Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BENTUK DAN MAKNA KATA

Dosen Pengampu :

Lilimiwirdi, S.S.,M.Hum.

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Alifiya Syafira (2210333015)

Roha Dhatul ‘Aisy’ (2210333024)

Layla Murya Agung (2210333041)

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022/2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penguasaan bahasa indonesia secara intensif sangat penting di dalam era modern
saat ini. Penggunaan bahasa yang baik dan benar secara individu maupun kelompok
merupakan usaha kita dalam melestarikan bahasa negara kita. Bahasa indonesia juga
merupakan alat komunikasi resmi bagi seluruh penduduk nusantara.

Tetapi pada masa kini banyak orang yang berbahasa indonesia sehari-hari, namun
belum begitu mengerti tentang bentuk dan maknanya. Hal itu dimungkinkan karena
kurangnya pendidikan dan faktor lingkungan. Jadi pembelajaran dan penerapan
berbahasa indonesia secara baik dan benar sangat penting. Hal itu dilakuakan untuk
membangun bangsa dan negara, serta meningkatkan sistem komunikasi dan informasi
dengan tepat.

Sebagai langkah awal sebagai mahasiswa baru perlu adanya pembekalan untuk
penguasaan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu kami rasa sangat
penting untuk membahas judul “Bentuk dan Makna” di dalam bahasa indonesia, dengan
harapan supaya mahasiswa dapat memajukan sistem komunikasi dan informasi bangsa
dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fonem, morfem, kata, dan frasa?
2. Ada berapa pembagian jenis kata?, dan apa saja?
3. Apa pengertian makna?, dan bagaimana perubahannya?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk optimalisasi bagi mahasiswa dalam
mengetahui secara intensif mengenai mata kuliah bahasa indonesia dengan target sebagai
berikut:

1. Mahasiswa memperoleh wawasan dan mampu untuk mendefinisikan fonem,


morfem, kata, dan frasa beserta pembagianya.
2. Mahasiswa mengetahui pembagian jenis kata dan dapat menyebutkannya.
3. Mahasiswa mengetahui definisi makna beserta perubahannya.

2
PEMBAHASAN

BENTUK DAN MAKNA

Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di
antara fonem dan karangan terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa, kalimat, dan alinea.
Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat
mempengaruhi makna. Maksudnya adalah kehadirannya dapat mengubah makna atau
menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi
mata uang: satu sama lainnya saling melengkapi. 1

1. Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa


A. Fonem

Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf
adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Yang membedakan arti jahit dan jahat adalah
bunyi /i/ yang dilambangkan huruf i dan bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a.
Bunyi /i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan /a/.2

Fonem itu bukan huruf. Tetapi fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah
lambang dari bunyi. Jumlah huruf ada 26 (huruf a sampai z); jumlah fonem lebih dari 26
(beberapa huruf melambangkan lebih dari satu fonem). Juga ada fonem yang
dilambangkan oleh dua huruf, yaitu fonem /kh/, /ng/, /ny/, dan /sy/.3

Dalam kalimat sate pedas enak rasanya, huruf e melambangkan tiga


fonem, yaitu:

fonem /e/ dalam kata sate [sate]


fonem /ә/ dalam kata pedas [pәdas]
fonem /∑/ dalam kata enak [∑nak]

Dalam kalimat orang itu membawa beo, huruf o melambangkan dua


fonem, yaitu:

fonem /o/ dalam kata orang [orang]


fonem /O/ dalam kata beo [beO]

1
Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (jakarta:Diksi Insan Mulia,Cet.X, 2004-2005), Hal.60.
2
ibid…Hal.61.
3
ibid.

3
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan
adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna. Perhatikan fonem /ә/ dan
/∑/ sebagai pembeda makna dalam deret kata berikut:

seret [sәrәt] = ‘tersendat-sendat; tidak lancar,


seret [s∑r∑t] = ‘menarik suatu benda menyusur tanah’
apel [apәl] = ‘nama buah’
apel [ap∑l] = ‘wajib mengikuti upacara; melapor

Perhatikan pula peranan fonem lain dalam deret kata di bawah ini.

