Anda di halaman 1dari 5

Nama :.

PITRIA USMAN

Nim : 856058212

Mata kuliah. : BAHASA INDONESIA

1. Jelaskan yang dimaksud dengan hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa !

Jawab:

=Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran yang wajib dilaksanakan pada
pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 menempatkan Bahasa Indonesia sebagaipenghela mata
pelajaran lain dan karenanya harus berada di depan semua mata pelajaran lain. pembelajaran Bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebuah upaya untuk
mengarahkan peserta didik sehingga terampil berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik itu secara
lisan maupun tulisan, serta baik dalam situasi formal maupun informal.

2. Jelaskan yang dimaksud dengan fonologi dan morfologi !

Jawab

= Fonologi

Fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwa
fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa. Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni
(a) fonetik dan (b) fonemik.

a. Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia,
serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.

b. Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda
makna. Sedangkan yang dimaksud dengan fonem satuan kebahasaan yang terkecil yang dapat
membedakan arti.

Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah, (b)
fonem diftong 3 buah, dan fonem konsonan 23 buah.

Secara fonetis, bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara atau jalan, yaitu: (a) bagaimana
bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia (fisiologis atau artikuler), (b) bagaiamana arus bunyi
yang telah keluar dari rongga mulut dan/atau rongga hidung si pembicara merupakan
gelombanggelombang bunyi udara (akustis), dan (c) bagaimana bunyi itu diinderakan melalui alat
pendengaran dan syaraf si pendengar (impresif atau auditoris).

Alat ucap dibagi menjadi dua macam: (1) artikulator adalah alat-alat yang dapat digerakkan/digeser
ketika bunyi diucapkan dan (2) titik artikulasi adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat
disentuh atau didekati.

Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru
sewaktu sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak
mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vokal. Selanjutnya, jika bunyi ujaran
ketika udara ke luar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.

Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal yaitu: (a) posisi bibir, (b) tinggi rendahnya
lidah, dan (c) maju-mundurnya lidah. Atas dasar itu dikenal istilah: vokal depan, vokal belakang, vokal
tinggi, vokal rendah, vokal bundar, vokal tak bundar, vokal sempit dan vokal lapang. Vokal yang yang
memiliki perubahan kualitas diklasifikasikan sebagai diftong; misalnya au, ai, dan oi pada kata harimau,
pantai, dan amboi.

Klasifikasi konsonan adalah: (a) konsonan bibir (bilabial), (b) konsonan bibir gigi (labiodental), (c)
konsonan gigi (dental), (d) konsonan langit-langit (palatal), (e) konsonan langit-langit lembut (velar), (f)
konsonan pangkal tenggorok (laringal).

Selain itu, klasifikasi lain dari konsonan adalah: (a) konsonan letupan atau eksplosif, (b) konsonan
geseran atau spiran, (c) konsonan sengau atau nasal, (d) konsonan lateral, dan (e) konsonan getar. Ada
juga yang dinamakan konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara. Konsonan bersuara terjadi karena
bergetarnya selaput suara. Sedangkan konsonan tak bersuara adalah konsonan yang terjadi tampa
bergetarnya selaput suara.

Morfologi

Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-bentuk kata. Sedangkan
morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak
dibagi atas bagian bermakna lebih kecil. Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya morfem yang disebut
satuan non-gramatis. Satuan ini belum mengandung makna tersendiri, karena itu, tidak dapat langsung
membentuk kalimat. Untuk membentuk kalimat, maka satuan nongramatis seperti me- dan –kan harus
digabung dengan satuan gramatis lain. Morfem semacam ini disebut: “tambahan”, “imbuhan”, atau
“afiks”.
Morfem dalam bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya ada dua macam yaitu: (1) morfem bebas, dan
(2) morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri
sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Morfem terikat merupakan morfem yang belum
mengandung arti, maka morfem ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata,
morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Morfem terikat dalam bahasa Indonesia ada dua
macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis. Morfem terikat morfologis yakni
morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar. Morfem ini meliputi prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks.
Sedangkan morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata,
misalnya dan, yang, dari, di dan sebagainya. Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan
bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk dasar kata ulang adalah: (1)
Pengulangan pada umumnya tidak mengubah jenis kata. (2) Bentuk dasar dapat berdiri sendiri sebagai
kata yang terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar.

