subjek.
Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

• Langsung mengikuti predikat


Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat. Dapat
menjadi subjek kalimat pasif Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam
kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.

• Tidak didahului kata depan atau preposisi


Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan
kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.

• Dapat didahului kata bahwa


Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
unsur objek dalam kalimat transitif.

4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai perbuatan subjek.
Pelengkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

• Melengkapi makna kata kerja (predikat)


Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan
pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
- Diah mengirimi saya buku baru.
-Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.

• Tidak didahului preposisi


Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi
disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.

• Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek dalam kalimat itu.
• Berupa kata/kelompok kata sifat atau klausa.
• Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.

5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab,
dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.

Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,
kepada, terhadap,tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan
kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini
beberapa ciri unsur keterangan.

Ciri-ciri keterangan yaitu:


• Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, alat, kemiripan, sebab, atau
kesalingan.
• Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir, atau menyisip antara subjek
dan predikat).
• Didahului kata depan seperti di, ke, dari, pada, dalam, dengan, atau kata
penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.

3. MACAM MACAM KALIMAT

1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya
memiliki satu subjek dan predikat.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan
induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi
didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis
kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-
jenis kalimat majemuk adalah:

a. Kalimat Majemuk Setara


b. Kalimat Majemuk Rapatan
c. Kalimat Majemuk Bertingkat
d. Kalimat Majemuk Campuran

3. Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima
macam, yakni:
Jenis Konjungsi

Penggabungan Dan

penguatan/Penegasan Bahkan

Jenis Konjungsi

Pemilihan Atau

Berlawanan di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua


(sedangkan)

urutan waktu kemudian, lalu, lantas

4. Kalimat Majemuk Rapatan


Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek,
predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:

a. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)


b. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
c. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
d. Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

5. Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal
yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat
dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari
sepuluh macam, yakni:

Contoh:

a. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)


b. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
c. Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat
cara 1)
d. Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat
cara 2)

6. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:

a. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)


b. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
c. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
d. Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke
rumahnya. (kalimat majemuk campuran)

7. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah
subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.

Contoh :

a. Cepot (S) membeli (P) pulpen(O)


b. Si Kancil (S) melompat (P)

8. Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap adalah kslimst yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek
saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa semboyan,
salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh :

a. Silahkan dinikmati!
b. Selamat tidur.
c. Jangan nakal!

9. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas.
Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam :

a. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita

o Ibu membeli sayur. o Dodo menyukai teman sekelasnya.

b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita

o Adik menangis
o Bondan berkelahi

10. Kalimat Pasif


Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas.
Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di- .

Contoh :

a. Kue bolu dipotong oleh ibu


b. Menteri kehutanan dimintai pertanggung jawaban oleh presiden

Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat Aktif

Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan langkah-
langkah mudah berikut ini : 1) Mengubawalan pada Predikat

Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.

2) Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya

Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.

G. Paragraf

Paragraf adalah suatu gagasan yang berbentuk


serangkaian kalimat yang saling berkaitan satu sama lain. Nama lain
dari paragraf ialah wacana mini. Kegunaan dari paragraf adalah untuk
menjadi penanda dimulainya topik baru dan memisahkan gagasan-
gagasan utama yang berbeda. Penggunaan paragraf memudahkan
pembaca untuk memahami bacaan secara menyeluruh. Panjang dari
satu paragraf adalah beberapa kalimat Jumlah kalimat dalam paragraf
ditentukan oleh cara pengembangan dan ketuntasan uraian gagasan
yang disampaikan. Jumlah kalimat di dalam paragraf dapat
menentukan kualitas dari bacaan. Paragraf tersusun dari gagasan
utama yang terletak dalam kalimat topik. Selain itu, terdapat kalimat
penjelas yang memperjelas kalimat topik. Paragraf juga berfungsi untuk
mengungkapkan pemikiran penulis secara sistematis sehingga mudah
untuk dipahami oleh pembaca. Kriteria sekumpulan kalimat yang dapat
menjadi paragraf yaitu adanya kesatuan, kepaduan, ketuntasan,
keruntutan, dan sudut pandang yang tidak berubah-ubah.