/c/ari--/j/ari--/l/ari--/m/ari--/t/ari
/b/ayu--/k/ayu--/l/ayu--/r/ayu--/s/ayu
/k/erang--/p/erang--/s/erang--/t/erang

Dalam contoh di atas tampak bagaimana fonem dapat mengubah makna


atau menimbulkan makna baru.4

B. Morfem

Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan; makna dan atau
mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata dasar
(misalnya -an, -lah, -kah, -bawa). Contoh: morfem –an, di-, me-, ter-, -lah, jika
digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan,
termakan, makanlah yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan kata makan. 5

Menurut bentuk dan maknanya, morfem dibedakan menjadi dua macam:

1. Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai
morfem bebas. Contoh: makan, buku, sekolah, dsb.
2. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna.
Makna morfem terikat ini baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain.
Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran)
tergolong morfem terikat (termasuk partikel). Contoh: me-, ber-, di-, -an, -lah, dsb.6

4
ibid…,Hal.62
5
ibid.
6
ibid…Hal.63.

4
C. Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dari
segi makna. Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Empat kata ini diakui sebagai kata
karena setiap kata mempunyai makna. Berbeda dengan adepes, libma, ningid, hailuk
bukan diakui kata karena tidak mempunyai makna. 7
D. Frasa

Frasa adalah kelompok kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak
mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru,
baju batik, penyakit yang sangat berbahaya. Cakupan makna yang dibentuk oleh frasa
masih di sekitar makna lesikal kata pembentuknya karena hakikat frasa adalah kata yang
diperluas dengan memberinya keterangan, inti maknanya tetap. Berbeda dengan (langit
batik, biru baju, yang berbahaya sangat penyakit) ini tidak dinamakan frasa karena tidak
mempunyai kesatuan makna. 8

Susunan kata dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak boleh
dibalik seperti: haus kekuasaan, siap tempur, temu wicara; bukan kekuasaan haus,
tempur siap, wicara temu. Jika posisinya berpindah, kelompok kata itu berpindah secara
utuh. seperti: -hari ini akan diadakan jumpa pers.
-jumpa pers akan diadakan hari ini.

Frasa dikelompokkan menjadi lima macam:9

1) frasa verbal (artinya sama dengan arti kata kerja)

asyik belajar (intinya: belajar)

sedang berpikir keras (intinya: berpikir)

harus menulis kembali (intinya: menulis)

2) frasa adjektiva (artinya sama dengan arti kata sifat)

sudah baik, sangat malu, harus tidak kotor, benar sekali

3) frasa adverbial (artinya sama dengan arti kata keterangan)

pada zaman jepang, dengan kereta api cepat, sebelum subuh, pada akhir
pertunjukan itu

7
ibid.
8
ibid…Hal.76.
9
ibid…Hal.78.

5
4) frasa nominal (artinya sama dengan arti kata benda)

penyakit yang sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa
acara yang kocak, lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran

5) frasa preposisional (artinya sama dengan arti kata tugas, miasalnya preposisi dan
konjungsi)

dari atas, oleh karena (itu), sampai dengan, dari muka, akan tetapi, ke tengah

2. Pembagian Jenis Kata


Dari segi bentuknya kata dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kata dasar (kata
yang bermorfem tunggal) seperti: rumah, buku, cerdas dan (2) kata turunan ( kata yang
bermorfem banyak) seperti: dirumahkan, pembukuan, mencerdaskan.10
Perubahan kata dasar menjadi kata turunan, selain mengakibatkan perubahan bentuk
dan makna, juga mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata. Pembagian jenis atau kelas
kata yang mutakhir adalah yang diajukan Tim Depdikbud RI (1988) dalam buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. di dalamnya, moeliono mengelompokkan kata dalam lima
jenis, yaitu:11
a) Verba (Kata Kerja) adalah kata yang menyatakan perbuatan, atau tindakan,proses, dan
keadaan yang bukan merupakan sifat serta berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Untuk mengenali jenis kata kerja, dapat diuji dengan menambahkan dengan + KB (kata
benda)/ KS (kata sifat) di belakang kata yang diuji. Misalnya kata tulis dan pergi,
tergolong sebagai kata kerja karena jika digabungkan dengan konstruksi penguji tadi
akan tercipta arti yang jelas.
tulis + dengan pena (KB) menulis + dengan cepat (KS)
pergi + dengan adik (KB) bepergian + dengan gembira (KS)