Berdasarkan macamnya, bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat bentuk, yaitu:
(1) Kata ulang suku kata awal. (2) Kata ulang seluruh kata dasar kata ulang utuh. (3) Kata ulang salin
suara atau kata ulang berubah bunyi. (4) Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata ulang
berimbuhan.

1.Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang adalah:
Mengandung makna banyak yang tak tentu.

2. Mengandung makna bermacam-macam.

3. Mengandung makna menyerupai atau tiruan dari sesuatu.

4. Mengandung makna agak atau melemahkan arti.

5. Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari: (a) intensitas kualitatif, (b) intensitas
kuantitatif, dan (c) intensitas frekuentatif.

6.Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yang berbalasan.

7.Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif.

3. menurut hemat anda, apakah hambatan yang menyebabkan bunyi bahasa sukar untuk dipahami oleh
peserta didik!

Jawab

= Bahasa Indonesia bagi sebagian orang dianggap sebagai bahasa yang paling sulit digunakan. Padahal
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa ibu masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia juga telah diajarkan
sejak pendidikan formal hingga perguruan tinggi. Namun hal tersebut tidak langsung menjadikan bahasa
Indonesia menjadi mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor pertama ialah kurangnya pemahaman penggunaan bahasa baku dan tidak baku.
Kebanyakan masyarakat Indonesia masih mencampuradukan penggunaan bahasa baku dan tidak baku.
Ragam bahasa baku merupakan ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma. Ragam bahasa tidak
baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma
ragam baku.

Faktor yang mempengaruhi kesulitan berbicara siswa ini berasal dari faktor luar dan faktor dalam siswa.
Faktor dalam penyebab kesulitn berbicara ini anak kurang percaya diri, minder, merasa takut.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar siswa yaitu lingkungan sekolah seperi guru, teman, keadaan
lingkungan sekitar.

4. Jelaskan yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa pertama dan kedua !

Jawab

= Perolehan bahasa pertama

Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu
rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih
rumit.

Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai
permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang
gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.

Pemerolehan bahasa pertama (B1) sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif yakni
pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur
rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang
bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh ‘kategori-kategori kognitif’ yang
mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kausalitas,
dan sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap penguasaan bahasa lebih banyak dituntut
pada pemerolehan bahasa kedua (PB2) daripada dalam pemerolehan bahasa pertama (PB1).

Masa Waktu dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa Pertama

Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a) perkembangan
prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan masa sekolah. Perkembangan
pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan
pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.

Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara orang tua khususnya ibu)
dengan anak. Pada masa perkembangan pralinguistik anak mengembangkan konsep dirinya. Ia berusaha
membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek dan
tindakan pada tahap satu kata anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama benda-benda dan
orang yang ia jumpai. Kata-kata yang pertama diperolehnya tahap ini lazimnya adalah kata yang
menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan
pemerian.

Proses Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang,
berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama,
pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan
kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para
pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk
berkomunikasi.

Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar
bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan
tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh
bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa
juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-
anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa. Pemerolehan dan
pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:

memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan
belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,

secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.bahasa kedua seperti memungut
bahasa kedua, sedangkan pembelajaran mengetahui bahasa kedua, mendapat pengetahuan secara
implisit, sedangkan pembelajaran mendapat pengetahuan secara eksplisit, pemerolehan tidak
membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong sekali.Pandangan pemerolehan
bahasa secara alami yang merupakan pandangan kaum nativistis yang diwakili oleh Noam Chomsky,
berpendapat bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia. Perilaku bahasa adalah sesuatu yang
diturunkan. Hakikatnya, pola perkembangan bahasa pada berbagai macam bahasa dan budaya.
Lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam pemerolehan bahasa. Anak sudah dibekali apa yang
disebut peranti penguasaan bahasa (LAD).

Anda mungkin juga menyukai