1. Hakikat
Paragraf merupakan bagian kecil dari suatu karangan. Sebuah karangan
dapat terbentuk dengan adanya paragraf di dalamnya. Kualitas suatu
karangan ditentukan oleh keterampilan dalam menulis paragraf. Tujuan
utama dari pembentukan paragraf adalah untuk memudahkan pembaca
dalam memahami gagasan-gagasan utama yang berbeda tetapi
berkaitan satu sama lain di dalam karangan. Tiap paragraf hanya dapat
berisikan satu gagasan utama sehingga gagasan utama lainnya dapat
diketahui pada paragraf lain. Tujuan lain dari pembentukan paragraf
adalah memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar.
Perhentian ini memberikan waktu bagi pembaca untuk dapat memahami
gagasan yang terkandung di dalam setiap paragraf.

2. Unsur pembentuk

a. Gagasan utama

Inti permasalahan di dalam paragraf terletak pada topik utama atau


gagasan utama. Pembicaraan utama di dalam paragraf terpusat pada
gagasan utama. Penyampaian gagasan utama berbentuk sebuah
kalimat topik.

b. Kalimat topik

Kalimat topik merupakan kalimat yang mengandung permasalahan yang


dapat dirinci dan diuraikan lebih lanjut. Informasi di dalam kalimat topik
bersifat lengkap dan dapat dipahami tanpa adanya kalimat
penjelas. pesan yang disampaikan di dalam kalimat topik cukup jelas
dan dapat dibentuk. Letak kalimat topik umumnya di awal atau akhir
paragraf. Fungsi dari kalimat topik adalah mengendalikan gagasan
utama.

c. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang tidak dapat dipahami artinya
tanpa adanya kalimat lain atau hanya untuk menambah kejelasan dari
kaimat pokok. Kejelasan arti dari kalimat penjelas dapat diketahui
setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf.
Pembentukan kalimat penjelas umumnya memerlukan pembentukan
kata sambung dan kata peralihan, Kalimat penjelas berfungsi
mendukung kalimat topik sehingga berisi keterangan rinci, contoh, dan
informasi tambahan lainnya.
3. Kriteria

a. Kesatuan
Kesatuan di dalam paragraf berarti hanya terdapat satu gagasan utama
atau satu topik utama di dalam satu paragraf. Gagasan utama harus
bersesuaian dan tidak bertentangan dengan kalimat-kalimat lain di
dalam paragraf. Apabila dalam paragraf tersebut terdapat satu saja
gagasan atau penjelasan yang menyimpang dengan ide pokok, maka
paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kesatuan atau keutuhan.

b. Kesinambungan
Kesinambungan di dalam paragraf diamati melalui hubungan
antarkalimat yang sesuai dengan logika berpikir. Paragraf yang logis
dapat dibentuk melalui penggunaan urutan yang wajar atau melalui
pengulangan kata kunci. Selain itu, kesinambungan di dalam paragraf
juga dapat terbentuk melalui penggunaan kata ganti orang, kata ganti
penunjuk, dan kata sambung. Dengan demikian, semua kalimat yang
ada pada suatu paragraf harus saling berkaitan dan saling mendukung.
Bahkan, agar paragraf tersebut memenuhi unsur kesinambungan, tidak
boleh ada satu kalimat pun yang tidak memiliki kaitan dengan kalimat
lainnya.