Pada contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam:

(1) kata kerja asal, yaitu kata kerja yang berdiri sendiri dalam kalimat tanpa
bantuan afiks; misalnya tulis dan pergi;

(2) kata kereja turunan, kata kerja yang mempunyai afiks; misalnya menulis
dan bepergian. 12

10
ibid…Hal.64-65.
11
ibid…Hal.65.
12
ibid…Hal.65-66.

6
Tabel 1
AFIKS PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk Afiks Contoh
ber- berkarya, bertemu, berlayar
di- dibawa, dipakai, dibahas
Prefiks me- melatih, membaca, mendengar, mengolah, mengetik
per- perindah, perkuat
ter- tertawa, tersenyum
Sufiks -i namai, gulai, tandai
-kan maafkan, matikan, camkan
ber-an bepergian, berpelukan, berlarian
ber-kan beralaskan, berselimutkan
di-i diselimuti, dipengarui, dicintai
Konfiks di-kan dibuatkan, diambilkan, dibacakan
ke-an kejatuhan, kemasukan, kedatangan
memper- memperjelas, memperindah
memper-i memperbaiki, mempersenjatai
memper-kan mempertanyakan, mempertemukan
me-kan meluruskan, membuatkan, mendatangkan
per-i perbaiki, perbarui
pe-kan pertemukan, permasalahkan

Selain bentuk-bentuk di atas, ada pula bentuk kata kerja (verba) yang lain, di
antaranya:

 verba reduplikasi (kata kerja berulang-ulang); misalnya makan-makan, tembak-


menembak, batuk-batuk, berlari-lari;
 verba majemuk (kata kerja dari proses penggabungan kata, dan hasilnya bukan
menjadi idiom); misalnya terjun payung, tatap muka, siap tempur;
 verba berpreposisi (kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu);
misalnya tahu akan, cinta pada, menyesal atas, tergolong sebagai;13

b) Adjektiva (Kata Sifat) adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat
orang/binatang/benda. Dalam pembentukan kalimat, kata sifat umumnya berfungsi
sebagai predikat, objek, dan penjelas subjek. Kata sifat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu (1) kata sifat tunggal, dan (2) kata sifat berimbuhan.14
Ciri-ciri kata sifat tunggal adalah sebagai berikut:
1) dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling; misalnya lebih
baik, kurang indah, paling pandai.
2) dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu;
misalnya sangat senang, amat luas, mahal benar, sedikit sekali, terlalu berat.
3) dapat diingkari dengan kata ingkar tidak; misalnya tidak benar, tidak sehat.

13
ibid…Hal.66.
14
ibid…Hal.67.

7
Kata sifat tunggal dapat di himpun menjadi lima kelompok:

a) keadaan/situasi; misalnya aman, kacau, tenang, gawat


b) warna; misalnya ungu, hijau, biru, merah
c) ukuran; misalnya berat, ringan, tinggi, besar
d) perasaan/sikap; misalnya malu, sedih, bahagia, heran
e) cerapan/indera; misalnya harum, manis, terang, jelas
mayoritas kata sifat berimbuhan dibentuk dengan bantuan sufiks yang diserap
dari bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi produktif dalam bahasa indonesia.
Tabel 2
AFIKS PEMBENTUK KATA SIFAT
Bentuk Afiks Contoh
Sufiks -al formal, nasional
-i abadi, alami, hewani
-iah lahiriah. ilmiah, alamiah
-if aktif, fiktif, reaktif
-ik magnetik, elektronik
-is praktis, anarkis, egois
-er komplementer, parlementer
-wi manusiawi, kimiawi, surgawi
Konfiks ke-an (reduplikasi) keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan
se-nya(reduplikasi) sebaik-baiknya, sepandai-pandainya

c) Adverbia (Kata Keterangan) adalah kata yang memberi keterangan pada verba,
adjektiva, nomina predikatif, dan klausa. misalnya saya ingin segera melukis, paman
hanya pegawai biasa; kata segera dan hanya adalah adverbia yang menerangkan verba
melukis dan nomina predikatif pegawai biasa.15
Adverbia dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) adverbia tunggal (segera, sangat,
hanya); (2) adverbia turunan (agaknya, biasanya, rupanya, sebaiknya, sebenarnya); (3)
adverbia ulang; ada dua macam, a) mengulang kata dasar (diam-diam, lama-lama); b)
mengulang kata dasar dan menambah se-nya (setinggi-tingginya, sebaik-baiknya).16

d) Rumpun Kata Benda, Yang Terdiri


 Nomina (Kata Benda/Kata Nama) adalah kata yang mengacu kepada sesuatu
benda konkret (buku, pohon, kunci) maupun abstrak (agama, pengetahuan,
nafsu). Kata benda juga akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan dalam kalimat. Kata benda dapat dikenali dengan cara menambahkan
yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS (kata sifat), misalnya kata buku
dan pengetahuan.17

15
ibid…Hal.68.
16
ibid…Hal.69.
17
ibid…Hal.70.

8
buku + yang mahal (KS) pengetahuan + yang sangat penting (KS)

Dan untuk mengetahui kata benda berimbuhan, dapat menggunakan tabel di


bawah ini.

Tabel 3
AFIKS PEMBENTUK KATA BENDA
Afiks Bentuk Contoh
Prefiks ke- ketua, kekasih, kehendak
pe- petinju, pembela, pendaftar
ter- terdakwa, tersangka
Sufiks -an pikiran, timbangan
-in hadirin, muslimin
-wan ilmuwan, karyawan
Infiks -em- kemuning
-el- telunjuk, telapak
-er- serabut, seruling
-in- kinerja, kinasih
konfiks ke-an kehidupan, kemauan
pe-an pegunungan, pembelian

 Pronomina (Kata Ganti) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada
nomina lain. 18 1) pronomia persona, seperti kamu, dia, mereka; 2) pronomia
penanya, seperti apa, mana, kapan; 3) pronomia penyapa, seperti pak, bu, dok; 4)
pronomia penunjuk umum, seperti ini, itu, anu.
 Numeralia (Kata Bilangan) adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya orang, binatang, atau barang. 19 Misalnya tiga, ketiga, satu-satu,
banyak, para, puluhan, setengah, dua lusin, tiga bersaudara.
e) Rumpun Kata Tugas (Partikel)
 Preposisi (Kata Depan) adalah kata tugas yang berada di depan kata benda, kata
sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa proposional),
misalnya di kantor, dengan memburuh, pada hari ini, sejak kecil. 20
 Konjungtor (Kata Sambung) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan
dua kata atau dua kalimat.21
contoh: …..antara hidup dan mati.
Rapat sudah dimulai ketika kami tiba.
…...bukan amri tetapi amrin.
Konjuktor tidak selalu satu kata, bahkan dua kata atau lebih. seperti selain itu,
walaupun begitu, meskipun demikian, oleh karena itu.

18 .Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,1998, hal.273

19 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 1998, hal.301

20
Lamudin…Hal.73.
21
ibid.

9
 Interjeksi (Kata Seru) adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapakan
seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Interjeksi dipakai di dalam
kalimat seruan atau kalimat perintah (imperatif). 22
contoh: - Ayo, maju terus!
-Aduh, gigiku sakit sekali!

-Sial, memancing seharian, cuma dapat sedikit!