c. Kelengkapan
Gagasan utama atau kalimat topik di dalam paragraf dapat dipahami
dengan mudah jika informasi yang ada disampaikan dengan memadai
dan lengkap. Kelengkapan gagasan utama dapat dilakukan dengan
mengembangkan kalimat penjelas. Paragraf dengan informasi yang
lengkap juga dapat dibuat dengan melakukan pengulangan pada
gagasan utama dari paragraf sebelumnya. Sebuah paragraf dapat
dikatakan sebuah paragraf yang lengkap apabila memiliki kalimat topik,
kalimat-kalimat penunjang, dan kalimat penyimpu.
4. Keberurutan
Dalam menulis paragraf, penulis harus menggunakan pola penulisan
yang menyampaikan informasi secara berurutan. Umumnya, penulisan
paragraf dapat disusun dengan urutan waktu atau urutan tempat. Selain
itu, pola penulisan juga dapat disusun berdasarkan urutan umum ke
khusus atau urutan khusus ke umum. Penulisan paragraf juga dapat
menggunakan pola pertanyaan ke jawaban, pola akibat ke sebab,
ataupun pola sebab ke akibat. Paragraf dikatakan runtut apabila ide-ide
yang diungkapkan dalam paragraf tersebut tersusun secara runtut atau
urut dan sistematis, sehingga tidak ada ide yang melompatlompat.
Adanya penyajian ide-ide secara urut dan sistematis akan memudahkan
pembaca memahami pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam
paragraf tersebut. Dengan adanya penyampaian ide-ide secara
berurutan dan sistematis pada suatu paragraf, pembaca akan mudah
dan cepat memahami isi paragraph.

A. Konsistensi sudut pandang


Sudut pandang dalam paragraf yaitu cara penulis menetapkan sudut
pandang pemikirannya. Sebelum menulis suatu paragraf, penulis harus
menetapkan sudut pandang yang akan diterapkannya. Sudut pandang
penulis tidak dapat diganti-ganti dengan sudut pandang lainnya.
Pengamatan terhadap sudut pandang penulis di dalam paragraf dapat
diketahui melalui penggunaan identitas diri maupun tanpa identitas diri

Jenis :
1. Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf gagasan utamanya terletak di


kalimat awal paragraf. Sedangkan kalimat setelahnya merupakan
penjelas untuk mendukung gagasan utama.

Gagasan utama atau ide pokok biasanya berupa pernyataan umum.

2. Paragraf Induktif
Berlawanan dengan paragraf deduktif, gagasan utama paragraf
iduktif berada di akhir kalimat dalam paragraf. Paragraf ini diawali
dengan penyebutan peristiwa khusus atau penjelasan yang
berfungsi pendukung gagasan utama.

Ciri lain yang menandai kalimat induktif adalah penggunaan


konjungsi “jadi”, “akhirnya”, “akibatnya”, “oleh karena itu”, “maka dari
itu”, “berdasarkan uraian di atas”, dan “dengan demikian”. Konjungsi
tersebut menunjukkan kesimpulan atau relasi sebab-akibat.

3. Paragraf deduktif-induktif

Paragraf deduktif-induktif disebut juga campuran. Letak gagasan


utamanya terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf. Meskipun
gagasan utama disebut dua kali, bukan berarti berlawanan. Gagasan
utama di akhir kalimat dalam paragraf berfungsi mempertegas
gagasan utama di awal kalimat dalam paragraf.

4. Paragraf Ineratif

Paragraf inretaif merupakan paragraf yang gagasan utamanya ada di


tengah paragraf. Kalimat pendukungnya mengapit kalimat yang
mengandung gagasan utama.
I. Wacana
Wacana sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
seperti politik, antropologi, sosiologi dan filsafat. Di luar keempat bidang
tersebut, wacana sangat erat kaitannya dengan bidang bahasa dan
sastra.

Menurut Eti Setiawati dan Roosi Rusmawati dalam buku Analisis


Wacana (Konsep, Teori, dan Aplikasi) (2019), wacana merupakan satuan
bahasa yang paling lengkap dalam hierarki gramatikal tertinggi atau
terbesar.

Wacana mempunyai bentuk serta proposisi yang berkesinambungan.


Ada awalan dan akhiran yang jelas dalam sebuah wacana.

Bentuk penyampaiannya bisa lewat media lisan ataupun tertulis.


Keberadaannya bisa dilihat dari suatu rangkaian kalimat yang utuh dan
serasi sehingga akhirnya membentuk makna pada sebuah wacana.

Mengutip dari buku Keutuhan Wacana (2010) karya Junaiyah H. M. dan


E. Zaenal Arifin, wacana juga dapat diartikan sebagai unsur bahasa
terlengkap dan menjadi satuan tertinggi dalam sebuah hierarki
gramatikal, direalisasikan dalam karangan utuh dengan kelengkapan
amanat, karena ada hubungan isi (koherensi) dan hubungan bahasa
(kohesi) yang erat dan serasi.