 Artikel (Kata Sandang) adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang
atau benda. Ada tiga macam artikel, yaitu (1) artikel bermakna tunggal ( sang
guru, sang suami, sang juara); (2) artikel bermakna jamak (para petani, para
pemimpin, para hakim); (3) artikel bermakna netral (si hitam manis, si cantik, si
dia).23
 Partikel bermakna unsur-unsur kecil suatu benda. yang dimaksud di sini adalah
artikel yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah
ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan
kalimat pernyataan (deklaratif), serta –pun yang hanya dipakai dalam kalimat
pernyataan. 24
contoh: (-kah) – Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
- Bagaimanakah rasanya naik pesawat terbang?
(-lah) - Apalah dayaku tanpamu.
- Pergilah segera, sebelum jalan macet!
(-tah) – Siapatah gerangan jodohku nanti?
- Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?
(pun) – Apa pun yang terjadi, kau tetap milikku.
- -Hendak makan pun lauknya tidak ada.
3. Makna dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang
diacunya. Ada dua macam makna yang terpenting, yaitu (1) makna leksikal, (2) makna
gramatikal.
a) Makna lesikal (makna denotasi) adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan
kata yang lain dalam sebuah struktur. Istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti
kamus. Dengan kata lain, makna leksikal ialah makna yang tertera dalam kamus;
misalnya belah dapat mempunyai makna (1) celah, (2) pecah menjadi dua, (3) setengah,
(4) sisi, (5) pihak. Makna leksikal disebut juga makna lugas biasanya digunakan dalam

22
Lamudin…Hal.74.
23
ibid…Hal.75.
24
ibid…Hal.75-76.

10
surat-surat resmi, surat-surat dagang, laporan, dan tulisan ilmiah dengan tujuan agar
makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi salah tafsir. 25

b) Makna gramatikal (makna konotasi) adalah makna yang timbul akibat proses
gramatikal (struktural). Makna gramatikal suatu kata adalah makna yang sudah bergeser
dari makna leksikal kata itu; misalnya kata hitam yang bermakna leksikal warna yang
gelap, makna gramatikalnya dapat menjadi penuh kegetiran dalam kalimat setelah insyaf,
dia tidak mau membicarakan masa lalunya yang hitam. Maka gramatikal kata hitam akan
berbeda lagi dalam kalimat yang lain. Maka gramatikal biasanya digunakan sebagai
pigura bahasa untuk memperoleh makna estetis. 26

contoh: -lembah hitam (daerah/tempat mesum)


-kuhitamkan negeri itu (kutinggalkan untuk selamanya)

Dalam kaitan dengan makna, ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim,
homonim, dan hiponim.

1. Sinonim (padan makna) ialah ungkapan yang maknanya hampir sama dengan
ungkapan lain. sinonim juga diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda atau
pengertian lain dari suatu ungkapan. Seperti kata nasib dan takdir.27
Sinonim dapat dibedakan menurut taraf dimana ia terdapat.
a) Sinonim antarkalimat; misalnya saya melihat dia dan dia dia kulihat.
b) Sinonim antarfrasa; misalnya dua tangkai bunga dan bunga dua tangkai.
c) Sinonim antarkata; misalnya nasib dan takdir, memuaskan dan menyenangkan.
d) Sinonim antarmorfem; misalnya pemirsa dan pirsawan, kestabilan dan
stabilitas.

Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan


yang lebih manis. Hasil penggabungan tersebut melahirkan frasa yang berasal dari
kata majemuk; misalnya caci maki, gagah perkasa, sunyi senyap, jungkir balik.

2. Antonim (lawan kata) ialah ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan
yang lain. Seperti kata mudah dan sukar.
Antonim dapat dibedakan atas tataran sistematis berikut ini. 28
a) Antonim antarkalimat; misalnya dia sakit dan dia tidak sakit.
b) Antonim antarfrasa; misalnya secara teratur dan secara tidak teratur.
c) Antonim antarkata; misalnya mustahil dan mungkin, hidup dan mati.

25
Lamudin…Hal.81.
26
ibid.
27
ibid…Hal.81-82.
28
Lamudin…Hal.82-83.

11
d) Antonim antarmorfem; misalnya prasarjana dan pascasarjana.