Ciri wacana
Wacana memiliki sejumlah ciri, yaitu:

1. Satuan gramatikalWacana merupakan satuan gramatikal, yaitu


tata bahasa yang telah ditentukan.
2. Satuan terbesar, tertinggi atau terlengkap Wacana termasuk dalam
satuan terbesar, tertinggi atau terlengkap dalam sebuah kajian
linguistik atau kebahasaan.
3. Punya hubungan proposisiProposisi merupakan ungkapan yang
dapat dipercaya atau dibuktikan kebenarannya. Berarti, wacana
harus bisa dibuktikan kebenarannya atau dapat dipercaya.
4. Bisa dalam bentuk lisan ataupun tulisanCara penyampaian
wacana bisa dalam bentuk tulisan (teks) ataupun lisan (ujaran).
5. Membahas topik atau hal tertentuWacana berisikan pembahasan
tentang topik atau hal tertentu yang ingin disampaikan.
6. Memiliki hubungan kontinuitasArtinya wacana disusun secara
berkelanjutan atau berkesinambungan.
7. Memiliki hubungan kohensi dan koherensiArtinya wacana memiliki
keterikatan antar unsur dalam suatu teks, serta memiliki hubungan
logis antar kalimat dalam suatu paragraf.

Dalam buku Membaca dan Menulis Wacana: Petunjuk Praktis Bagi


Mahasiswa (2007) karya Josep Hayon, berdasarkan sudut pandang
bentuk bahasanya, wacana dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

 Wacana lisan

Wacana lisan merupakan penyampaian wacana lewat media lisan atau


langsung. Jenis wacana ini memerlukan daya simak yang tinggi agar
interaksi dalam penyampaiannya tidak terputus. Wacana lisan juga sulit
untuk diulang, artinya susah untuk diulang sesuai dengan ujaran
pertama.

Dalam penyampaiannya, wacana lisan jauh lebih pendek dibanding


wacana tulis. Selain itu, penyampai wacana ini juga harus memakai
gerakan tubuh yang sesuai untuk memperjelas konteks apa yang sedang
disampaikan.

 Wacana tulis

Wacana tulis merupakan penyampaian wacana lewat media tulis atau


teks. Jenis wacana ini dianggap lebih efektif dan lebih mudah dibanding
wacana lisan, terlebih lagi dalam menyampaikan ilmu pengetahuan serta
gagasan.

Dalam penyampaiannya, wacana tulis jauh lebih panjang dan


menggunakan bahasa baku. Selain itu, jenis wacana juga memiliki unsur
kebahasaan yang lengkap, artinya tidak menghilangkan satu atau dua
bagiannya.

Wacana tulis memungkinkan orang lain untuk melihat kembali isi


wacana, tanpa adanya perbedaan unit kebahasaan.

Selain wacana lisan dan wacana tulis, jenis wacana juga bisa dibedakan
berdasarkan pemakaiannya, yaitu:

1. Wacana monolog merupakan jenis wacana yang disampaikan oleh


satu orang, tanpa melibatkan orang lain. Wacana monolog bisa
ditemui dalam khotbah, orasi, dan lainnya. Wacana monolog
terjadi ketika pendengar tidak menanggapi secara langsung apa
yang disampaikan oleh penyampai wacana.
2. Wacana dialog merupakan jenis wacana yang dipakai dalam
bentuk interaksi. Wacana ini terjadi ketika ada dua orang atau lebih
saling berinteraksi dan terjadi pergantian peran antar keduanya.
Misal pembicara jadi pendengar. Jenis wacana ini mudah ditemui
dalam percakapan sehari-hari.
3. Wacana polilog merupakan jenis wacana yang melibatkan lebih
dari dua orang dan semuanya berperan aktif dalam sebuah
interaksi. Biasanya jenis wacana ini menggunakan topik yang luas
sebagai bahan pembicaraannya. Wacana polilog bisa ditemui
dalam debat atau diskusi.