Antonim diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan menyangkal atau


mempertentangkan; contoh besar dan kecil, atas dan bawah. Selain itu juga
malahirkan- frasa yang dapat menyemarakkan kalimat; contoh plus minus, jiwa
raga, kawin cerai, luar dalam, maju mundur.

-membongkar mesin itu mudah, tetapi memasangnya itu sulit.

-kakekku sudah lupa-lupa ingat pada peristiwa itu.

3. Homonim adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang sama, tetapi
maknanya berbeda. Contohnya mengukur (dari kukur) dan mengukur (dari ukur),
bisa (racun) dan bisa (dapat/mampu). Selain homonim terdapat pula homofon dan
homograf. Homofon adalah dua kata yang mempunyai ucapan yang sama, tetapi
makna dan bentuknya berbeda; misalnya sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) =
hukuman, bang = panggilan orang yang lebih tua dan bank (bang) = tempat
penyimpanan uang. Homograf adalah dua kata yang mempunyai bentuk yang sama
tetapi bunyi/ucapan dan maknanya berbeda; misalnya beruang = nama binatang,
29
beruang = mempunyai ruang, beruang = mempunyai uang.
4. Hiponim adalah makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan
yang lain; misalnya merah adalah hiponim dari kata berwarna. Hiponim hanya
berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya, disebut hipernim; misalnya berwarna
hipernim terhadap merah. 30

Dalam proses perkembangan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami


perubahan. Perubahan itu disebabkan oleh perbedaan tempat, waktu, dan kehendak
pemakaian. Diantara perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut.

a) Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata
putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang dipakai untuk
menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
b) Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang.
Kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendikiawan, sekarang hanya untuk gelar
akademis.
c) Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan
lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri dan nyonya dirasakan
lebih baik dari bini.

29
ibid…Hal.83.
30
ibid.

12
d) Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
rendah nilainya dari makna lama (kebalikan amelioratif). Kata oknum dan
gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau, sekarang maknanya menjadi
tidak baik.
e) Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua
indera yang berlainan. Contoh: kata-katanya manis. manis sebenarnya tanggapan
indera perasa, tetapi dipakai untuk indera pendengar. Contoh lain: mukanya masam,
pidatonya hambar.
f) Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata amplop
yang berarti kertas pembungkus surat, dan sering juga dipakai sebagai pembungkus
uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan.
Beri dia amplop agar urusan cepat beres.31

31
Lamudin…Hal.84.

13
PENUTUP

1. Kesimpulan
Fonem adalah bunyi dari lambang suatu huruf yang dapat membedakan arti,
misalnya perbedaan huruf /e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem adalah satuan bentuk
terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai makna, misalnya di-per-
main-kan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang
bersifat non predikatif dan bermakna leksikal, misalnaya gunung tinggi.
Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/kata kerja; (2) adjektiva/kata sifat; (3)
adverbia/kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi nomina/kata benda dan nama,
pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan; (5) rumpun kata tugas, meliputi
preposisi/kata depan, konjungtor/kata sambung, interjeksi/kata seru, artikel/kata sandang,
partikel.
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang
diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi (makna sebenarnya)
dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan makna ada enam bentuk,
yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif, Sinestesia, dan Asosiasi.

2. Kritik dan Saran


Demikian penjelasan mengenai “Bentuk dan Makna” dalam Mata Kuliah Bahasa
Indonesia, semoga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas karena keterbatasan
pengetahuan. Kiranya kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk
perbaikan penulisan makalah ini kedepan. Sekian, dan Wallahu ‘Alam bish Showab.

14
DAFTAR PUSTAKA

Lamuddin Finoza, S.S., Komposisis Bahasa Indonesia, Cetakan X, Jakarta: Diksi Insan Mulia,
1993.
Drs. Adam Normiles, Sri Sani Bagus, Drs. Imron, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya
Ilmu, 1992.

15

Anda mungkin juga menyukai