Berdasarkan pemaparannya, wacana bisa dibedakan menjadi lima, yaitu:

1. Wacana naratif adalah jenis wacana yang isinya mengandung


rangkaian peristiwa. Tujuannya untuk memperluas pengetahuan
pembaca atau pendengar.
2. Wacana procedural adalah jenis wacana yang berisi paparan
mengenai suatu proses yang berurutan atau kronologis. Tujuannya
untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara atau menghasilkan
sesuatu.
3. Wacana deskriptif adalah jenis wacana yang berisi pemaparan
tentang kejadian sebenarnya. Tujuannya untuk menyampaikan
kesan utama tentang suatu hal.
4. Wacana eksposisi adalah jenis wacana yang isinya memuat
keterangan atau penjelasan tentang suatu pokok pikiran.
Tujuannya untuk menyampaikan fakta secara berurutan dan logis.
5. Wacana persuasi adalah jenis wacana yang berisi paparan tentang
penjelasan suatu hal, bertujuan untuk meyakinkan pembaca atau
pendengar agar menuruti apa yang disampaikan penulis.

Ada tiga syarat utama untuk membentuk wacana yang baik, yaitu:

1. Kepaduan wacanaKepaduan wacana dapat tercapai jika


merangkai kalimat dan paragraf secara terpadu serta logis. Hal ini
juga dapat tercapai dengan menggunakan kata hubung yang
sesuai.
2. Kesatuan wacanaKesatuan wacana dapat tercapai jika paragraf
yang tersusun saling memiliki keterkaitan atau keterhubungan
satu sama lain.
3. Kelengkapan wacanaKelengkapan wacana dapat tercapai jika
seluruh paragrafnya menjadi inti dari suatu pembahasan yang
ditulis dan merujuk pada pokok pikiran wacana tersebut.
KESIMPULAN

Istilah Fonem adalah fonologi dapat di definisakan sebagi satuan


Bahasa terkecil yang bersifat funsgional, artinya suatu memiliki fungsi
untuk membedakan makna.
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata dan
pembentukan kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu ciri-
ciri kata -kata sifat -kata tugas
Contoh:
1.Verba +(-NS)
2.(Pe-)+verba
3.(Pe-)+adjektiva
Frasa dan kalimat
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua atau lebih yangtidak
melampaui batas fungsi unsur klausa. Sedangkan kalimat adalah satuan
Bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh
.Klausa
Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-
kurangnya terdiri dari subjek (s) dan predikat (p), dan mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat (kridalaksana dkk, 1980:208). Klausa
ialah unsur kalimat, karna Sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur
klausa (Rusmaji,113). Unsur inti klausa adalah s dan p.

Wacana
Wacana adalah satuan gramatikal terbesar dan tertinggi, kesatuan dari
beberapa klausa yang mempunyai proposisi yang berkaitan antara satu
dan lainnya.
Paragraph
SARAN
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu kita sebagai calon
pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara
menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara
membelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita kedepannya. Aamiin.
Paragraph sebagai unsur pembentuk wacana harus memenuhi
persyaratan paragraf yang baik dan harus padu serta runtut terhadap
paragraf satu sama yang lain. Karena sebuah wacana merupakan
sarana untuk menyampai kan masksut dari penulis.
Daftarr Pusaka
Abdullah, M.K. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Sandro Jaya.
Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Bloomfield, Leonard. 1995. Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Mahmood, Abdul Hamid. 2012. Fonetik dan Fonologi Bahasa Melayu. Malaysia:
Universiti Pendidikan Sultan Idris.
Muslich, Masnur. 2008. Tatabentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif. Jakarta: Bum
Supriyadi. 1997. Pendidikan Bahasa Indonesi 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.

https://penerbitdeepublish.com/klausa/

https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/15/144524969/jenis-jenis-frasa-dan-contoh-
kalimatnya

https://www.academia.edu/8543058/STRUKTUR_BAHASA_WACANA_PARAGR
AF_KALIMAT_KATA_FONEM_MORFEM_

https://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf

https://bobo.grid.id/read/082453145/jenis-jenis-paragraf-dan-contohnya-paragraf-deduktif-
induktif-deduktif-induktif-dan-ineratif?page=all

https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/06/130026269/wacana-definisi-ciri-jenis-dan-
syaratnya

Anda mungkin juga menyukai